Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

PELAKSANAAN FUNGSI OMBUDSMAN DALAM


MENYELESAIKAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DI
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MAKASSAR

OLEH
MELLY ANGGRAINI MATASIK
B 121 13 301

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
201

i
HALAMAN JUDUL

PELAKSANAAN FUNGSI OMBUDSMAN DALAM


MENYELESAIKAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DI
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MAKASSAR

OLEH
MELLY ANGGRAINI MATASIK
B 121 13 301

Skripsi

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana


pada Program Studi Hukum Administrasi Negara

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
iii
iv
v
ABSTRAK

MELLY ANGGRAINI MATASIK (B121 13 301) PELAKSANAAN FUNGSI


OMBUDSMAN DALAM MENYELESAIKAN PENGADUAN PELAYANAN
PUBLIK DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MAKASSAR,
(dibawah bimbingan Bapak Marthen Arie dan Bapak Muh. Zulfan
Hakim).
Studi ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Fungsi
Ombudsman dalam Meyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik di Badan
Pertanahan Nasional Kota Makassar.
Data penelitian yang digunakan adalah data kualitatif yang
kemudian penulis sajikan secara deskriptif dengan cara menguraikan,
menggambarkan, dan menjelaskan terkait permasalahan yang
berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini penulis laksanakan di
kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi
Selatan, Kantor Badan Pertanahan Nasioan Kota Makassar, serta
Ombudsman Kota Makassar.
Hasil penelitian penulis menunjukan bahwa (1) Cara Ombudsman
Republik Indonesia dalam menyelesaikan pengaduan pelayanan publik di
Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar adalah di dasarkan pada
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik
Indonesia, (a) Laporan, (b) Pemeriksaan Laporan, (c) Investigasi, (d)
Klarifikasi, (e) Mediasi, (f) Monitoring, (g) Rekomendasi. (2) Faktor yang
mempengaruhi Pelaksanaan Ombudsman Republik Indonesia dalam
Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik Badan Pertanahan Kota
Makassar adalah kurangnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh
Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar sehingga kualitas kinerja
khususnya dalam hal penerbitan sertifikat tanah sering terhambat dan
penerbitan yang berlarut sehingga menyulitkan pihak Ombudsman itu
sendiri dalam proses penyelesaian pengaduan masyarakat sedangkan
faktor pendukungnya adalah Pihak penyelenggara yang sudah memahami
tugas dan fungsinya sebagai aparatur pelayanan publik sehingga proses
pelaporan pengaduan masyarakat cepat ditangani lalu Ombudsman
mengklarifikasi.

v
KATA PENGANTAR

Segala hormat, pujian dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, sumber

segala hikmat dan kekuatan yang senantiasa melimpahkan berkat dalam

kehidupan penulis dengan rancangan damai sejahtera, yang oleh kasih

dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Pelaksanaan Fungsi Ombudsman Dalam

Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik di Badan Pertanahan

Nasional Kota Makassar”.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

begitu besar kepada orang tua penulis yang begitu luar biasa. Untuk papa

tercinta Yulius Temba Matasik dan mama terkasih Mariana Paliling

yang senantiasa menjadi penyemangat dan kekuatan yang dengan penuh

kasih sayang, kerja keras dan pengorbanannya dalam membesarkan dan

mendidik penulis. Terima kasih untuk kasih sayang, doa yang senantiasa

dipanjatkan, teladan hidup yang luar biasa, dan cinta yang besar dari papa

dan mama yang tidak akan pernah habis. Tanpa dukungan doa dari papa

dan mama, penulis tidak akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan

mampu sampai pada titik ini. Semoga papa dan mama senantiasa diberi

kebahagiaan, kesehatan, berkat dan tetap semangat dalam melayani

Tuhan. Terima kasih yang besar pula, penulis sampaikan kepada

saudar -saudara penulis. Kepada kedua adik terkasih Alvin Chandra

a dan Imelda Friscilla Matasik. Terima kasih karena kehadiran

Matasi enjadi salah satu bagian terbaik dalam hidup

k
v
kalian
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, begitu banyak

pihak yang membantu hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Melalui kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina

Pulubuhu, MA. dan segenap jajarannya.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Farida

Patittingi, S.H., M.Hum.

3. Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Prof. Dr.

Ahmadi Miru, S.H., M.H., Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H. dan

Waki Dekan III Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Prof. Dr.

Hamzah Halim, S.H., MH.

4. Ketua Program Studi S1 Hukum Administrasi Negara Prof. Dr.

Achmad Ruslan, S.H., M.H.

5. Bapak Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H selaku Pembimbing I dan

Bapak Muh. Zulfan Hakim, S.H., M.H. selaku Pembimbing II,

terima kasih atas segala kesabaran, petunjuk, saran, bimbingan

dan waktu yang diluangkan untuk penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Razak, S.H., M.H, Bapak Dr. Zulkifli

Aspan, S.H.,M.H., serta Bapak Dr. Romi Librayanto, S.H., M.H.

se laku dewan penguji yang telah memberikan masukan dan saran-

v
sarannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini.

7. Segenap dosen pengajar Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin

secara khusus dosen pengajar Hukum Administrasi Negara dan

Hukum Tata Negara yang telah membimbing dan mengarahkan

serta berbagi ilmu dan pengalaman selama menjalani proses

perkuliahan di Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin.

8. Penasihat Akademik penulis, Dr. Romi Librayanto, S.H., M.H yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan

untuk berkonsultasi pada saat pengisian KRS di Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin.

9. Staff Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Hukum Univesitas

Hasanuddin Pak Rony, Pak Bunga, Pak Usman, Pak Gunawan,

Pak Ramalang, Pak Hakim, Kak Tri, Kak Lina dan lain-lain yang

penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam pengurusan berkas ujian skripsi.

10. Kepala Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan yang mengizinkan penulis

melakukan penelitian di instansi tersebut. Ketua Ombudsman

Kota Makassar yang mengizinkan penulis mengambil data

mengenai skripsi penulis. Kepala Badan Pertanahan Nasional

S ecara Khusus kepada Narasumber yang telah

i
Kota Makassar yang engizinkan penulis melakukan penelitian

di instasi tersebut.

...

ecara Khusus kepada Narasumber yang telah

i
pendapatnya dalam skripsi ini. Asisten Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan Bapak Aswiwin

Siruan dan Ibu St. Dwi Adiyah Pratiwi, Kasubid Sengketa dan

Perkara Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar Ibu Nining,

Asisten Komisioner Ombudsman Kota Makassar Bapak Ikhwan.

11. Sahabat sekaligus saudara bagi penulis. Devita Puspita Sari

S.E, Cindy Nindia Smith. Terima kasih untuk kebersamaan yang

terjalin sejak SD. Terima kasih untuk waktu, semangat, dan

dukungan doanya.

12. Sahabat dan teman seperjuangan selama di Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, penghuni “Gazebo 24 SKS”

Sardila Syaifuddin S.H, Marselinda Padang S.H, Andi Ita

Purnamasari S.H, Dewina Sri A. Kadola S.H, dan Asnawati Nur

yang telah menjadi keluarga penulis selama empat tahun terakhir

dan mudah-mudahan seterusnya yang tak henti-hentinya

mendoakan penulis, tempat berbagi suka dan duka, tempat

berkeluh kesah.

13. Teman-teman SMA. Widya Warap Sari, S.Ked, Clara

Imaniar Sumule S.Si. Terima kasih untuk kebersamaan yang

terjalin sejak SMA. Terima kasih untuk semangat dan dukungan

doanya.

enyusun skripsi

x
14. Teman-teman “Rempong” Dwi Utami Lestari Batara, Jean

Ayu Putri, Leoni Vonni Nani, Andika Ratu Tangkerun, Feby dan

Silvia ng telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis

dalam

...
y

a enyusun skripsi

m x
15. Terima kasih kepada Andi Ita Purnamasari S.H, Elvira

Yunitasari Akbar S.H, Andi Nurul Ulum S.H dan Dewina Sri A.

Kadola S.H yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran

untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi.

16. Kak Shella Pricillia T., S.H sebagai kakak rohani bagi penulis.

Juga saudara-saudara penulis dalam PA “Eliora”. Untuk Marselinda

Padang, S.H., Dewina Sri A.Kadola S.H, Nadya Nugrah, dan

Jessica Gabriela. Terima kasih untuk dukungan doa, pelajaran

hidup, semangat, nasehat, dan membantu penulis bertumbuh

dalam iman akan Yesus.

17. Keluarga besar Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddi (PMK FH-UH). Kak Sony, Kak

Holan, Kak Dimas, Kak Yola, Kak Raya, Kak Chica, Kak Agung,

Kak Sepry, Kak Intan, Kak Gita, Kak Shella, Kak Jhon, Kak Santo,

Kak Chery, Kak Lotta, Kak Esy, Kak Dian, Kak Mita, Kak Wiwik,

Kak Destri, Kak April, Kak Fenty, Kak Winda, Dickson, Ucok,

Kevin, Vian, Natalia, Marsel, Nefrit, Yolanda, Stanzha, Tiku, Alfreni,

Elma, serta semua anggota yang tak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas canda, tawa dan kebersamaan

layaknya keluarga yang berbagi suka dan duka. Tidak mengenal

angkatan dan senior-junior tetapi saling menyayangi.

18. T eman-teman seperjuangan ASAS 2013 secara khusus teman-

te man dari Program Studi Hukum Administrasi

x
19. Teman-teman NMCC Soedarto, Arwin, Yoan, Cecil, Kevin,

Arnan, Diana, Riswanto, Agung, Ria, Anros, Uni, Yuli, Widya, Reza,

Monik, Aldi, Yani, Asfian, Edys. Terima kasih kepada kak Fadil, kak

Dayat dan kak Molen yang sudah banyak memberikan ilmu dan

pelajaran selama MCC Dan terima kasih kepada Tasya dan Denny

sudah menjadi LO yang baik. Terima kasih untuk kebersamaan

yang terjalin selama 6 bulann lebih. Terima kasih sudah

memberikan pelajaran dan pengalaman, berbagi tawa bersama

penulis dan yang telah memberikan dukungan dan doa kepada

penulis dalam menyelsaikan skripsi ini.

20. Teman-teman magang Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

Harfira Rizky, A. Dzral, Fauzy Mustary, Diza, Ahmad Fahrul, Andis

Kapati. Terima kasih atas kebersamaan yang terjalin selama 2

bulan. Terima kasih untuk dukungan dan doa yang telah diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

21. Teman-teman KKN Gelombang 93 Kabupaten

Enrekang Kecamatan Enrekang secara khusus teman-teman posko

induk Keluruhan Juppandang Kak maya, Kak ikhsan, Ahmad

Suryadi, Gismawati Lumentut, Rifal dan Ika Rukmawati , yang telah

berbagi suka duka selama berada di posko.

22. Alumni tahun 2013 SMA Fons Vitae II Marsudirini Jakarta,

ta Alumni hun 2010 SMP Advent Anggrek Jakarta, dan Alumni

S tahun 2007

x
DN Tugu Utara 01 Pagi

...

x
23. Terkhusus kepada seseorang yang telah memberikan support,

doa, waktu, tenaga dan perhatiannya selama ini kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini pada waktunya, Nelson Sirenden,

S.H.

24. Seluruh pihak yang membantu penulis yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan

doa, semangat, dan saran yang diberikan kepada penulis hingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga memohon maaf

sebesar- besarnya atas segala perbuatan dan ucapan yang

sekiranya tidak berkenan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon kritik dan saran yang

membangun untuk melengkapi kekurangan skripsi ini, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan penulisan karya yang

berkaitan dengan skripsi ini. Tuhan Yesus senantiasa memberkati dan

melimpahkan rahmat dan berkatNya bagi kita.

Makassar, September 2017

x
Penulis

...

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iv

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ..................................... v

ABSTRAK ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI............................................................................................. xiv


DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintahan

1. Pengertian Pemerintahan ................................................. 8

2. Fungsi Pemerintahan ........................................................ 9

B. Good

1. Pengertian Good Governance...........................................

1
2. Karakteristik Good Governance... ..................................... 17

3. Prinsip-Prinsip Good Governance..................................... 18

C. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik ............................................ 20

2. Asas-Asas Penyelenggara Pelayanan Publik... ................ 25

3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik... ................................... 27

4. Kualitas Pelayanan Publik................................................. 30

5. Penyelenggaraan Pelayanan Publik... .............................. 32

6. Faktor Pendukung Pelayanan... ........................................ 34

D. Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar ......................... 39

1. Pengertian Badan Pertanahan Nasioanl ........................... 39

2. Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional .............. 40

3. Jenis Pelayanan Pertanahan ............................................ 41

4. Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan

Dalam pendaftaran Tanah Pertama Kali ........................... 41

E. Ombudsman Republik Indonesia ........................................... 42

1. Sejarah Ombudsman RI.................................................... 42

2. Wewenang Ombudsman RI... ........................................... 45

3. Fungsi Ombudsman .......................................................... 48

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 52

B. Jenis dan Sumber Data.......................................................... 52

1
C. Lokasi Penelitian.................................................................... 53

D.Teknik Pengumpulan Data...................................................... 53

E. Analisis Data .......................................................................... 54

BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Fungsi Ombudsman dalam Menyelesaikan

Pengaduan Pelayanan Publik di Badan Pertanahan Nasional

Kota Makassar........................................................................ 55

B. Faktor yang Mempengaruhi Ombudsman Republik Indonesia

dalam Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik di BPN

Kota Makassar........................................................................ 66

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 78

B. saran ...................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

1
DAFTAR TABEL

TABEL. 1 LAPORAN TERKAIT PENGADUAN BADAN PERTANAHAN

NASIONAL KOTA MAKASSAR DI ORI PERWAKILAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN .........................................

60

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

berbangsa dan bermasyarakat yaitu kehidupan yang didasarkan pada

penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang demokratis dalam

rangka meningkatkan kesejahterahan, menciptakan keadilan, dan

kepastian hukum bagi seluruh warga negara sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dimulainya era reformasi, membawa harapan bagi setiap warga

Negara terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan

efektif. Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan efektif

diharapkan dapat mewujudkan istilah tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance) yang merupakan wacana yang mengiringi

gerakan reformasi. Wacana good governance sering kali dikaitakan

dengan tututan akan pengelolaan pemerintah yang profesional,

akuntabel, dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Good governanvce dan good local governance pada hakikatnya

adalah anak kandung dari prinsip negara hukum, prinsip

demokratisasi, serta asas kedaulatan rakyat. Logikanya adalah ketika

suat pemerintahan hendak menjadi pemerintahan yang baik maka

u rintahan tersebut harus dikelola/dijalankan dengan berpegang

pem

e
1
teguh pada prinsip negara hukum, prinsip demokratisasi, dan asas

kedaulatan rakyat.1

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)

adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan kebijkan Negara

yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena globalisasi ditandai

dengan adanya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan. Sementara fenomena globalisasi ditandai dengan saling

ketergantungan antar bangsa, terutama dalam pengelolaan sumber

daya ekonomi dan aktivitas dunia usaha.

Kedua fenomena tersebut baik demokratisasi maupun globalisasi

menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku penyelenggaraan

pemerintahan. Pemerintahan sebelumnya memegang kuat kendali

pemerintahan, cepat atau lambat mengalami pergeseran peran dari

posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator.

Dunia usaha dan pemilik modal, yang sebelumnya berupaya

mengurangi otoritas negara yang cenderung menghambat aktivitas

bisnis, harus mulai menyadari pentingnya regulasi yang melindungi

kepentingan publik. Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya

ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries), mulai

menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga

1 asin Limpo. “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelaksanaan Fungsi


Syahrul Y
san Fungsional Menuju Good Local Governance di Sulawesi Selatan”. Jurnal Ilmu
Pengawa
anna Gappa. Vol. 15 Nomor 1. Maret 2007. Hal.16
Hukum
Am

2
berfungsi sebagai pelaku.2 Untuk menciptakan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance) salah satu aspek yang

perlu di perhatikan adalah pelayanan publik yang adil.

Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.3

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi

pemerintah. Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi

satuan kerja atau satuan orang kementerian, departemen, lembaga,

pemerintahan non-departemen, kesekertariatan lembaga tertinggi dan

tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun

daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Penerima pelayanan

publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan

hukum. Beberapa prinsip pelayanan publik antara lain: prinsip

kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan,

tanggungjawab, dan sebagainya. Salah satu tujuan dilaksanakannya

pelayanan publik adalah sebagai wujud pemenuhan hak dasar warga

Negara.

2
Martinimangunsong. “Analisis Yuridis Penerapan Konsep Negara Hukum Dalam Mewujudkan
ahan Yang Adil dan Bertanggunng Jawab”. Hasil penelitian. Universitas HKBP
S
Pemeri sen. Medan. 2006. Hal. 3
nt al 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Nomm
en
3
Lihat 3
Pemerintah menyadari pentingnya lembaga indpenden untuk

mengawasi jalannya pelayanan publik sesuai dengan hakikatnya,

Sehingga pada tanggal 10 Maret 2000 dibentuklah Komisi

Ombudsman Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44

Tahun 2000 Tentang “Komisi Ombudsman Nasional”.

Penyelenggaraan negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktik

maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Karena pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah sendiri

dalam implementasinya ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat,

baik dari sisi obyektifitas maupun akuntabilitasnya, maka diperlukan

keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu

mengontrol tugas Penyelenggara negara dan pemerintahan seperti

lembaga Ombudsman. Lembaga tersebut berfungsi sebagai lembaga

pengawas eksternal yang secara independen akan melakukan kerja-

kerja pengawasan terhadap penyelenggara negara dalam memberikan

pelayanan umum yang menjadi tanggung jawab mereka. Kemudian

lembaga tersebut dibentuk kembali berdasarkan Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia dan

disetujui dalam pembuatan Undang-Undang dalam Rapat Paripurna

DPR RI pada tanggal 9 September 2008, dengan nama ”Ombudsman

Republik Indonesia”.4

4
Heru setyo. Skripsi. “Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Jawa
Pra Timur
Dalam nyelesaian Laporan Atas Dugaan Mal-administrasi penyelenggaran pelayanan
Pe
Univers
it 4
Ombudsaman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang

mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan

publik, baik yang diselenggarakan penyelenggara negara maupun

pemerintah, termasuk memiliki kewenangan dalam mengawasi

pelayanan publik yang diselenggarakan Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum Milik Negara, serta badan

swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan

pelayanan publik tertentu, yang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Ombudsman bersifat

independen dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yang

mengandung azas kebenaran, keadilan, non diskriminasi, tidak

memihak, transparansi, keseimbangan dan kerahasiaan.5

Selain berfungsi mengawasi, Ombudsman juga menerima

pengaduan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan hakikatnya.

Dalam rangka memperlancar fungsi tersebut di daerah, Ombudsman

Nasional RI membentuk Ombudsman Nasional RI Perwakilan di

daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu instansi yang diawasi

oleh Ombudman Republik Indonesia dan Ombudsman Kota Makassar

yaitu Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai salah satu instansi

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, terkait masalah-

5 an Indonesia “Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang”. Komisi Ombudsman


2002
Ombudsm
Nasional.

5
masalah penerbitan dan objek tanah, diakui oleh Ombudsman Sulsel

sebagai instansi yang memiliki laporan maladministrasi nomor dua

terbanyak di Sulsel.

Ketua Ombudsman Sulsel Subhan Djoer menyebut, ranking ini

didapati dari penerimaan laporan oleh masyarakat Sulsel. Menurut

Subhan, ada beberapa hal yang ditemukan terkait maladministrasi di

BPN. Pengertian maldaministrasi secara luas yaitu perbuatan melawan

hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan

lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian

atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang dilakukan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan

yang menimbulkan kerugian materil dan/atau immaterial bagi

masyarakat dan orang perseorangan. Salah satu bentuk

maladministrasi yang terjadi di BPN yaitu seperti penundaan berkas

yang berlarut-larut, tidak melayani dan pungutan liar (Pungli).6

Salah satu kasus yang pernah ditangani oleh Ombudsman RI

Perwakilan Sulawesi Selatan yaitu menyelesaikan permasalahan

sertipikat tanah oleh Ibu Murni Jafar yang telah 3 tahun diurus di BPN

namun tidak ada kejelasan. Menurutnnya, pengurusan sertipikat ha k

atas tanah tidak kunjung selesai dalam 3 tahun terakhir walaupun telah

mempercayakan kepada notaris untuk menyelesaian masalah yang

diala minya. Kemudian Ibu murni djafar melaporkannya kepada

6 w.radarmakassar.com/2017/02/24/banyak-modus-pungli-di-bpn/ diakses pada 14


http://ww pukul 12.54 WITA
Juni 2017

6
Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan. Langkah awal dari

Pihak Ombudsman untuk merespon pengaduan ibu Murni Djafar yaitu

mendatangi kantor notaris untuk meminta klarifikasi, dan diteruskan

dengan mendatangi kantor BPN Kota Makassar untuk menanyakan

perkembangan permohonan pembuatan sertipikat tanah yang

dimaksud.7

Melihat kasus diatas Ombudsman sebagaimana diamantkan oleh

UU No 37 tahun 2009 tentang Ombudsman Republik Indonesia di beri

kewenangan untuk memediasi dan membantu masyarakat untuk

memperoleh haknya dari organisasi penyelenggara pelayanan publik.

Dan BPN sebagai oraganisasi penyelengara pelayanan publik memiliki

kewajiban untuk mematuhi kewenangan yang dimiliki oleh

Ombudsman dalam menyelesaikan masalah setiap warga masyarakat.

Melihat kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang “Pelaksanaan Fungsi Ombudsman Dalam

Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik di Badan Pertanahan

Nasional Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

dapat diambil dua pokok permasalahan, yaitu:

7 suu.com/majalahpanakkukang/docs/pmm04small/40 diakses pada 14 Juni 2017 pukul


https://is TA
13.20
WI
7
1. Bagaimana pelaksanaan fungsi Ombudsman dalam menyelesaikan

pengaduan pelayanan publik di Badan Pertanahan Nasional Kota

Makassar?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Ombudsaman

dalam menyelesaikan pengaduan pelayanan publik di Badan

Pertanahan Nasional Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi Ombudsman dalam

menyelesaikan pengaduan pelayanan publik di Badan Pertanahan

Nasional Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

ombudsman dalam menyelesaikan pengaduan pelayanan publik di

Badan Pertanahan Nasional di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi

d n bahan pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan publik,

aelalui fungsi Lembaga Ombudsman Kota Makassar. Dengan

8
demikianakan tercipta pemerintahan daerah yang bersih,

demokratis, transparan, dan akuntabel serta bebas dari korupsi,

kolusi,nepotisme.

2. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang pelayanan publik, fungsi-fungsi lembaga Ombudsman dan

tentang kualitas pelayanan publik di Badan Pertanahan Nasional

yang baik. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai salah satu syarat menempuh ujian sarjana Strata 1 (S1)

Program Studi Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin Makassar.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMERINTAHAN

1. Pengertian Pemerintahan

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam

kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan

setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Pemerintah memegang

pertanggungjawaban atas kepentingan rakyat. Pemerintah adalah

semua beban yang memproduksi, mendistribusikan, atau menjual alat

pemenuhan kebutuhan masyarakat berbentuk jasa publik dan layanan

civil. Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi yang bekerja dan

menjalankan tugas untuk mengelola sistem pemerintah dan

menetapkan kebijakan dalam mencapai tujuan Negara.

Pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan

masyarakat. Kemampuan aparatur yang ada di lembaga pemerintah

sangat penting arti dan keberadaannya dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan kepada publik. Sarana dan prasarana yang lengkap

tanpa ditunjang dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas, maka lembaga tersebut sulit untuk maju dan

berke mbang.

1
2. Fungsi Pemerintahan

Menurut Adam Smith (1976), pemerintah suatu negara mempunyai

tiga fungsi pokok sebagai berikut:

1. Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri.

2. Menyelenggarakan peradilan.

3. Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh

pihak swasta.

Sedangkan menurut Richard A. Musgrave dibedakan menjadi

tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja pemerintah,

yaitu:

1. Fungsi Alokasi, yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan

pemenuhan kebutuhan public.

2. Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang dilandasi dengan

mempertimbangkan pengaruh social ekonomis; yaitu

pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi pendapatan,

kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas social,

struktur pasar.

3. Fungsi Stabilitasi, yaitu fungsi menyangkut usaha untuk

mempertahankan kestabilan dan kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang ada.

Berdasarkan dua pendapat diatas, pemerintah

m emiliki fungsi sebagai

1
1. Fungsi Pelayanan

Perbedaan pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah treletak pada

kewenangan masing-masing. Kewenangan pemerintah pusat

mencakup urusan pertahanan keamanan, agama, hubungan luar

negeri, moneter dan peradilan. Secara umum pelayanan

pemerintah mencakup pelayanan public (public service) dan

pelayanan sipil (civil service) yang menghargai kesetaraan.

2. Fungsi Pengaturan

Fungsi ini dilaksanakan pemerintah dengan membuat peraturan

perundang-undangan untuk mengatur hubungan manusia dalam

masyarakat. Pemerintah adalah pihak yang mampu menerapkan

peraturan agar kehidupan dapat berjalan secara baik dan dinamis.

Seperti halnya fungsi pemerintah pusat, pemerintah daerah juga

mempunyai fungsi peraturan terhadap masyarakat yang ada di

daerahnya.

3. Fungsi Pembangunan

Pemerintah harus berfungsi sebagai pengacu pembangunan di

wilayahnya, dimana pembangunan ini mencakup segala aspek

ke hidupan tidak hanya fisik tapi juga mental spiritual.

P embangunan akan berkurang apabila keadaan masyarakat

1
membaik, artinya masyarakat sejahtera. Jadi fungsi pembangunan

akan lebih dilakukan oleh pemerintah Negara berkembang atau

terbelakang, sedangkan Negara maju akan melaksanakan fungsi

ini seperlunya.

4. Fungsi Pemberdayaan

Fungsi ini untuk mendukung terselenggaranya otonomi daerah.

Fungsi ini menuntut pemberdayaan pemerintah daerah dan

kewenangan yang cukup dalam pengelolaan sumber daya daerah

guna melaksanakan berbagai urusan yang didesentralisasikan.

Untuk itu pemerintah daerah perlu meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan pemerintah, pusat dan

daerah, diarahkan untuk meningkatkan aktifitas ekonomi

masyarakat, yang pada jangka panjang dapat menunjang

pendanaan pemerintah daerah. Dalam fungsi ini pemerintah harus

memberikan ruang yang cukup bagi aktifitas mandiri masyarakat,

sehingga dengan demikian partisipasi masyarakat di Daerah dapat

ditingkatkan. Lebih-lebih apabila kepentingan masyarakat

diperhatikan, baik dalam peraturan maupun dalam tindakan nyata

pemerintah.

1
B. GOOD GOVERNANCE

1. Pengertian Good Governance

Prinsip-psrinsip Negara hukum selalu berkembang seiring dengan

perkembangan masyarakat dan Negara. Utrecht membedakan dua

macam Negara hukum, yaitu Negara hukum formal atau Negara

hukum klasik, dan Negara hukum material atau Negara hukum Negara

modern. Negara hukum formal menyangkut pengertian hukum yang

bersifat formal dan sempit, yaitu dalam arti perturan perundang-

undangan yang tertulis. Tugas Negara adalah melaksanakan

peraturan perundang-undangan tersebut untuk menegakkan

ketertiban. Tipe Negara tradisioanal ini di kenal dengan istilah Negara

penjaga malam (naschwachterstaat). Tugas Negara tidak hanya

menjaga ketertiban dengan melaksanakan hukum, tetapi juga

mencapai kesejahteraan rakyat sebagai bentuk keadilan

(welfarestate).7

Pergeseran konsepsi negara dari ‘naschwachterstaat’ (negara

penjaga malam) ke konsepsi negara kesejahteraan (welfare state), hal

ini membawa konsekuensi pada peranan dan aktivitas pemerintah

dimana dalam konteks ini peranan pemerintahan tidak lagi sekedar

penjaga malam tetapi sesuai dengan konsep state, pemerintah wajib

meny elenggarakan bestuurzorg (kesejahteraan umum) yang untuk itu

7 iddiqie. 2009. Menuju Negara hukum yang demokratis. Bhuana ilmu popular. Jakarta.
Jimly Ass
397
Hal. 396-

1
pemerintah diberi kewenangan untuk campur tangan (saats

bemoeienis) dalam segala lapangan kehidupan. Artinya disini

pemerintah dituntut untuk bertindak aktif ditengah dinamika

masyarakat untuk keadilan dan kemakmuran yang salah satunya

adalah melalui ‘freiesermessen’ atau diskresi.8

Seiring dengan pergeseran pelaksanaan kenegaraan melalui

konsep welfare state maka dikenal istilah good governace dengan

pengertian9.

Pemerintahan yang bersih (clean government) adalah bagian

integral dari pemerintahan yang baik (good governance) dan

pemerintahan yang bersih tidak dapat di pisahkan dengan

pemerintahan yang baik. Dengan kata lain, bahwa pemerintahan yang

bersih adalah sebagian dari pemerintahan yang baik.

Pemerintahan yang baik (good Governance) mencerminkan

kesinergian antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Salah satu

komponennya adalah pemerintahan yang bersih, yaitu pemerintahan

yang di dasarkan aatas keabsahan bertindak dari pemerintah.


Good

8
Ridwan
H r. 2006. Hukum Administrasi Negara. PT. Raja Grapindo Persada. Jakarta. hal. 241
9
B. Sidharta, menyatakan dalam hal nomenklatur pengertian adalah suatu jembatan
Arief ai terhadap suatu istilah (objek), dan pengertian adalah merupakan isi pikiran
mema eninhoud) yang dimunculkan oleh sebuah perkatan tertentu jika sebuah objek atau
kn pribadi memperoleh sebuah nama. Maka dari pikiran kita sebagai arti dari perkataan,
(gedac t penunjukan itu pada objek atau orang tertentu
ht
seorang 1
governance sebagai norma pemerintahan adalah suatu sasaran yang

akan dituju dan di wujudkan dalam pemerintahan yang baik.10

Good governance sebagai suatu bentuk manajemen

pembangunan, yang juga disebut sebagai administrasi pembangunan,

yang menempatkan peran pemerintah sentral menjadi Agen Of

Change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam

Negara berkembang. Agent Of Change karena perubahan yang

dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan yang

berencana), maka disebut juga Agent Of Development. Agent Of

Development dapat diartikan sebagai pendorong proses pembangunan

dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek,

dan peran perencanaan dalam anggaran.

Menurut Bank Dunia good governance adalah suatu konsep dalam

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,

penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan

pencegahan korupsi baik secara politik maupun Adminstrative,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi

tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga

10
Ardi adinata. 6 juni 2003. Makna otonomi daerah dalam perspektif good governance.
part rdikari vol. 1 no. 50.
Jurnal
be
1
mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan

konstruktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat 11.

Menurut Sedarmayanti, good governance merupakan proses

penyelenggraaan kekuasaan Negara dalam melaksanaakan

pelayanan publik, baik berupa public good maupun public service oleh

governance. Sedangkan praktek terbaiknya disebut good governance

yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan berintegritas,

professional serta menerapkan etos kerja dan moral yang tinggi12.

United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan

istilah governance sebagai suatu exercise dari kewenangan politik,

ekonomi, dan administrasi untuk menata, mengatur dan mengelola

masalah-masalah sosialnya (UNDP, 1997). Istilah governance

menunjukkan suatu proses dimana rakyat bisa mengatur ekonominya,

institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya

dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan

kohesi, integrasi dan untuk kesejahteraan rakyatnya 13.

Good governance sebagai norma pemerintahan adalah suatu

sasaran yang akan dituju dan diwujudkan dalam pelaksanaan

pemerintahan yang baik dan asas-asas umum pemerintahan yang

layak sebagai norma mengikat yang menuntun pemerintah daalm

11 an.2003. Kebijakan Publik yang Membuni. Lukman Offset. Yogyakarta. Hal.114


Tangkilis A.Daim. 2014. Hukum Administrasi. Laksbang Justitia. Surabaya. Hal.45
12 o. 2004. Otonomi & manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI, , Hlm 23-
Nuryanto
13

Mardism 1
mewujudkan good governance. Sinergitas antara good governance

dengan asas-asas umum pemerintahan yang layak menciptakan

pemerintahan yang bersih dan pemerintahan yang berwibawa. Konsep

good governance telah menjadi kemauan politik dalam berbagai

ketentuan peraturan perundang-undangan dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia14

Berdasarkan pengertian good governance diatas maka istilah good

governance adalah penyelengaaraan pemerintahan Negara yang

transparan, bertanggung jawab, efisien dan efektif, dengan senantiasa

menjaga keselarasan interaksi yang konstruktif di antara domain

Negara, sektor swasta dan masyarakat15.

2. Karakteristik Good Governance

Secara umum menurut Dwiyanto, terdapat beberapa karakteristik

dan nilai yang melekat dalam praktik good governance. Pertama,

praktik good governance harus memberi ruang kepada aktor lembaga

non-pemerintah untuk berperan serta secara optimal dalam kegiatan

pemerintahan sehingga memungkinkan adanya sinergi diantara aktor

dan lembaga pemerintah dengan non-pemerintah seperti masyarakat

sipil dan mekanisme pasar. Kedua, dalam praktik good governance

terkandung nilai-nilai yang membuat pemerintah dapat lebih efektif

beke rja untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Nilai-nilai seperti

14 mal. 2008. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan
Muh Fah
ahan Yang Bersih. Kreasi Total Media. Yogyakarta. Hal.88-89
Pemeri
nt A.Daim.op.cit.
15
Nuryanto

1
efisiensi, keadilan dan daya tanggap menjadi nilai yang penting.

Ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang

bersih dan bebas dari praktik KKN serta berorientasi pada kepentingan

publik. Karena itu, praktik pemerintahan dinilai baik jika mampu

mewujudkan transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas

publik16.

Menurut Wibisono sebagaimana dikutip oleh Sadjijono ada 7

karakteristik good governance antara lain:

1. Pengelolaan sumber alam secara berkualitas

2. Integritas diri dari para politisi, penegak hukum dan elite

intelektual.

3. Pluralisme dalam sistem politik dengan adanya pihak oposisi

yang efektif.

4. Media massa yang independen.

5. Independensi lembaga peradilan.

6. Proses pelayanan publik yang efisien dengan standar

profesionalisme yang tinggi dan menjunjung integritas.

7. Adanya aturan anti korupsi yang jelas dan tegas.17

3. Prinsip-prinsip Good Governance

Good governance sebagai suatu instrumen yang di dalamnya

terkandung berbagai prinsip-prinsip menduduki posisi yang sangat

Agus iyanto. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.


16
Pustaka
Dw
ogyakarta. Hal.18-19
Pelajar.
Y
17

Nomense 1
penting dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik.18 Prinsip-

prinsip yang terkandung dalam good governance menurut United

Nation Development Program (UNDP) yang dikutip Tangkilisan

menyebutkan bahwa adanya sinergis dan kontruktif di antara Negara,

sector swasta dan masyarakat dirumuskan dalam Sembilan prinsip

yaitu:

1. Partisipasi (participation)

Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi

institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi

seperti ini di bangun atas dasar bersosialisasi dan berbicara

serta berparisipasi secara konstruktif.

2. Rule of law

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusi.

3. Transparansi (transparency)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi

secara langsung dapat diterima oleh mereka yang

membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat

dimonitor.

18
amrin. 2013. Hukum Pelayanan Publik di Indonesia. Aswaja Pressindo. Yogyakarta
Husni
th
Hal.4
8
2
4. Responsivitas (responsiveness)

Lembaga-lembaga dan proses kelembagaan harus mencoba

untuk melayani setiap stakeholders.

5. Orientasi (consensus orientation)

Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda

untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih

luas dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

6. Keadilan (equality)

Semua warga Negara baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga

kesejahteraan mereka.

7. Efektivitas dan efisinsi (effectiveness and efficiency)

Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai

dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan

sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sector swasta

dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan

lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung pada

sifat keputusan yang dibuat. Apakah keputusan tersebut untuk

kepentingan atau eksternal organisasi.

2
9. Strategi visi (strategic vision)

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good

governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke

depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan

semacam ini.19

C. PELAYANAN PUBLIK

1. Pengertian Pelayanan Publik

Setiap Negara dimanapun serta apapun bentuk pemerintahannya,

membutuhkan pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan suatu

keharusan bagi negara atau pemerintahan untuk melayani warga

negaranya. Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan

publk yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris

pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri-ciri

yakni berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.20

Pelayanan publik memliki aspek yang “multi-dimensi”. Pelayanan

publik tidak hanya dapat di dekati dari satu aspek saja, misalnya aspek

hukum atau asek politik saja. Tetapi juga melingkupi aspek ekonomi

dan aspek sosial budaya secara integratif.

Dalam perspektif ekonomi, pelayanan publik adalah semua bentuk

pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah (sektor publik yang

diper lukan oleh warga negara sebagai konsumen). Pengadaan barang

19
Tangkilis an dan Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Grassindo. .Jakarta. Hal. 115.
20
Sumber: Kantor Ombudsman Kota Makassar

2
dan jasa ini harus disediakan oleh pemerintah, ini karena sektor

swasta tersebut tidak mau memproduksi barang dan jasa tersebut

sebagai konsekuensi dari kegagalan pasar atau karena secara

alamiah barang atau jasa tersebut harus disediakan secara eksklusif

oleh negara.21

Sementara dari optik politik, dikatakan bahwa pelayanan publik

merupakan refleksi dari pelaksanaan negara dalam melayani warga

negara nya berdasarkan kontrak sosial pemebentukan negara oleh

elemen-elemen warga negara. Peran negara dalam pelayanan publik

tersebut dilaksanakan oleh suatu pemerintahan yang dijalankan oleh

kekuatan politik yang berkuasa.

Dari sosial budaya, pelayanan publik merupakan sarana

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat demi mencapai

kesejahteraan yang di dalam pelaksanaannya kental akan nilai-nilai,

sistem kepercayaan dan bahkan unsur religi yang merupakan refleksi

dari kebudayaan dan kearifan lokal yang berlaku. Sedangkan dari

perspektif hukum, pelayanan publik dapat dilihat sebagai suatu

kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau perturan perundang-

undangan kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar warga

Negara atau penduduknya atas suatu pelayanan.22

21
Tim liti lemlit UI. 2002. Naskah akademik RUU tentang pelayanan publik. Jakarta. Lemit
pene
Hal
4
22
Ibid.
hal.5 2
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik Pasal 1 Ayat (1) berbunyi:

“Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam


rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.23

Pasal 5 ayat (3) UU No 25 Tahun 2009 menjelaskan bahwa yang di

maksud dengan barang publik yaitu:

a. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari APBN dan/atau APBD

b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau

kekayaan daerah yang dipisahkan.

c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari APBN atau APBD atau badan usaha yang

modal pendiriannya sebagaian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan negara dan/ atau kekayaan daerah yang dipisahkan,

tetapi ketersediaannya menjadi misi Negara yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

Kemudian Pasal 5 ayat (4) UU No 25 Tahun 2009 menjelaskan

a yang di maksud dengan jasa publik yaitu:


bahw

23
al 1 ayat (1) UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Lihat Pas

2
a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/ atau APBD.

b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian tau seluruhnya bersumber dari kekayaan

negara dan/atau kekayaan daerah.

c. Penyediaan jasa publik yang pembiyaannya tidak bersumber

dari APBN atau APBD atau badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari

kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan,

tetapi ketersediaanya menjadi misi negara yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

Kemudian Pasal 5 ayat (7) UU No 25 Tahun 2009 menjelaskan

bahwa yang di maksud dengan pelayanan administratif yaitu:

a. Tindakan administrative pemerintah yang diwajibkan oleh

negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda warga Negara.

b. Tindakan administrative oleh non-pemerintah yang diwajibkan

oleh Negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan

serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima

pelayanan.

P engertian pelayanan publik menurut A.S. Moenir menyatakan

bahw a:

2
“Pelayanan umum adalah suatu usaha yang dilakukan kelompok
atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu”24
Kemudian Menurut Philip Kotler pelayanan publik adalah

“ A service is any act of performance that one party can offer to


another that is essentially intangible and does not result in the
ownership of anything. It’s production may or may be tied in physical
produce” (pelayanan merupakan setiap tindakan atau pelaksanaan
yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya menunjukkan tidak nyata dan tidak mengakibatkan
kekuasaan atas segala sesuatunya. Hasil dari pelayanan ini dapat atau
tidak dapat dikaitkan dengan produk fisik.)25
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Pelayanan Publik diartikan

sebagai berikut:

1. Perihal atau cara melayani

2. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh

imbalan (uang)

3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli

barang atau jasa.

Selain itu Ketetapan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Standar

pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan

24 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. PT.Bumi Aksara. Jakarta. Hal.7


Moenir. amrin. 2013. Hukum Pelayanan Publik di Indonesia. Aswaja Pressindo. Jakarta. Hal.28
25
Husni
Th
2
Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, sekurang-kurangnya

meliputi:

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelaynan yang di lakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengadilan.

c. Biaya Pelayanan

Biaya/tariff pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

d. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

e. Sarana dan Prasarana

Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

2
f. Kompetensi Petugas Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan

tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap,

dan perilaku yang dibutuhkan.26

Berdasarkan berbagai defenisi di atas dapat dikatakan bahwa

pelayanan publik adalah suatu pemenuhan keinginan dan kebutuhan

masyarakat oleh penyelenggara Negara yang dituangkan baik secara

tertulis maupun tidak tertulis, yang mengikat pemerintah sebagai

pemberi pelayanan publik dan warga Negara sebagai penerima

layanan publik secara keseluruhan.27

2. Asas-asas penyelenggara pelayanan publik

Dalam konteks penyelenggaraan pelayanan publik, menurut

Lenvine28 produk pelayanan publik dalam Negara demokrasi paling

tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni: Pertama, responsivitas

adalah daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan,

aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan; kedua, responsibilitas

adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses

pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-

prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang

26 n Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003.


Keputusa . Dkk. 2012. Hukum Pelayanan Publik Berbasis Keterbukaan Informasi dan Partisipasi.
27 ss. Malang. Hal. 13
Sirajuddinat Lenvine Dikutip Oleh AG. Subarsono. 2005. Pelayanan Publik Yang Efisien,
Setara e, dan Non-partisan Dalam Agus Dwiyanto (editor). 2005. Mewujudkan Good
Pre nce Melalui Pelayanan Public. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Hal. 140-175
28

Pendap
Respons 2
benar dan telah ditetapkan; ketiga akuntabilitas adalah sutu ukuran

yang menunjukan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan

sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang

berkembang dalam masyarakat.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Pelayanan Publik, dikemukakan

bahwa penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

a. Kepentingan Umum: pemberian pelayanan publik tidak boleh

mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok.

b. Kepastian Hukum: jaminan terwujudnya hak dan kewajiban

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Kesamaan Hak: pemberian pelayanan tidak membedakan suku,

ras, agama,golongan, gender dan status ekonomi.

d. Keseimbangan Hak dan Kewajiban: pemenuhan hak harus

sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik

oleh pemberi maupun penerima pelayanan.

e. Keprofesionalan: pelaksana pelayanan harus memiliki harus

memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas.

f. Partisipatif: peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat.

g. Persamaan Perlakuan / Tindak Diskriminatif: setiap warga

Negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

2
h. Keterbukaan: setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah

mengakses dan memperoleh informasi tentang pelayanan yang

diinginkan.

i. Akuntabilitas: proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, fasilitas, dan perlakuan khusus bagi kelompok.

j. Rentan: pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan

sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.

k. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan: setiap jenis

pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau.

l. Ketepatan waktu: penyelesaian setiap jenis pelayanan

dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan. 29

3. Prinsip pelayanan publik

Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip

pelayanan sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan.

Prinsip pelayanan publik menurut keputusan MENPAN No.63/ KEP/

M.PAN/7/2003 yaitu:

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dijelaskan.

b. Kejelasan

29 . Dkk. Op.cit. Hal. 41-42


Sirajuddin

3
Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, unit kerja

atau pejabat yang berwenangdan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan tau

persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik,

rician biaya pelayanan publik, dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan tepat, benar dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayaanan

dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

g. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,

ramah, serta memberikan pelaynan dengan ikhlas.

h. Kelengkapan Sarana dan Prasaran

3
Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika.

i. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang sehat dan

indah serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan

seperti tempat parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

j. Kemudahaan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informatika.30

4. Kualitas Pelayanan Publik

Pemberian pelayanan yang baik merupakan salah satu upaya

perusahaan untuk menciptakan kepuasan bagi konsumennya. Jika

konsumen merasa telah mendapatkan pelayanan yang baik berarti

perusahaan mampu memberikan pelayanan yang baik pula. Demikian

pula sebaliknya, pelayanan tidak dapat diuraikan secara obyektif

seperti sebuah produk, melainkan merupakan interaksi social dengan

subyektivitas, lebih tergantung pada nilai, parasaan dan perilaku.

Menurut Goetsch dan Davis yang diterjemahkan Fandy Tjiptono

mem buat definisi mengenai kualitas sebagai berikut:

30
Surat kep utusan Menpan No. 63/ KEP/ M.PAN/7/2003.

3
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan”

Definisi kualitas di atas mengandung makna bahwa elemen-elemen

kualitas yaitu:

a. Kualitas merupakan kondisi yang dinamis

b. Kualitas berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses

dan lingkungan.

c. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan

Kemudian menurut Wyckcof dan Lovelock, ada dua faktor utama

yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu respected service dan

perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan

(perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas

jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya jika jasa yang

diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa

yang dipersepsikan buruk. Baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada

kemempuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya

secara konsisten. Jadi pelayanan yang berkualitas itu tidak hanya

ditentukan oleh pihak yang melayani, tetapi juga pihak yang ingin

dipuaskan.31

Dan yang menjadi prinsip- prinsip layanan yang berkualitas

m enurut H.A.S. Moenir antara lain:

31
Fandy Tjip tono. 2000. Manajemen Pemasaran. Andi Offset.

3
a. Proses dan prosedur harus ditetapkan lebi awal.

b. Proses dan prosedur itu harus diketahui oleh semua pihak yang

terlibat.

c. Disiplin bagi pelaksanaan untuk mentaati proses dan prosedur

d. Perlu peninjauan proses dan prosedur oleh pimpinan, sewaktu-

waktu dapat dirubah apabila perlu.

e. Perlu menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembang

budaya organisasi untuk menciptakan kualitas layanan.

f. Kualitas berarti memenuhi keinginan, kebutuhan, selera

konsumen.

g. Setiap orang dalam organisasi merupakan partner dengan

orang lainnya.32

5. Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi

pemerintah. Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi

satuan kerja atau satuan orang kementrian, departemen, lembaga,

pemerintahan non departemen, kesekertariatan lembaga tertinggi dan

tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun

daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai penerima

pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan

badan hukum. Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan

pelay anan umum, yang biasanya menempel di tubuh lembaga

32
H.A.S Mo enir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara.

3
pemerintahan dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai dengan

harapan masyarakat, sebagai konsumen mereka. Dalam organisasi

birokrasi segala bentuk hubungan bersifat resmi dan berjenjang

berdasarkan struktur orang yang berlaku sehingga menuntut ditaatinya

prosedur yang berlaku pada orang tersebut.33 Dalam pasal 14 UU No.

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan penyelenggara

memiliki hak:

a. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan

tugasnya;

b. Melakukan kerjasama, mempunyai anggaran pembiayaan

penyelenggaraan pelayanan publik;

c. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang

tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik

d. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan.34

Dalam pasal 15 UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

penyelenggara berkewajiban:

a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;

b. Menyusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat

pelayanan;

33 ti.2014. Skripsi. Kualitas Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan


Sri di
Susan
an Gamping. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Hal.25
Kecam
at
34
3
Undang-
c. Menempatkan pelaksana yang kompeten

d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan

publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang

memadai;

e. Memberikan pelatanan yang berkualitas sesuai dengan asas-

asas penyelenggaraan pelayanan publik.35

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara

negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan

pelayanan publik. Sebagai penyelenggara pelayanan publik

hendaknya instansi memperhatiakan hak dan kewajiaban sebagai

penyelenggara pelayanan publik sesuai yang telah diamanatkan pada

undang-undang.

6. Faktor Pendukung Pelayanan

Pelayan umum kepeda masyarakat akan dapat berjalan

sebagaimana yang diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya

cukup memadai serata dapat difungsikan secara berhasil guna dan

berdaya guna. Pada proses pelayanan terdapat faktor penting dan

setiap faktor mempunyai peranan yang berbeda-beda tetapi saling

berpengaruh dan secara bersama-sama akan mewujudkan

pelaksanaan pelayanan yang baik.

35
l 15
Ibid.
Pasa

3
H.A.S Moenir berpendapat ada enam faktor pendukung pelayanan,

anatara lain:

a. Faktor kesadaran

Faktor kesadaran ini mengarah pada keadaan jiwa

seseorang yang merupakan titik temu dari beberapa

pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan,

ketetapan hati dan keseimbangan jiwa. Dengan adanya

kesadaran akan membawa seseorang kepada kesungguhan

dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Faktor Aturan

Aturan sebagai perangkat penting dalam segala tindakan

pekerjaan seseorang. Oleh karena itu, setiap aturan secara

langsung atau tidak langsung akan berpengaruh. Dengan

adanya aturan ini seseorang akan mempunyai pertimbangan

dalam menentukan langkahnya. Pertimbangan pertama

manusia sebagai subjek aturan ditunjukan oleh hal-hal penting :

1) Kewenangan

2) Pengetahuan dan pengalaman

3) Kemampuan bahasa

4) Pemahaman pelaksanaan

5) Disiplin dalam melaksanakan diantaranya disiplin waktu

dan disiplin kerja.

c. Faktor organisasi

3
Faktor organisasi tidak hanya terdiri dari susunan organisasi

tetapi lebih banyak pada pengaturan mekanisme kerja.

Sehingga dalam organisasi perlu adanya sarana pendukung

yaitu sistem, prosedur, dan metode untuk memperlancar

mekanisme kerja.

e. Faktor pendapatan

Faktor pendapatan yang diterima oleh seseorang

merupakan inbalan atas tenaga dan pikiran yang telah

dicurahkan orang lain. Pendapatan dalam bentuk uang, iuran

atau fasilitas dalam jaka waktu tertentu.

f. Faktor kemampuan

Faktor kemampuan merupakan titik ukur untuk mengetahui

sejauh mana pegawai dapat melakukan suatu pekerjaan

sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan apa

yang diharapkan. Keenam faktor tersebut mempunyai peranan

yang berbeda tetapi saling mempengaruhi dan secara bersama-

sama akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan secara

optimal, baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan atau

pelayanan dalam bentuk gerakan/ tindakan dengan atau tanpa

tulisan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan

pelayanan publik harus memperhatikan aspek pendukung agar

pelayanan dapat berjalan dengan baik. Faktor yang harus

3
diperhatikan meliputi : faktor kesadaran baik dari petugas

pelayanan maupun dari masyarakat; faktor aturan yang telah di

tentukan oleh instansi pemberi layanan; faktor organisasi yang

baik; faktor imabalan atau gaji; faktor kemampuan dalam

bekerja; faktor sarana dan prasarana; komunikasi dan

pendidikan.36

D. BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MAKASSAR

1. Pengertian BPN

Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non-

departemen yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Presiden dan pimpinan oleh Kepala (sesuai Perpres No. 20 Tahun

2015). BPN mempunyai tugas melaksanakan nasional, regional,

maupun sektoral. Adapun agenda BPN kota Makassar adalah :

a. Membangun kepercayaan masyarakat kepada BPN

b. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah

c. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah

d. Menyelesaikan persyaratan atas pertanahan di daerah-daerah

korban bencana alam dan derah konflik diseluruh tanah air.

e. Menangani dan menyelesaiakan perkara, masalah sengketa

dan konflik pertanahan diselurh Indonesia secara sistematis

f. Membangun sistem informasi dan manajemen dan sistem

pengamamanan dokumen

36
H.A.S enir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta
Mo

3
g. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat

h. ‘membangun database penguasaan dan pemilikan tanah skala

besar.

i. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-

undangan pertanahan yang ditetapkan

j. Menata kelembagaan

k. Mengembangkan dan memperbaiki politik dan kebijakan

pertanahan.37

2. Struktur Organisasi BPN

Badan pertanahan nasional adalah lembaga pemerintah non-

kementerian yang bersifat vertikal, terdiri dari:

1. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

2. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; dan

3. Kantor Pertanahan

Badan Pertanahan Nasional secara struktur saat ini terdiri dari 7

unit eselon I (meliputi 1 unit Secretariat utama, 1 unit Inspektorat, 5

unit Kedeputian) serta unit eselon I yang terdiri dari 3 bidang Staf

Khusus. Setiap unit eselon I membawahi beberapa unit eselon II.

Struktur jabatan lingkup Badan Pertanahan Nasional pada tingkat

tertinggi yaitu pusat atau RI. Untuk tingkat pusat sendiri, BPN RI

mem iliki instansi vertikal yang berada di bawah dan bertanggung

37
Sumber B adan Pertanahan Nasional Kota

4
jawab langsung kepada Kepala BPN RI (Perkaban RI No 1 Tahun

2010).

3. Jenis Pelayanan Pertanahan

a. Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali

b. Pelayanan pemeliharaan data pendaftaran tanah

c. Pelayanan pencatatan dan informasi pertanahan

d. Pelayanan pengukuran bidang tanah

e. Pelayanan pengaturan dan penataan pertanahan.

f. Pengelolaan pengaduan.38

4. Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Dalam

Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Suatu sertifikat Hak milik atas tanah untuk pertama kali tidak begitu

saja diberikan kepada yang berhak. Untuk mendapatkan sertipikat hak

milik atas tanah harus dilakukan tahapan-tahapan proses pendaftaran

tanah sebagai suatu proses yang diakhiri dengan terbitnya sertifikat

yang bermanfaat bagi pemegang hak atas tanah, pihak yang

berkepentingan dan bagi pemerintah dalam mendukung kebijakan

pertanahan.

E. OMBUDSMAN RI

1. Sejarah ombudsaman RI

Awal mula ombudsman berasal dari swedia yang mempunyai

bebe rapa definisi. Kata ombudsman berasal dari bahasa Skandinavia

38
www.bpn .go.

4
kuno. Kata ombudsman diambil dari kata Umbud/Ombud yaitu Proxy/

Wali Amanat/ Pengacara. Kata Ombudsman bisa diartikan dengan

respresentative, agent, delegate, lawyer, guardian or any other person

who is authorized by others to act on their behalf and serve their

interest, yang berarti “ Perwakilan, agent, delegasi, pengacara,

pelindung atau orang-orang yang diminta untuk melakukan/mewakili

kepentingan mereka dan melayani keuntungan mereka. Ide

pembentukan institusi Ombudsman pertama kali berasal dari Raja

Swedia Charles II.39

Ombudsman Republik Indonesia sebelumnya bernama komisi

ombudsman nasional adalah lembaga Negara di Indonesia yang

mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan

publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan

pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD dan

badan hukum milik Negara serta badan swasta atau perseorangan

yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN atau APBD. 40

Upaya pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia oleh

pemerintah dimulai ketika Presiden B.J. Habibie berkuasa, kemudian

dilanjutkan oleh penggantinya, yakni K.H. Abdurrahman Wahid.

Pada masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid lah disebut

39 tshuri. 2005. Mengenal Ombudsman Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Hlm.3
Budhi
smara. Ombudsman nasional dalam sistem pemerintahan Negara republic Indonesia.
Ma
40 pressindo. Yogyakarta. Hal. 22
Galang
a
Laksba
ng 4
sebagai tonggak sejarah pembentukan lembaga Ombudsman di

Indonesia. Pemerintah pada waktu itu nampak sadar akan perlunya

lembaga Ombudsman di Indonesia menyusul adanya tuntutan

masyarakat yang amat kuat untuk mewujudkan pemerintah yang

bersih dan penyelenggaraan negara yang baik atau clean and good

governance.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid segera mengeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1999 tentang tim pengkajian

pembentukan lembaga Ombudsman. Menurut konsideran keputusan

tersebut, latar belakang pemikiran perlunya dibentuk lembaga

Ombudsman Indonesia adalah untuk lebih meningkatkan pemberian

perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat dari pelaku

penyelenggara negara yang tidak sesuai dengan kewajiban hukumnya,

dengan memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat yang

dirugikan untuk mengadu kepada suatu lembaga yang independen

yang dikenal dengan nama Ombudsman.

Pada bulan Maret 2000, K.H. Abdurrahman Wahid mengeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi

Ombudsman Nasional, sehingga mulai saat itu, Indonesia memasuki

babak baru dalam sistem pengawasan. Demikianlah maka sejak

ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 pada

tang al 10 Maret 2000 berdirilah lembaga Ombudsman Indonesia

g an dengan nama Komisi Ombudsman Nasional. Menurut Kepres

den

g 4
Nomor 44 Tahun 2000, pembentukan lembaga Ombudsman di

Indonesia dilatarbelakangi oleh tiga pemikiran dasar sebagaimana

tertuang di dalam konsiderannya, yakni:

1. Bahwa pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka

melakukan pengawasan akan lebih menjamin

peneyelenggaraan negara yang jujur, bersih, transparan,

bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

2. Bahwa pemberdayaan pengawasan oleh masyarakat terhadap

penyelenggaraan negara merupakan implementasi demokrasi

yang perlu dikembangkan serta diaplikasikan agar

penyalahgunaan kekuasaan, wewenang ataupun jabatan oleh

aparatur dapat diminimalisasi;

3. Bahwa dalam penyelenggaraan negara khususnya

penyelenggaraan pemerintahan memberikan pelayanan dan

perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat oleh

aparatur pemerintah termasuk lembaga peradilan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menciptakan

keadilan dan kesejahteraan.

2. Wewenangan Ombudsman RI

Sebelum masuk pada wewenang ombudsman penulis akan terlebih

dahu lu membahas mengenai pengertian dari wewenang itu sendiri.

Pen ertian wewenang menurut pakar adalah hak yang dimiliki

g orang atau badan hukum yang dimana dengan hak

ses
4
e
seseorang atau badan hukum dapat memerintah atau menyuruh untuk

berbuat sesuatu.

Wewenang merupakan kekuasaan yang sah. Max Weber yang

dianggap sebagai bapak birokrasi mengungkapkan tiga macam tipe

ideal wewenang, yaitu :

a. Wewenang tradisional

Wewenang Tradisional adalah wewenang yang dapat dimiliki

oleh manusia maupun kelompok manusia. Wewenang ini

dimiliki oleh orang orang yang sudah lama sekali memiliki

kekuasaan di dalam masyarakat. Wewenang ini dimiliki oleh

seseorang atau kelompok orang bukan karena memiliki

kemampuan khusus, namun wewenang ini dimiliki karena

memiliki kekuasaan dan wewenang yang telah melembaga

bahkan telah menjiwai masyarakat.

b. Wewenang karismatik

Wewenang Karismatik adalah wewenang yang tidak diatur oleh

kaidah atau aturan, baik yang tradisional maupun yang rasional.

Sifat dari wewenang karismatik cenderung irasional atau tidak

masuk akal. Terkadang karisma tersebut hilang karena

masyarakat yang berubah dan memiliki paham yang berlainan.

Namun perubahan inilah menjadi faktor yang tidak dapat diikuti

oleh orang-orang yang memiliki wewenang karismatik, sehingga

dia tertinggal oleh kemajuan dan perkembangan masyarakat

4
c. Wewenang legal-rasional

Wewenang Legal-Rasional adalah wewenang yang disandarkan

pada sistem atau aturan hukum yang berlaku di dalam

masyarakat. Wewenang inilah yang menjadi basis wewenang

pemerintahan. Oleh karena itu, birokrasi didominasi oleh

semangat formalistic-impersonality. Segala kewenangan yang

dimiliki oleh seseorang didasarkan pada hukum yang berlaku,

hal ini diatur juga agar pemilik kewenangan itu tidak berlaku

semena-mena.41

Ombudsman Republik Indonesia dibentuk berdasarkan ketentuan

UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia,

dibentuknya ombudsman kian memperbanyak jumlah institusi-institusi

negara yang mandiri (state auxiliaris institutions) dalam struktur

ketatanegaraan Indonesia.42

Berdasarkan pasal 8 ayat (1) UU No. 37 tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia, wewenang Ombudsman adalah

sebagai berikut :

1. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis pelapor,

terlapor, atau pihak lain yang terikait mengenai laporan yang

disampaikan kepada Ombudsman.

41 u Ndraha, 2003. Kybernologi : Ilmu Pemerintahan Baru. Penerbit PT Rineka Cipta :


Taliziduh
Jakart ,dkk. 2012, Hukum Pelayanan Publik. Setara Pers. Malang, hlm., 155.
a.
42

Sirajuddin 4
2. Memeriksa keputusan, surat menyurat, atau dokumen lain yang

ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan

kebenaran suatu laporan.

3. Laporan dari instansi terlapor.

4. Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak

lain yang terkait dengan laporan.

5. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsoliasi atas

permintaan para pihak.

6. Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan,

termasuk rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau

rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan.

7. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi.

Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Ombudsman berwenang:

1. Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau

pimpinan Penyelenggara lainnya guna perbaikan dan

penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan

publik.

2. Menyampaikan saran kepada DPR dan/atau Presiden,

DPRD dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-

undang dan peraturan perundang-undangan lainnya

4
diadakan perubahan dalam rangka mencegah

maladministrasi43

3. Fungsi Ombudsman RI

Fungsi Ombudsman sebagaimana tercantum dalam pasal 6

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia, Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara

dan pemerintahan baik dipusat maupun di daerah, termasuk yang

diselenggarakan oleh BUMN, BUMD dan Badan Hukum Milik Negara

serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas

menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.44

Menyangkut fungsi Ombudsman Republik Indonesia, sebagaimana

telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan dibentuknya

Ombudsman di Indonesia adalah sebagai lembaga pengawasan.

Fungsi pengawasan yang dijalankan oleh Ombudsman dengan fungsi

pengawasan yang dijalankan oleh lembaga-lembaga pengawasan

lainnya, baik yang bersifat eksternal maupun internal, seperti

Pengadilan, BPK, DPR/DPRD, BPKP, KPK, Kejaksaan, Inspektorat

Daerah dan lain-lain tidaklah sama dengan lembaga-lembaga

pengawasan tersebut.

Adapun perbedaan perbedaan Ombudsman dengan lembaga-

lemb aga tersebut antara lain sebagai berikut:

43
UU No. Thn.2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia Pasal 8.
37 Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia pasal 6
44
Undang-

4
1. Perbedaannya dengan pengadilan terletak pada keputusannya.

Putusan pengadilan atau yang disebut vonis, memiliki beberapa

upaya hukum, yakni upaya hukum banding, kasasi dan

peninjauan kembali, sedangkan keputusan Ombudsman

Republik Indonesia yang disebut Rekomendasi tidak memiliki

upaya hukum tersebut melainkan bersifat final dan mengikat

(legal binding). Hal ini merupakan perbedaan ORI dengan

Ombudsman pada umumnya yang bersifat rekomendasi dan

tidak mengikat (non legal binding), tidak dapat dipaksakan untuk

di eksekusi. “Pasal 38 dan Pasal 39 UU 37 tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia”

2. Perbedaannya dengan Inspektorat Departemen atau

Inspektorat LPND keputusannya yang bersifat administratif dan

mengikat hanya terhadap pejabat dalam lingkungan instansi

yang bersangkutan karena ruang lingkup tugasnya terbatas

pada Departemen/LPND yang bersangkutan semata.

Sedangkan Ombudsman bersifat eksternal dan melingkupi

semua institusi penyelenggara Negara dan pemerintahan ,

bahkan individu dan swasta.

3. Perbedaannya dengan BPK dan BPKP, kedua instasi ini hanya

melakukan pengawasan terkait dengan penggunaan anggaran

belanja negara dan daerah semata. Pengawasan oleh BPK

lebih bersifat administartif dan khusus terhadap penggunaan

4
keuangan Negara. Sedangkan Ombudsman RI mengawasi

perilaku aparat administrasi terutama yangf terkait dengan

pelayanan publik.

4. Perbedaannya dengan DPR/DPRD, terletak pada focus

pengawasan. DPR/DPRD meliputi pengawasan politik dan

administratif pada tataran pengaturan dan pelaksanaan

kebijakan pemerintah. Sedangkan Ombudsman RI menyangkut

perilaku penyelenggara Negara dalam rangka pelayanan publik.

5. Perbedaannya dengan KPK dan Kejaksaan terletak pada obyek

pengawasan berupa perilaku yang terkait dengan tindak pidana,

sedangkan Ombudsman mengenai maladministrasi dalam

melakukan pelayanan publik.

6. Perbedaannya dengan Inspektorat Daerah sama dengan

Inspektorat Departemen hanya menyangkut pelaksanaan dari

tugas-tugas pemerintahan yang dijalankan oleh instansi

pemerintahan suatu daerah.

Dibanding lembaga pengawasan yang lain, Ombudsman memiliki

kelebihan-kelebihan, antara lain:

a. Pemohon tidak dikenakan biaya apapun

b. Tidak membutuhkan prosedur yang berbelit-belit dalam arti

melalui hukum secara tertentu atau melalui tahap-tahap tertentu

c. Laporan dapat dilakukan melalui lisan maupun tulisan dan dapat

mempergunakan sarana komunikasi jarak jauh

5
d. Tidak perlu menggunakan pengacara

e. Pemeriksaan dapat dilakukan dimana saja tanpa harus datang

di kantor Ombudsman

f. Bersifat aktif, Ombudsman tidak harus menunggu laporan akan

tetapi cukup adanya berita di media massa, maka Ombudsman

sudah bias mencari kebenaran atas terjadinya maladministrasi

g. Kerahasiaan pelapor dijamin

h. Ombudsman dapat melakukan pembuktia sendiri, tanpa harus

memanggil dan mengharuskan si pelapor membawa alat-alat

bukti lengkap. Ombudsman akan melakukan sendiri untuk

mencari bukti

i. Ombudasman dapat memanggil saksi dan mencari informasi

kepada semua pihak yang dianggap perlu dan terkait dengan

laporan atau masalah yang sedang ditangani tanpa biaya

apapun. Karakteristik Ombudsman yang demikian yang akan

menjadi salah satu kekuatan lembaga ini45

45 mara. Juni 2011. Kedudukan dan Fungsi Ombudsman dalam Sistem Ketatanegaraan
Galang
Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa Vol. 19 Nomor 2
As
Republ
ik
5
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh penulis adalah penelitian hukum

normatif-empiris, penelitian normatif (kodifikasi, undang-undang, atau

kontrak) penelitian hukum empiris digunakan dengan meneliti secara

langsung di lapangan dan melihat bagaimana penerapan peraturan

perundang-undangan dan peraturan lain yang berkaitan. Selain itu

penulis juga melakukan wawancara terhadap responden yang

berkompeten di bidang yang berkaitan, wawancara dilakukan di dua

instansi, pada instansi Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar

dilakukan wawancara dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Kota Besar Makassar, dan pada Ombudsma RI Perwakilan Sulawesi

Selatan dilakukan wawancara dengan asisten ketua Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama. Pengambilan data prime ini dilakukan dengan cara

m elihat atau melakukan wawancara.

5
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media

perantara atau tidak langsung dan melengkapi data primer. Data

sekunder antara lain mencakup dokumen-dokmen resmi, buku-

buku, hasi-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.

C. Lokasi Penelitian

Berkaitan dengan judul penulis yaitu Pelaksanaan Fungsi

Ombudsman Dalam Penyelesaian Pengaduan Pelayanan Publik Di

Badan Pertanhan Nasional Kota Makassar maka penulis melakukan

penelitian di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar yang

berlokasi di Jalan A.P. Pettarani no.8, Tidung, Rappocini, Kota

Makassar dan kantor perwakilan Ombudsman RI propinsi Sulawesi

Selatan yang berlokasi di Jalan Sulltan Alauddin, no. 9 Kompleks

Plaza Alauddin BA no. 9 Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini

ditempuh prosedur sebagai berikut:43

43 Ali. 2011. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. Hal.176


Zainuddin

5
1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih

dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara, tujuan dari

wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang terpercaya.

2. Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah mengumpulkan informasi dan data

dengan bantuan berbagai material yang ada di perpustakaan

seperti dokumen, buku, catatan, dan lain-lain.

E. Analisis Data

Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi

informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan

bermanfaat untuk solusi permaslahan, terutama permasalahan yang

berkaitan dengan penelitian. Data yang diperoleh oleh penulis baik

primer ataupun sekunder akan dilakukan analisis data secara kualitatif,

dan dipaparkan secara deskriptif.

5
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Fungsi Ombudsman dalam Menyelesaikan

Pengaduan Pelayanan Publik di Badan Pertanahan Nasional Kota

Makassar

Ombudsman merupakan Lembaga Negara yang bersifat mandiri

dan tidak memiliki hubungan organik dengan Lembaga Negara dan

instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya (pasal 2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

Ombudsman Republik Indonesia).

Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang

mempunyai wewenang mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik

yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan

termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta

badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan

pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah.1

O mbudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan

diran cang sebagai lembaga publik yang dapat memberikan akses dan

44
UU Repu blik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsaman Republik Indonesia

5
kontrol masyarakat dalam partisipasi pengawasan kinerja pelayanan

publik dan/atau dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat yang

berkaitan dengan persoalan masyarakat dengan pemerintahan daerah.

Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik

yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan

baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan

Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang

diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia.

Dalam menjalakan tugasnya Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Sulawesi Selatan dibantu dengan beberapa pihak, hal ini

dapat dilihat dari struktur organisasi kantor Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan. Adapun Struktur Organisasi

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan:

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PERWAKILAN OMBUDSMAN RI


PROVINSI SULAWESI SELATAN

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

SUBHAN

Kepala Perwakilan

SUBHAN

5
SEKRETARIAT

AMRI SYAM MUH. RESHA IRAWAN

Bid. Keuangan Bid. Administrasi Umum

ASWIWIN SIRUA MARIA ULFA MUSLIMIN B. PUTRA ST. DWI ADIYAH PRATIWI RIDWAN

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN

Berdasarkan hasil wawancara bersama Aswiwin Sirua, Asisten

Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan

pada tanggal 1 Agustus 2017 ;

“Fungsi dari Ombusman Republik Indonesia Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu mendorong pelayanan publik yang akuntable, mencegah

terjadinya maladministrasi, mencegah praktek-praktek KKN dan

mendorong Negara Hukum yang demokratis”.

Dalam melaksanakan fungsi nya Ombudsman diberikan

kewenangan berdasarkan pasal 8 Undang-Undang No 37 Tahun 2008,

yaitu Ombudsman berwenang:

a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari

pelapor, terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai

laporan yang disampaikan kepada

5
b. Memeriksa keputusan, surat-meyurat, atau dokumen lain yang

ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan

kebenaran suatu laporan

c. Laporan dari instasi terlapor

d. Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor dan pihak

lain yang terkait dengan laporan

e. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsoliasi atas

permintaan para pihak

f. Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan,

termasuk rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan atau

rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan

g. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi.

Dalam mencapai Negara Hukum yang demoktratis Ombudsman

Republik Indonesia memiliki fungsi mengawasi pemberian pelayanan

umum oleh penyelenggara negara dan pemerintah kepada

masyarakat. Penyelenggara Negara yang dimaksud meliputi Lembaga

Peradilan, Kejaksaan, Kepolisian, Badan Pertanahan Nasional,

Pemerintah Daerah, Instansi Departemen dan Non-Departemen,

BUMN, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta badan swasta dan

perorangan yang seluruh/sebagian anggarannya menggunakan

APBN /APBD.

5
Pada penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian penulis yaitu

kinerja Ombudsman dalam menyelesaikan pengaduan pelayanan

publik terhadap Badan Pertanahan Nasional khususnya dalam

menerbitkan sertifikat tanah.

Badan Pertanahan Nasional di Kota Makassar memiliki

kewenangan salah satunya untuk menerbitkan sertifikat tanah. Dalam

pelaksanaan kewenangan tersebut, Badan Pertanahan Nasional masih

belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pengaduan yang

dilaporkan di Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan. Salah satu kasus yang sering dilaporkan yaitu

Penundaan berlarut dalam penerbitan sertifikat tanah.

Badan Pertanahan Nasional beberapa kali dilaporkan dengan

masalah Maladministrasi yang sama yaitu penundaan berlarut. Dari

hasil wawancara Aswiwin Sirua mengatakan Bentuk dari

maladministrasi yaitu penundaan berlarut, tidak memberikan

pelayanan, tidak kompeten, penyalahgunaan wewenang, permintaan

imbalan, penyimpangan prosedur, bertindak tidak layak/patut,

berpihak, konflik kepentingan dan diskriminasi.

Berikut adalah data Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar

sebagai Terlapor di Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Sulawesi Selatan :

5
Tabel 1.

Laporan Terkait Pengaduan Badan Pertanahan Kota Makassar

No. Nomor Registrasi Jenis Pengaduan

1. 0188/LM/VII/2017/MKS Penundaan Berlarut

2. 0133/LM/V/2017/MKS Penundaan Berlarut

3. 0098/LM/III/2017/MKS Penundaan Berlarut

4. 0053/LM/II/2017/MKS Penundaan Berlarut

5. 0035/LM/II/2017/MKS Penundaan Berlarut

6. 0017/LM/I/2017/MKS Tidak Memberikan Pelayanan

7. 0269/LM/XI/2016/MKS Tidak Memberikan Pelayanan

8. 0246/LM/IX/2016/MKS Tidak Memberikan Pelayanan

9. 0242/LM/X/2016/MKS Penyimpangan Prosedur

10. 0199/LM/VIII/2016/MKS Penundaan Berlarut

11. 0191/LM/VIII/2016/MKS Penundaan Berlarut

Sumber Data : Ombudsman RI Prov.Sulawesi Selatan

Dari tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa Badan Pertanahan

Kota Makassar dilaporkan beberapa kali dalam kasus yang sama yakni

Penundaan Berlarut, hal ini tentunya sangat meresahkan pelapor.

Dalam beberapa wawancara terhadap pemohon di Badan Pertanahan

Kota Makassar, pemohon sering kali menghadapi masalah terkait

pelayanan publik di Badan Pertanahan Kota Makassar seperti berkas

terhambat, dan dalam penerbitan sertifkat yang seringkali


yan

g ulur waktu. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan Aswiwin

men

g 6
Sirua yang mengatakan telah mengirimkan surat panggilan kepada

Badan Pertanahan Nasional terkait penyelesaian masalah yang

diadukan oleh pelapor. Sejauh ini Badan Pertanahan Nasional Kota

Makassar terkadang memenuhi panggilan dan ikut kooperatif. Terkait

pengaduan ini, dari pihak Badan Pertanahan Kota Makassar

mengatakan telah sesuai dengan prosedur yang ada. Namun, tidak

dapat dipungkiri bahwa dalam beberapa penyelesaian sertifikat tanah

tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan di

dalam Standar Pelayanan.

Secara umum, penanganan pengaduan kepada lembaga

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan

mengenai pelanggaran kebijakan publik yang dilakukan pada bidang

pelayanan publik, dalam hal ini terkait masalah dugaan maladministrasi

yang dilakukan oleh beberapa oknum melalui 4 (empat) tahap, sebagai

berikut :

a. Investigasi.

Investigasi dilakukan dalam rangka menindaklanjuti laporan

untuk melengkapi data pendukung dan mendalami kebenaran

permasalahan di bidang pelayanan publik yang disampaikan

kepada Ombudsman RepubIik Indonesia Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan. Pelapor (orang atau kelompok) dalam

memberikan laporan dapat bersifat langsung, atau melalui surat, e-

ail, telepon, faximilie ke Ombudsman. Selanjutnya, pelapor

6
dipanggil oleh lembaga Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Sulawesi Selatan untuk melakukan konsultasi laporan

bersama anggota lembaga Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Sulawesi Selatan atau asisten.

b. Klarifikasi.

Hasil konsultasi akan dikaji bersama oleh anggota dan asisten

lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi

Selatan yang selanjutnya merencanakan tindak lanjut pengaduan.

Tindak lanjut pengaduan biasanya dilakukan dengan klarifikasi atau

investigasi. Klarifikasi dilakukan dengan memanggil pimpinan

instansi terkait sebagai terlapor sembari melakukan investigasi

data. Setelah data atau fakta diperoleh, maka data/fakta tersebut

masih perlu dianalisis, apakah memenuhi unsur-unsur

maladministrasi publik atau tidak. Jika tidak memenuhi maka

dibuatkan kesimpulan kasus yang diberikan ke pelapor. Tetapi

apabila memenuhi unsur maladministrasi publik maka kasus akan

dibahas lagi. Setelah pembahasan kasus secara komprehensif,

selanjutnya diputuskan apakah kasus diselesaikan melalui

mekanisme mediasi atau langsung ke langkah berikutnya.

c. Mediasi.

Apabila mekanisme mediasi diambil, pihak pelapor maupun

t rlapor didudukkan bersama membahas poin-poin bersama untuk

e encapai kesepakata bersama yang tidak

m 6
merugikan. Tetapi jika mengambil langkah selanjutnya, berarti

memberikan rekomendasi atau pendapat hukum lembaga

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan yang

perlu dilakukan oleh instansi terkait atau atasan yang berwenang

sebagai terlapor.

d. Monitoring.

Setelah diberikan rekomendasi selanjutnya dilakukan

monitoring, monitoring rekomendasi dilakukan untuk melihat

seberapa rekomendasi lembaga Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Sulawesi Selatan dilaksanakan oleh penerima

rekomendasi (terlapor). Monitoring dilakukan melalui surat yang

dilayangkan kepada terlapor perihal seberapa jauh rekomendasi

sudah dijalankan. Namun, apabila dari hasil monitoring diketahui

tidak adanya respons yang serius dari terlapor dalam menjalankan

rekomendasi yang diberikan. Kegiatan monitoring bertujuan untuk

mengetahui respon dan ketaatan instansi terlapor dalam hal ini

beberapa sekolah menegah atas terhadap tindak lanjut

Ombudsman RepubIik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan.

Monitoring juga dilakukan untuk monitoring pelayanan publik tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu secara tertutup. Penulis melakukan

wawancara dengan Amri Syam, selaku Secretariat bidang

Keuangan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi


elatan, yang mengatakan bahwa : “Standar Operasional Prosedur

6
dan Standar Pelayanan Ombudsman RI Provinsi Sulawesi Selatan

sesuai dengan Undang-Undang 37 Tahun 2008 dan Undang-

Undang 25 Tahun 2009”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis menarik

kesimpulan bahwa, benar hal itu diatur dalam Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia

pada BAB VII Tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian

Laporan. Berdasarkan Pasal 25 Ayat 1 Undang-Undang No. 37

Tahun 2008 Tentang dan Ombudsman Republik Indonesia dan

Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Alur Penyelesaian Laporan/Pengaduan baik itu merupakan

Laporan Masyarakat maupun dari inisiatif Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut;

1. Mengisi data diri lengkap

2. Memuat kronologis peristiwa

3. Sudah menyampaikan laporan secara langsung kepada

pihak terlapor atau atasannya dan tidak ada penyelesaian.

4. Peristiwa yang terjadi belum lewat 2 tahun

5. Identitas pelapor dapat di rahasiakan2

Selanjutnya Ombudsman Republik Indonesia memeriksa

Laporan, jika data kurang lengkap maka Ombudsman Republik

In donesia akan memberikan laporan tertulis kepada Pelapor dan

2
Lihat Pasa l 24 Undang-Undang No 37 Tahun 2008

6
untuk masa kerja paling lambat 30 hari untuk melengkapi laporan,

jika lewat dari 30 hari maka pelapor dianggap mencabut

laporannya.3

Setelah dilakukan seleksi pengaduan maka di tahap selanjutnya

Ombudsman Republik Indinesia dapat menetapkan berwenang

atau tidak melanjutkan pemeriksaan. Jika berwenang maka

Ombudsman akan melakukan :

1. Klarifikasi tertulis adalah permintaan penjelasan kepada

terlapor terkait dugaan maladministrasi secara tertulis dalam

bentuk surat

2. Investigasi Lapangan adalah kunjungan atau kedatangan tim

penyelesaian laporan ombudsman ke lapangan untuk

memeriksa dokumen, untuk meminta keterangan secara

langsung untuk melihat bukti fisik

3. Pemanggilan adalah meminta kedatangan pihak terlapor

secara langsung ke kantor untuk dimintai keterangan terkait

dengan dugaan maladministrasi

4. Mediasi/konsiliasi, bentuk mediasi yang dimaksudkan disini

yaitu pertemuan kedua belah pihak pelapor dan terlapor oleh

ombudsman yang bertindak sebagai mediator yang dimana

kedua-duanya bersepakat untuk menempuh penyelesaian

masalah melalui mediasi oleh ombudsman.

3
Lihat l 25 Undang-Undang No 37 Tahun
Pasa

6
dapat terjadi apabila kedua belah pihak memiliki kemauan

besar dalam proses penyelesaian masalah oleh ombudsman

yang sifatnya hanya sebagai media.

5. Ajudikasi Khusus, untuk saat ini adjudikasi khusus belum

diterapkan oleh ombudsman yang untuk sementara sampai

akhir 2015 sudah dirancang peraturan ombudsman tentang

ajudikasi tetapi sampai saat ini belum diterapkan. Ajudikasi

yang dimaksudkan disini semacam peradilan oleh

ombudsman, misalnya jika ada kerugian materil maka

dilakukan peradilan dan diputuskan besar kerugian materil

yang dibebankan kepada pihak yang diwajibkan membayar.

6. Systemic Review, seperti melihat sebuah isu atau masalah

yaitu lebih kepada menguji dari pada kebijakan dalam hal

pelayanan publik, sebagai contoh pengujian peraturan

pemerintah terkait pelayanan publik bagaimana

implentasinya di masyarakat apakah telah sesuai, aturan

berubah, dan atau aturan tersebut ada penyimpangan. 4

B. Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ombudsman Republik

Indonesia dalam Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik

Badan Pertanahan Kota Makassar

Dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan tertentu, kita

sena ntiasa dihadapkan dengan berbagai macam kendala dan

4
Hasil Waw ancara bersama Dwi selaku asisten ombudsman Republik Indonesia

6
hambatan. Ini merupakan konsekuensi eksistensi yang berhubungan

erat dengan konsep kehidupan. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas

suatu kewajiban yang diemban maka semakin besar pula tantangan

dan rintanagan yang akan menghadang. Ini sudah merupakan suatu

hukum alam yang berlaku secara universal dan konstan disetiap

tempat dan waktu. Hukum ini yang mutlak dihadapi oleh Ombudsman

Republik Indonesia sebagai lembaga pengawas penyelenggaraan

pelayanan Publik. Sejak awal didirikannya hingga sekarang ini

Ombudsman Republik Indonesia masih memiliki beberapa kendala

yang menghambat keberhasilan dan mengurangi daya efiseinsi dan

efektifitas kinerjanya. Namun disisi lain ada juga faktor yang mejadi

pendukung Ombudsman Republik Indonesia dalam melaksanakan

fungsi dan wewenangnya.

Dalam hal ini penulis memfokuskan faktor terkait mengenai

pelaksanaan pengawasan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi

Sulawesi Selatan terhadap aparatur pemerintah sebagai

penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Makassar, serta cara

mengatasi hambatan tersebut. Penulis menyimpulkan dari hasil

penelitiannya, bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman

Republik Indonesia terhadap aparatur pemerintah mengenai

pelayanan publik di Kota Makassar sebagaian besar masih

berda sarkan pada informasi yang berasal dari laporan masyarakat.

Ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Ombudsman Republik

6
Indonesia dalam melakukan pengawasan yaitu dari segi peraturan,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan letak geografis,

namun Ombudsman Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tetap bertekad

untuk meningkatkan dan berkotmitmen melaksanakan fungi, tugas dan

kewenangannya.

a. Faktor Penghambat

Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan

dalam pelaksanaan fungsi terkait pengaduan pelayanan publik

tentu mengalami kendala yaitu penyelenggara yang dilaporkan

ke ombudsman masih belum memahami tupoksi ombudsman.

Dimana tupoksi dari ombudsman dituangkan secara jelas dalam

pasal 6 dan 7 Undang-Undang nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia. Instansi atau institusi yang

dilaporkan di Ombudsman belum memahami secara mendalam

tugas dan fungsi Ombudsman sehingga terkadang Ombudsman

telah mengirimkan 3 kali surat panggilan barulah instansi terkait

memenuhi panggilan tersebut jadi dapat dikatakan dalam hal ini

Badan Pertanahan Nasional kurang kooperatif dalam memenuhi

panggilan dari ombudsman.5

Lebih substansial bagaimana penyelenggara memahami

tugas dan fungsinya sebagai aparat pelayanan publik, sehingga

terkadang oknum aparat atau pejabat yang berwenang

5 ancara dengan Aswiwin Sirua pada tanggal 01 agustus 2017


Hasil
waw

6
cenderung sulit menemukan solusi masalah dari laporan

pengaduan pelayanan publik.

b. Faktor Pendukung

Pelaksanaan tanggung jawab Badan Pertanahan Nasional

Kota Makassar di bidang Pelayanan Publik diterapkan sesuai

dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

publik, dimana hal ini bertujuan untuk mewujudkan batasan dan

hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban

dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik serta mewujudkan sistem

penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai asas-

asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.

Ombudsman Republik Indonesia memahami bahwa untuk

mewujudkan pelayanan publik berkualitas memerlukan

kerjasama dengan institusi lain melalui penandatanganan

naskah kerja sama dengan beberapa pemerintah dan swasta

guna meningkatkan komitmen penyelenggara negara dalam

mewujudkan pelayanan publik prima. Pihak penyelenggara yang

sudah memahami tugas dan fungsinya sebagai aparatur

pelayanan publik sehingga proses pelaporan pengaduan

masyarakat cepat ditangani lalu Ombudsman mengklarifikasi.

Faktor-faktor lainnya yaitu faktor non-teknis mengenai anggaran

Ombudsman itu sendiri yang masih terbatas baik di dalam

6
melakukan sosialisai maupun di dalam aspek penyelesaian

pengaduan masyarakat.

7
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Fungsi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi

Selatan dalam menyelesaikan pengaduan pelayanan publik di

Badan Pertanahan Kota Makassar telah dilaksanakan sudah sesuai

dengan peraturan yang berlaku, hal ini dibuktikan dengan adanya

beberapa pengaduan ke Ombudsman terkait masalah Pelayanan

Publik di Badan Pertanahan Kota Makassar dengan kasus yang

sama dan dalam prosesnya penyelesaian pengaduan dilakukan

dengan inisiatif sendiri oleh pihak Ombudsman Republik Indonesia

yaitu dengan melakukan Investigasi dan Monitoring serta mediasi

untuk menyelesaikan pengaduan tersebut.

2. Faktor penghambat Ombudsman Republik Indonesia dalam

Menyelesaikan Pengaduan Pelayanan Publik adalah kurangnya

kesadaran pihak-pihak penyelenggara pelayanan publik dalam

memahami tupoksi nya sebagai penyelenggara Negara dan

Ombudsman belum sepenuhnya bisa menuntaskan masalah

pengaduan pelayanan publik yang dilaporakan oleh masyarakat.

Sedangkan untuk faktor pendukung yaitu dari Pihak penyelenggara

ng sudah memahami tugas dan fungsinya sebagai aparatur


y
layanan publik sehingga proses pelaporan pengaduan
a
asyarakat cepat ditangani lalu ombudsman melakukan klarifikasi.
p

e
7
m
B. SARAN

Melihat realitas yang ada khusunya yang berhubungan dengan

Pelaksanaan Fungsi Ombudsman Republik Indonesia dalam

menyelesaikan pelayanan publik di badan pertanahan nasional kota

Makassar, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Sulawesi Selatan agar lebih mengenalkan dan

mengedukasi masyarakat tentang tugas dan fungsi Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai

lembaga yang mengawasi pelayanan publik agar masyarakat juga

ikut serta mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Memberdayakan masyarakat untuk ikut berpartisipasi, lebih peduli

dan ikut mengawasi penyelenggaran pelayanan publik dengan

melaporkan tindakan maladministrasi publik.

3. Diharapkan dalam menjalankan kewenangannya Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan harus diberikan,

dukungan manajerial dan administrasi.

7
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwijayanto. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
AG. Subarsono. 2005. Pelayanan Publik Yang Efisien, Responsive, dan
Non-partisan Dalam Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Fandy Tjiptono. 2000. Manajemen Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta
Husni Thamrin. 2013. Hukum Pelayanan Publik di Indonesia. Aswaja
Pressindo. Yogyakarta
H.A.S Moenir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. PT.Bumi
Aksara. Jakarta
Jimly Assiddiqie. 2009. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Bhuana
Ilmu popular. Jakarta
Martin Simangunsong. 2006. Analisis Yuridis Penerapan Konsep Negara
Hukum Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Adil dan
Bertanggunng Jawab. Medan.
Mardismo. 2004. Otonomi & manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta
Muh Fahmal. 2008. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak
Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih. Kreasi Total
Media. Yogyakarta.
Nomensen Sinamo. 2010. Hukum Administrasi Negara. Jala Permata
Askara. Jakarta
Nuryanto A.Daim. 2014. Hukum Administrasi. Laksbang Justitia. Surabaya
Ombudsman Indonesia. 2002. Masa Lalu, Sekarang dan Masa
Mendatang. Komisi Ombudsman Nasional
Ridwan Hr. 2006. Hukum Administrasi Negara. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Sirajuddin. Dkk. 2012. Hukum Pelayanan Publik Berbasis Keterbukaan
Informasi dan Partisipasi. Setara Press. Malang
Tangkilisan.2003. Kebijakan Publik yang Membuni. Lukman Offset.
Yogyakarta.
Tangkilisan dan Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Grassindo.
Jakarta
Taliziduhu Ndraha, 2003. Kybernologi: Ilmu Pemerintahan Baru. Penerbit
PT Rineka Cipta. Jakarta
Tim Peneliti Lemlit UI. 2002. Naskah akademik RUU Tentang pelayanan
publik. Lemit UI.Jakarta
n Ali. 2011. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta
Zainud
di

7
Peraturan-Peraturan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik


Indonesia.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2011 Pasal 6 tentang
Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman
Republik Indonesia di Daerah.
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 Pasal 2 Tentang Komisi
Ombudsman.
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003.

Jurnal
Ardi Partadinata. 6 Juni 2013. Makna Otonomi Daerah Dalam Perspektif
Good Governance. Jurnal Berdikari Vol.1 Nomor 50.
Galang Asmara. Juni 2011. Kedudukan dan Fungsi Ombudsman dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum
Amanna Gappa Vol. 19 Nomor 2.
Syhrul Yasin Limpo. Maret 2007. Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Fungsional
Menuju Good Local Governance di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
Hukum Amanna Gappa. Vol. 15 Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai