diajukan oleh
kepada
i
LEMBAR PENERIMAAN
ii
RNYATAAN KEASLIAN
iii
PRAKATA
“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
Shalom,
Segala Puji, Syukur, Hormat serta kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus.
Karena atas rahmat dan anugerahNya penulisan skripsi dengan judul “Implementasi
Mamasa” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi
sebagian prasyarat guna memperoleh gelar sarjana (S1) pada Departemen Ilmu
Makassar.
pihak, dan pertolongan dari Tuhan yang Maha Kuasa, sehingga kendala-kendala
yang dialami dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga dan penghargaan kepada ayah dan ibu tercinta yaitu Bapak Benyamin
Matasak dan Ibu Mece Bonggalabi atas segala bentuk pengorbanan baik secara
moril maupun materil dan telah berusaha bersusah payah mendidik dan
membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang serta tak pernah berhenti
memberi Doa, dukungan dan perhatian penuh terhadap segala problematika yang
dihadapi penulis selama dilahirkan ke dunia ini, dan terkhusus selama menjadi
mahasiswa, semoga Tuhan tetap memberikan kesehatan dan kekuatan agar kelak
penulis dapat memberikan sedikit rasa terima kasih terhadap segala yang telah di
berikan. Teruntuk Ibu Yuliana Panggoa yang telah melahirkan penulis kedalam
iv
dunia ini, serta tetap setia memberikan Doa, dukungan, dan perhatian penuh kepada
penulis, Semoga ibu tetap sehat untuk melihat penulis meraih setiap mimpi-mimpi.
Seluruh kegiatan penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berjalan lancar
tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Sehingga pada
1. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Rektor Universitas Hasanuddin
2. Dr. Phil. Sukri, S.IP, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Dr. A. M. Rusli, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
skripsi ini.
6. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Juanda Nawawi, M.Si, (Alm) Prof Dr.A. Gau
Kadir, MA, Prof. Dr. H. Rasyid Thaha, M.Si, Prof. Dr. Rabina Yunus, M.Si, Prof.
Dr. Hj. Nurlinah, M.Si, Dr. Hj. Indar Arifin, M.Si, (Alm) Dr. H. Andi Syamsu
Alam,M.Si, Dr. H. A.M. Rusli, M.Si, Suhardiman Syamsu, M.Si, Dr. Jayadi Nas,
M.Si, Dr. Andi Lukman Irwan, S.IP, M.Si, Rahmatullah, S.IP, M.Si, Ashar
Prawitno, S.IP, M.Si, Saharuddin S.IP, M.Si, yang telah banyak memberikan
v
pengetahuan dalam jenjang perkuliahan sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas
yang telah bersedia menjadi informan peneliti, dan masyarakat semua kalangan
penulis, adik tercinta Irene Febriana, Jessica, Kasih dan Kesya yang juga
Yang telah menjadi rumah sekaligus menjadi ruang belajar kompleks dan
rumah Laboratorium belajar pembentuk kader yang merdeka dan Militan. Bagi
penulis, Himapem adalah medium cinta harga mati. Teruslah Merdeka Dan
Militan.
Dede, Niaw, Dirvan, Barsan, Romi, Fadlan, Hesti, Ayulia, Meri, Mae, yang telah
vi
11. Kakak-kakak yang telah menjadi mentor sekaligus saudara penulis, Volkgeist
Zeitgeist (2019), Maintiendrai (2020), Dignite (2021) dan Fuerza (2022), yang
12. PMKO FISIP Unhas yang telah menjadi wadah pertumbuh- kembangan iman
pengurus PMKO FISIP Unhas periode 2018, terima kasih telah memberikan
memberikan pelajaran kepada penulis tentang arti kasih dan keikhlasan yang
sesungguhnya .
13. Keluarga BADES, Endi, Evan, dan Anto terima kasih telah menjadi saudara
14. Teman-teman kolega seperjuangan pengurus BEM FISIP Unhas periode 2020-
2021, yang telah menjadi kawan penulis mengambil peran dalam upaya
15. Teman-teman KKN TEMATIK Gel 102 Pulau Sebatik, Posko Desa Aji Kuning,
Iccang, Wahyu, Umi, Ilmi, Susan, Asti, Yuni, Muli, Hikmah, Taufik Dan Ardi. Yang
vii
16. UKM Tennis Meja Unhas, yang telah menjadi wadah penyaluran minat bakat
dalam berolahraga bagi penulis dalam kehidupan berkampus sampai saat ini.
17. Dan yang terakhir kepada rekan hidup penulis selama beberapa bulan terakhir.
depan. Semoga tetap menjadi salah satu harapan terbaik yang bisa terwujud,
menuju keabadian.
viii
ABSTRAK
Berdasar pada proses penelitian, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah
implementasi kebijakan pengembangan kepariwisataan di kabupaten Mamasa
belum berhasil jika dilihat dari enam variabel implementasi berdasarkan pada
standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana,
komunikasi antar organisasi, disposisi atau sikap para pelaksana, dan lingkungan
sosial, ekonomi dan politik dalam proses pengendalian dan pengawasan. Lebih
lanjut, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah isi
kebijakan, informasi, dukungan, pembagian potensi.
ix
ABSTRACT
This study uses a qualitative approach that refers to efforts to study social life
through various dimensions of actions and circumstances. Qualitative research is
used to capture and reveal facts from research descriptively, starting with an
analysis of the policy context to the application of tourism development policies in
Mamasa district, and exploratively, the results of these interviews will be explored in
terms of policy implementation to reveal clearly the implementation of tourism
development policies. in Mamasa district.
Based on the research process, the conclusion that can be drawn is that the
implementation of tourism development policies in Mamasa district has not been
successful when viewed from the six implementation variables based on policy
standards and objectives, resources, characteristics of implementing organizations,
inter-organizational communication, dispositions or attitudes of implementers, and
the social, economic and political environment in the control and supervision
process. Furthermore, the factors that influence policy implementation are content,
information, support, potential distribution.
x
DAFTAR ISI
BAB II ................................................................................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 10
2.1 Implementasi Kebijakan ......................................................................... 10
2.1.3. Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ........... 29
xi
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................... 49
BAB IV ................................................................................................................ 55
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 55
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Mamasa ................................................. 55
xii
e. Bidang Promosi dan Kesenian...................................................... 92
f. Seksi Promosi dan Pemasaran ..................................................... 94
g. Seksi Pengembangan Kesenian ................................................... 95
h. Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata .............................. 97
i. Seksi Pengembangan Destinasi Pariwisata ................................. 98
j. Seksi Pemanfaatan Sarana Wisata ............................................. 100
k. Bidang Investasi, Bina Mitra dan Perizinan ............................... 101
l. Seksi Investasi dan Bina Mitra .................................................... 102
m. Seksi Perizinan dan Evaluasi ...................................................... 104
4.4 Potensi Pariwisata Kabupaten Mamasa ..................................... 106
4.4.2 Daya Tarik Wisata Budaya dan Peninggalan Sejarah................ 110
4.4.3 Implementasi Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan .......... 114
A. Sasaran Kebijakan .......................................................................... 114
B. Sumber Daya ................................................................................ 120
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Mamasa Tahun 2016... 59
Mamasa ................................................................................................................... 61
Tabel 3. Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut
Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamasa tahun
2019 ......................................................................................................................... 71
Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di
xv
BAB I
PENDAHULUAN
otonomi daerah mempunyai sebuah tujuan utama yaitu untuk memberikan pelayanan
Di dalam otonomi hubungan kewenangan antara pusat dan daerah, antara lain bertalian
urusan rumah tangga daerah. Otonomi Daerah merupakan wewenang untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga yang melekat baik pada negara kesatuan. Di dalam negara
kesatuan, otonomi daerah lebih terbatas dibanding dengan negara yang berbentuk
Masalah yang sangat penting di daerah otonom adalah masalah keuangan yang
menjadi sumber hidup bagi daerah, bahkan yang menjadi salah satu dasar utama dalam
uang yang tersedia, makin banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang
1
Halim,Abdul. 2001. Bunga Rampai:manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta:
UUP AMP YKPN
1
Sebagai wujud dalam pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
Pusat dan Daerah serta antara Provinsi dan Kabuten/Kota yang merupakan prasyarat
dalam sistem Pemerintah Daerah. Dalam Undang- undang Nomor 12 Tahun 2008
Daerah pada Pasal 157 telah diatur sumber pendapatan Daerah yang terdiri atas : (a)
PAD meliputi hasil pajakdaerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, (b) dana perimbangan, (c) lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan ketentuan di atas, maka Pemerintah Daerah
dapat mengelola dan mengatur dan menggali potensi Pendapatan Asli Daerah yang ada
di daerahnya.2
menempati perhatian khusus dalam prospek pemasukan negara. Tahun 2016 saja,
,Devisa dari sektor pariwisata tercatat sebesar US$ 13,568 miliar dan berada di posisi
kedua setelah CPO US$ 15,965 miliar. pencapaian yang bahkan lebih besar dari
pemasukan sektor migas. Tercatat sepanjang tahun 2017 investasi di sektor pariwisata
tumbuh 31% atau senilai US$ 500 juta. Sementara, pada tahun 2018 sepanjang kuartal
pertama, investasi yang tercatat sudah mencapai US$ 500 juta Sektor pariwisata yang
telah menjadi tren pembangunan nasional ini juga terjadi di berbagai daerah baik
daerah masing-masing yang dilihat dari total pengajuan Dana Alokasi Khusus (DAK)
yang mencapai Rp 15 triliun. Menurut publilkasi kementrian pariwisata, Tren ini dilihat
2
Undang-undang no 12 tahun 2018 dan perubahan kedua atas undang-undang no 32. Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah pada pasal 157
2
yang mencapai Rp 15 triliun, namun kemampuan untuk merealisasikan hanya sekitar Rp
sekarang ini sangat pesat dan memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional maupun regional. Untuk itu pembangunan pariwisata terus mendapat perhatian
dan pemerintah mempunyai keyakinan bahwa pariwisata dapat menjadi sektor andalan
menggantikan minyak dan gas bumi yang selama ini menjadi andalan pemerintah dalam
yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka
panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan
konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang
dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten kota. Pasal
11 (1) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 (3) yang
menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan
3
https``://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3687715/tiga-tahun-jokowi-jk-pariwisata-sumbang-devisa-
terbesar-kedua
4
CAHYU. 24 sep 2018. Industry pariwisata Indonesia kian meningkat pesat
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3650849/industri-pariwisata-indonesia-kian-meningkat-pesat akses.
26/10/2019
5 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3
pemerintahan pilihan. Pasal 12 (3) urusan pemerintahan pilihan sebagaimana dimaksud
sistematis dan rasional segenap kegiatan atau aktivitas kepariwisataan yang akan
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan merupakan suatu cara untuk
Sejalan dengan hal tersebut, dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah bahwa pemerintah daerah dapat mengatur serta mengurus rumah
tangganya sendiri dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk
Mamasa yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata dalam hal Wisata Sejarah,
pariwisata.
6
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
4
Kabupaten Mamasa merupakan salah satu daerah otonom di Indonesia yang
terletak di Provinsi Sulawesi Barat. salah satu kawasan yang menyimpan beragam
kekayaan, baik yang bersifat kekayaan alam maupun kekayaan budaya dan adat istiadat
Pariwisata Unggulan Sulawesi Barat. Dengan harapan, bahwa Mamasa dapat menjadi
wisatawan untuk berkunjung dan pada akhirnya akan memberi dampak positif terhadap
Kabupaten Mamasa.
Pariwisata Mamasa sendiri di kenal atas 4 jenis objek wisata utama yakni objek
wisata alam, objek wisata sejarah, budaya, sejarah peninggalan budaya, wisata minat
Realitas bahwa Kabupaten Mamasa memiliki potensi daya tarik wisata baik itu
alam maupun budaya yang terbilang cukup banyak dan tersebar di setiap wilayah
kecamatan, tentu dapat menunjang sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
maksimal dan profesional. Akan tetapi, sampai saat ini potensi-potensi wisata yang ada
belum seluruhnya disentuh dan dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Mamasa. Dari sekian banyak daya tarik wisata yang potensial di Kabupaten
Mamasa, hanya tercantum 15 objek wisata yang telah dikenakan tarif retribusi dan diatur
7
Perda no. 3 tahun 2017 kabupaten Mamasa tentang Rencana induk pnmgembangan kepariwisataan di Kabupaten
Mamasa
5
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 20 Tahun 2014 tentang Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga. Hal ini berimplikasi pada jumlah kunjungan wisatawan
Mamasa.
Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik yang memuat tentang jumlah
tersebut. Semakin menarik dan indah kepariwisataan suatu daerah, maka semakin tinggi
peningkatan setiap tahunnya dan melebihi target yang diberikan, akan tetapi sektor ini
belum mampu menjadi sektor utama yang berkontribusi dalam pembangunan dan
8
BPS Kabupaten Mamasa
6
Maka dari itu sesuai UU No. 10 Tahun 2009 pada Pasal 8: 1) Pembangunan
yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan begitu potensialnya sektor
pembangunan daerah serta memberikan sebuah potret dan citra tersendiri bagi
Kabupaten Mamasa, namun apakah pemerintah Kabupaten Mamasa dalam hal ini dinas
terkait yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mamasa telah menjangkau
dan mengelola setiap potensi pariwisata ini? Atas dasar inilah penulis kemudian tertarik
DI KABUPATEN MAMASA.
Sektor Pariwisata dinilai sangat potensial untuk berkembang dan diakui sebagai
9
Perda no. 3 tahun 2017 kabupaten Mamasa tentang Rencana induk pnmgembangan kepariwisataan di Kabupaten
Mamasa
7
belakang penelitian di atas, maka untuk memberikan batasan dalam proses penelitian
Mamasa?
Kabupaten Mamasa?
1. Dari segi akademisi, penelitian ini akan mampu menambah persfektif civitas
pengembangan pariwisata.
8
Penyelengaraan kepariwisataan serta faktor- faktor yang menjadi kendala
bagi untuk pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai
tujuan yang tepat pula dengan cara memperoleh pengetahuan yang luas
tentang asal-muasalnya.
4. Manfaat metodologis. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat berguna untuk
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak sekali pendapat para ahli dalam mendefinisikan kebijakan publik, salah
satunya yang populer di Indonesia pendapat Miriam Budiarjo (2008) dalam bukunya
“Dasar-Dasar Ilmu Politik” kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara
untuk mencapai tujuan itu.10 Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijakan-kebijakan
mempunyai beberapa tujuan bersama. Cita-cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha
bersama, dan untuk itu perlu ditentukan rencana-rencana yang mengikat, yang dituang
dalam kebijakan (policies) oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah. Berikut
machtuitoefening).11
10
Miriam Budiarjo (2008) Dasar-dasar ilmu politik, hlm. 20-22
11 A.
Hoogerwerf, Politicologie: Begrippen en Problemen (Alpena an den Rijn: Samson
Uitgeverij, 1972), hlm. 38-39.
10
2. David Easton: ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijakan
umum (study of the making public policy). David Easton dalam buku the
kebijakan untuk suatu masyarakat (political life concerns all those varietiesof
society and the way it is put into practice. We are said to beparticipating in
political life when our activity relates in some way to themaking and execution
organisasi terhadap suatu persoalan yang telah, sedang, atau akan dihadapi.
berlaku secara luas/umum adalah pemerintah sehingga tepat untuk mengatakan bahwa
terhadap suatu persoalan yang telah sedang, atau akan dihadapi oleh pemerintah
11
sebagai penyelenggara negara yang bertugas menjaga kelangsungan hidup dan
“Memahami Ilmu Politik” Pada dasarnya, isi kebijakan umum dibedakan menjadi tiga
yaitu ekstraktif, alokasi, distribusi, dan regulatif. Agar dapat menganalisis secara lebih
mendalam isi kebijakan umum, berikut ini dikemukakan tipologi lain seperti yang disusun
oleh Theodore Lowi (Ramlan, 2010:245). Kalau ketiga tipe kebijakan di atas
dikategorisasikan atas dasar pemanfaatan dan beban yang dikenakan kepada individu
berdasarkan dua kriteria, yaitu dikenakan tidaknya suatu paksaan secara langsung
(immediate coer-cion) dan langsung tidaknya kebijakan diterapkan pada individu. Kedua,
kriteria ini dikemukakan dengan asumsi bahwa pemahaman akan kekuasaan paksaan
Sebagaimana dikemukakan di atas, ciri khas kebijakan umum (keputusan politik pada
umumnya) sebagai produk tindakan pemerintah ialah sifatnya yang mengikat, dalam arti
dimonopoli oleh pemerintah. Keempat kebijakan umum itu ialah regulatif, redistributif,
regulatif dibuat untuk mencegah agar individu tidak melakukan suatu tindakan
anti monopoli dan kompetisi yang tak sehat, dan berbagai ketentuan yang
12 David Easton, The Political System, ed. ke-2 (New York: Alfred A. Knopf, Inc., 1971), hlm.
128.
12
menyangkut keselamatan umum. Dalam hal ini, pengawasan obat dan makanan
kategori wajib pajak untuk memberikan manfaat kepada orang lain melalui
bangunan, pajak atas keuntungan dan bunga tabungan, dan iuran listrik, yang
itu diterapkan secara langsung terhadap individu. Individu dapat menarik manfaat
dari kebijakan itu, walaupun tidak dikenakan paksaan kepada individu untuk
manfaat secara langsung kepada individu, seperti pendidikan dasar yang bebas
biaya, subsidi kepada sekolah lanjutan dan perguruan tinggi negeri, subsidi energi
13
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 1992. Hlm 193-194
14
Ibid
13
bahan bakar minyak, subsidi sarana produksi pertanian, pelayanan kesehatan,
fasilitas jalan raya, dan pemberian hak paten kepada individu yang berhasi
paksaan fisik yang sangat jauh dan penerapan kebijakan itu secara tidak
logis dari tipe ke tiga sebelumnya, sebenarnya tipe ini merupakan kategori sisa
(residual category) yang mencakup tipe-tipe lain yang tidak dapat dimasukkan
bidang garapan, yaitu urusan keamanan nasional dan luar negeri, dan berbagai
negeri dari kementerian luar negeri. Yang kedua lebih bersifat pelayanan kepada
Pakar Inggris, W.I Jenkis (1978: 15) “Aset of interrelated decisions taken by a
political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means
yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok
aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk
15
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 1992. Hlm 193-194
14
pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari
Chief J.O. Udoji, pakar dari Nigeria (1981:13), telah mendefinisikan kebijakan
group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi
yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan
dipahami di sampaikan oleh Woll seperti yang dikutip oleh Tangkilisan (2003:2)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas yang telah di paparkan oleh penulis,
telah jelas bahwa kebijakan publik (public policy) tidak luput dari keterlibatan
15
sasaran (target) yang diatur yaitu masyarakat, dan diharapkan menghasilkan hasil
Untuk melakukan studi kebijakan publik merupakan studi yang bermaksud untuk
Dye, sebagaimana dikutip Sholichin Abdul Wahab (Suharno: 2010:14) sebagai berikut:
mengikuti pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan beberapa
alasan mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk dipelajari, yaitu:
1. Alasan Ilmiah
16
sebagai variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik
independen jika focus perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada
2. Alasan professional
3. Alasan Politik
(2002: 3) kebijakan publik itu dibuat dan dijalankan oleh “peoplewho have been
procedures” (orang yang telah diberi wewenang untuk bertindak dengan persetujuan
seperti itu kebanyakan para pembuat kebijakan publik terdiri dari pejabat-pejabat yang
dan mengarah pada tujuan tertentu, daripada sekadar perilaku atau tindakan
yang menyimpang yang serba acak (at random), asal-asalan, dan serba
17
kebetulan. Kebijakan-kebijakan publik semisal kebijakanpembangunan atau
(by planed).
berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-
Ketiga, kebijakan itu ialah apa yang nyata dilakukan pemerintah dalam
rendah.
18
2.2.1.4. Tahap-Tahap Kebijakan
penjelasannya:
1. Penyusunan agenda
2. Formulasi kebijakan
Pada tahap ini, persoalan yang telah disepakati sebagai prioritas yang
terbaik.
3. Adopsi kebijakan
tahap formulasi kebijakan maka pada tahap ini pengambilan kebijakan harus
memilih satu alternatif pemecahan masalah dari yang tersedia. Dan alternatif
19
4. Implementasi kebijakan
5. Evaluasi kebijakan
kebijakan tersebut bisa diterima oleh mayoritas warga negara atau tidak
20
redistributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan,
adalah suatu kebijakan barang privat yang mengatur penyediaan barang atau
bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat kebijakan publik sebagai
tindakan yang mengarah pada tujuan, ketika kita dapat memperinci kebijakan
pejabat pemerintah dan dilakukan oleh aktor lain baik dari pihak swasta
masyarakat.
21
2. Policy Decisions (Keputusan Kebijakan)
undang.
dapat di lihat yang dapat dirasakan oleh masyarakat karena menyangkut yang
Hasil akhir kebijakan adalah akibat atau dampak yang telah dirasakan
masyarakat baik yang di harapkan atau pun tidak sebagai konsekuensi dari
22
2.1.2. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi merupakan suatu proses yang cepat dan tepat bergerak, dimana
pelaksanaan kebijakan ini melalui aktivitas atau kegiatan yang pada akhirnya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari kegiatan itu
dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan di setujui,
langkah selanjutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan.
Implementasi dari suatu program melibatkan upaya policy maker dengan tujuan
hingga memperlihatkan hasilnya, sedangkan menurut Van Horn dan Van Meter adalah
tindakan yang dilakukan pemerintah. Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan
Menurut Zainal Abidin (2016) proses implementasi berkaitan dengan dua faktor
utama, faktor utama internal dan faktor utama eksternal. Faktor utama internal
adalah kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait. Kondisi kebijakan adalah faktor yang
kebijakan itu sendiri. Pada tingkat pertama, berhasil tidaknya implementasi suatu
23
Menurut wahyu Nurharjadmo, studi implementasi merupakan studi untuk
mengetahui proses implementasi, tujuan utama dari proses implementasi itu sendiri
untuk memberi umpa balik pada pelaksanaan kebijakan dan juga untuk mengetahui
apakah proses pelaksanaan telah sesuai dengan rencana atau standar yang telah
dengan rencana atau standar yang telah di tetapkan, selanjutnya untuk mengetahui
hambatan dan problem yang muncul dalam proses implementasi. Sedangkan kejelasan
makna implementasi kebijakan menurut Rian Nugroho (2012) pada prinsipnya adalah
cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih atau pun kurang,
dapat dicapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan
kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung
atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk undang-
undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik
penjelas atau yang sering di istilahkan sebagai peraturan pelaksana. Kebijakan publik
yang bisa langsung operasional antara lain keppers, inpres, kepmen, keputusan kepala
kebijakan melalui aktivitas atau kegiatan pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil
24
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kegiatan itu sendiri. Implementasi kebijakan
publik merupakan suatu kajian mengenai pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah.
Setelah sebuah kebijakan dirumuskan dan di setujui langkah berikutnya bagaimana agar
kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan. Implementasi dari suatu program melibatkan
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai model implementasi kebijakan
dan struktur birokasi. Keempat variabel tersebut saling berhubungan satu sama
lain.
efektif. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia dan
25
d. Struktur Birokrasi, yaitu yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
dalam Nugroho (2006: 634) dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy)
hal berikut:
Dalam Agustino (2008: 144) dijelaskan ada tiga kelompok variabel yang
26
a. Karakteristik dari masalah (tractability of the problems), adapun
indikatornya:
implementation), indikatornya:
institusi pelaksana
indikatornya:
27
Dalam Winarno (2011:158-175) menjelaskan bahwa ada 6 variabel yang
b. Sumber daya
Kebijakan perlu di dukung oleh sumber daya, baik itu sumber daya
opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
e. Kondisi social
f. Disposisi implementor
28
1) Respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
implementor.
Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van
Horn disebut dengan A Model of the Policy Implementation (1975). Proses implementasi
yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi
kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini
politik, pelaksana dan kinerja kebijakan publik. Model ini menjelaskan bahwa kinerja
kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan. Secara rinci
variabel-variabel implementasi kebijakan publik model Van Meter dan Van Horn
ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang
ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan dan sasaran kebijakan
terlalu ideal (utopis), maka akan sulit direalisasikan (Agustino, 2006). Van
sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja
29
kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian
Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan
merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam
apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).
2. Sumber daya
kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia,
Derthicks (dalam Van Mater dan Van Horn, 1974) bahwa:”New town study
suggest that the limited supply of federal incentives was a major contributor to
30
Van Mater dan Van Horn (dalam Widodo 1974) menegaskan bahwa:”Sumber
Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk
meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam
kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan
para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang
yang ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan atau luas wilayah menjadi
Menurut Edward III, 2 (buah) karakteristik utama dari struktur birokrasi adalah
fragmentasi.
organisasi yang kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat rutin
31
dalam kebijakan karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru.
yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk
yang terlibat dalam suatu kebijakan tertentu dan semakin saling berkaitan
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn
dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus
pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus
32
penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa
menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and
uniformity) dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan
maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai.
Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang
diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukan. Dalam suatu
yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan, atau
dan konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam
33
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006):”sikap
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari
Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan
berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak
34
para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah
kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi
yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).
implementasi kebijakan
35
Gambar 2.1.
2.2 Pariwisata
menghidupkan berbagai bidang usaha. Pada bab ini dipaparkan konsep dan definisi
istilah kepariwisataan dijabarkan supaya Anda menjadi terbiasa. Tujuan perjalanan juga
akan dikupas pada bab ini dan pada akhir bab, perbedaan wisatawan vakansi dan
dalam Cooper et.al (1998) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan
36
Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama.
belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu sebagai pendorong
mencari informasi tentang obyek dan daya tarik wisata yang diminati,
b. Daerah Transit (DT): Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu.
daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang membuat negara-
c. Daerah Tujuan Wisata (DTW): Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp
perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan
37
utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda
pariwisata. Industri yang menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata.
dan tersebar di ketiga area geografi tersebut. Sebagai contoh, biro perjalanan
bahwa:
pemerintah.
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
17
Ismayanti.2009. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo
38
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan pengusaha
5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pariwisata.
yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Jika wisatawan
18
Undang-Undang Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 Tentang kepariwisataan. jakarta
39
2. Pariwisata adalah kunjungan ke tempat-tempat yang menarik, dengan tujuan
Wisatawan yang berasal dari dalam negeri disebut wisatawan domestik atau
objek wisata. Objek wisata dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut
alam, danau, pantai, kawah gunung api, sumber air panas, flora, dan
fauna.
b. Objek wisata rekreasi, antara lain kolam luncur, kolam renang, waduk, dan
taman rekreasi.
c. Objek wisata budaya, antara lain benteng kuno, masjid kuno, gereja kuno,
upacara adat.
Jenis-jenis Pariwisata
keraton.
mendayung di telaga.
40
5. Pariwisata sambil mengadakan pertemuan atau konferensi, seperti konferensi
sebagai berikut.
2.2.2 Kepariwisataan
Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan pariwisata
yang bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan jaringan dan gejala-
19
Pitana, I Gede dan Putu Gede Gayatry. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakata. Andi.
20
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan
Andi.
41
gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat
bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk melakukan pekerjaan yang penting yang
dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja
serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara
untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia
4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative
masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi,
5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk
42
6. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan
7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm
unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut
3. Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di bidang
4. Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau
pengunjung.
43
2.3 PERDA No.3 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk Pengembangan
sosial budaya. Dimensi ekonomi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan
perkembangan kondisi negara secara nasional yang disebabkan oleh situasi politik
memulihkan citra pariwisata bagi daerah maupun nasional sebagai 22 daerah tujuan
wisata yang aman dan nyaman untuk dikunjungi. Di samping itu RIPPDA ini
disusun dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan
21
Perda no. 3 tahun 2017 kabupaten Mamasa tentang Rencana induk pnmgembangan kepariwisataan di Kabupaten
Mamasa
22 Perda
no. 3 tahun 2017 kabupaten Mamasa tentang Rencana induk pnmgembangan kepariwisataan di Kabupaten
Mamasa
44
Selanjutnya dari aspek sosial budaya RIPPDA ini merupakan upaya
nasional.
berikut:
potensi pariwisata daerah yang meliputi obyek dan daya tarik wisata,
secara berkelanjutan;
23
Perda no. 3 tahun 2017 kabupaten Mamasa tentang Rencana induk pnmgembangan kepariwisataan di Kabupaten
Mamasa
45
2.4 Kerangka Konseptual
adalah model implementasi van meter dan van horn. Model ini menilai implementasi
berdasarkan 6 variabel yaitu pertama, melihat Implementasi kebijakan yang berhasil bisa
jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari
terhadap standar dan tujuan kebijakan (variabel Standar dan sasaran kebijakan) ; kedua,
memanfaatkan sumber daya yang tersedia (variabel sumber daya) ; ketiga, kinerja
implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan
para agen pelaksananya (variabel karakteristik agen pelaksana); keempat Jika tidak ada
kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan
kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai
dimana prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi
kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten (variabel Komunikasi
antar organisasi) ; kelima sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana
publik (variabel Disposisi atau sikap para pelaksana) dan keenam Lingkungan sosial,
ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan
dilihat dari 4 aspek yaitu : (1) isi kebijakan, (2) informasi yang didapatkan pihak
implementor (3) dukungan politik, sosial dan keuangan, dan (4) pembagian potensi
46
Untuk memudahkan kerangka konseptual penelitian ini maka penulis menyajikan
secara sederhana melalui bagan kerangka konseptual seperti yang termuat dihalaman
berikut.
Kerangka Konseptual
Gambar 2. 2
Perda nomor 3 tahun 2017 tentang rencana
induk pengembangan kepariwisataan
47
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif. Penilitian Kualitatif yaitu merujuk pada ”cara-cara” mempelajari aspek kualitatif
dari kehidupan sosial yang mencankup beragam dimensi sosial dari tindakan ”Action”
sosial.
memungkinkan peneliti untuk mengkaji ihwal tertentu secara mendalam dan rinci.
kecil orang dan kasus. Hal ini meningkatkan pemahaman terhadap kasus-kasus dan
48
3.2 Lokasi Penelitian
3. Tempat Wisata
berikut:
kepariwisataan.
mencakup keunikan dan daya tarik berbasis alam, budaya maupun buatan,
49
c. Model Implementasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Van Metter dan Van Horn
ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang
yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials),
Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi para
terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”.
50
Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat
dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen
ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan agen pelaksana yang
demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan atau luas wilayah menjadi
standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan
kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana
kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa
51
kebijakan secara intensif.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari dua sumber, antara lain:
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari informan yang telah dipilih
dimaksud.
52
2. Data Sekunder, Adapun data sekunder diperoleh melaluiStudi pustaka, yaitu
bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku-buku atau data terkait dengan
metododligis, kepekaan, dan integritas penelitian. Ovservasi yang sistematis dan ketat
(rigorous) melibatkan jauh lebih dari hanya berada di suatu tempat dan melihat- lihat ke
sekelilingnya. Melakukan wawancara yang terampil melibatkan jauh lebih dari hanya
mengajukan pertanyaan. Ananlisis isi menuntun jauh lebih banyak dari hanya membaca
53
1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa 1 orang
penelitian tidak distandardisasi dan bersifat fleksibel. Jadi, yang ada adalah petunjuk
yang dapat diapakai, tetapi bukan aturan. Ada beberapa metode pengumpulan data
yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa
metode yang paling pokok adalah pengamatan atau observasi dan wawancara
question yang telah ditentukan. Dengan kata lain, tak semua hal yang diteliti dapat
penelitian kualitatif.
54
BAB IV
Pada bab ini, diuraikan gambaran tentang lokasi penelitian beserta hasil
lainnya seperti potensi sumber daya alam dan hayati, aspek sosial serta gambaran
umum Dinas Pariwisata yang merupakan perangkat daerah yang membidangi sektor
kepariwisataan. Selain itu, bab ini juga menguraikan upaya yang dilakukan pemerintah,
Dalam Negeri NIT (Negara Indonesia Timur) pada tanggal 17 Juli 1947 No. : BZ.2/1/17
di Mamasa diadakan serangkaian rapat yang diikuti para Kepala Distrik (Parengnge')
Rapat ini menjajaki kemungkinan dibentuknya suatu New Swapraja untuk daerah
tersebut. Dalam suatu rapat akbar di Mamasa pada tanggal 07 Juni 1948, setelah
melalui perdebatan alot dan cukup lama yang dipimpin langsung Residen Celebes dari
Makassar pada saat itu, maka ditetapkan nama Swapraja baru tersebut yaitu “Swapraja
55
Pada tahun 1953 NIT ternyata dibubarkan berdasarkan UndangUndang yang
ditetapkan pasa saat itu, Swapraja Kondosapata’ juga ikut bubar. Selanjutnya terbentuk
Kewedanaan Mamasa yang periodenya berlangsung hingga tahun 1958. Pada masa
Kewedanaan Mamasa sudah menjadi Kabupaten Daerah Tk. II Mamasa pada saat itu
Kabupaten Polmas. Hal ini terjadi karena pada masa perubahan status Kewedanaan
menjadi Kabupaten Daerah Tk. II pada tahun 1958, terjadi suatu masalah ke dalam
antara Kewedanaan Polewali dan Kewedanaan Mamasa. Masalah ini memuncak pada
Kewedanaan Mamasa, ikut pula pemerintahan sipil hijrah ke Polewali, sejak saat itulah
hubungan Kewedanaan Mamasa dan Kewedanaan Polewali terputus total, baik lalulintas
Mamasa. Hubungan Polewali dan Mamasa baru mulai terbuka kembali pada tahun 1961
ketika itu Bupati Kabupaten Daerah Tk. II Polewali Mamasa yang pertama memerintah
Tk. II Mamasa, namun banyak hambatan sehingga prosesnya agak lambat berjalan.
Atas restu Bupati KDH Tk. II Polmas Abdullah Madjid, maka terbentuklah Panitia
56
Penuntut Kabupaten Mamasa. Berdasarkan S.K. BKDH Tk. II Polmas Nomor:
kabupaten Daerah Tk. II di Makassar dengan Ketua: Abd. Djabbar, B.A., kemudian
Juli 1966 yang disetujui Bupati KDH Tk.II Polmas, Kapten Infantri Abdullah Madjid,
ditetapkan nama-nama delegasi yang akan berangkat di tingkat pusat dalam rangka
Sebagai realisasi di tingkat pusat, pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri
2. Supaya BKDH Tk. II Polmas membentuk perwakilan BKDH Polmas di Mamasa untuk
Menteri Dalam Negeri R.I., maka terbentuklah Perwakilan BKDH Polmas di Mamasa
57
• S. Matasak, Penata Tatapraja sebagai Anggota Perwakilan,
mengalami dua kali perubahan/pergantian personalia. Akhirnya dari tahun ke tahun tidak
Perjuangan yang sama muncul di tahun 1987, melalui surat Panitia Penuntut
Daerah Tk. II Mamasa Nomor. 08/Pn/II/88 Tertanggal 19 April 1988 ditujukan kepada
Menteri Dalam Negeri R.I., Ketua DPR R.I., Gubernur KDH. Tk. I Sulsel, Ketua DPRD
Tk. I Sulsel, Bupati KDH Polmas, Ketua DPRD Tk. II Polmas, tembusannya kepada para
Indonesia membawa angin baik bagi ex. Kewedanaan Mamasa. Maka pada awal tahun
Undang Nomor r : 11 tahun 2002 yang diundangkan di Jakarta tanggal 07 April 2002
58
4.1.2 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi
otonom pada tahun 2002 dari hasil pemekaran Kabupaten Polewali-Mamasa (Polmas)
dan 119o 0"216" – 119o 38"144"Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Mamasa
Sebelah Timur :Kabupaten Tana Toraja & Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan
Secara administratif wilayah Kabupaten Mamasa terdiri dari 17 Kecamatan dan 181
59
7 Tandak Kalua 120,85 4,02
Berdasarkan daftar luas wilayah menurut Kecamatan yang disajikan pada tabel 3,
maka dapat diketahui bahwa Kecamatan yang terluas di Kabupaten Mamasa adalah
Kecamatan Tabulahan dengan luas wilayah 513,95 km2 dengan persentase 17,10
persen, dan wilayah tersempit yaitu terletak pada kecamatan Rantebulahan Timur
dengan luas wilayah 31,87 km2 (1,06 %). Sedangkan Kecamatan Mamasa yang
merupakan Ibu Kota Kabupaten Mamasa menempati posisi keempat terluas dengan
60
Tabel 2. Jarak Dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan di
Kabupaten Mamasa
Ibukota
Kecamatan Jarak
Kecamatan
(Km)
Sumarorong Sumarorong 38
Messawa Messawa 58
Pana Pana 95
Nosu Nosu 67
Tabang Tabang 36
Mamasa Mamasa 0
Sesenapadang Orobua 8
Tawalian Tawalian 3
Mambi Mambi 44
Bambang Galung 32
Mehalaan Mehalaan 45
Aralle Aralle 55
Tabulahan Lakahang 87
61
Pembagian wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Mamasa direpresentasikan
Ha atau 2,41% dari total luas wilayah Kabupaten Mamasa. Posisi dan Tinggi
Tabel 3. Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut
Kecamatan di Kabupaten Mamasa
Tinggi
Kecamatan Bujur Lintang
DPL(m)
62
Pana 119°35’ 3°05’ 325 – 2.325
Rantebulahan
119°10’ 3°00’ 850 – 2.725
Timur
63
4.1.3 Klimatologi
a. Musim
dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Pola musim tersebut dipengaruhi
oleh musim barat dan timur yang lamanya enam bulan sekali setelah mengalami
masa peralihan.
Kondisi udara di Kabupaten Mamasa masih alami, bersih dan terhindar dari
polusi udara. Hal ini disebabkan karena secara ekologi, wilayah Mamasa masih
mempunyai wilayah hutan yang berfungsi untuk meredam dan menyerap udara
memperburuk kondisi udara, karena luas wilayah berhutan tetap lebih besar
menurut ketinggian tempat dan jaraknya dari pantai. Kelembaban udara relatif
tinggi berkisar antara 60 90% dan Temperatur suhu rata-rata 16-30 derajat
c. curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Mamasa relatif tidak merata. Curah hujan yang relatif tinggi
terdapat pada musim hujan yaitu pada bulan September hingga Desember dan relatif
rendah pada musim kemarau yang berlangsung pada bulan Januari hingga Agustus.
Keadaan curah hujan dipantau dari beberapa stasiun pengamatan seperti pada stasiun
geofisika kelas II, Dinas Pertanian, Balai Penelitian. Curah hujan rata-rata pertahun 2000
mm/tahun. Bahkan pada stasiun Rantekarua menunjukkan jumlah curah hujan diatas
64
4000 mm/tahun. Pada tahun 2019, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember
4.1.4 Hidrologi
Keadaan topografi serta ditunjang oleh iklim tropis yang basah mengakibatkan
Kabupaten Mamuju;
Kabupaten Mamuju.
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain
penduduk tahun 2019 yang disajikan dalam tabel 6 sebanyak 151.825 jiwa yang
terdiri atas 76.695 jiwa penduduk laki-laki dan 75.130 jiwa penduduk
65
Kecamatan Mamasa merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar,
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (ribu)
Kecamatan Penduduk per Tahun
(%)
2019 2020
66
15. Aralle 6.584 6.930 6.948 5,53 0,26
Berdasarkan tabel 4, dapat pula diketahui bahwa Pada tahun 2019 jumlah
penduduk laki-laki di Kabupaten Mamasa 1,03 persen lebih banyak dari pada
penduduk perempuan. Dengan angka rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 102
yang berarti bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 102 laki-laki.
laki an Kelamin
67
12 Bambang 5 514 5 497 11 011 100
Rantebulahan
13 3 235 3 042 6 277 106
Timur
1 Sumarorong 6,87 41
2 Messawa 4,86 49
3 Pana 5,90 49
4 Nosu 3,00 40
5 Tabang 4,10 20
68
6 Mamasa 16,31 99
9 Sesenapadang 5,34 53
11 Mambi 6,59 70
12 Bambang 7,25 81
14 Mehalaan 2,79 26
15 Aralle 4,58 40
17 Tabulahan 6,97 21
Mamasa 100,00 51
69
4.1.6 Ketenagakerjaan
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
pada tahun 2015, yang terdiri dari 40.816 laki-laki dan 34.454 perempuan.
70
Tabel 7.Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan
Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamasa tahun
2019
Jenis Kelamin
Mengurus Rumah
432
Tingkat Partisipasi
Tingkat
2,05 1,77 1,92
Pengangguran
71
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
Keterangan :
72
4.1.7 Sosial Budaya
orang-orang pendatang,
73
Kabupaten Mamasa dan penghuni laut dari sebelah Barat Mamasa
Minanga yang berarti ada dua wilayah kekuasaan para hadat yang
dapat menerima budaya yang berasal dari luar wilayah serta karena
bersifat transisi.
Toraja, suku Bugis, suku Jawa, dan Mandar. Kehidupan adat budaya
74
(Pa’tomatean). Namun kedudukan adat ini masih dibagi kedalam
dalam masyarakat.
banyak lahan yang dikuasi secara adat atau rumpun keluarga besar.
d. Pola Kekerabatan
75
e. Pola Permukiman Penduduk
disebabkan karena
yaitu :
Permukiman perkotaan.
perkotaan adalah tinggi, dimana batas antar rumah sangat dekat dan
Permukiman perdesaan.
dimana pada permukiman perdesaan pada umumnya pada daerah yang relatif
76
peruntukan ruang terbuka yang digunakan untuk menanam apotik hidup yang
berupa sayur-sayuran.
4.2.1 Visi
daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu
Kabupaten
oleh Bupati dan Wakil Bupati hasil pemilihan kepala daerah tahun
2018 yaitu;
77
Kedua :Keadilan adalah dambaan setiap insan selaku tata cara
kebersamaan.
4.2.2 Misi
78
Berbasis ekonomi kerakyatan mengandung pengertian bahwa
meningkat. Sedangkan
79
domestik maupun luar negeri. Perekonomian daerah akan mantap jika
daya tarik bagi investor baik investor domestik maupun asing untuk
merata, dalam arti semua warga masyarakat memiliki hak yang sama
dan berkualitas. Misi ketiga ini sejalan dengan skala prioritas RPJMD
masyarakat.
Kegiatan Perekonomian
80
Upaya pemenuhan pelayanan yang dilakukan pemerintah kepada
Destination)
salah satu daerah tujuan wisata yang paling diminati baik wisatawan
81
yang prima merupakan amanat Undang-Undang nomor 25 tahun 2009
pariwisata.
82
“Menjadikan Mamasa Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata
Mambulilling;
Eropa;
83
Festifal Seni Budaya Daerah melaui tingkat Provinsi, Nasional
84
Pariwisata Kabupaten Mamasa
dari :
a. Kepala Dinas
85
Daerah mengenai kriteria sistem pemberian penghargaan /
dibidang Kebudayaan
Teknologi Informasi
86
Bupati
b. Sekretariat
87
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
Kepegawaian;
dinas;
88
menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis,
kesejahteraan pegawai;
kegiatan;
89
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
kegiatan.
pelaksanaan tugas;
90
(3) Rincian tugas kepala sub bagian keuangan dan
teknis;
pelaksanaan program/kegiatan;
yang berlaku;
penggunaan anggaran;
91
serta sarana dan prasarana penunjang kelancaran
Oprasional Kantor;
Dinas;
kegiatan;
fungsi :
92
d. Melakukan promosi dan pemasaran kepariwisataan;
tradisional;
sebagai berikut:
kemandirian lokal;
kepariwisataan;
93
serta menyusun laporan hasil pelaksanaan program dan
kegiatan;
kepariwisataan;
fungsi :
melaksanakan promosi;
Objek Wisata;
94
sumber daya kepariwisataan dan peluang pengembangan;
daya pendukung;
fungsi :
tradisional;
masyarakat;
95
e. Memantau dan mengevaluasi kesenian tradisional dan
sebagai berikut :
masalah;
penentuan kebijakan;
96
h. Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata
tempat pariwisata;
fungsi :
pelaksanaan tugas;
pelaksanaan tugas;
kesalahaan;
97
c. Melaksanakan analisis terhadap kemungkinan adanya
pengembangan kepariwisataan
bahan evaluasi;
masalah;
98
(1) Seksi Pengembangan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh
wisata;
mempunyai fungsi :
destinasi pariwisata;
destinasi pariwisata;
sebagai berikut :
99
f. Menginventarisasi permasalahan yang timbul
pemecahannya;
fungsi :
sarana wisata;
100
rencana pelaksanaan tugas;
potensinya;
pariwisata;
mempunyai fungsi :
tahun anggaran;
sebagai berikut :
101
a. Membuat Program dan rencana kerja tahunan;
kepariwisataan;
kepariwisataan;
(1) Seksi Investasi dan Bina Mitra dipimpin oleh seorang kepala
102
kepala bidang Investasi, Bina Mitra dan Perizinan, mempunyai
dan cepat;
bina mitra;
(3) Rincian tugas kepala seksi Investasi dan Bina Mitra sebagai
berikut:
kepariwisataan;
bidang kepariwistaan;
103
wisata serta usaha rekreasi dan hiburan;
kepariwisataan;
dan fungsinya;
penyelenggaraan kepariwisataan;
104
menyusun rencana dan program kerja;
(3) Rincian tugas kepala seksi Perizinan dan Evaluasi sebagai berikut :
budaya;
105
4.4 Potensi Pariwisata Kabupaten Mamasa
gunung dan bukit yang menyimpan banyak pesona wisata, antara lain
dapat terlihat begitu jelas dari pusat ibukota kabupaten yang memiliki
106
dan masyarakat sekitar. Ada pun Bukit Buntu Mussa di Kecamatan
Terjun
107
dan Air Terjun Minanga di Sesenapadang memiliki akses yang cukup
banyak potensi mata air panas. Keberadaan mata air panas alami ini
daerah yang bersuhu dingin. Beberapa mata air panas yang sudah
Kecamatan
108
legenda setempat, antara lain Batu Kumila’ (batu nakal) di Kecamatan
kolam ikan dengan ikan mas sebagai jenis yang paling banyak
Adapun kerbau, babi, ayam dan itik merupakan ternak yang sangat
menjaga pasokan air bagi aliran sungai, kebutuhan rumah tangga dan
109
Mandar dan Pinrang. Kawasan hutan lindung di Kabupaten
secara turun-
110
Wilayah Limbong Kalua’ dan Tanduk Kalua, meliputi Kecamatan
Messawa.
berpotensi menjadi daya tarik wisata, antara lain meliputi berbagai tipe
bersejarah.
daerah tersebut masih berasal dari satu rumpun etnis yang sama,
111
tersendiri yang menjadikannya benar-benar berbeda dengan budaya
hingga ratusan ternak (kerbau, babi, ayam) dan ada juga yang hanya
dua
Kecamatan Nosu dan Pana terdapat juga ritual kematian unik yang
112
sekali setahun secara bersamaan untuk dikremasi ulang sebagai
Sang Pencipta.
pada zaman dulu, sepu (tas tangan berisi dokumen perjanjian kuno),
113
4.4.3 Implementasi Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan
Van Horn disebut dengan A Model of the Policy Implementation (1975) yang
pertama adalah
A. Sasaran kebiijakan
keberhasilannya dari ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan
sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan sasaran
kebijakan terlalu ideal (utopis). Arah implementors terhadap standar dan tujuan
kebijakan juga merupakan hal yang krusial Implementors mungkin bisa jadi gagal
termaktub dalam peraturan daerah nomor 3 Tahun 2017 tentang izin rencana induk
mamasa tentu melibatkan lintas sektor dengan perannya masing-masing mulai dari
114
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dinas pariwisata kabupaten
mamasa, Rahmat Taula’bi S.Sos mengenai apa yang sudah dilakukan oleh dinas
kabupaten mamasa, yaitu buntu mussa, sarambu liawan dan tondok bakaru
Dari hasil wawancara di atas dapat lihat bahwa Dinas pariwisata telah
infrastruktur sarana dan prasarana penunjang objek wisata unggulan dimana dalam
pendukung wisata. Jika dirunut dari penjelasan van meter dan van hom bahwa
115
objek wisata di kabupaten mamasa sehingga pengembangan yang dilakukan oleh
wawancara dengan Pak Petrus Arie S.E selaku Kabid bidang pengembangan dan
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa selain pengembangan fisik,
pariwisata memfasilitasi para pelaku usaha atau wiraswasta yang bergerak dibidang
bahwa
pariwisata membutuhkan kerja sama dengan dinas PU selaku yang memiliki tupoksi
116
dalam pembangunan infrastukur jalan. Namun,dalam kordinasi antar dinas terkait
maksimal.
Yah untuk buntu mussa’ saya kira dari sarana dan prassarananya
sudah sangat banyak yang kita bangun, mulai dari pengadaan
beberapa gazebo, menara pandang, toilet, dan kolam ikan diatas. Hal
ini kan juga sebagai strategi kami untuk memberikan kenyamanan
kepada wisatawan yang datang ke objek wisata ini, sehingga mereka
betah dan nyaman untuk berkunjung lagi .
(Wawancara 5 September 2022)
Dari hasil wawancara dengan dinas pariwisata diatas terlihat bahwa dinas
buntu mussa sesuai dengan strategi pengembangan sarana dan prasarana pada
Adapun pemahaman aktor pelaksana dalam hal ini dinas pariwisata terkait
dengan hambatan yang menjadi kendala dalam memenuhi standar dalam perda No
anggaran dan Sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam realisasi
Hal yang lain, juga disampaikan oleh pengelola objek wisata buntu mussa
Perda no 3 tahun 2017 ini kan regulasi atau aturan langsung dari
daerah yang memuat tentang arah pengembangan dari pariwisata di
kabupaten mamasa, hanya saja dalam perjalanannya tidak
adasosialisasi atau pemahaman kepada setiap elemen yang terlibat
langsung dalam dunia kepariwisataan seperti pengelola tempat
wisata, dinas PU yang bertugas langsung untuk bagaimana
pengerjaan akses ke objek wisata dll.
(Wawancara 29 Agustus 2022)
Tahun 2017 tentang rencana induk kepariwisataan sehingga hal ini berdampak juga
tersebut. Kemudian, dari hasil wawancara diatas penulis dapat menarik kesimpulan
berdasarkan teori ven meter dan van horn yang penulis gunakan sebagai acuan
bahwa Mayoritas aktor yang terlibat dalam proses pengendalian dan pengawasan
memahami tujuan, visi misi dan prosperk pembangunan pariwisata (standar dan
sasaran). Hanya saja dalam koordinasi pengawasan para aktor masih bekerja
118
adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang
diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber
daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam
Derthicks (dalam Van Mater dan Van Horn, 1974) bahwa:”New town study suggest
that the limited supply of federal incentives was a major contributor to the failure of
the program”.
Van Mater dan Van Horn (dalam Widodo 1974) menegaskan bahwa:”Sumber
Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar
administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau
Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi kebijakan,
pariwisata dalam masalah aktor diluar birokrasi yang terlibat mengatakan bahwa :
Untuk wisata sarambu liawan sendiri, dari tahun ke tahun hampir selalu
mendapat perbaikan dan pengembangan dari segi sarana dan
prasarananya, hanya saja untuk sekarang untuk persoalan perawatan
dan pelestarianny, diserahkan kepada swasta untuk mengelola,
mengingat akan sangat sulit jika yang mengelolanya adalah
pemerintah karena pasti akan membutuhkan biaya yang sangat tinnggi
mengingat lokasinya yang berada sekitar 40km dari koa
mamasa.Untuk wisata tondok bakaru, yang baru2 ini diresmikan
sebagai desa wisata, dan marak diadakan event, untuk tahun ini
pemerintah hanya banyak menyumbang dari segi promosi pariwisata
dan produk2 pariwisatanya, mengingat bahwa objek wisata atau desa
wisata ini di kelola oleh Desa tondok bakaru sendiri, melalui Bumdes.
(Wawancara 5 September 2022)
dalam keterlibatan aktor dari luar birokrasi yang terlibat dalam proses
swasta dan pemerintah desa tondok bakaru melalui Bumdes. Jika dirunut dari
penjelasan van meter & van horn, bahwa sumber daya mempengaruhi proses
tufoksinya dan melibatkan aktor diluar pariwisata termasuk aktor diluar dinas yang
Hal ini juga sesuai apa yang disampaikan oleh pengelola objek wisata buntu
Alokasi Khusus yang pengerjaannya dilakukan oleh pihak ketiga dan melibatkan
simpulan bahwa Dana Alokasi khusus ( DAK) merupakan sumber pendanaan utama
dan fasilitas penunjang di objek wisata buntu mussa dan sarambu liawan dengan
organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal ini
penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri
121
Menurut Edward III, 2 (buah) karakteristik utama dari struktur birokrasi adalah
fragmentasi.
internal terhadap keterbatasan waktu dan sumber daya dari pelaksana dan
kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat rutin didesain untuk situasi tipikal di
masa lalu mungkin mengambat perubahan dalam kebijakan karena tidak sesuai
dengan situasi atau program baru. SOP sangat mungkin menghalangi implementasi
membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu organisasi, semakin
besar probabilitas SOP. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Petrus Ari S.E
mamasa dalam masalah motif dan isu actor, beliau mengatakan bahwa :
122
masyarakat setempat belum dilakukan oleh dinas pariwisata kabupaten mamasa
Jika dirunut dari penjelasan Van Metter dan Van Horn bahwa agen pelaksana
meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam
implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok
dengan para agen pelaksananya maka secara teoritis dapat disimulasikan bahwa
dinas pariwisata dalam hal ini belum maksimal dalam hal melibatkan organisasi
yang tepat dan cocok dalam hal ini dapat membantu tercapainya kinerja
dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari
menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection), dan ketiga,
123
intesitas disposisi para pelaksana (implementors) dapat mempengaruhi
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn
dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus
pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus
Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu
standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit
untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukan.
124
Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya, komunikasi sering
ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan
konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam Widodo
yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil,
demikian sebaliknya.
Kabupaten Mamasa.
dengan pengelola objek wisata dalam upaya pengembangan pariwisata seperti dari
hasil wawancara dengan pak petrus selaku kepala bidang pengembangan dan
125
Untuk strategi pengembangan sarana dan prasarana, kita melakukan
observasi langsung dan pengelola kerap meminta pendapat dari para
pengunjung dan warga setempat terkait hal-hal apa saja yang penting
untuk segera di benahi. Tentu saja selain itu kita mengkondisikan dana
juga, jika belum terlalu lama mendapatkan renovasi atau perbaikan,
biasanya kita fokus untuk hal lain dulu.
(Wawancara 14 September 2022)
langsung dengan pengelola objek wisata terkait hal apa saja yang penting untuk
menurut pengelola objek wisata buntu mussa masyarakat masih acuh tak
buntu mussa karna kurangnya kesadaran akan nilai objek wisata tersebut.
A. Isi Kebijakan
tertentu dengan berkoordinasi dengan institusi lainnya. Oleh karena itu dalam
memililk persepsi yang seragam mengenai visi dan capaian serta indikator
kinerja.
Perda no 3 tahun 2017 ini kan regulasi atau aturan langsung dari
daerah yang memuat tentang arah pengembangan dari pariwisata di
kabupaten mamasa, hanya saja dalam perjalanannya tidak ada
sosialisasi atau pemahaman kepada setiap elemen yang terlibat
langsung dalam dunia kepariwisataan seperti pengelola tempat
wisata, dinas PU yang bertugas langsung untuk bagaimana
pengerjaan akses ke objek wisata dll.
(Wawancara 29 Agustus 2022)
Tahun 2017 tentang rencana induk kepariwisataan sehingga hal ini berdampak juga
tersebut. Kemudian, dari hasil wawancara diatas penulis dapat menarik kesimpulan
berdasarkan teori ven meter dan van horn yang penulis gunakan sebagai acuan
bahwa Mayoritas aktor yang terlibat dalam proses pengembangan kepariwisataan ini
belum memahami tujuan, visi misi dan prosperk pembangunan pariwisata (standar
dan sasaran) dan dalam koordinasinya para aktor masih bekerja secara sektarian
B. Informasi
pengembangan terjadi komunikasi yang kurang baik antar aktor yang terlibat
dalam proses tersebut, hal ini menyebabkan para aktor kekurangan informasi
128
tersebut masih bekerja/berjalan sendiri berdasarkan sektor mereka masing-
masing. Tidak adanya informasi yang merata antar aparat aktor tersebut
berjalan efektif.
terjadi mis komunikasi atau kuangnya informasi dan koordinasi satu sama lain
yang sangat berpengaruh sebab lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang
129
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Demianus Deppalulun
masyarakatnya masih acuh tak acuh terhadap keberadaan objek wisata dan
130
BAB V
5.1. Kesimpulan
6 variable :
masih bekerja secara sektarian karena mengejar tugas dan visi masing-
masing organisasi.
berjalan mulus.
131
D. Komunikasi antar organisasi, dapat dilihat bahwa komunikasi antar
bisa dikatakan buruk, diantara aktor tersebut bahkan ada yang bertindak
itu tidak berjalan dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan terkadang
masih kurang menyadari akan potensi objek wisata yang ada di sekitar
mereka dan belum melihat asset wisata sebagai sesuatu yang dapat
132
2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pengembangan
ditunjang oleh kemampuan sumber daya, dalam hal ini sumber daya
lapangan
masih kurang menyadari akan potensi objek wisata yang ada di sekitar
mereka dan belum melihat asset wisata sebagai sesuatu yang dapat
5.1. Saran
– objek wisata pemerintah dalam hal ini dinas pariwisata kabupaten mamasa
pihak yang bekerja langsung di lapangan agar tetap sesuai dengan arah
133
peraturan daerah itu sendiri agar tidak terjadi misss komunikasi ataupun
dengan menjalin komunikasi yang lebih efektif antar dinas ataupun setiap
menarik minat wisatawan-wisatawan local maupun manca Negara. Dan hal ini
2. Sebagai suatu karya yang belum utuh, penulis menyarankan para peneliti
3. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan
terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang “crucial.
134
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori
Pradnya Pramita.
Pitana, I Gede dan Putu Gede Gayatry. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakata. Andi.
Suwena, I Ketut & Widyatmaja, I Gst Ngr. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu
Jurnal:
Wisata Bahari Pulau Gili Noko Kabupaten Gresik: Studi Pada Dinas
135
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gresik:
Unversitas Brawijaya.
Devy,Helln Angga dan Soemanto, R.B. 2017. Pengembangan Obyek Dan Daya
Studi Kasus Obyek Wisata Air Terjun Jumog di Kawasan Wisata Desa Berjo,
Sebelas Maret.
Pendidikan Indonesia
Simamora, Rotua Kristin dan Sinaga, Rudi Salam. 2006.Peran Pemrintah Daerah
Skripsi:
136
Putra, Rizki Aristoni. 2019. Analisis Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata
Universitas Lampung.
Undang-undang:
Daerah
Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 33 Tahun 2017 Tentang Tugas Pokok
Dan Fungsi Susunan Organisasi Dinas Penuda Dan Olahraga Dan Pariwisata
Website Online:
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3650849/industri-pariwisata-indonesia-
137
LAMPIRAN-LAMPIRAN
138
Dokumentasi wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa
139
Dokumentasi Wawancara dengan Kepala Bidang pengembangan dan Promosi Pariwisata,
Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa, Sekaligus salah satu pengelola objek wisata di
140
Dokumentasi wawancara dengan Pengelola Objek wisata buntu mussa’
141
Dokumentasi wawancara dengan para pengunjung objek wisata buntu mussa, Sarambu
142
Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Mamasa
143