Oleh
UNI ANDIRA A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PEMBINAAN NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
OLEH
UNI ANDIRA A
B111 13 056
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
UNI ANDIRA A (B111 13 056) dengan judul “Pembinaan Narapidana Di
Rumah Tahanan Negara (Studi Rumah Tahanan Negara Klas IIB
Sidrap)”. Di bawah bimbingan (Syamsuddin Muchtar) sebagai Pembimbing
I dan (Nur Azisa) sebagai Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan
pembinaan narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap dan
untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat Pelaksanaan
pembinaan Narapidana di Rumah Tahan Negara Klas IIB Sidrap.
Penelitian ini di lakukan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap.
Data yang diperoleh berasal dari data primer dan data skunder dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi lapangan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. kemudian data yang diperoleh
diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah secara kualitatif.
Berdasarkan hasil Penelitian di Rumah Tahanan Negara Klas IIB
Sidrap bahwa pelaksaan pembinaan narapidana dilaksanakan dengan
sistem pemasyarakatan berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di
Rutan Sidrap meliputi Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan
Kemandirian yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa program
pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan
pembimbingan kepribadian dan kemandirian. Sedangkan pada Pasal 3 PP
RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga
Binaan yang meliputi ketakwaan kepada Tuhan YME; kesadaran
berbangsa dan bernegara; intelektual; sikap dan prilaku; kesehatan
jasmani dan rohani; kesadaran hukum; reintegrasi sehat dengan
masyarakat; keterampilan kerja; dan latihan kerja dan produksi.
Berdasarkan ketentuan tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan
Pembinaan Narapidana di Rutan Sidrap pada kenyataannya belum
sepenuhnya diterapkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 PP RI
No. 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga
Binaan. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan pembinaan narapidana yaitu masalah jumlah pegawai yang
kurang, anggaran, sarana dan prasarana, dan kerja sama dengan pihak
luar yang kurang efektif.
v
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Negara Klas IIB Sidrap) yang merupakan salah satu syarat untuk
Amri Jala dan ibunda tercinta Igena yang selalu percaya pada mimpi-
mimpi penulis dan dengan segenap jiwa dan hati selalu memberikan
semangat dan dukungan. Terima kasih yang tiada hentinya atas kasih
sayang yang tak tehingga, doa yang tak pernah putus, dan perjuangan
penulis dalam meraih cita-cta. Terimah kasih telah menjadi adik-adik yang
begitu manis, perhatian, dan penuh kasih sayang, serta selalu memberikan
vi
bantuan baik secara moril maupun materil. Terima kasih semoga Tuhan
pembimbing I dan ibu Dr. Nur Azisa, S.H.,M.H. selaku pembimbing II,
terima kasih atas segala petunjuk, saran, bimbingan dan waktu yang telah
dan bapak Dr. Abd. Asis, S.H.,M.H., selaku penguji yang telah
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA. selaku Rektor
Universitas Hasanuddin, serta para Wakil Rektor dan Staf Universitas
Hasanuddin.
2. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru,
S.H.,M.H. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin. Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H.,M.H. selaku
Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Bapak
Dr. Hamzah Halim, S.H.,M.H. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin.
vii
pengetahuan tentang hukum selama menempuh pendidikan di
almamater ini.
6. Kepala Rutan Klas IIB Sidrap dan Stafnya yang telah memberikan izin
dan bantuan dalam melaksanakan penelitan.
7. Kepala Sekolah, Guru dan Staf SMAN 1 Tellu Limpoe, atas bantuan,
motivasi dan dukungan yang selama ini diberikan kepada penulis untuk
bias melanjutkan pendidkan kejenjang yang lebih tinggi.
viii
Ruditya, Muhammad Pazrul Rahman, Muhammad Mubarak, azharul
Nugraha, SH, Muh. Reski Ismail, Muh. Aldi Sido, Abrar, Andi Akhsan,
Bagas Julnizar, Alfian Praditya, M. Ibnu Maulan, Muhammad Darul,
Supriadi, Rusdianto Dwi A, Mardis, dan yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih karena telah menjadi tempat
berbagi suka dan duka dalam masa perkuliahan. Semoga kebahagiaan
dan kesuksesan selalu bersama kita.
11. Temanku Hikmah, Sari Oja, Hasnani, Sartini Rusli, dan Kuasa Sari,
semoga kita bisa sukses menggapai mimpi kita masing-masing.
12. Juwita Pratiwi Lukman, S.IP. dan Andi Nurul Afana Fitrah, S.IP,
Fauziah Nurhidayah, atas doa dan dukungannya selama ini.
13. Kepada Lurah Belawa Bapak Abd. Kadir dan Keluarga, semoga
senantiasa dilindungi dan diberikan kebahagiaan.
14. Teman-teman KKN Kelurahan Belawa Aswin, Hanif Patiroi, Andi Ardi
Wardiman, Abd. Akram, Sari Rajwani Artika, Sri Wahyuni Muhsin, dan
Siti Surya Rahmi.
15. Kepada Kakanda Samang, SH., (Alm) Sumange, SH., Yunus SH.,
Sumardi, SH., dan Sri Suhasti, S.Si terima kasih untuk semua bantuan
yang telah diberikan selama ini.
16. Keluarga besar UKM LP2KI FH-UH, terima kasih atas ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
17. Keluarga besar UKM KPI Universitas Hasanuddin, terima kasih atas
ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
19. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan, terima kasih
atas segala dukungan, semangat, dan bantuan dalam bentuk apapun
ix
yang selama ini telah diberikan kepada Penulis. Semoga Tuhan
membalas kebaikan budi kalian.
penulis berharap semoga apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini ada
orang, agama, bangsa dan negara, Amin. Atas segala ucapan yang tidak
Terima kasih,
UNI ANDIRA A
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ............................... iv
ABSTRAK ......................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latara Belakang Masalah .................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 11
A. Pengertian Pidana................................................................... 11
B. Teori Tujuan Pemidanaan ....................................................... 13
C. Pembinaan Narapidana .......................................................... 18
1. Ruang Lingkup Pembinaan................................................ 19
2. Tahap Pelaksanaan Pembinaan ........................................ 24
3. Asas – Asas Pembinaan Narapidana ................................ 26
4. Prinsip – Prinsip Bimbingan dan Pembinaan ..................... 28
5. Metode Pembinaan ............................................................ 30
D. Sistem Pemasyarakatan ......................................................... 34
E. Rumah Tahanan Negara ......................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 47
A. Lokasi Penelitian ..................................................................... 47
B. Pupulasi dan Sampel .............................................................. 47
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 48
xi
E. Analisis Data ........................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 50
A. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan
Negara Klas IIB Sidrap ............................................................ 50
1. Gambaran Umum Rutan Klas IIB Sidrap ........................... 50
2. Bentuk – Bentuk Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di
Rutan Klas IIB Sidrap ........................................................ 64
3. Penerapan UU No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan dalam Pembinaan Narapidana.............. 80
4. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pembimbingan dan Pembinaan warga Binaan .................. 81
B. Faktor Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Pembinaan di Rutan
Klas IIB Sidrap ........................................................................ 84
BAB V PENUTUP ............................................................................. 88
A. Kesimpulan ............................................................................. 88
B. Saran ...................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 91
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Pegawai Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap ...... 52
Tabel 4.2 Data Penghuni dan Kapasitas Periode 2012-2016 Rutan
Klas IIB Sidrap .................................................................... 57
Tabel 4.3 Daftar Isi Rutan Menurut Status dan Sex ............................. 59
Tabel 4.4 Daftar Isi Rutan Menurut Status dan jenis Kejahatan .......... 60
Tabel 4.5 Daftar Isi Penghuni Kasus Narkoba Rutan Klas IIB
Sidrap Januari 2017 ............................................................. 62
Tabel 4.6 Daftar Penghuni Menurut Agama ......................................... 62
Tabel 4.7 Data Penghuni Rutan Klas IIB Sidrap Berdasarkan
Pendidikan ........................................................................... 63
Tabel 4.8 Daftar Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan
Klas IIB Sidrap ................................................................ 66
Tabel 4.9 Daftar Narapidana yang Mengikuti Program Pembinaan
Paket A ................................................................................ 72
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
melanggar atau yang tidak mematuhi, kapan dan dalam hal apa sanksi
hukum yang lain pada umumnya, yaitu bahwa didalamnya orang mengenal
suatu bijzondere leed atau suatu penderitaan yang bersifat khusus dalam
1
Eddy O.S. Hiariej, 2014, Prinsip Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, hal. 4
1
telah ditentukan didalamnya. 2 Pemberian hukuman merupakan akibat
hukum dari suatu perbuatan melanggar hukum yang berlaku. Tujuan dari
ketentuan hukum pidana ialah untuk memberikan efek jera kepada pelaku
adanya pidana penjara yang merupakan salah satu jenis hukuman yang
pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri dari pidana mati,
2 Lamintang, Franciscus Theo Junior Lamintang, 2014, Dasar Dasar Hukum Pidana Di
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 16-17
3 Dwidja Priyatno, 2013, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesi, PT Refika
2
dapat dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mendapatkan
alat bukti yang sah oleh penyidik. Kemudian peningkatan status tersangka
kepadananya, hal tersebut termaktub dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP.
kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk pidana penjara, tetapi juga
3
Digoel kemudian ke Neira, pengasingan Soekarno ke Endeh kemudian ke
Bengkulu. 4
4
Ibid. hal. 72
5
Ibid. hal 97
4
pelaksanaan pidana penjara di Indonesia dilaksanakan dengan sistem
fungsi lain, yaitu pidana penjara tidak lagi berfungsi sebagai sarana
Pemasyarakatan.
secara umum.
5
Pelaksanaan pembinaan narapidana dengan sistem
Rutan dan Lapas. Tercatat pada Desember 2012 terdapat 440 UPT
over kapasitas tetap terjadi dan meningkat menjadi 149%. Angka over
Pada data terakhir melalui SDP Ditjen Pas, Januari 2015, over kapasitas
6
penghuni Rutan dan Lapas yang mencapai 164.859 orang, berbanding
Negara atau yang biasa disebut Rutan. Rutan dalam UU No. 8 Tahun
Indonesia. Saat ini telah banyak Rutan yang menjadi tempat pembinaan
6
http://www.hukumpedia.com/erasmus70/over-kapasitas-lapas-dan-rutan-jumlah-
penghuni-dan-masalah-utama diakses pada 17/11/16. pukul. 22.15 Wita
7
Rutan dapat pula menyebabkan kelebihan kapasitas di dalam Rutan.
di lihat terjadi di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap yang merupakan
(Napi) terdaftar menjadi warga binaan di Rutan Klas IIB Sidrap yang
orang.7
tahanan selalu over kapasitas, hal ini disebabkan tingginya angka kriminal
250 orang tahanan kita bina”. Menurutnya, data dipembinaan Napi tercatat
kasus Narkoba 139 orang dan kasus pidanan umum (pidum) 104 orang.8
November 2016 bahwa jumlah Tahanan di Rutan Klas IIB Sidrap sebanyak
7
file:///C:/Users/ASUS%20PC/Documents/jurnal/Rutan%20Sidrap%20Sudah%20Layak%
20Jadi%20Lapas%20%E2%80%93%20Berita%20Kota%20Makassar.htm. Diakses pada
03/12/2016. Pukul 21.25 Wita
8
Ibid.
8
kenyataan yang ada bahwa jumlah narapidana yang lebih banyak daripada
jumlah tahanan. Pada kenyataannya dalam Rutan Klas IIB Sidrap telah
pembinaan narapidana.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
ini yaitu:
9
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
Lembaga Pemasyarakatan.
dalam Rutan.
di Rutan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pidana
ialah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang sengaja
Menurut Van Hamel, arti dari pidana atau straf menurut hukum
Een bijzonder leed, tagen den overtreder van een door den staat
gehandhaafd rechtsvoorschrift, ap den enkelen grond van die
overtrading, van wege den staat als handhaver der openbare
rechtsorde, door met met de rechtsbedeeling belasta gezag uit te
spreken.
Artinya:
Suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh
kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama
9
Eddy O.S. Hiariej, Op.cit., hal.385
10 Bambang Waluyo, 2014, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hal.9
11 Ibid., hal. 100
12
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, 2012, Hukum Panitensier Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, hal. 33
11
negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum umum
bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut
telah melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh
negara.
Menurut ketentuan di dalam pasal 10 Kitab Undang Undang Hukum
berikut:
literatur bahasa inggris biasa disebut dengan tiga R dan satu D yaitu
12
menjadi orang baik dan beguna bagi masyarakat, Restraint berarti
individu maupun orang lain yang potensial menjadi penjahat akan jera atau
terdakwa.
B. Tujuan Pemidanaan
Pidana dan pemidaan dalam Rancangan KUHP pada BAB III yang
13
Eddy O.S. Hiariej, Loc.cit., hal.385-386
13
dikatakan bahwa tujuan pemidaan ialah: Pertama, mencegah
antara lain:
14
Tolib Setiady, 2010, Pokok-Pokok Hukum Panitensier di Indonesia, Alfabeta, Bandung,
hal. 53)
15
Ibid., hal. 53-54
14
membunuh itu harus menebus dosanya dengan jiwanya sendiri. Ini
berarti bahwa kejahatan itu sendirilah yang memuat unsur menutut
dan membenarkan di jatuhkannya pidana.”
16
Dwidja Priyatno. Op.cit., hal.26
15
yang bermanfaat”. (dengan demikian dasar pembenaran pidana menurut
menyatakan bahwa:18
bahwa:20
“prevensi khusus yang dianut oleh Van Hamel (Belanda) dan Von
List (Jerman) mengatakan bahwa tujuan prevensi khusus ialah
mencegah niat buruk pelaku (dader) bertujuan mencegah pelanggar
guna mengulangi perbuatannya atau mencegah bakal pelanggar
melaksanakan perbuatan jahat yang direncanakannya”.
17
Tolib Setiady. Op.cit., hal. 56
18
Dwidja Priyatno. Loc.cit.
19
Tolib Setiady. Loc.cit.
20
Ibid., hal. 57
16
Selanjutnya Karl O. Cristiansen memberi ciri pokok atau
c. Teori gabungan
teori relatif atau teori tujuan. Teori gabungan ini dapat dibagi kedalam 3
21
Dwidja Priyatno. Op.cit., hal.25
22
Tolib Setiady. Op.cit., hal.59
17
2) Teori gabungan yang menitikberatkan kepada pertahanan ketertiban
kepada masa lalu oleh karena teori ini beranggapan bahwa kejahatan
orang yang terkena kejahatan. Oleh karena itu, penderitaan itu harus
C. Pembinaan Narapidana
18
pemasyarakatan untuk membentuk narapidana menjadi pribadi yang lebih
19
Lebih lanjut tentang pembinaan narapidana diatur dalam Keputusan
20
menjadi warga negara yang baik yang dapat berbakti bagi bangsa dan
pembinaan.
21
4) Pembinaan Kesadaran Hukum
di tengah-tengah masyarakat.
22
Untuk mencapai ini, kepada mereka selama dalam Lembaga
lingkungannya.
b. Pembinaan Kemandirian.
genteng, batako.
masing.
Dalam hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu diusahakan
23
perkumpulan seniman untuk dapat mengembangkan bakatnya
Pasal 7
(1) Pembinaan narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap
pembinaan
(2) Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas 3
(tiga) tahap, yaitu:
a. Tahap awal;
b. Tahap lanjutan;
c. Tahap akhir.
(3) Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap lain ditetapkan melalui
sidang tim Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan data dari Pembina
Pemasyarakatan, Pengaman Pemasyarakatan, Pembimbingan
Kemasyarakatan, dan Wali Narapidana.
(4) Data sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) merupakan hasil
pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap pelaksanaan pembinaan.
(5) Ketentuan mengenai pengamatan, penilaian, dan laporan terhadap
pelaksanaan pembinaan.
Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan disediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
24
(2) LAPAS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibagi dalam beberapa
klasifikasi dan spesifikasi.
(3) Ketentuan mengenai klasifikasi dan spesifikasi LAPAS sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 9
(1) Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 (2) huruf
a bagi narapidana dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai
narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana.
(2) Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat
(2) huruf b meliputi:
a. Tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal
sampai dengan ½ (satu per dua) dari masa pidana; dan
b. Tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan
pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana.
(3) Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2)
huruf c dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan
berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan.
Pasal 10
(1) Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
meliputi:
a. Masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling
lama satu (1) bulan;
b. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
c. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian;
dan
d. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.
(2) Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat
(2) meliputi;
a. Perencanaan program pembinaan lanjutan;
b. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan;
c. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan; dan
d. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.
(3) Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3)
meliputi:
a. Perencanaan program integrasi;
b. Pelaksanaan program integrasi; dan
c. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.
(4) Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2),
dan (3) ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.
(5) Dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan kepala LAPAS wajib
memperhatikan hasil lintas.
(6) Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut
dengan keputusan Menteri.
25
Pasal 11
(1) Pembinaan tahap awal dan tahap lanjutan dilaksanakan di Lapas
(2) Pembinaan tahap akhir dilaksanakan diluar Lpas oleh BAPAS.
(3) Dalam hal narapidana tidak memenuhi syarat-syarat tertentu
pembinaan tahap akhir narapidana yang bersangkutan tetap
dilaksanakan di Lapas.
Pasal 12
Dalam hal terdapat narapidana yang tidak dimungkinkan memperoleh
kesempatan asimilasi dan atau integrasi, maka narapidana yang
bersangkutan diberikan pembinaan khusus.
a. Pengayoman.
membedakan orang-orang.
26
c. Pendidikan.
orang tertentu.
27
masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain
mengunjungi keluarga.
23
Dwidja Priyatno., Op.cit., hal. 98-99
28
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih
buruk atau lebih jahat daripada sebelum ia masuk lembaga.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak narapidana harus
dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapida tidak boleh bersifat
mengisi waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan
lembaga atau negara saja, pekerjaan yang diberikan harus
ditunjukan untuk pembangunan negara.
7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.
8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai
manusia meskipun ia telah tersesat tidak boleh ditujukan kepada
narapidana bahwa itu penjahat.
9. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan.
10. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah
satu hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
Bentuk pola pembinaan bagi narapidana menurut pola pembinaan
narapidana/tahanan meliputi:
mental spiritual.
29
dengan aturan yang ada. Meskipun pada kenyataan terjadi banyak
5. Metode Pembinaan
30
Dibawah ini di uraikan serangkaian faktor-faktor yang perlu
a. Tujuan kegiatan
b. Target kegiatan
c. Pelaksanaan kegiatan (petugas)
d. Peserta kegiatan (warga binaan pemasyarakatan)
e. Jenis kegiatan
f. Sarana dan biaya
g. Jangka waktu dan skedul kegiatan
h. Monitoring dan Evaluasi
a. Jenis perkara.
b. Jenis pidana.
c. Lamanya masa pidana.
d. Jenis kelamin.
e. Usia.
f. Agama.
g. Suku bangsa.
h. Kondisi fisik dan psikologis
i. Residivis atau bukan
j. Latar belakang pribadi
- Pendidikan
- Status keluarga
- Tingkat social
- Status sosial
k. Bakat-bakat dan hobby
Dengan memahami faktor-faktor ini, maka para petugas paling tidak
31
3. Metode pembinaan/bimbingan meliputi:
Pemasyarakatan).
32
2. KAMI PETUGAS PEMASYARAKATAN WAJB BERSIKAP
TUGAS .
disumbangkan untuk bekerja siang malam tanpa lelah. Oleh karena itu,
dengan tulus ikhlas demi pengabdian terhadap negara dan bangsa. Dan
mengabdi terus memenuhi tugas demi kejayaan bangsa dan negara. Dan
33
narapidana/tahanan adalah bagaikan seorang dokter dengan pasiennya,
D. Sistem Pemasyarakatan
pidato penerimaan gelar doctor honoris causa beliau dalam ilmu hukum
dari Universitas Indonesia pada tanggal 5 Juli 1963, yakni di dalam pidato
mana beliau antara lain telah mengemukakan rumusan tentang tujuan dari
disamping sebagai arah tujuan, pidana penjara dapat juga menjadi cara
24
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang. Op.cit. hal. 165-166
25
Dwidja Priyatno. Op.cit., hal.97
34
Pelaksanaan pidana penjara dengan sistem Pemasyarakatan di
suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang
yang bersalah.
35
Penjara” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem
lingkungannya.
yaitu:
36
a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan Putusan
Pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama
sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan
ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18
(delapan belas) tahun;
c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau
walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di
Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)
tahun.
9. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah
seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS.
Sistem pemasyarakatan yang diharapkan dapat membina
a. Tahap Orientasi/Pengenalan
37
bagaimana keadaan ekonominya, latar belakang pendidikan dan
sebagainya.
masyarakat telah berjalan kurang dari 1/3 dari masa pidana sebenarnya
lain-lain. Maka tempat atau wadah utama dari proses pembinaanya ialah
kebebasan bergerak lebih banyak lagi atau para narapidana yang sudah
Bersamaan dengan ini pula dipupuk harga diri, tatakrama, sehingga dalam
diperbanyak lagi misalnya kerja bakti dengan masyarakat luas. Pada saat
tahanan yang harus dijalani pada tahap ini adalah sampai berkisar ½ dari
38
c. Tahap Asimilasi dalam Arti Luas
adalah 2/3-nya.
39
Sistem pemasyarakatan yang berlaku dan diterapkan saat ini dalam
lima tahun.
satu tahun.
Melihat apa yang terjadi saat ini, bahwa masih banyak pandangan
40
berupa pemasyarakatan tidak akan pernah dicapai dengan efektif dan
sanksi pidana bagi terdakwa oleh Majelis Hakim harus didasarkan pada
warga negara.
26
P.A.F. Lamintanf, Theo Lamintang. Op.cit., hal.177
41
Kehakiman Belanda yang mengatakan bahwa hendaknya pidana itu
parah.27
dalam (3) tiga kelas yaitu Rutan Klas I, Rutan Klas IIA, dan Rutan Klas IIB.
27
Ibid.
42
Pada awalnya Rutan ialah tempat bagi tahanan yang statusnya
43
Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik
tempat bagi tahanan tetapi juga telah memiliki fungsi lain yaitu sebagai
jenis tindak pidana/kejahatan. Selain itu Rutan dan Lapas memiliki fungsi
44
1. Rutan merupakan tempat bagi terdakwa ditahan sementara sebelum
pemasyarakatan.
sanksi pidana.
pada Pasal 18 ayat (1) PP No. 27 tahun 1983. Namun pada kenyataannya,
45
tahun semakin meningkat dalam berbagai bidang seperti tindak pidana
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Loksai Penelitian
Tahanan Negara Klas IIB Sidrap ialah Pejabat, Pegawai dan Narapidana
Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi
pembinaan narapidana di Rutan Klas IIB Sidrap. Selain itu data juga
47
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak informan seperti Kepala
2. Data skunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagi sumber literatur
1. Studi lapangan
pembinaan.
48
dibuat daftar pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
ini.
Sidrap.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh, baik data primer maupun data skunder agar
dapat menjadi sebuah karya ilmiah/ skripsi yang terpadu dan sistematis,
deskriptif.
49
BAB IV
orang. Tetapi sejalan dengan kondisi bangunan yang sudah tua dan
sempit serta melihat bentuk dan struktur bangunan yang sudah tidak
Rumah Tahanan Negara yang baru yang terletak di jalan Galung Aserae,
tanggal 21 Juni 2011 dan mulai difungsikan pada tanggal 27 Oktober 2011
dengan kapasitas 155 orang. Pada saat ini jumlah rata-rata penghuni
Rutan adalah sekitar 300 orang dan sudah mengalami over kapasitas.28
28
Profil Rumah Tahanan Klas IIB Sidrap
50
Bupati dan Kantor SKPD lainnya, Kodim, Polsek Maritengngae berjarak
Sel Straf, Blok Hunian Khusus Wanita, Rumah Dinas Tipe C, Rumah Dinas
Tipe E, Pos Jaga Atas, Aula Poliklinik, Bengkel Kerja, Pos Blok yang
berikut:
29
ibid
30
Ibid.
51
(1) Sub seksi Pelayanan Tahanan mempunyai tugas melakukan
pengadministrasian dan perawatan, mempersiapkan pemberian
bantuan hukum dan penyuluhan bagi tahanan.
(2) Sub Seksi Pengelolaan Rutan mempunyai tugas melakukan
pengurusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan
kepegawaian di lingkungan Rutan.
(3) Kesatuan Pengamanan Rutan mempunyai tugas memelihara
keamanan dan ketertiban Rutan.
(4) Petugas Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan surat
menyurat dan kearsipan.
Tabel 4.1
Data Pegawai Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Sidrap
No Uraian Tugas Status Jumlah
Jumlah 33 orang
(sumber: Profil Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap)
52
Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidenreng Rappang
Kepala Rutan
Mansur, S.Sos.,MH
Regu III
Pembuat Daftar Gaji
Perawat Pelaksana 1. Yabu, S.Sos (Dan
Alif Utama Putra R
1. Jumariah, AMK Jaga)
2. Agussalim, 2. Zainal Arifin, SH
A.Md, Kep Pengelolaan Arsip (Blok)
Kepegawaian/Operator 3. Basri (P2U)
Komputer
Nurmiyanti, SH
Regu IV
1. Alimuddin T (Dan
Jaga)
2. Muh. Padli (Blok)
3. Nana Sutrisna
(P2U)
53
Berdasarkan Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Klas IIB
Sidrap, Rutan Sidrap memiliki 33 (tiga puluh tiga) pegawai yang dipimpin
c. Unit Registrasi
54
hukuman narapidana dan pengusulan pemberian pemotongan hukuman
2. Ka Subsi Pengelolaan
a. Unit Kepegawaian
55
b. Unit Keuangan
56
ada penambahan ataupun pengurangan jumlah tahanan/narapidana.
Pengamanan Bahwa:
57
Berdasarkan pada tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa setiap
IIB Sidrap mulai tahun 2012 hingga tahun 2016. Jumlah tahanan Rutan
Klas IIB Sidrap hingga tahun 2016 ialah 286 jiwa. Sedangkan tahanan
anak mengalami penurunan dari tahun 2012 hinga 2016. Jumlah penghuni
Rutan Sidrap hingga tahun 2016 ialah sebanyak 302 jiwa berdasarkan
Namun jika dilihat dari kapasitas Rutan Klas IIB Sidrap dari tahun
kapasitas (over capacity) dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Pada tahun
2012 dan 2013, penghuni Rutan sebanyak 178 orang dengan kapasitas
Rutan 153 orang sehingga Rutan Sidrap di tahun tersebut mengalami over
sebanyak 202 orang dengan kapasitas Rutan yang masih sama yaitu 153
over capasity sekitar 75% atau sebanyak 49 orang. Di tahun 2015 jumlah
capacity sekitar 61% atau sebanyak 95 orang. Terakhir pada tahun 2016
58
jumlah penghuni Rutan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rutan Klas IIB Sidrap bahwa
jumlah Penghuni Sidrap 4 Januari 2017 yaitu 301 orang yang terdiri dari
Tabel 4.3
Daftar Isi RUTAN Menurut Status dan Sex
Status Golongan P W Jumlah
A. Tahanan
AI 22 - 22
A II 1 - 1
A III 34 3 37
A IV 5 1 6
AV 2 1 3
Jumlah 64 5 69
B. Narapidana
BI 203 6 209
B IIa 19 3 22
B IIb - - -
B III 1 - 1
Lain-lain - - -
Jumlah 223 9 232
Total 287 14 301
(sumber: data Rutan Klas IIB Sidrap 4 Januari 2017)
59
Berdasarkan tabel diatas, bahwa jumlah penghuni Rutan Sidrap per
4 Januari 2017 yaitu sebanyak 301 orang yang terdiri dari tahanan dan
orang yang terdiri dari tahanan titipan penyidik (I) sebanyak 22 orang,
jumlah narapidana sebanyak 232 orang yang terdiri dari narapidana Klas I
Tabel 4.4
Daftar Isi RUTAN Menurut Status & Jenis Kejahatan
Status
Jenis Kejahatan
Tahanan Narapidana
Pasal (KUHP)
P W P W
UU NO. 23/2002 2 6 -
281-287 - 5 1
303 6 - - -
324-336 5 - 4 -
338-350 - - 18 -
351-356 1 - 5 -
362-365 11 - 11 -
372-395 - 2 3 -
Lain-lain - - 4 -
Jumlah 25 7 52 -
(sumber: data Rutan Klas IIB Sidrap 4 Januari 2017)
beberapa kasus tindak pidana umum antara lain pelanggaran atas Pasal
60
281 - Pasal 287 yang merupakan Kejahatan terhadap kesusilaan
atas Pasal 303 tentang kasus Perjudian berjumlah 6 orang yang masih
yang dengan jumlah pelaku 8 orang, 2 orang berstatus tahanan dan enam
61
tindak pidana khusus Perlindungan Anak sebanyak 85 orang yang terdiri
Tabel 4.5
Daftar Isi Penghuni Kasus Narkoba RUTAN Klas IIB Sidrap Januari
2017
Status Pria Wanita Jumlah
Tahanan 37 2 39
Narapidana 152 5 157
Total 189 7 196
(sumber: data Rutan Klas IIB Sidrap 2 Januari 2017)
Per 2 Januari Tahun 2017 bahwa Jumlah penghuni Rutan sidrap mayoritas
orang dari 301 penghuni rutan. Hal tersebut berarti bahwa 65% penghuni
2 Kristen 1 orang
3 Hindu 29 orang
62
4 Budha -
5 Katolik -
merupakan umat Muslim yang berjumlah 271 orang, sedangkan yang non
dalam hal pembinaan narapida nantinya. Hal ini akan menjadi acuan
khususnya keagamaan.
Tabel 4.7
Data Penghuni Rutan Klas IIB Sidrap Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan P W Jumlah
BH 10 - 10
SD 74 5 79
SMA 55 5 60
SMK 14 - 14
Sarjana 13 1 14
63
Data penghuni Rutan berdasarkan pendidikannya meliputi,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 124 orang terdiri dari 121
bahwa ruang lingkup pembinaan dibagi ke dalam dua bidang yaitu Bidang
64
Pembinaan Mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Sedangkan Bidang
teknologi tinggi.
olahraga.
65
Tabel 4.8
Daftar Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Di Rutan Klas IIB Sidrap.
No. Hari Jenis Kegiatan Waktu
Paket A 09.00
1. Senin
Sanggar Aksara Alqur’an Laki-laki 11.00
Senam 07.00
2. Selasa
Pembinaan Kerohanian 09.00
Paket A 08.00
3. Rabu
Sanggar Aksara Alqur’an Perempuan 10.00
Senam 07.00
5. Jumat
Sanggar Aksara Alqur’an Laki-laki 08.00
a. Pembinaan Kepribadian
1. Pembinaan kerohanian
66
mendekatkan diri kepada Tuhan dan dapat menyadari kesalahan yang
telah dilakukannya.
kepada Tuhan. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan dari pembinaan
ceramah keagamaan.
a) Sholat berjamaah
67
memberikan pengertian kepada narapidana dalam melaksanakan
68
Rutan dan melaksanakan kewajibannya termasuk mengikuti proses
b) Ceramah Keagamaan
dan pemahaman bagi narapidana dengan kisah para Nabi dan Rasul,
banyak terjadi di daerah Sidrap. Selain itu ceramah dapat pula berupa
hukum.
69
memberikan ceramah keagaaman di Rutan. Ceramah oleh pihak Rutan
seminggu yaitu pada hari Rabu. Hal tersebut karena jumlah narapidana
70
Pembinaan sanggar aksara alqur’an bagi narapidana/
tahanan Pria dilakukan secara bergilir. Hal tersebut karena
jumlah tahanan/narapidana Pria hampir 300 orang.
Pembinaannya dilaksanakan perkamar. Misalnya hari senin
di ikuti oleh kamar A dan B, hari berikutnya kamar C dan D,
sampai semua kamar selesai, baru kembali lagi ke kamar A
dan begitu seterusnya.
masih ada.
3. Pembinaan Paket A
bahwa:
71
memberikan peluang untuk bisa mengikuti ujian nantinya
yang biasanya dilaksanakan setiap enam bulan sebagai
bentuk evaluasi apakah tahanan/narapidana yang mengikuti
kegiatan ini sudah layak atau belum.
Tabel 4.9
Daftar Narapidana Yang Mengikuti Program Pembinaan Paket A
Nama Kamar
Bakri B II
Sarifuddin B IV
Faisal C III
Risal B IV
Sanreseng C III
Lamie C IV
Sudirman C IV
Amirullah B II
Ullah C II
Ibrahim D III
Darmawan B VI
Asrianto B VII
72
pendidikan baca tulis saja. Sedangkan untuk pembinaan berhitung
4. pembinaan jasmani
volli, takrow dan tennis. Senam dilaksanakan dua kali dalam seminggu
lapangan tennis dan lapangan volli. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan
yang berada di Rutan tidak terus menerus larut dalam kesedihan atau
73
harus memperhatikan kesehatan dan kebugaran fisik maupun
rohaninya.
b. Pembinaan kemandirian
1. Kerajinan Tangan
tangan yang terbuat dari bahan dasar Koran bekas yang kemudian
kerajinan tangan.
dari hasil kerajinan tersebut seperti lemari, asbak, bingkai foto, gitar
74
2. Keterampilan/bakat
positif dan bekal untuk mencari nafkah. Salon tidak hanya melayani
3. Pembinaan pertukangan
75
Napi tidak ada kegiatan. Kebetulan ada pembangunan di
Rutan jadi tenaga Napi yang dipakai dan selalu seperti ini,
jika ada perbaikan atau masalah Napi ikut dilibatkan.
sebagai berikut:
alasannya.
76
pembinaan masih kurang efektif dan kurang disiplin. Pembinaan
dari rutan.
Bupati.
77
dan keterampilan. Selain itu pembinaan keterampilan yang belum
narapidana seperti:
baik.
78
bukan pembalasan. Sehingga Rutan bukan penjara tetapi rumah
bersama.
asri. Hal tersebut karena bangunan rutan yang cukup baru dan
d. Narapidana
79
narapidana dengan kesadaran sendiri akan lebih mempermuda
a. Umur;
b. Jenis kelamin;
perkembangan pembinaan.
Wanita.
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) belum
80
Rutan Klas IIB Sidrap pembinaan dilaksanakan secara merata yaitu
dengan:
81
g. Reintegrasi sehat dengan masyarakat;
h. Keterampilan kerja;
i. Latihan kerja dan produksi;
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rutan Sidrap tentang
Narapidana Rutan Klas IIB Sidrap yang terdiri dari Pembinaan Kepribadian
82
mendapatkan pembinaan kerohanian. Rutan Sidrap hanya memiliki
a) Dana pembinaan;
b) Perlengkapan ibadah;
c) Perlengkapan pendidikan;
d) Perlengkapan bengkel kerja;
e) Perlengkapan olahraga dan kesenian.
Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
83
dan penjelasan atas Pasal 8 ayat (1) belum sepenuhnya menyediakan
kesenian.
84
1. Minimnya Petugas/Pegawai Rutan
proses pengelolaan Rutan Sidrap. Hal tersebut juga diakui oleh bapak
2. Anggaran
85
kerja narapidana dari pembinaan kerajinan tangan hanya digunakan
hal, misalnya dalam hal pendanaan pihak Rutan dapat berkerja sama
86
dengan perusahan-perusahan yang membutuhkan tenaga dalam hal ini
dan HAM dan semacamnya yang dapat membantu pihak Rutan dalam
bahwa:
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
88
bahwa beberapa hal tersebut belum sepenuhya diterapkan dalam
b. Anggaran
B. Saran
Negara Klas IIB Sidrap, tidak dapat dipungkiri masih terdapat beberapa
IIB Sidrap:
89
kehidupan sehari-hari sebagai warga negara. Serta narapidana pun
tentang hukum.
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Andi Sofyan, Abd. Asis. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar.
Prenadamedia Group: Jakarta
91
Tolib Setiady. 2010. Pokok-Pokok Hukum Panitensier Indonesia.
ALFABETA: Bandung.
Yuyun Nurulaen. 2012. Lembaga Pemasyarakatan Masalah & Solusi
(Perspektif Sosiologi Islam). MARJA: Bandung
Skripsi:
Andi Muhammad Iqra Kusumaatmaja. 2015. Implementasi Hak Hak
Tahanan Di Rumah Tahanan Negara Klas I Makassar.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lucky Restu Aditama. 2015. Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan
Negara Klas IIB Blora. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Normaniar. 2011. Pembinaan Terhadap Narapidana Yang Melakukan
Tindak Pidana Psikotropika Pada Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Klas IIA Sungguminasa. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Nur Jayani. 2013. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Di Rumah
Tahanan Negara Klas IIB Kabupaten Jepara. Universitas Negeri
Semarang. Semarang
Dokumen:
Profil Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sidrap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Rumah
Tahanan Negara Klas IIB Sidrap.Semester II Tahun 2016
Peraturan Perundang-undangan:
92
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab
Perawatan Tahanan
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.04-UM.01.06 Tahun 1983
tentang Cara Penempatan, Perawatan Tahanan, dan Tata Tertib
Rumah Tahanan.
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990
tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan
Internet:
93