Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SURAH ANNISA AYAT 58, AL ANFAL AYAT 27 & AL AHZAB AYAT 78


TENTANG AMANAH”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat Siyasah

DOSEN PENGAMPU : HERI FIRMANSYAH, M.A

Disusun oleh:

KELOMPOK 5 JURUSAN SIYASAH V C

ANNISA NURFADILLAH : 0203172098


SATRIA : 0203172099
ALI ARIF RAMADHAN : 0203172100

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2019/2020
ABSTRAK

Pada dasarnya setiap manusia yang lahir dibumi ini sudah memiliki amanahnya
masing – masing. Amanah meurpakan tanggung jawab yang diberikan kepada kita maupun
orang lain yang harus dilaksanakan sesuai janji. Amanat merupakan sesuatu perbuatan yang
disenangi Allah dimana perbuatan tersebut diserahkan kepada pihak lain untuk dipelhara dan
dikembalikan jika telh tiba saatnya atau diminta oleh pemiliknya. Tentunya kita harus kita
harus mengerjkan amanat tersebut jika kita tidak ingin mengecewakan orang lain dengan
amanat yang sudah diberikan kepada kita.

Ada baiknya jika kita ingin mengemban amanat maka kita harus menyesuaikan
amanat tersebut dengan kemampuan kita karna jika tidak maka terjadilah kejadian yang tidak
diinginkan dan bisa mengecewakan orang yang sudah memberi kita amanat tersebut apabila
amanat tersebut memang harus kita kerjakan dan menurut kita tidak mampu mengerjakannya,
maka lebih baik minta bantuan kepada orang lain agar kita lebih mudah mengerjakan amanat
tersebut.

Maka dari itu semua kita harus memberikan amant kepada orang yang memang wajib
menerimana agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengerjakan amanat yang telah
diberikan kepada kita maupun orang lain. Hal ini tetulis dalam surah An Nisa ayat 58 dan
tentunya kita harus berbuat seadil – adilnya dalam memberi dan mengerjakan amanat dan
Allah pun sangat adil dalam menetapkan amanat kepada hambanya yang menerima amanat
tersebut.

Dalam mengemban amant ada baiknya kita harus benar – benar mengerjakan amant
tersebuat dengan baik dan jangan lah kita sampai mengkhianati amanat tersebut baik amanat
yang sudah diberikan orang lain maupun amanat yang diberikan oleh Allah karna itu akan
marugikan anda dan iman anda hal ini tertulis dalam surah Al Anfal ayat 27 tentang larangan
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada kita sedangkan kita mengetahuinya terlebih
lagi amanat dari Allah.

Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dalalm malaksanakan suatu amant
diantaranya : orang lain lebih mudah percaya kita, meningkatkan rasa tanggung jawab, lebih
dewasa dalam menghadapi masalah, dan banyak lainnya fungsi dari amanat, intinya amanat
bisa membawa kita pada suatu kebaikan apabila kita benar – benar mengejakannya dengan
baik dan tidak mengkhianati amant tersebut.
PEMBAHASAN

A. PENAFSIRAN SURAH ANNISA AYAT 58

َ‫َّللاَ َكان‬ َّ ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا ِب ْال َعدْ ِل ۚ ِإ َّن‬


ُ ‫َّللاَ نِ ِع َّما يَ ِع‬
َّ ‫ظ ُك ْم ِب ِه ۗ ِإ َّن‬ ِ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى أ َ ْه ِل َها َو ِإذَا َح َك ْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ ‫س ِمي ًعا َب‬
َ

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
An-Nisa : 58).

Asbabun nuzul ayat

Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa setelah fathul makkah (pembebasan


makkah), Rasulullah SAW memanggil ‘Utsman Bin Thalhah untuk meminta kunci ka’bah.
Ketika Utsman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilah al-Abbas
seraya berkata; “Ya Rasulullah, Demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku. Saya akan rangkap
jabatan tersebut dengan jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali
tangannya, maka bersabda Rasulullah: “berikanlah kunci itu kepadaku, wahai Utsman!”
Utsman berkata: “inilah dia, amanat dari Allah, “maka berdirilah Rasulullah untuk membuka
ka’bah kemudian keluar thawaf di Baitullah. lalu turunlah jibril membawa perintah supaya
kunci itu diserahkan kembali kepada Utsman, Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil
membaca Ayat tersebut diatas (QS. an-Nisa:58).

Dalam riwayat lain berkenaan dengan Utsman Bin Thalhah bin abduddar yang
bertugas mengurus ka’bah. Ketika rasulullah memasuki makkah saat makkah ditaklukkan,
utsman menutup pintu makkah dan naik ke atap, enggan menyerahkan pintu ka’bah kepada
beliau,lalu ali bin abi thalib merebutnya dan membuka pintu ka’bah rasulullah saw. Masuk
dan sholat dua rakaat di dalam ka’bah. Saat keluar, abbas meminta agar kunci pintu ka’bah
diberikan kepadanya dan mengumpulkan para pengurus ka’bah, kemudian turun ayat.
Sesungguhnya allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada uyang berhak
menerimanya”.
Lalu nabi saw. Memerintahkan ali agar mengembalikan kunci ka’bah kepada utsman dan
meminta maaf kepadanya.1

Penjelasan ayat

Amanat ialah “sesuatu yang dipercayakan” termasuk didalam nya segala apa yang
dipercayakan kepada seseorang,baik harta maupun ilmu pengetahuan dan sebagainya. Allah
menyuruh kamu, supaya kamu membayarkan amanah kepada yang empunya. Yang dimaksud
dengan amanah itu ialah barang amanat (kepercayaan) pada seseorang untuk diberikannya
kepada yang berhak mengambilnya, seperti petaruh barang, wajib diberikan kepada yang
empunya, utang wajib dibayar kepada orang yang berpiutang.

Amanah itu banyak macamnya :

a. Barang-barang yang dipertaruhkan orang kepada kita, maka wajib kita pelihara dan kita
kembalikan kepada yang empunya.
b. Ilmu kitabullah, petaruh pada ulama ulama, wajib diterapkan kepada manusia.
Menyembunyikannya dinamakan khianat.
c. Rahasia laki-istri atau orang lain, adalah amanah yang wajib dipelihara dan tak boleh
disiarkan.
d. Amanah ditangan kepala pemerintah, supaya mengangkat pegawai yang ahli dan cakap.
e. Amanah ditangan semua pegawai negeri, supaya menunaikan kewajiban masing-masing
menurut mestinya.
f. Amanah kesehatan yang dianugerahkan Allah kepada kita, supaya kita pelihara menurut
ilmu kesehatan dan nasihat dokter, dll.

Apabila amanah itu tidak ada, terutama pada pegawai pemerintah, sehingga khianat
telah merajalela, dan negara akan roboh dan keamanan akan hilang. Sebab amanah itu salah
satu dasar negara yang kuat.2

Ada beberapa macam amanat yang dijelakan dalam ayat diatas, yakni :

ِ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬


)‫ت ِإلَ ٰى أ َ ْه ِل َها‬ َّ ‫) ِإ َّن‬

1
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an (Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada, 2002), hlm.
223-224.
2
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim (Jakarta : P.T. Hidakarya Agung, 1992), hlm. 118-119
1. Amanat hamba dengan tuhannya: yaitu apa yang telah dijanjikan allah kepadanya
untuk dipelihara, berupa melaksanakan segala perintahnya, menjauhi segala
larangannya dan menggunakan segala perasaan dan anggota badannya untuk hal-hal
yang bermanfaat baginya dan mendekatkannya kepada Tuhan. Di dalam asar
dikatakan, bahwa seluruh maksiat adalah khianat kepada Allah.
2. Amanat hamba dengan sesama manusia, diantaranya adalah mengembalikan titipan
kepada pemiliknya, tidak menipu, menjaga rahasia dan lain sebagainya yang wajib
dilakukan terhadap keluarga, kaum kerabat, manusia pada umumnya dan pemerintah.

Termasuk dalam amanat ini adalah keadilan para ulama terhadap rakyatnya,
dan keadilan para ulama terhadap orang-orang kaum awam dengan membimbing
mereka kepada keyakinan dan pekerjaan yang berguna bagi mereka di dunia dan
akhirat; seperti pendidikan yang baik, mencari rezeki yang halal, memberikan nasihat
dan hukum-hukum yang menguatkan keimanan, menyelamatkan mereka dari berbagai
kejahatan dan dosa, serta mendorong mereka untuk melakukan kebaikan dan
kebajikan. Seperti juga keadilan suami tehadap istrinya, seperti tidak menyebarkan
rahasia masing-masing pihak, terutama rahasia khusus mereka yang biasanya tidak
pantas diketahui orang lain.

3. Amanat manusia terhadap dirinya sendiri, seperti hanya memilih yang paling pantas
dan bermanfaat baginya dalam masalah agama dan dunianya, tidak langsung
mengerjakan hal yang berbahaya baginya di akhirat dan dunia, serta menghindarkan
berbagai penyakit sesuai dengan pengetahuan dan petunjuk para dokter. Hal terakhir
ini memerlukan pengetahuan tentang ilmu kesehatan, terutama pada waktu banyak
tersebar penyakit dan wabah.3

Kemudian allah menerangkan kebaikan keadilan dan peyampian amanat. Allah berfirman :

‫يرا‬
ً ‫ص‬ َ َ‫َّللاَ َكان‬
ِ ‫س ِمي ًعا َب‬ ُ ‫َّللاَ ِن ِع َّما َي ِع‬
َّ ‫ظ ُك ْم ِب ِه ۗ ِإ َّن‬ َّ ‫ِإ َّن‬

Sebaik baik sesuatu yang dinasihatkan kepada kalian adalah menyampaikan amanat
dan memutuskan perkara dengan adil diantara manusia. Sebab, dia tidak menasihatkan
kecuali yang mengandung kebaikan, keberuntungan dan kebahagiaan kalian di dunia dan di
akhirat.

3
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al Maragi Juz 4, 5 dan 6 (Semarang: Pt Karya Toha Putra
Semarang, 1992), hlm. 112-114.
Kalian wajib menjalankan segala apa yang diperintahkan dan di nasihatkan Allah,
karena dia lebih mengetahui dari pada kalian tantang segala apa yang terdengar dan terlihat.
Jika kalian memutuskan perkara dengan adil, maka sesungguhnya dia maha mendengar
tentang keputusan itu. Dan jika kalian menyampaikan amanat, maka sesungguhnya dia maha
melihat hal itu.

Disini tersirat janji yang agung bagi oang yang taat, dan ancaman yang berat bagi orang yang
durhaka. Hal ini diisyaratkan oleh sabda rasulullah saw :

‫اعبُ ِدهللاَ كأ َّنكَ تراه فإن لم ت ُكن تر ا ه فإنَّه يراك‬

“Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah, jika kamu tidak melihatnya
maka sesungguhnya Dia yang melihatmu”

Disini tersirat pula isyarat supaya para hakim dan pemerintah memperhatikan perkara
hukum, karena dia telah menyerahkan kepada mereka tugas memperhatikan berbagai
maslahat pada hambanya.

Ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam hukum syari’at,dan menurut
zahirnya khitabnya ditujukan kepada segenap umat islam yang berhubungan dengan amanah.

Didalam hadits al-Hasan dari Samurah,bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‫المانة اْلى من اءتمنك وال تخن من خانك‬


ْ ‫اْد ا‬

“Tunaikanlah amanah kepada yang memberikan amanah dan jangan khianati orang yang
berkhinat kepadamu”.

Hal itu mencakup seluruh amanah yang wajib bagi manusia,berupa hak-hak Allah
terhadapp para hambanya,seperti shalat,zakat,puasa,kafarat dan lainnya yang kesemuanya itu
amanah yang diberikan tanpa pengawasan hambanya yang lain.Serta amanah yang berupa
hak-hak sebagian hamba dengan hamba yang lainnya,seperti titipan.itulah yang diperintahkan
Allah untuk ditunaikan. Barang siapa yang tidak melakukannya di dunia maka akan
dimintakan pertanggungjawabannya di hari kiamat,sebagaimana dalam hadits:

‫لتؤدن الحقوق اْلى اْهلها حتى يقتص للشاة الجماء من القرناء‬


“Sungguh, kamu akan tunaikan hak kepada ahlinya, hingga akan diqishas untuk(pembalasan)
seekor kambing yang tidak bertanduk terhadap kambing yang bertanduk”.4

B. PENAFSIRAN SURAH AL ANFAL AYAT 27

َ‫سو َل َوت َ ُخونُواْ أ َ َمانَا ِت ُك ْم َوأَنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬


ُ ‫الر‬ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ الَ ت َ ُخونُواْ ه‬
َّ ‫َّللاَ َو‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Asbabun Nuzul Ayat

Kisah Abu Lubabah ibn Abd Al Mundzir RA, karena berbuat salah,
menghukum dirinya sendiri sehingga Allah menerima taubatnya.

Abu Lubabah adalah seorang pahlawan suku Aus di Yatsrib yang banyak memenangi
peperangan. Ketika suatu hari ia sedang berjalan menyusuri kota, ia melihat banyak orang
berkumpul di rumah As’ad sedang mendengarkan ceramah dari seorang utusan Muhammad,
yaitu Mus’ad ibn Umair yang mengajak manusia menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa
dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Allah berkehendak membuka hatinya dan seketika
itu juga, ia menyatakan keislamannya.

Ketika akan terjadi Perang Badar, ia tidak ikut berperang karena Rasulullah memberi
tugas yang sama beratnya, yaitu meminta dia melindungi dan menjaga penduduk Madinah
selama perang berlangsung. Setelah terjadi perang Uhud, ia menikah kembali dengan Khansa
ibn Khadzam, janda seorang sahabat yang syahid bernama Anis ibn Qotadah. Sebetulnya Al
Khadzam, ayah Khansa berniat menikahkannya dengan laki-laki pilihannya, namun Khansa
menolaknya karena tidak kenal dengannya dan dia mengadu kepada Rasulullah.

Rasulullah ingin menegakkan ketentuan syari’at bahwa seorang janda dapat menikah
dengan laki-laki pilihannya tanpa harus bermusyawarah dulu dengan ayahnya. Akhirnya
Khanza memilih Abu Lubabah menjadi suaminya. Suatu hari Rasulullah berniat
membersihkan dan mensucikan Madinah dari para penghianat Yahudi, terutama Bani
Quraizhah yang telah menghianati perjanjian dengan kaum Muslim.

4
Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 280.
Kaum Muslim mengurung kampung Bani Quraizhah dan melarang penghuninya
keluar selama 25 hari. Bani Quraizhah adalah sekutu suku Aus dan tahu bahwa Abu Lubabah
adalah suku Aus. Mereka meminta Rasulullah untuk mengutus Abu Lubabah untuk
memutuskan perkara mereka dan memberi nasihat mereka. Dalam posisi yang terjepit Abu
Lubabah bukannya memberi nasihat malah ikut larut dalam kesedihan para wanita Bani
Quraizhah dan tidak menasihatinya.

Allah mengetahui apa yang dihadapi dan dikatakan Abu Lubabah kepada Bani Quraizhah,
sehingga menurunkan ayat:

َ‫سو َل َوت َ ُخونُواْ أ َ َمانَا ِت ُك ْم َوأَنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬


ُ ‫الر‬ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ الَ ت َ ُخونُواْ ه‬
َّ ‫َّللاَ َو‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui”. QS Al ‘Anfaal : Ayat 27

Abu Lubabah sadar bahwa ia telah terpeleset dan ia tahu bahwa ayat itu ditujukan
kepadanya. Untuk menebus dosanya ia bertobat kepada Allah dan mengikat dirinya pada
salah satu tiang Masjid hingga Allah mengampuninya dan hanya dibuka isterinya pada saat
sholat saja. Hal ini dilakukan selama 6 hari, sehingga Allah menurunkan wahyu kepada
Rasulullah:

ٌ ‫َّللا َ َغ ُف‬
ٌ‫ور َر ِحيم‬ َ ُ‫َّللا ُ َأ ْن يَت‬
َّ ‫وب عَ َل ْي ِه ْم ۚ إ ِ َّن‬ َ ‫َوآخ َُرونَ ا ْعتَ َر ُفوا ب ِ ُذ ُنوب ِ ِه ْم َخ َل ُطوا عَ َم ًًل‬
َّ ‫صا ِل ًحا َوآ َخ َر سَيه ِ ًئا عَسَى‬

“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur
baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah
menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ~
QS At-Taubah : Ayat 102.

Rasulullah mengabarkan ayat itu kepada Abu Lubabah seraya membuka ikatannya.
Alangkah bahagianya Abu Lubabah karena Allah Subhanahu wa ta’ala menerima taubatnya.

Sepanjang hidupnya ia selalu mendampingi Rasulullah kemanapun beliau pergi dengan tekad
berjuang mempertahankan agama Islam dan meraih ridho Allah.

Abu Lubabah wafat pada saat kekhalifahan Utsman ibn Affan, semoga Allah meridhoinya.5

5
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an (Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada, 2002), hlm.
418-419.
Ada pula riwayat lain mengatakan, bahwa ayat diatas turun membicarakan Abu
Lutbah. Dia adalah seorang sekutu Bani Quraizah, salah satu suku yahudi. Ceritanya, ketika
Nabi Shallallahi Alaihi Wassallam. Memerangi mereka salah saudara – saudara mereka,
karena sudah terlalu lama dikepung dan mengusulkan agar nasib mereka diputuskan oleh
sa’ad bin Mu’az. Orang yang terakhir ini adalah salah seorang sekutu mereka juga sebelum
mereka berkhianat dan melanggar janji mereka kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam.
Tetapi tiba – tiba Abu Lubbah memberi isyarat kepada mereka supaya jangan malakukan itu.
Dengan tangannya, ia menuding ke arah lehernya (yang maksudnya bahwa Sa’ad hendak
memberi putusan bunuh terhadap mereka). Dan oleh karenanya, maka turunlah ayat ini.

Abu lubabah berkata mengenai dirinya “Kedua kakiku belum lagi bergeser dari
tempatnya sehingga aku pun sadar, bahwa aku telah mengkhianati Allah dan rasul –Nya.”
Orang meriwayatkan pula, bahawa Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasallam, kemudian
menanyakan kepada isri Abu Lubabah itu, apakah dia tetap berpuasa, salaht dan mandi
jinabat ? maka jawaban istrinya “Sungguh dia tetap berpuasa, salat dan mandi dari jinabat,
dan tetap mencintai Allah dan rasul – Nya.

Diriwayatkan pula, bahwa Abu Lubabah kemudian mengikat dirirnya pada pagar
masjid, dan berkata “Demi Allah, aku takkan mencicipi makanan atau minuman sampai mati
atau Allah menerima taubatku.” Demikian lah Abu Lubabah, kemudian tetap mengikat
dirinya di situ sampai tujuh hari lamanya tanpa makan dan minum, sehingga jatuh pingsan.
Dan akhirnya Allah pun menerima taubatnya. Maka orang berkata kepadanya “Taubatmu
telah diterima” Namun ia tetap mengatakan “Demi Allah aku takkan melepas diriku dari
ikatan, sehingga Rasulullah sendiri yang melepasnya.” Beliaupun datang dan dengan
tangannya yang mulia melepaskan Abu Lubabah dari ikatan
Penjelasan ayat

Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dengan
menganggap sepi fardu – fardu yang diisyaratkan - Nya, atau melanggar batas – batasnya
dan menerjang hal – hal yang dia suruh menghormatinya, yang telah dia terangkan kepadamu
dalam kitab – Nya. Dan jangan lah kamu mengkhianati rasul dengan tidak menyukai
keterangan yang dia sampaikan mengenai kitab Allah, justru yang kamu sukai keterangan
yang dia sampaikan mengenainya dengan bahwa nafsumu sendiri, atau berdasarkan pendapat
guru – gurumu atau nenek moyangmu atau instruksi dari para pemerintahmu atau, kamu
tinggalkan sunnah rasul, sedang yang kamu menyangka mereka lebih tahu tentang yang
dikehendaki Allaah dan rasul – Nya dari pada dirimu sendiri.
Jangan pula kamu mengkhianati amanat – amanat di antara sesama kamu dalam soal
perhubungan ( mu’amalat ) harta atau lainnya. Bahkan sampai dalam soal kesopanan dan
masyarakat sekalipun. Karena membuka – buka rahasia adalah suatu pengkhianatan yang
diharamkan. Sedang untuk mengetahui apakah sesuatu itu perlu dirahasiakan atau tidak,
cukuplah dengan petunjuk (qorinah). Baik berupa perkataan atau perbuatan. Qarinah
perkataan, contohnya bila orang mengajak kamu berbicara mengatakan, “Adakah seorang
yang mendengarkan pembicaraan kita ? sedang yang berupa perbuatan adalah seperti melihat
kanan kir, barang kali ada seseorang yang tiba – tiba muncul. Adapaun amanat rahasia yang
paling wajib dan paling berhak dipelihara adalah antara rahasia suami dan istri.
Begitu pula, janganlah kamu berkhianat terhadap amanat – amanat yang ada di antara
kamu dengan para pemimpin (ulil amri) dalam urusan politik atau peperangan, jangan kamu
beritahu semua itu kepada musuhmu, sehingga musuh akan memanfaatkan =nya dalam
memperdayakan kalian.

Khianat termasuk sifat orang munafik, sedang amant termasuk sifat orang mukmin.
Anas bin malik berkata, jarang Rasulullah saw, berkhutbah tanpa mengatakan :
“tanda orang munafik ada tiga, apabila dia berbicara bohong, apabila berjanji lancang, dan
apabila dipercaya khianat, sekalipun orang itu melakukan puasa dan shalat, dan mengaku
dirinya muslim.”
) َ‫(واَ ْنت ُ ْمت َ ْعلَ ُم ْون‬
َ
Sedang kamu ketahui mafsadah – mafsadah dari khianat, dan bahwa Allah
mengharamkannya dan betapa buruk akibatnya, baik didunia maupun di akhirat.
Bisa juga berarti, sedang kamu ketahui apa yang kamu kerjakan itu khianat, karena
begitu jelasnya. Sedang kalau samar hukumnya bagimu, maka bila memang tidak tahu betul –
betul hukumnnya, bisa saja itu merupakan uzur bagimu, selama perkara itu tidak termasuk
hal yang mau tidak mau harus diketahui hukumnya dalam agama, atau tidak termasuk hal
yang mudah diketahui hukumnya, betapa pun sederhana akal seseorang, atau cukup dengan
beritanya kepada hatinya sendiri, seperti perbuatan yang telah dilakukan Abu Lubabah yang
disebabkan oleh dorongan untuk memelihara harta dan keturunan yang oleh karenanya ia
segara menyadari hukumnya, sebelum bergeser dari tempatnya.6

6
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al Maragi juz 7, 8 dan 9 (Semarang: Pt Karya Toha Putra
Semarang, 1992), hlm. 365-366.
C. PENAFSIRAN SURAH AL AHZAB AYAT 72

‫ض َو الْ ِج ب َ ا ِل ف َ أ َب َ يْ َن أ َن ي َ ْح ِم ل ْ ن َ َه ا َو أ َشْ ف َ قْ َن ِم نْ َه ا‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ت َو‬ َ ‫اْل َ َم ا ن َ ة َ عَ ل َ ى ال س َّ َم‬
ِ ‫او ا‬ ْ ‫ض ن َا‬ْ ‫إ ِ ن َّ ا عَ َر‬
ً ُ‫اْل ن سَ ا ُن إ ِ ن َّ ه ُ كَ ا َن ظَ ل ُ و ًم ا َج ه‬
‫وال‬ ِ ْ ‫َو َح َم ل َ َه ا‬

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh,

Penjelasan ayat

Amanat, seperti petaruh ( titipan ) utang dan tiap tiap hak orang yang dipercayakan
kepada kita, wajiblah kita berikan ( bayarkan) kepada yang empunyanya.orang yang tidak
mau membayarkan dinamai orang yang khianat. Perintah allah adalah seperti amanat itu,
yaitu wajib diturut dan dibayarkan menurut aturannya, allah telah mengunjukan amanat
(perintah agama) kepada langit dan bumi serta gunung gunung, tetapi semuanya enggan
memikulnya dan takut menanggung akibatnya (resikonya) kemudian dipikul oleh manusia.

Menurut perkataan setengah ahli tafsir, bahwa pada zaman dahulu adalah langit dan
bumi ini pandai berbicara dan mengerti perkataan orang orang, lalu allah berfirman
kepadanya.: aku perlukan kepadamu beberapa keperluan, barang siapa yang mengikutinya,
aku masukan kedalam surga dan siapa yang durhaka aku masukan kedalam neraka. Maukah
kamu memikul perintah itu? Maka sahut langit dan bumi. Kami tidak sanggup memikulnya,
karena kami takut menanggung resikonya” kemudian tatkala dijadikanny adam,lalu
ditunjukan nya perintah itu,terus diterima oleh adam.maka adalah manusia itu bodoh lagi
aniaya pada diri sendiri. Tetapi tafsir yang seperti ini jauh sekali dalam pikiran oleh orang
orang terpelajar, karena bila masanya langit dan bumi itu pandai berbicara dan bercakap
cakap. Hal ini sama juga dengan cerita cerita setengah orang, bahwa batu batu dan binatang
binatang itu dahulunya pandai becakap cakap.

Menurut tafsir ulama yang lain, arti ayat ini, ialah, bahwa amanat perintah allah jika
dipikulkan kelangit dan bumi yang begitu besar, niscaya tiadalah terpikul oleh
keduanya,karena muliannya dan kebesarannya, bahwa orang yang menurut perintah itu akan
memperoleh kebaikan didunia dan diakhirat. Tetapi setengah manusia bodoh, karena tidak
suka menurut perintah itu.
Disana ada lagi tafsir yang lain, yaitu mengartikan amanat itu dengan akal dan
pikiran. Jadi artinya, bahwa allah menunjukkan akal dan pikiran kepada langit dan bumi,
tetapi keduanya tidak sanggup memikulnya, karena tidak ada persediaannnya dan tidak sesuai
dengan keadaan dan tabiatnya. Maka adalah yang bisa memikulya ialah manusia, karena
cukup persediaannya dan bersesuai dengan kejadiannya. Tetapi setengah manusia itu bodoh
karena tidak mau mempergunakan akal dan pikiran yang telah ditunjukanallah itu.7

7
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim (Jakarta : P.T. Hidakarya Agung, 1992), hlm. 627
PENUTUP

KESIMPULAN

 Jadi kesimpulan tentang penafsiran surah An – nisa ayat 58hal pentingnya adalah
meenyampaikan suatu amanat kepada orang yang berhak menerimanya. Amanat
merupakan sesuatu yang dipercayakan dalam artian amanah itu adalah barang amanat
(kepercayaan) pada seorang yang berhak diberikan. Kenapa harus kepada orang yang
berhak ? karna setiap amanat pasti memiliki tujuan masing – masing jadi jika amanat itu
diberikan kepada orang yang memang harus menerima amanat tersebut, takutnya akan
terjadi kesalahpahaman yang membuat gagalnya tujuan tersebut tercapai. Amanah itu bisa
berupa : barang – barang yang dipertaruhkan orang pada kita, ilmu, amanah seorang
kepala pemerintah, amanah seorang pegawai terhadap pekerjaan yang diberikan
kepadanya, amanah kesehatan yang diberikan Allah pada kita.

 Kesimpulan tentang penafsiran surah Al – anfal ayat 27 hal pentingnya adalah kita
dilarang untuk mengkhianati amanat – amanat yang dipercayakan kepada kita jika kita
mengetahuinya, termasuk amanat yang diberikan kekita oleh Allah. Dalam hal ini kita
dilarang mengkhianati amanat – amant yang sudah dipercayakan ke kita karena itu bisa
merugikan kita maupun orang lain, terlebih lagi jika kita mengkhianati amanat – amanat
yang sudah diberikan Allah kekita seperti kesehatan yang sudah diberikan kekita oleh
Allah itu merupakan amanat agar kita menggunakan kesehatan yang diberikan dengan
sebaik – baiknya karena jika kita sehat otomatis kita bisa menggunakan tubuh kita dengan
mudah dan itu akan dimintai pertanggung jawaban.

 Yang dimaksud dengan amanah di sini ialah tugas-tugas agama, yaitu mengerjakan
perintah dan menjauhi larangan seperti shalat dan lainnya, di mana jika dikerjakan
mereka akan mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan mereka akan mendapatkan siksa.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menawarkannya kepada makhluk-makhluk yang besar,
seperti langit, bumi dan gunung-gunung, penawaran pilihan bukan paksaan. Mereka
khawatir tidak sanggup memikulnya dan malah mendurhakai Tuhannya, bukan karena
tidak suka pahalanya. Lalu Allah menawarkannya kepada manusia, kemudian manusia
menerimanya dan siap memikulnya dengan keadaannya yang zalim lagi jahil (bodoh).
DAFTAR PUSTAKA

Mahali, A. Mudjab. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta: Pt RajaGrafindo


Persada. 2002.
Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta : P.T. Hidakarya Agung. 1992.
Hasan, Abdul Halim. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta: Kencana. 2011.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir Al Maragi Juz 4, 5 dan 6. Semarang: Pt Karya
Toha Putra Semarang. 1992.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir Al Maragi Juz 7, 8 dan 9. Semarang: Pt Karya
Toha Putra Semarang. 1992.

Anda mungkin juga menyukai