Anda di halaman 1dari 11

AYAT AYAT TENTANG KESEJAHTERAAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Pada Mata Kuliah Tafsir Ayat-Ayat Siyasah

Dosen Pengampu : HERI FIRMANSYAH, M.A

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

IBNU ATSIR ZUHRI : 0203172

NURUL IZZAH MARDANIA LUBIS : 0203172

TIA TRI HARDIANTI HARAHAP : 0203172118

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
SIYASAH V C
2018/2019
Abstrak

Islam adalah agama rahmatan lil’ alamin dalam arti yang sesungguhnya, sejak
awal diturunkan, agama Ilahiyyah ini telah menjadikan dirinya sebagai satu-satunya
agama yang menginginkan terwujudnya rasa keadilan, ketentraman dan kesejahteraan
bagi seluruh pemeluknya. Untuk meraih kesejahteraan dimaksud Allah telah
mempersiapkan seperangkat aturan dan ajaran baik melalui wahyu maupun hadits
rasulullah yang dapat dijadikan acuan bagi kaum muslimin dalam tatanan kehidupan
mereka, baik dalam lingkup kecil maupun dalam skala yang lebih besar. Dalam
perjalanan sejarah umat Islam awal dan beberapa periode setelahnya kesejahteraan
tersebut berhasil dicapai dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat Tentang Kesejahteraan


1. Surah Al- Baqarah Ayat 22
2. Surah Al- Baqarah Ayat 126

ْ ‫ارزق اهله من الثّمرت‬


‫من امن منهم با هلل واليوم االخر‬ ْ ‫واذ قال ابرهم ربّ اجعل هذا بلدا امنا ّو‬

ّ ‫قال ومن كفر فا متّعه قليال ث ّم اض‬


‫طره الى عذا ب النّار وبىس المصير‬

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri


Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah buahan kepada
penduduknya, yaitu diantara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,”
Dia (Allah) berfirman: “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan
sementara, kemudian akan Aku pakasa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali.”

Pada waktu Tanah Makkah masih berupa padang pasir tanpa rumah dan tanpa
sumur, belum ada manusia yang bertempat tinggal di tanah tersebut, terkecuali Siti
Hajar, Nabi Ibrahim dan putranya yang masih bayi yang bernama Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim berda kepada Allah Ta’ala yang do’anya itu berbunyi meminta
agar tanah Makkah itu dijadikan Negera yang aman, penduduk Makkah yang beriman
agar diberi rizki dari buah-buahan. Pada saat itu Allah berfirman yang berbunyi:

“Tidak hanya orang yang beriman, akan tetapi orang Kafir pun akan diberi rizki
dan kenikmatan selama hidup di dunia. Adapun di Akhirat kelak orang-orang Kafir
akan disiksa di dalam Neraka, yaitu tempat yang teramat sakit.”.

Kemudian Allah menginformasikan tentang doa doa kekasih-Nya Ibrahim.


Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini, negeri yang aman sentosa.” Jadikanlah tempat ini, yaitu Makkah, sebagai
tempat yang aman dimana penduduknya merasa nyaman, tenang dan damai.
“Dan berikanlah rezeki dari buah buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Dan berikanlah rezeki, ya Allah,
kepada orang orang yang beriman para penduduk Makkah berbagai macam buah
buahan, agar mereka taat dan beribadah kepada-Mu. Doa ini hanya dikhususkan kepada
kaum mukmin saja. Allah berfirman sebagai jawaban Ibrahim; “Allah berfirman: “Dan
kepada orang yang kafir Aku beri kesenangan sementara.

” Allah berfirman: “Dan aku berikan rezeki juga kepada orang kafir sebagimana
Aku berikan rezeki pada oran mukmin, tegakah Aku menciptakan makhluk kemudian
tidak Aku beri rezeki? Bagi orang kafir Aku beri kesenangan di dunia yang bersifat
sementara, yaitu masa mereka hidup di dunia. “Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa
neraka,” kemudia Aku memaksanya menjalani siksa api neraka di akhirat, dan orang
kafir tidak memproleh tempat lari dari padanya, “ Dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali.” Dan seburuk buruk tempat kembali bagi orang kafir adalah tempat di neraka
jahanam.1

Ibrahim membandingkan antara rezeki dan kepemimpinan, lalu Allah


menerangkan bahwa rezeki adalah adalah karunia duniawi yang mencakup kebaikan
dan keburukan, sedaang kepemimpinan hanya diperuntukkan bagi orang mukmin saja.
Selanjutnya, Allah menceritakan kisah pembangunan rumah Allah (Baitullah). “Dan
ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa), “Ingatlah wahai Muhammad perkara aneh itu, yaitu ketika kedua rasul;
Ibrahim dan Ismail mengangkat dasar-dasar dan pondasi Baitullah, dengan meletakkan
dasar-dasar dan meninggikannya, keduanya berdoa dengan penuh ketundukan dan
kepasrahan, “Ya Tuhan kami terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Keduanya membangun
seraya berdoa, “Ya Tuhan kami terimalah amalan kami ini,jadikanlah amalan ikhlas

1
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim (Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1992), hal 123
dan hanya mengharao ridha-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
doa-doa kami, Egkau juga mengetahui niat kami.

3. Surah Al- A’RAF Ayat 96

‫ض َولَ ِك ْن َكذَّبُوا فَأ َ َخ ْذنَا ُه ْم بِ َما‬


ِ ‫اء َواْأل َ ْر‬ َّ ‫ت ِمنَ ْال‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫َولَ ْو أ َ َّن أ َ َه َل ْالقُ َرى آ َمنُ ْوا َواتَّقُ ْوا لَفَتَحْ نَا‬
ٍ ‫علَ ْي ِه ْم بَ َر َكا‬
َ‫َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah


kmi akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami seiksa mereka disebabkan
perbuatannya”

Sebelumnya telah dijelaskan dua jenis ayat yang didalamnya menjelasakan


tentang bagaimana suatu negara itu dapat dikatakan sejahtera, baik dari segi buminya
maupun ketaqwaan penduduknya. Dan ayat ini adalah sambungan dari kedua ayat
tersebut dimana ayat ini berisikan tentang bagaimana suatu negara itu bisa luput dari
kata sejahtera.

Allah memberitahukan tentang minimnya keimanan penduduk negeri-negeri


yang kepada mereka telah diutus para Rasul. Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa betapa
Allah akan menurunkan azab-Nya kepada mereka yang durhaka. Penduduk negeri-
negeri yang dikisahkan keadaannya dalam ayat di atas seandainya mereka adalah
orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, pastilah Allah melalui
makhluk-Nya akan melimpahkan berkah yang berupa kebajikan yang sangat banyak
dari langit dan bumi yang menghasilkan kesejahteraan lahir dan bathin. Namun dalam
hal suatu penduduk negeri yang durhaka kepada Allah dan mendustakan Rasul dan
ayat-ayat-Nya, Allah akan menyiksa mereka disebabkan kedurhakaan yang terus-
menerus mereka lakukan yang sejalan dengan kebejatan jiwa mereka.
Secara lebih mendalam, ayat ini menyatakan sesuatu yang sifatnya lebih kepada
mustahilnya Allah akan melimpahkan keberkatan untuk penduduk negeri-negeri yang
durhaka tersebut. Kendati demikian, ayat ini juga dipahami sebagai pengisyaratan salah
satu sunnah Allah yang lain, yaitu bahwa allah akan melimpahkan aneka anugrah dan
keberkatan kepada penduduk negeri yang beriman dan bertaqwa.

Dalam sebuah sejarah Islam mengenai penduduk kota Mekkah yang durhaka
kepada Allah swt. mengalami masa-masa sulit bahkan paceklik selama tujuh tahun,
sedang penduduk Madinah hidup aman dan sejahtera di bawah bimbingan Rasulullah
saw. Ketakwaan yang dimiliki oleh suatu penduduk negeri, akan mendatangkan kerja
sama dalam kebajikan dan tolong menolong dalam mengelola bumi begitu juga dalam
menikmatinya bersama. Semakin kukuh kerja sama akan semakin tenang jiwa, semakin
banyak pula yang dapat diraih dari alam raya yang terutamanya membawa
kesejahteraan dan kemakmuran.

Sebaliknya, dengan mempersekutukan Tuhan menjadikan perhatian tertuju


kepada sekian sumber yang berbeda-beda, yang akan menimbulkan ketidak tenangan
jiwa dan berdampak pada tidak dapatnya berkonsentrasi dalam usaha. Disisi lain
kedurhakaan mengakibatkan kekacauan dan permusuhan sehingga tenaga dan fikiran
tidak lagi tertuju untuk meraih kesejahteraan.

B. KESEJAHTERAAN DALAM ISLAM

Banyak ayat-ayat Al-quran yang memaparkan bagaimana yang dikatakan


sejahtera, dan kalimat kesejahteraan tersebut adalah merujuk pada suatu keadaan
penduduk baik dalam makna kesejahteraan individu maupun secara keseluruhan.
Kesejahteraan sesungguhnya adalah kehendak utama dalam Islam dan siapapun harus
memperolehnya, terlebih mereka yang terpinggirkan. Sejak Indonesia merdeka, salah
satu tujuan pendirian negara ini adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil
dan makmur. Sebuah cita-cita mulia yang terus diusahakan untuk diwujudkan,
direalisasikan sehingga tujuan dalam berbangsa dan bernegara tersebut dapat dinikmati
oleh segenap masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dalam sejarah perjalanan bangsa ini,
kesejahteraan justru menjadi sesuatu yang bukan semakin mendekat, tetapi terasa
semakin jauh. Tumbuh dan tumbangnya rezim lebih pada jauhnya kesejahteraan dan
kesejahteraan itu hanya bagi sebagian masyarakat.

Salah satu aspek penting yang perlu diwujudkan adalah aspek kesejahteraan
sosial. Aspek ini dalam Islam mendapatkan perhatian utama, baik jika dilihat dari segi
teologis maupun lainnya. Sejahtera dapat diartikan sebagai aman, sentosa, damai dan
makmur serta selamat dari macam gangguan dan kesukaran. Pengertian sejahtera ini
selaras dengan pengertian islam secara harfiah yang berarti selamat, sentosa, aman dan
damai.2 Oleh karena itu, kesejahteraan tidak akan dapat dipisahkan dari roh Islam itu
sendiri sebagai misi kerasulan Nabi Muhammad saw sebagaimana diungkapkan dalam
surah al-Anbiya (21) ayat 107

َ‫س ْلنَاكَ إَالَّ َرحْ َمةً ِلّ ْل َعالَ ِميْن‬


َ ‫َو َما أ َ ْر‬

“dan tiada kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”.

Upaya mewujudkan kesejahteraan itu adalah misi kekhalifahan yang dilakukan


dahulu. Kesejahteraan sosialnya yang dapat dimulai dari perjuangan untuk
mewujudkan dan menumbuhsuburkan aspek-aspek akidah dan etika pada diri pribadi,
dan dari diri pribadi yang seimbang ini akan merujuk pada masyarakat yang seimbang
pula.

Islam sangat memperhatikan kesejahteraan sosial penganutnya, dan Allah Swt.


Menganjurkan umat Islam secara langsung dalam Al-quran untuk memperhatikan
kesejahteraan sosial. Hal ini memperkuat posisi Islam sebagai the way of life dan Al-
quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman manusia dalam menjalankan kehidupan
baik di dunia maupun di akhir kelak nanti.

2
Jamhari Makmur, Islam Untuk Kesejahteraan Masyarakat (Jakarta: PPiM, 2016), hal. 2-3.
Dalam surat Qurays ayuat 3-4 indikator kesejahteraan meliputi tiga hal, yaitu;
tauhid, pemenuhan konsumsi, serta hadirnya rasa aman dan nyaman. Jika kecukupan
konsumsi salah satu faktor dalam kesejahteraan sosial, maka tidak dapat dipungkiri
adanya peran Allah Swt. dalam mewujudkannya. Dan jika dalam kesejahteraan adalah
adanya rasa aman dan tentram, maka sangat jelaslah bahwa Allah Swt. juga berperan
didalamnya.

C. KONSEP KESEJAHTERAAN DALAM NEGARA

Negara adalah suatu organisasi kekuasaan manusia/masyarakat dan merupakan


sarana untuk tercapainya tujuan bersama. Pancasila sebagai ideologi dasar dalam
kehidupan bagi negara Indonesia, yang didalamnya tertera tujuan dari suatu negara itu.
Dan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “Negara indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukn kesejahteraan umum” sangat telihat dengan jelas akan tujuan daripada
suatu negara tersebut.3

Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Rijal Assidiq Mulyanayana dengan judul
“Peran Negara Untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Kerangka Maqashidus
Syariah” dijelaskan bahwa peran sebuah negara untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat tidak selalu berjalan mulus, dan hal ini ditandai dengan adanya tantangan
sebuah fakta mengejutkan datang dari Pilger, aktivis lingkungan dan wartawan dari
berita Australia dalam sebuah laporan khususnya tentang akibat buruk globalisasi bagi
sebuah negara besar seperti Indonesia. Laporan tersebut secara terang-teranganj
menelanjangi kegagalan negara dalam mensejahterakan rakyatnya.

Negara kesejahteraan sering ditandai dari atribut-atribut kebijakan pelayanan


sosial dan transfer sosial yang disediakan negara terhadap rakyatnya. Hal ini dapat
berupa pelayanan pendidikan, lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan.
Secara umum, suatu negara dapat digolongkan sebagai negara kesejahteraan jika

3
Teuku Saiful Bahri Johan, Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban Globalisasi Dunia
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), hal. 22.
memiliki empat pilar utama, yaitu; kewarganegaraan sosial, demokrasi penuh, sistem
hubungan industri modren, hak atas pendidikan dan perluasan sistem pendidikan
massal modren. Keempat pilar ini dimungkinkan dalam negara kesejahteraan, karena
negara memperlakukan penerapan kebijakan sosial sebagai “penganugrahan hak-hak
sosial” kepada warganya yang diberikan berdasarkan basiskewargaan dan bukan atas
dasar kinerja atau kelas.

Dan dalam mewujudkan suatu negara yang sejahtera, pemerintah melakukan


upaya serta inovasi untukdapat mengurangi kesenjangan sosial melalui kementrian
sosial, dengan di adakannya kebijakan sosial yang bertujuan lebih dari sekedar
penanggulangan kemiskinan, namun juga untuk mencapai kesejahteraan sosial. Hal ini
sejalan dengan UU No !1 Tahun 2009 tentang kesenjangan sosial, yang
mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri sendiri sehingga dapat melaksanakan fungsi sossialnya. Hal ini sejalan dengan
firman-firman Allah Swt. Seperti yang telah disebutkan pada lembar sebelumnya yang
menyatakan tentang kesejahteraan makhluqnya.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Makmur, Jamhari. Islam Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta: Ppim, 2016.

Johan, Teuku Saiful Bahri. Perkembangan Ilmu Negara Dalam Peradaban


Globalisasi Dunia. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.

Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: P.T. Hidakarya Agung, 1992.

Anda mungkin juga menyukai