Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi mengemban peranan yang makin penting dalam memecahkan masalah


manusia sehingga mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan, sejalan dengan
semakin kompleksnya masyarakat. Dalam ilmu psikologi kita juga mempelajari syaraf
yang mempengaruhi hormon dalam pemikiran, tingkah laku, dan sifat manusia. Hormon
merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau
menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan adanya hormon dalam tubuh maka organ
akan berfungsi menjadi lebih baik. Hormon mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ
lain dalam tubuh mahluk hidup. Fungsi hormon dalam tubuh adalah sebagai pengatur
metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan reproduksi. Di sisi lain, hormon juga
berperan dalam menanggapi stress dan tingkah laku sehingga menimbulkan pola dan
model tertentu.

Hubungan antara susunan saraf, hormon, dan susunan neuroendokrin banyak


menarik perhatian ilmuwan, sehingga banyak memberikan sumbangan pengetahuan
imunologi mengenai neuro-endokrin. Ketiga susunan itu ternyata saling berkomunikasi
melalui sekresi masing-masing yang merupakan pembawa pesan yang dapat
menghasilkan respons selular. Disana di jumpai dijumpai fenomena dimana sebuah sel
susunan saraf melepaskan suatu zat kimiawi yang berperan bagaikan alat komunikatif
untuk menyampaikan suatu pesan atau komando kepada sebuah sel susunan imunologik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem Neuron?
2. Apa susunan sistem neuron?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem Endokrin?
4. Apa saja kelenjar endokrin pada manusia?
5. Apa yang dimaksud dengan HPA Axis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem Neuron.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem Endokrin
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan HPA Axis
4. Mengetahui apa saja susunan sistem neuron.
5. Mengetahui apa saja kelenjar endokrin pada manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM NEURON

Sistem neuron atau sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkugan luar maupun dalam. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

 Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
 Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
 Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot
dan kelenjar

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya,
yaitu:

(1) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
(2) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau
diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
(3) Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel
saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan
sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik
dan sel saraf motorik. Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling
berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini
terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan
kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim
kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada
sinapsis.

Susunan Sistem Saraf

Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem
saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

2
a. Sistem saraf pusat
1) Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya
lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar
(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.

Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.


Berpikir, berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk
kegitan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu
belahan kanan dan belahan kiri.

Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar


belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri,
sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah
kanan.

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak
besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan
lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu
belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak
kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan
kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.

Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang
otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung
antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan
atau sumsum penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar
berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah
mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh,
tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

2) Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang


belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang
yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung
serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.

Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik,


dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan
ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
3
b. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke
sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk
perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem
saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1) Sistem saraf somatis

Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang
saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke
organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang
belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan
bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari
sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan
otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat
memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian
tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Contoh dari sistem saraf somatis adalah
sebagai berikut.

 Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan
sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan
isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke
tangan untuk membukakan pintu.
 Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan
menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian
otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.

2) Sistem saraf otonom

Contohnya apabila kita kejatuhan cicak, kita merasa kaget ketakutan, dan
menjerit keras. Jantung berdetak dengan cepat, Pikiran kacau. Reaksi yang
membuat respon dalam situasi ketakutan ini dikontro oleh sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang
tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan
organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.

Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena


saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-
12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat
di sumsum tulang belakang yang terletak di sepanjang tulang belakang sebelah
depan, dimulai dari ruas tulang leher sampai tulang ekor. Masing-masing simpul

4
saraf dihubungkan dengan sistem saraf spinal yang keluar menuju organ-organ
tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, pembuluh darah,
dan pencernaan. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.

 Mempercepat denyut jantung.


 Memperlebar pembuluh darah.
 Memperlebar bronkus.
 Mempertinggi tekanan darah
 Memperlambat gerak peristaltis.
 Memperlebar pupil.
 Menghambat sekresi empedu.
 Menurunkan sekresi ludah.
 Meningkatkan sekresi adrenalin

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,


karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan
saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf parasimpatetik menuju organ
yang dikendalikan oleh saraf simpatetik, sehingga bekerja pada efektor
yang sama. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan
saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan
dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik
berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

2.2 SISTEM ENDOKRIN

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
(hormon tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam
hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang
lain.

Fungsi kelenjar endokrin :


1. Menghasilkan hormon-hormon yang dialirkan ke dalam darah yang
diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu.
2. Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh.
3. Merangsang aktifitas kelenjar tubuh.
4. Merangsang pertumbuhan jaringan.
5. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus
halus.

5
6. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral
dan air.

KELENJAR ENDOKRIN PADA MANUSIA

A. KELENJAR HIPOFISE
Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak .yang memegang
peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin.
Dapat dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hornon-hormon yang
dihasilkannya dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya.
1) Hipofisis Anterior

Hipofisis anterior menghasilkan hormon somatotrofin (GH= Growth Hormone),


adrenotrofin, gonadotrofin (FSH= Follicle Stimulating Hormone), Luteinizing
Hormone (LH), tritrofin dan prolaktin (PRL= Lactogen Hormone). Somatotrofin
disebut juga hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan akan mempengaruhi
perpanjangan tulang yaitu mengaktifkan pembentukan sel-sel tulang pada
cakram epifisis.

2) Hipofisis Intermediet

Hipofisis intermediet pada manusia sudah tidak menghasilkan hormon, tetapi


pada hewan tertentu, seperti bunglon, berfungsi mengatur pigmentasi pada
proses perubahan warna.

3) Hipofisis Posterior

Hipofisis posterior menghasilkan Antidiuratic Hormone (ADH) dan oksitosin.


ADH berperan dalam proses reabsorbsi air dan garam-garam mineral pada
tubulus kontorti pada nefron.

B. KELENJAR TIROID
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan
kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding
Taring.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
2. Mengatur penggunaan oksidasi
3. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
4. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

6
C. KELENJAR PARATIROID
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau
hormon para tiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor
di dalam tubuh.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Mengatur metabolisme fospor.
2. Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Hiperfungsi, mengakibatkan
kelainan-kelainan seperti; Kelemahan pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar
kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urin, dekolsifikasi dan
deformitas, dapat juga terjadi patch tulang spontan.

D. KELENJAR TIMUS
Terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus hanya
dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam toraks
kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2
lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil danberatnya kira-kira 10grarn atau lebih
sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut
lagi.
Fungsi kelenjar Timus :
1. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
2. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

E. KELENJAR SUPRA RENALIS / ADRENAL


Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri
dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar
suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol
yang disebut korteks.
2. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor
adrenalin (nor epinefrin).
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks terdiri dari ;
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.
2. Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.
3. Mempengaruhi aktifitas jafingan limfoid.

F. KELENJAR PIENALIS (EPIFISE)


Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah
seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan

7
jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan
kelenjar kelamin.

G. KELENJAR PANKREATIKA
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari
sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel
beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan
diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-
enzim pencernaan protein.

H. KELENJAR KELAMIN
Kelenjar testika. Terdapat pada pria terletak pada skrotum menghasilkan hormon
testosteron.
Fungsi hormon testosteron. Menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya
jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta
mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Kelenjar ovarika. Terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping kiri dan
kanan uterus.
Menghasilkan hormon progesteron clan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi
pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar,
bahu sempit dan lain-lain.

2.3 HPA AXIS

HPA axis adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) tubuh yang melibatkan


hypothalamus (bagian dari otak kecil, red.), kelenjar hormon pituitary, dan kelenjar
adrenal (kelenjar yang terletak melekat pada bagian atas ginjal). Sistem komunikasi
kompleks ini bertanggungjawab untuk menangani reaksi stress dengan mengatur
produksi kortisol, sejenis hormon dan merupakan mediator rangsang syaraf. HPA-axis
dalam konsep psikoneuroimmunologi menjelaskan mekanisme sebuah keyakinan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh seseorang. HPA-axis merupakan sebuah jalur
kompleks interaksi antara tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi
terhadap stress dan banyak proses dalam tubuh, termasuk didalamnya proses pencernaan,
sistem ketahanan tubuh, mood dan tingkat emosi, gairah seksual, penyimpanan energi
dan penggunaannya.
Keadaan stress secara psikologis akan merangsang penurunan produksi hormon
beta endorphin yang meningkatkan tingkat ambang rangsang. Stress juga memicu
ketidakteraturan produksi hormon kortisol sehingga hipotalamus meningkatkan produksi
CRH atau hormon kortikotropin yang pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan
penurunan daya tahan tubuh. Jika terjadi stress pada penderita penyakit menahun akan
menyebabkan ia jatuh pada kondisi yang lebih buruk
Hipotalamus-hipofisis-adrenal axis (HPA atau HTPA sumbu), juga dikenal sebagai
limbik-hipotalamus-hipofisis-adrenal axis (LHPA sumbu) yaitu sebuah kompleks
pengaruh langsung dan umpan balik interaksi antara hipotalamus, maka kelenjar pituitari,
dan adrenal atau suprarenal.

8
Jalur HPA Axis

Hipotalamus merupakan pusat kontrol untuk sebagian besar sistem hormon tubuh.
Sel-sel dalam hipotalamus menghasilkan hormon corticotrophin-releasing factor (CRF)
pada manusia sebagai tanggapan atas sebagian besar semua jenis stres fisik atau
psikologis, yang pada gilirannya mengikat reseptor spesifik pada sel-sel hipofisis, yang
menghasilkan hormon adrenocorticotropic (ACTH).

ACTH ini kemudian diangkut ke targetnya kelenjar adrenal merangsang produksi


hormon adrenalin. Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal lalu meningkatkan sekresi
kortisol. Pelepasan kortisol memulai serangkaian efek metabolik yang bertujuan untuk
mengurangi efek berbahaya dari stres melalui umpan balik negatif baik kepada
hipotalamus dan hipofisis anterior, yang mengurangi konsentrasi ATH dan kortisol di
dalam darah setelah keadaan stres reda.

Psikoneuroimunologi sebagai ilmu yang digunakan untuk menjelaskan tentang


respons imun pada kondisi stres mulai dikembangkan. Holden (1980) dan Ader (1981)
menyatakan bahwa psikoneuroimunologi adalah kajian yang melibatkan berbagai segi
keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi. Martin (1938) mengemukakan
2 konsep dasar psikoneuroimunologi yaitu:
1. Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan
2. Stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan karsinoma.

Sistem saraf, endokrin, dan sistem imun saling berhubungan dengan memanfaatkan
berbagai substansi penghantar sinyal stres dan reseptor sinyal, yang berakibat terjadi
pengaturan perilaku sel pada sistem imun। Stres dapat menyebabkan peningkatan
kortisol dan katekolamin sehingga akan menekan aktivitas sel imunokompeten yang
berakibat pada penurunan ketahanan tubuh.

Konsep ini memberi peluang untuk menjelaskan perubahan biologis sebagai bentuk
respons stres oleh rangsangan. Sinyal stres yang dirasakan individu, dirambatkan melalui
hypotalamic – pituitary – adrenocortical axis (HPA axis). Stresor menyebabkan
peningkatan corticotropin releasing factor (CRF) hipotalamus, yang memicu aktivitas
HPA aksis. Pengaruh kortisol pada hambatan sekresi IL-l eleh makrofag dan IT,-2 .Boleh
sel Th yang cepat menurunkan sintesis imunogobulin oleh sel.

Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Stres baik ringan, sedang
maupun berat dapat menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan
perilaku. Stres dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu akut dan kronik (Wheaton,
1983). Sedangkan dalam penelitian Ross dan Viowsky (1979) menyatakan bahwa efek
psikologi tidak tergantung pada jumlah stres maupun beratnya stres yang terjadi, akan
tetapi tergantung pada status stress itu sendiri, apakah stres tersebut diinginkan (desirable
stress) atau tidak diinginkan (undesirable stress). Stres yang tidak diinginkan mempunyai
potensi yang lebih besar dalam menimbulkan efek psikologik.

Menurut Prawirohusodo, stresor adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan


stres. Stresor dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
2. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta

9
dan lain-lain.
3. Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.

Stres yang merusak sering disebut distress, adalah ketika seseorang mendapat
impuls rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang melampaui batas
adaptasi. Telah dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang
mempunyai tingkat kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah
terserang infeksi (Budiman, 2004).

Komponen dan sistem yang terlibat dalam HPA Axis

Komponen-komponen yang terlibat :

1) Paraventrikular inti dari hipotalamus, yang berisi neuroendokrin neuron yang


mensintesis dan mengeluarkan vasopresin dan kortikotropin-releasing
hormone (CRH).
2) Lobus anterior dari kelenjar pituitari. Secara khusus, dan vasopresin CRH
merangsang sekresi adrenocorticotropic hormon (ACTH), yang dulu dikenal
sebagai kortikotropin.
3) ACTH pada gilirannya bekerja pada adrenal korteks, yang menghasilkan
glukokortikoid hormon (terutama kortisol pada manusia) sebagai tanggapan
terhadap rangsangan oleh ACTH. Glukokortikoid pada gilirannya kembali
bertindak hipotalamus dan hipofisis (untuk menekan produksi CRH dan
ACTH) dalam siklus umpan balik negatif.
4) CRH dan vasopresin dilepaskan dari terminal saraf neurosecretory di median
eminence.
Mereka diangkut ke anterior pituitari melalui sistem pembuluh darah portal
dari hypophyseal tangkai. Di sana, CRH dan vasopresin bertindak sinergis
untuk merangsang sekresi ACTH dari corticotrope disimpan sel. ACTH ini
diangkut oleh darah ke korteks adrenalin dari kelenjar adrenal, di mana cepat
merangsang biosintesis kortikosteroid seperti kortisol dari kolesterol.
Kortisol adalah hormon stres utama dan memiliki efek pada berbagai
jaringan dalam tubuh, termasuk pada otak. Di otak, kortisol bekerja pada dua
jenis reseptor – reseptor mineralokortikoid dan glukokortikoid reseptor, dan
ini dinyatakan oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting
Glukokortikoid adalah hipotalamus, yang merupakan pusat pengendali utama
dari sumbu HPA.

Interaksi antara stres dengan sistem imun

Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi
yang terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui
saraf otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah
perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan
fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti membuktikan stres telah
menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti
HPA (Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid
Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori
mekanisme yang paling banyak diteliti.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam tubuh.
Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem
sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah
hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control).

Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan tingkah laku.
Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan hidup dapat
dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan kerja
jantung

Stres merupakan kondisi fisik maupun emosional yang mengancam homeostasis. Oleh
karena itu, harus ada penyesuaian baik hormonal mupun fisiologis. Hormon yang berperan
dalam mengatasi stress adalah: epineprin, ADH, GH dan ACTH, glukokortikoid serta
aldosteron.

HPA axis adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) tubuh yang melibatkan


hypothalamus (bagian dari otak kecil, red.), kelenjar hormon pituitary, dan kelenjar adrenal
(kelenjar yang terletak melekat pada bagian atas ginjal). Sistem komunikasi kompleks ini
bertanggungjawab untuk menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol, sejenis
hormon dan merupakan mediator rangsang syaraf

11
DAFTAR PUSTAKA

Kalat J.W.. BIOPSIKOLOGI, buku 1, Jakarta : Salemba Humanika, 2010


Kalat J.W.. BIOPSIKOLOGI, buku 2, Jakarta : Salemba Humanika, 2010
Huddine, Miftah. 2015. TUGAS PSIKOLOGI FAAL SISTEM HORMON. diambil dari
https://www.academia.edu/23235962/TUGAS_PSIKOLOGI_FAAL_SISTEM_HORMON
Yus. 2016. NEUROPSIKOLOGI : SISTEM HORMON. diambil dari
http://yustikablog.blogspot.co.id/2016/12/neuropsikologi-sistem-hormon.html
UNUSA. 2017. Hormon Aksis. diambil dari
http://students.unusa.ac.id/mm/2017/09/26/hormon-aksis/
Luny, Loviony. 2011. Jalur HPA Axis. diambil dari http://luviony-
luny.blogspot.co.id/2011/06/jalur-hpa-axis.html

12

Anda mungkin juga menyukai