Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK SAINTEK TANPA TAUHID

Disusun Oleh :

1. INTAN SALEHA TINENDUNG


2. WIDYA PUTERI (
3. INDAH ALFITRI LUBIS

ILMU KOMPUTER-2

JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan
hidayah-Nya izin dan kuasa-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Teologi Islam dengan materi “Dampak Saintek Tanpa Tauhid” dalam keadaan
sehat wal afiat.
Dalam membuat tugas ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan yang tidak disengaja sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat
dibutuhkan. Semoga Allah SWT meridhoi semua usaha dan kerja keras saya
Aamiin...

Medan, 27 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
1.1 Pengertian Tauhid ......................................................................................... 4
1.2 Jenis-Jenis Tauhid ......................................................................................... 4
1.3 Pengertian Sains dan Teknologi .................................................................... 5
1.4 Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern .......... 6
1.5 Manifestasi Tauhid sebagai Landasan Sains dan Teknologi......................... 9
1.6 Dampak Sains dan Teknologi Tanpa Tauhid ................................................ 10
BAB II PENUTUP .............................................................................................. 12
2.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

3
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Tauhid


Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul).

1.2 Jenis-Jenis Tauhid


1. Tauhid Rububiyah.
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal perbuatanNya.
Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan
bahaya, memberi manfaat, dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu dalam RububiyahNya.
2. Tauhid Uluhiyah
Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam jenis-jenis
peribadatan yang telah disyariatkan. Seperti ; shalat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar,
sembelihan, berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang tergolong jenis ibadah.
Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal tersebut dinamakan Tauhid
Uluhiyah ; dan tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari
hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama, yaitu Tauhid Rububiyah, setiap
orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala utus Rasulullah kepada mereka. Mereka mayakini Tauhid
Rububiyah ini,
3. Tauhid Asma was Sifat
Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-saifat untuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang

4
telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya, dan
apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1.3 Pengertian Sains dan Teknologi


1. Sains (Ilmu)
Pengertian ilmu secara fenomenal dapat dipandang sebagai produk, proses dan
paradigm etika (sikap atau nilai).Sebagai produk, ilmu adalah semua pengetahuan
yang telah diketahui, dan disepakati oleh sebagian besar masyarakat ilmiah. Sebagai
proses, ilmu adalah kegiatan social untuk memahami alam dengan metode ilmiah.
Adapun paradigma etika, ilmu menurut Marton, berpegang pada empat kaidah ilmiah,
yaitu: universalisme, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisisme yang
terarah.
1. Universalisme berarti ilmu tidak tergantung pada perbedaan ras, warna kulit,
dan Keyakinan.
2. Komunalisme menunjukkan bahwa ilmu adalah milik umum.
3. Disinterestedness yaitu tidak memihak, melainkan apa adanya.
4. Skeptisisme berarti tidak begitu saja menerima kebenaran, sebelum ada bukti yang
empiris.
2. Teknologi
Teknologi itu berasal dari kata Yunani techno yang artinya keterampilan atau
seni.Dan kata inilah diturunkan kata teknik dan teknologi. Teknik artinya cara atau
metode untuk memperoleh keterampilan dalam bidang tertentu.
1.Penerapan ilmu untuk petunjuk praktis.
2.Cabang ilmu tentang penerapan tersebut dalam praktek dan industri.
3.Kumpulan cara untuk memenuhi objek materi dari kebudayaan.
Kesimpulannya teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu
masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan skala nilai yang ada.

5
Ciri-Ciri Teknologi
1. Tenologi tidak bergerak dalam suatu bidang saja.
2.Tenologi merupakan landasan dasar bagi perkembangan industry modern dan juga
sebagai mata tombak kekuatan ekonomi.
Tujuan Teknologi
Memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan
yang mungkin dihadapi manusia. Dari tujuan ini dapat diartikan bahwa tenologi
sebagai cara untuk menguasai, mengendalikan serta memanfaatkan alam.

1.4 Fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern

1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada


semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang
cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu,
mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin
mereka, tanpa daya fikirr kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al-
Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap
para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :

َ ‫س‬
]٣٣:٦٦[ ‫وَل‬ ُ ‫الر‬ َ َ ‫َّللاَ َوأ‬
َّ ‫ط ْعنَا‬ َ َ ‫ار يَقُولُونَ يَا لَ ْيتَنَا أ‬
َّ ‫ط ْعنَا‬ ِ َّ‫يَ ْو َم تُقَلَّبُ ُو ُجو ُه ُه ْم فِي الن‬
َّ ‫ضلُّونَا ال‬
َ ‫س ِب‬
]٣٣:٦٧[ ‫يل‬ َ َ ‫سادَتَنَا َو ُك َب َرا َءنَا فَأ‬ َ َ ‫َوقَالُوا َر َّبنَا ِإنَّا أ‬
َ ‫ط ْعنَا‬
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul

Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami
dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).

6
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan
selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan
mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang muslim telah
memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat muslim
mengemban tugas untuk melaksanakan “ tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad ila
‘ibadatillahi ” atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada
menyembah Allah SWT semata.

2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu,
gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran
jernih.Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.

]٢٥:٤٣[ ‫يل‬ ً ‫أ َ َرأَيْتَ َم ِن ات َّ َخذَ إِ َٰلَ َههُ ه ََواهُ أَفَأ َ ْنتَ ت َ ُكونُ َعلَ ْي ِه َو ِك‬
ً ‫س ِب‬
]٢٥:٤٤[ ‫يل‬ َ َ ‫سبُ أ َ َّن أ َ ْكث َ َر ُه ْم يَ ْس َمعُونَ أ َ ْو يَ ْع ِقلُونَ ۚ ِإ ْن ُه ْم ِإ ََّل ك َْاْل َ ْن َع ِام ۚ َب ْل ُه ْم أ‬
َ ‫ض ُّل‬ َ ْ‫أ َ ْم تَح‬

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-44)

3. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada
seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret.Sehingga manusia tidak
melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan
merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan yang pasti

7
berakhir dengan kehancuran.Contoh Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya
Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa umat manusia
menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut tidak dilandasi
dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang dimilikinya.

4. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan


kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya
dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta
merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta
kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa
tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.

5. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai


pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan
maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah
diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia
mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi
maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan
selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen,
sehingga tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan zaman dan tidak
terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.[2][2]
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan
sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada manusia yang
lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba
Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah
daripada mnusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia,
baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih
rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di

8
hadapan Allah SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah
SWT.

1.5 Manifestasi Tauhid sebagai Landasan Sains dan Teknologi


Konsep integrasi keilmuan juga berangkat dari doktrin keesaan Allah (tauhîd),
sebagaimana dikemukakan oleh Seyyed Hossein Nasr, the arts and sciences in Islam
are based on the idea of unity, whichh is the heart of the Muslim revelation. Doktrin
keesaan Tuhan, atau iman dalam pandangan Isma'il Razi al Faruqi, bukanlah semata-
mata suatu kategori etika.Ia adalah suatu kategori kognitif yang berhubungan dengan
pengetahuan, dengan kebenaran proposisi-proposisinya. Dan karena sifat dari
kandungan proposisinya sama dengan sifat dari prinsip pertama logika dan
pengetahuan, metafisika, etika, dan estetika, maka dengan sendirinya dalam diri
subjek ia bertindak sebagai cahaya yang menyinari segala sesuatu.
Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak pada
terbentuknya geneologinya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang
spesifik.Bahwa Tuhan adalah pengetahuan tantang alam semesta sebagai salah satu
efek tindak kreatif ilậhi. Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia,
antara pencipta dan ciptaan, atau antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik,
merupakan basis paling fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan
spiritual. Berilmu pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya
dengan: menyatakan ketertundukan pada tauhid dan elaborasi pemahaman secara
sainstifik terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta. Itulah sebabnya Alqur’an
kemudian berperan sebagai sumber inteleketualitas dan spiritualitas Islam.Alqur’an
berfungsi sebagai basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, tetapi
bagi semua jenis pengetahuan.Alqur’an sebagai kalam Allah merupakan sumber
utama inspirasi pandangan Muslim tentang keterpaduan sains dan pengetahuan
spiritual.Gagasan keterpaduan ini bahkan merupakan konsekuensi dari gagasan
keterpaduan semua jenis pengetahuan.
Sains dalam formulasi Tauhid, termaktub ke dalam narasi kalimat seperti
berikut: “Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui

9
berbagai cara dan jalan” tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan
yang Maha mengetahui. Menurut pandangan Alqur’an, pengetahuan manusia tentang
benda-benda mapun hal-hal ruhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah
memberinya fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui.Banyak filosof dan ilmuan
Muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berfikir dan mengetahui, akal manusia
mendapatkan pencerahan dari akalilậhi.Sains dalam formuasi Tauhid yang
sedemikian rupa itu menegaskan satu hal, bahwa pegetahuan, filsafat dan berbagai hal
yang terkait dengan semua itu sesungguhnya berada di wilayah Ketuhanan.Manusia
takkan mampu menguasai semua itu jika ada kehendak untuk masuk ke dalam
wilayah Ketuhanan. Dan hanya Tauhîd, manusia mampu menyentuh, mengetuk serta
masuk ke dalam wilayah ketuhanan yang didalamnya terdapat khazanah ilmu yang
tak terbatas.(QS. [Thahaa] 20:114, Terjemahnya: …Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.32

1.6 Dampak Sains dan Teknologi Tanpa Tauhid


Perkembangan sains dan teknologi ke depan bakal menghadapi persoalan
besar, Armahedi menegaskan, bahwa ilmu mengenai benda-benda yang disebut
sebagai sains tidak dapat dipisahkan dari ilmu mengenai cara yang disebut teknologi.
Tenologi sebagai penerapan sains juga terdiri dari empat komponen atau strata
eksistensial yang berkaitan dengan materi, energy, informasi, dan nilai’.49 Dalam
konteks ini, peranan Tauhîd sebagai sentralitas keyakinan Muslim perlu diperteguh
dengan memperkukuhnya menjadi suatu pandangan dunia transformative dalam
rangka menangkal deislamisasi global. Sementara, deislamisasi global terpampang ke
dalam beberapa fakta yaitu;
Pertama: dominasi teknologi cetak yang memungkinkan terbentuknya
revolusi ilmiah yang diikuti oleh revolusi industri. Revolusi industri yang berkaitan
dengan pandangan dunia saintifik dan ideologis mendasari masyarakat kapitalis
industrial dengan orientasi rasional.
Kedua : Revolusi komunikasi televise mendorong pandangan dunia yang
bersifat imagologis dalam suatu masyarakat dunia yang didominasi kapitalisme

10
korporasi multinasional. Dengan revolusi komunikasi dan informasi dan internet,
maka semua bentuk pandangan dunia terpadu dalam skala global.50 Untuk itu
diperlukan sebuah ideologi rasional komprehensif untuk menyiasati gelombang
serbuan budaya deislamisasi. Serbuan deislamisasi tersebut sejatinya adalah
fenomena permukaan dari proses pengisapan kekayaan material negeri-negeri
Muslim. Proses yang direkayasa melalui system pasar global kapitalistik yang pada
hakekatnya timpang.
Setelah meninjau pandangan hubungan sains dan agama dalam merespon
masalah penciptaan, penulis lebih mendukung dan mengakomodasi pendekatan
integrasi dalam menghubungkan sains dan Islam, karena dalam hubungan integrasi
ini keanekaragaman realitas yang relatif sepadu dengan Kesatuan Realitas yang
Mutlak.Di mana realitas sains memiliki konvergensi dengan realitas yang
diungkapkan Alqur’an mengenai fenomena alam dan manusia. Tanpa integritas
keduanya, manusia akan terus menghadapi problematika modernitas sains di tengah
pesatnya perkembangan teknologi. Tauhid transpormatif merupakan sebuah upaya
penyatuan nilai-nilai Islam dan terhadap perkembangan sains dan teknologi agar hasil
yang dicapai sains dan teknologi dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.

11
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dipahami, hubungan Islam dalam perkembangan
iptek setidaknya ada 2 (dua).Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan.Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma
sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu
pengetahuan.Kedua, menjadikan tauhid sebagai standar/landasan penggunaan
sainstek.Jadi, tauhidlah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Tauhid sebagai landasan pijak untuk memajukan sains masih mungkin
dilakukan umat kini dan di masa depan. Namun dibutuhkan upaya saksama
memperbaiki keadaan.Untuk dibutuhkan transformasi nilai-nilai Islam di dalam
memajukan sains.Maka, upaya memajukan sains Islam berlandaskan tauhid harus
mempertimbangkan tantangan internal dan eksternal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mannan, A., (2018), Transformasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Perkembangan Sains


Dan Teknologi, Jurnal Aqiqah 4 (2), 252-268.
Atang Abd.Hakim, MA., (2009), Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai