Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Tugas ini dibuat bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dan UAS mata kuliah
Biopsikologi

Dosen Pengampu :

Alfiana Indah Muslimah, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Asistensi :

Aldila Nursalma

Oleh :

Rufi Kamila Maulida 41183507200013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

2021
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat


Allah swt. yang telah memberi banyak sekali nikmat, dan atas segala berkat,
rahmat, taufik serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas hasil laporan
Praktikum Biopsikologi.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah


Biopsikologi saya yaitu ibu Alfiana Indah Muslimah, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan
juga asisten kelompok saya yaitu kak Aldila Nursalma yang telah banyak
membantu dan membimbing saya.

Meskipun saya berharap laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang baik dari segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menjadi acuan agar laporan Biopsikologi
ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga hasil laporan ini bisa
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembacanya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bekasi, 23 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

Tata Tertib Praktikum................................................................................................1

Panduan Praktikum Biopsikologi..............................................................................2

BAB I.............................................................................................................................3

REAKSI PUPIL.........................................................................................................3

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOPSIKOLOGI...........................................3

BAB II...........................................................................................................................8

PERASA PADA KULIT............................................................................................8

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOPSIKOLOGI...........................................8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii
Tata Tertib Praktikum
Tata tertib umum praktikum adalah:

1) Kehadiran
a) Praktikan yang tidak hadir maksimal 3x pertemuan, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
b) Bagi praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dikarenakan
sakit harus membawa surat dokter atau surat inap rumah sakit.
2) Keterlambatan
a) Praktikan diharapkan datang tepat waktu untuk mengikuti
praktikum.
b) Toleransi keterlambatan akan diberikan bila keterlambatan berkisar
1-15 menit : praktikan diperbolehkan mengikuti kegiatan
praktikum dengan mendapatkan blanko keterlambatan.
c) > 15 menit : praktikan tidak dapat diperkenankan mengikuti
kegiatan praktikum dan dianggap tidak masuk.

iv
3) Berpakaian sopan dan rapi
a) Pakaian untuk wanita : kemeja atau blouse tidak pendek dan ketat
(bukan bahan jeans dan kaos).
b) Rok dibawah lutut (bukan bahan jeans dan kaos).
c) Sepatu tertutup atau pantofel (formal).
d) Pakaian untuk pria : kemeja rapi (bukan jeans dan kaos).
e) Celana bahan (bukan jeans dan kaos).
f) Sepatu tertutup atau pantofel (formal).
4) Rambut
Rambut harus rapi dan tidak berwarna.
5) Aksesoris
a) Boleh menggunakan aksesoris namun tidak berlebihan.
b) Bagi pria tidak diperbolehkan menggunakan anting.
c) Tidak boleh menggunakan cat kuku (kukteks).
6) Diwajibkan bagi seluruh praktikan untuk memenuhi peraturan di atas.
7) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur kemudian.

Panduan Praktikum Biopsikologi

A. Deskrikpsi Panduan Praktikum


Matakuliah Biopsikologi diberikan pada mahasiswa Psikologi
semester 1. Mata kuliah ini akan membahas mengenai cara genetika
berperan dalam menentukan perilaku, menyebutkan bagian-bagian neuron
dan cara neuron berkomunikasi, peran obat-obatan pada neuron,
menyebutkan sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, menyebutkan
struktur-struktur penting pada otak dan perannya pada perilaku,
menyebutkan peran alat indra, serta menyebutkan kelenjar, proses sekresi
hormon, dan peran hormon manusia. Selain pemberian materi di kelas
dilakukan juga praktikum untuk menambah pemahaman mahasiswa dan
membantu mahasiswa dalam menerapkan materi dalam praktik.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa memahami dan dapat
menerapkan materi dapat menyebutkan beberapa aspek biologis dasar

v
untuk menjelaskan perilaku yaitu cara saraf berkomunikasi dan peran
substansi kimiawi pada saraf, peran struktur otak dan sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi, peran alat indera, hormon, dan ganguan perilaku
yang dikaji dalam psikologi.
C. Materi Praktikum
1. Reaksi Pupil
2. Perasa Pada Kulit
D. Penilaian Hasil
Nilai praktikum memberikan kontribusi sebesar 25% dari nilai mata kuliah
Biopsikologi. Penilaian diberikan sacara individual dan menjadi prasyarat
bagi ujian akhir semester yang terdiri dari nilai :
1. Kehadiran Praktikum 40%
2. Laporan 35%
3. Etika 25%

BAB I
REAKSI PUPIL
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOPSIKOLOGI
Praktikum
: I

Nama Percobaan : Reaksi Pupil

Nama OP (Objek Percobaan) : Siti Nurmelinda

Usia OP : 21 tahun

Pendidikan OP : SMK

Nama PP (Pelaku Percobaan) : Rufi Kamila Maulida

Tanggal Percobaan : 17 Januari 2021

Waktu Percobaan : 10.00 – 11.30 WIB

vi
Tempat Percobaan : Rumah

A. Tujuan Percobaan
Meilhat adanya pengecilan pupil pada akomodasi dan konvergensi serta
pengecilan pupil karena cahaya.
B. Dasar Teori
Pupil adalah bagian dari lensa mata berupa celah yang berbentuk
melingkar dan terletak di tengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai jalan
masuknya cahaya ke dalam mata. Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil,
kemudian melalui lensa dan sampai ke retina diatur oleh iris. Ukuran pupil
menyesuaikan terhadap berbagai perubahan cahaya antara sensitivity
(kepekaan, kemampuan untuk mendeteksi benda yang terdapat pada cahaya
yang redup) dan acuity (kemampuan untuk melihat detail-detail objek).
Mata manusia memiliki dua reseptor yang berbeda yang terletak di retina,
diantaranya yaitu cone (reseptor berbentuk kerucut). Reseptor ini peka
terhadap warna selain hitam putih. Terdiri dari 7 juta sensor penerima cahaya
berbentuk cone. Letaknya terdapat di povea. Lalu, ada rods (reseptor
berbentuk batang) yang peka terhadap warna hitam putih dan terdiri dari 12
juta sensor penerima cahaya.
Dengan adanya dua tipe reseptor pada retina tersebut, muncul teori
dupleksitas yaitu teori bahwa cone dan rods memediasi jenis penglihatan yang
berbeda, yaitu photopic vision (penglihatan fotopic, dimediasi oleh cone).
Mendominasi cahaya yang terang dan memberikan persepsi berwarna dengan
akuitas tinggi (sangat detail) tentang dunia. Dalam cahaya yang redup cones
tidak aktif. Lalu yang kedua adalah scotopic vision (penglihatan skotopik,
dimediasi oleh rods). Mendominasi cahaya yang redup atau dalam kegelapan,
kehilangan detai dan warna (Ira Puspitawati et al., 2017)
Proses konversi cahaya menjadi sinyal-sinyal neural oleh reseptor-reseptor
visual disebut dengan tranduksi visual. Penelitian tranduksi visual pada tahun
1976, menemukan bahwa saat pigmen (substansi yang menyerap cahaya)
merah diekstraksi dari retina kodok, ternyata rods mendominasinya. Pigmen
tersebut disebut dengan rhodopsin, ketika rhodopsin dipapari cahaya intens

vii
secara terus-menerus, maka pigmen itu akan kehilahangan warnanya, begitu
juga dengan rods akan kehilangan kemampuannya untuk menyerap cahaya.
Namun ketika dalam cahaya yang redup atau gelap, rods mendapatkan
kembali warna merah dan kapasitas menyerap cahayanya (Ira Puspitawati et
al., 2017)
Rhodopsin adalah sebuah reseptor protein-G yang merespons cahaya dan
bukan terhadap molekul neurotransmitter. Reseptor rhodopsin menginisasi
sebuah cascade (pancaran) berbagai peristiwa kimiawi intraseluler ketika
mereka diaktifkan.
Saat rods berada dalam kegelapan, saluran-saluran sodium terbuka secara
parsial sehingga membuat rods sedikit terdepolarisasi dan memungkinkan
aliran molekul neurotransmitter glutamat eksitatorik terus menerus keluar
darinya (Ira Puspitawati et al., 2017)
Ketika berada di tempat yang cahayanya redup maka pupil mata kita akan
melebar atau membesar untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang
masuk ke dalam mata. Sebaliknya, ketika berada di tempat yang cahayanya
terang maka pupil mata kita akan mengecil atau melakukan kontraksi untuk
membatasi cahaya yang masuk ke dalam mata.
Saat kita berada cukup lama di tempat yang cahayanya terang lalu tiba-tiba
pindah ke tempat yang cahayanya redup, mata kita membutuhkan beberapa
saat untuk menyesuaikan diri sepenuhnya dengan pencahayaan redup. Proses
ini disebut adaptasi gelap. Sebaliknya, saat kita tiba-tiba pindah dari tempat
yang cahayanya redup ke tempat yang cahayanya terang maka akan merasa
silau sampai mata kita menyesuaikan diri dan ambang visualnya meningkat.
Proses ini disebut adaptasi cahaya.
Pada lensa mata normal (emmetrop) dan muskulus siliaris dalam keadaan
relaksasi, berkas cahaya sejajar yang datang akan difokuskan pada retina.
ketika kita melihat objek dari jarak dekat, maka ligamen akan tegang sehingga
terdapat otot-otot siliarias untuk untuk meningkatkan kemampuan lensa
membelokkan cahaya untuk mendekatkan objek ke fokus yang tajam dan
bayangan objek akan jatuh tepat pada retina. Saat proses ini terjadi lensa

viii
menjadi cembung. Ketika kita memfokuskan penglihatan dari jarak jauh,
maka lensa menjadi datar.
Proses penyesuaian pencembungan lensa untuk memfokuskan bayangan
objek yang dilihat agar jatuh tepat pada retina disebut akomodasi. Ketajaman
penglihatan disebut dengan visus. Visus ini berkaitan erat dengan mekanisme
akomodasi. Adanya kontraksi menyebabkan peningkatan kekuatan lensa,
sedangkan relaksasi menyebabkan pengurangan kekuatan (Ira Puspita et al.,
2017)
Mata memiliki batas maksimum untuk daya akomodasinya. Jika benda
yang telah difokus didekatkan, maka bayangan akan kabur. Titik terdekat yang
masih bisa dilihat oleh mata dengan akomodasi maksimum disebut titik dekat
penglihatan atau punctum proximum (PP). Titik terjauh yang masih bisa
dilihat jelas oleh mata tanpa harus berakomodasi adalah tidak terbatas.
Kondisi ini disebut punctum remotum (PR) (Ira Puspitawati et al., 2017)
Daya kemampuan akomodasi menurun pada usia lanjut, dikarenakan
elastisitas lensa yang mengurang. Hal ini menyebabkan titik dekat menjauh
dari mata (disebut presbiopia). Berkurangnya elastisitas oleh penuaan adalah
adanya akibat terjadinya pengapuran. Edapan-endapan kapur ini menghambat
elastisitas mata.
C. Alat Yang Digunakan
1. Cermin
2. Senter
D. Jalannya Percobaan
1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konfergensi.
a) PP bertindak sekaligus sebagai OP, menggunakan cermin kemudian
melihat jauh dalam cermin dan mendadak melihat bayangan di cermin.
b) OP disuruh melihat jauh, kemudian diminta tiba-tiba melihat jari PP
yang ditempatkan kira-kira 20 cm di depam mata OP.
2. Mengecilnya pupil karena cahaya.
a) OP disuruh melihat ke tempat yang terang kemudian disuruh menutup
matanya, setelah menunggu sebentar kemudian disuruh membuka
matanya sehingga akan terlihat pupilnya mengecil.

ix
b) OP disuruh melihat ke tempat yang terang dan satu matanya ditutup
dengan tangan, setelah ditutup kemudian dibuka.
c) PP menyinari mata OP dengan senter kemudian lihat perubahan pupil.
E. Hasil Percobaan
1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konfergensi.
a) Sebelum cermin didekatkan ke mata, ukuran pupil normal. Lalu saat
cermin berjarak sekitar 3 cm di depan mata, ukuran pupil mengecil.
Dan ketika cermin dijauhkan sekitar 15 cm di depan mata, ukuran
pupil kembali membesar dan menjadi normal.
b) Saat mata melihat jarak jauh, ukuran pupil mata mengecil. Lalu, pada
saat tiba-tiba diletakkan jari sekitar 20 cm di depan mata, ukuran pupil
berubah menjadi agak besar.
2. Mengecilnya pupil karena cahaya.
a) Saat mata melihat ke tempat terang, ukuran pupil mengecil. Lalu,
ketika kedua mata ditutup, untuk sesaat ukuran pupil membesar lalu
seketika langsung berubah menjadi kecil karena menyesuaikan dengan
cahaya.
b) Saat melihat ke tempat terang dengan mata yang ditutup sebelah,
ukuran pupil mata yang tidak ditutup cenderung agak besar. Setelah
mata yang ditutup dibuka kembali, maka ukuran pupil jadi mengecil.
c) Saat sebelum mata disinari oleh senter, ukuran pupil normal. Lalu,
ketika mata disinari oleh senter, ukuran pupil seketika berubah
mengecil karena banyaknya cahaya yang tiba-tiba masuk ke mata.
F. Kesimpulan
Pupil berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya dan mengatur banyaknya
cahaya yang masuk ke dalam mata. Ketika berada di tempat yang cahayanya
gelap atau redup, pupil akan membesar untuk menangkap lebih banyak
cahaya. Sebaliknya, ketika berada di tempat yang terang, pupil akan mengecil
untuk membatasi cahaya masuk ke dalam mata. Ketika mata sedang melihat
objek yang jaraknya jauh, pupil mata akan mengecil guna memfokuskan
penglihatan. Lalu saat objek itu berjarak dekat mata, maka pupil akan
membesar.

x
G. Aplikasi
1. Ketika sedang memandang layar komputer yang tingkat kecerahannya
tinggi, pupil mata akan mengecil.
2. Ketika seseorang yang berada di dalam rumah yang pencahayaannya
sedang lalu keluar rumah yang pencahayaan terang, maka pupil matanya
akan mengecil.
3. Saat kita tiba-tiba mematikan lampu di dalam ruangan, pupil mata kita
akan membesar.
4. Saat mata kita fokus melihat tulisan di papan tulis yang berada di depan
kelas, pupil mata kita akan mengecil.
5. Ketika kita masuk ke dalam ruangan yang cahayanya redup saat
sebelumnya berada di luar ruangan yang cahayanya terang, pupil mata kita
akan membesar.

BAB II
PERASA PADA KULIT
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOPSIKOLOGI
Praktikum
: II

Nama Percobaan : Perasa Pada Kulit

Nama OP (Orang Percobaan) : Siti Nurmelinda

Usia OP : 21 tahun

Pendidikan OP : SMK

Nama PP (Pelaku Percobaan) : Rufi Kamila Maulida

Tanggal Percobaan : 16 Januari 2021

Waktu Percobaan : 15.00 – 17.00 WIB

xi
Tempat Percobaan : Rumah

A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui adanya reseptor-reseptor tekanan sakit dan
mementukan letaknya pada kulit.
B. Dasar Teori
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.
Merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16% dari berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5
mm sampai 6 mm bergantung pada letak, umur, dan jenis kelamin. Kulit
terdiri dari tiga lapisan, yaitu Epidermis, Dermis, Subkutis (Ira Puspitawati et
al., 2017)
Epidermis adalah lapisan kulit paling luar yang sifatnya tipis dan
avaskuler. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh,
epidermis yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan kaki.
Dermis adalah lapisan dari kulit yang terbagi menjadi dua lapisan lagi,
yaitu lapisn papile (sifatnya tipis dan mengandung jaringan ikat jarang) dam
lapisan retikuler (sifatnya tebal dan terdiri dari jaringan ikat padat).
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermisyang terdiri
dari lapisan lemak. Pada jaringan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah
dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nustrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Pada kulit manusia terdapat reseptor-reseptor yang berfungsi menerima
rangsangan atau stimulus sehingga manusia bisa merasakan sensasi-sensasi
sematosensori. Sematosensori memiliki tiga bagian, salah satunya sistem
eksteroreseptif dengan indra kulit sebagai medianya dalam menerima stimuli
dari lingkungan eksternal. Sistem eksteroreseptif memiliki tiga bagian dalam
meresepsi stimuli, diantaranya adalah bagian yang mempersepsi stimuli
mekanik (perabaan), thermal (temperatur), dan nosiseptif (rasa sakit).

xii
Reseptor-reseptor di kulit (reseptoer kutaneus) terdiri dari banyak
macamnya. Ada empat macam reseptor utama, yaitu free nerve endings
(ujung-ujung saraf bebas) yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan
rasa sakit, pacinian corpuscles (korpuskel pacinian) yang mudah beradaptasi
dengan cepat dan dapat merespons perubahan mendadak pada kulit, merkel’s
disks, dan ruffini endings (Ira Puspitawati et al., 2017).
Berdasarkan reseptor-reseptor tersebut, seseorang dapat mengidentifikasi
objek melalui sentuhan. Dengan reseptor yang sebagian beradaptasi cepat dan
sebagian beradaptasi lambat akam memberikan informasi tentang kualitas-
kualitas dinamis maupun statis dari berbagai stimuli taktual.
Mekanisme proses perabaan dimulai dari masuknya stimulus mengenai
kulit, lalu akan diterima oleh reseptor-reseptor dan berproses menjadi sinyal-
sinyal neuron yang akan diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui akar
dorsal hingga sampai ke otak untuk diterjemahkan.
Manusia menggunakan sensitivitas getaran untuk menentukan benda yang
disentuhnya. Sensasi rasa panas dan dingin disebabkan karena adanya
perubahan suhu kulit dari biasanya yang ditimbulkan oleh benda yang
disentuhnya. Ambang batas sensor peraba merakan panas adalah 450,
sedangkan untuk rasa dingin ambangnya di bawah 100, di luar ambang itu
sensor tidak berfungsi (Ira Puspitawati et al., 2017).
Pada rasa sakit, stimulus yang khusus tidak ada. Rasa sakit merupakan
respons terhadap berbagai macam stimulasi apapun yang secara potensial
membahayakan. Terdapat gate control theory (kontrol gerbang) yang diajukan
oleh psikolog Kanada Ronald Melzack dan ahli fisiologi dari Inggris Patrick
Wall pada tahun 1965 (Wade et al., 2014). Menurut teori ini, sinyal-sinyal
yang turun dari otak akan mengaktifkan sirkuit-sirkuit gerbang neural di
sumsum tulang belakang. Namun ketika jaringan tubuh terluka, gerbang
neural terbuka sehingga memungkinkan pesan rasa sakit mencapai otak.
Menurut Melzack (1992, 1993) pada teori gate control, otak tidak hanya
merespons sinyal-sinyal yang masuk dari saraf sensoris, tetapi juga mampu
menghasilkan rasa sakit itu sendiri. Sebuah jaringan neuron yang luas di
dalam otak memberi kita gambaran mengenai tubuh serta bagian-bagiannya.

xiii
Ketika sususnan jaringan neuron ini menghasilkan pola aktivitas yang tidak
normal, hasilnya adalah rasa sakit. Kemampuan otak untuk menghasilkan rasa
sakit dapat membantu menjelaskan berbagai kasus rasa sakit kronis yang
terjadi tanpa tanda-tanda cedera atau penyakit apapun (Wade et al., 2014).
Menurut Latremoliere & Woolf (2009) raa sakit juga dapat diakibatkan
oleh berubahan pada sensitivitas neuron pada jaringan saraf pusat (CNS).
Penemuan ini menunjukkan bahwa perubahan pada tingkat CNS dapat
menjelaskan bagaimana stimuli yang pada awalnya tidak berbahaya dapat
mengakibatkan rasa sakit (Wade et al., 2014).
Prefrontal Labotomy adalah bagian otak yang mampu mengontrol sebab-
sebab emosional yang ditimbulkan oleh rasa sakit, tetapi nilai rasa sakit itu
berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain karena ambang rasa
sakit setiap orang sangat bervariasi (Ira Puspitawati et al., 2017)
C. Alat Yang Digunakan
1. Serabut-serabut ijuk dari berbagai ukuran
2. Kikiran kuning
3. Tempat air panas dan air dingin
4. Gelas

D. Jalannya Percobaan
a. Tempat reseptor tekanan dan rasa sakit. OP bertindak sekaligua sebagai PP
mengambil serabut yang sudah dibengkokkan, kemudian serabut itu
ditekankan pada kulit punggung OP. Selanjutnya OP juga mengambil
serabut yang agak tebal dan kaku. Serabut ini juga ditekankan pada kulit
punggung tangan OP, maka akan terasa sakit.
b. Tempat reseptor dingin dan panas. Siapkan dua wadah yang berisi air
panas dan juga air dingin. Lalu, OP yang sekaligus bertindak sebagai PP
memasukkan kikiran kuning ke dalam air panas lalu tempelkan kikiran
tersebut ke punggung tangan lalu ,asukkan lagi ke air yang panas dan
tempelkan lagi ke telapak tangan, PP dapat menganalisa tempat reseptor
pada kulit. Begitu pula pada air dingin, dilakukan dengan cara yang sama.

xiv
E. Hasil Percobaan
a. Tenpat reseptor tekanan dan rasa sakit. Saat kulit punggung tangan dan
kulit telapak tangan ditekan menggunakan ujung serabut yang kaku dan
agak runcing/tajam, maka yang lebih merasakan rrasa sakit adalah kulit
punggung tangan. Lalu, ketika kulit punggung tangan dan kulit telapak
tangan ditekan menggunakan ujung serabut yang telah dibengkokkan dan
tidak runcing/tajam, maka yang lebih merasakan rasa sakit adalah kulit
punggung tangan.
b. Tempat reseptor dingin dan panas. Saat kulit punggung tangan dan kulit
telapak tangan ditempelkan kikiran kuning yang telah dimasukkan
kedalam air es, maka yang lebih merasakan sensasi dingin adalah kulit
telapak tangan. Lalu, ketika kulit punggung tangan dan kulit telapak
tangan ditempelkan kikiran kuning yang telah dimasukkan ke dalam air
panas, maka yang lebih merasakan sensasi panas adalah kulit punggung
tangan.
F. Kesimpulan
Kulit punggung tangan lebih sensitif terhadap rasa sakit dan sensasi dingin
jika dibandingkan dengan kulit telapak tangan. Kulit telapak tangan lebih
sensitif terhadap sensasi dingin jika dibandingkan dengan kulit punggung
tangan. Hal ini dapat terjadi karena kulit memiliki reseptor-resptor yang
berfungsi untuk menerima stimulus rasa sakit dan juga rasa panas dan dingin.
Prosesnya dimulai dari masuknya stimulus mengenai kulit lalu diterima oleh
reseptor yang kemudian akan diteruskan oleh neuron-neuron yang akan
membawa informasi menuju sumsum tulang belakakn hingga sampai ke otak
untuk diterjemahkan.
G. Aplikasi
1. Saat kulit tangan tidak sengaja tergores pisau maka akan terasa sakit.
2. Saat memegang gelas yang berisi air es maka akan terasa sensasi dingin.
3. Saat kulit tidak sengaja tersiram air panas maka kulit kita akan merasakan
sensasi panas.

Bekasi, 23 Januari 2021

xv
Rufi Kamila Maulida

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, I.I., Puspita, I., Suryaratri, R.D. (2017). Psikologi Faal. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Johan., H. (2018). Psikologi Faal. Depok: Penerbit Gunadarma.

Muslimah, A.I. (2016). Panduan Praktikum Biopsikologi. Bekasi: Prodi


Psikologi UNISMA.

Wade, C., Tavris, C., Garry, M. (2014). Psikologi., edisi kesebelas., jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

xvii

Anda mungkin juga menyukai