Anda di halaman 1dari 3

Nama :Jundullah

Tugas :Ushul Fiqh

Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !

1. Apa hukum wadh'i itu?


2. Apa bedanya dgn hukum Taklify?
3. Jelaskan 7 macam hukum wadh'
a. Sabab
b. Syarat
c. Maani'
d. Azimah
e. Rukhshoh
f. Sahih
g. Bathil

Jawaban

1. Hukum wadh’I adalah firman Allah‫ ﷻ‬yang menuntut manusia untuk


mengetahui sebab yang mewajibkan, syarat yang mesti dipenuhi dan
penghalang – penghalang untuk melakukan hukum taklifi.
2. Hukum taklifi diisyaratkan dapat dikerjakan, karena selalu dalam berada
dalam batas kemampuan seorang mukalaf. Sedangkan wadh’i ada yang di luar
kemampuan manusia dan bukan merupakan aktivitas manusia.
3. 7 macam wadh’i
a. Sebab yaitu suatu yang jelas dapat diukur, yang dijadikan pembuat hukum
sebagai tanda adanya hukum. Misalnya, masuknya bulan Ramadha
pertanda sebagai datangnya bulan Ramadhan,dan kewajiban puasa harus
dijalankan bagi setiap muslim.
Sebab yang berada di luar batas kemampuan mukalaf ialah sebab yang di
jadikan Allah‫ ﷻ‬sebagai pertanda adanya hukum dan kita tidak bisa
mengetahui kenapa hal itu yang dijadikan Allah sebagai tanda dan sebab.
      
       
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).” (Qs. Al-Isra’:78)
b. Syarat ialah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’i
dan berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaanya menjadikan hukum
pun tidak ada. Misalnya wali dalam perkawinan yang menurut jumhur
ulama merupakan syarat, dengan tidak adanya wali maka perkawinan
tersebut tidak sah. Tetapi dengan adanya wali pernikahan belum tentu sah
bila syarat – syarat yang lainnya belum terpenuhi, seperti harus adanya
saksi, akad dan lainnya. Dan contoh lainnya ada dalam firman Allah
‫ﷻ‬

........  ……         

“…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu


(bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah...” (QS.
Ali Imran:97)
c. Maani’ (penghalang) ialah sifat dzahir yang dapat diukur yang
keberadaannya menyebabkan tidak adanya hukum atau ketiadaan sebab.
Misalnya hukum wadh’i yang berupa mani’ bagi seorang ahli waris yang
tidak mendapat bagian karna ada perbuatan yang menghalanginya.

d. Istilah Azimah berasal dari Bahasa arab yang berarti kemauan yang kuat.
Dikatakan seseorang berazam, maksudnya dia bersungguh-sungguh dan
mempunyai kemauan yang kuat dalam urusannya.

Azimah Allah ‘Azza wa Jalla adalah fardhu yang difardhukan-Nya.


Bentuk jamak (plural) dari azimah adalah ‘azaa-im. Di antara maknanya
terkandung dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,

‫َولَقَ ْد َع ِه ْدنَا إِلَ ٰى آ َد َم ِم ْن قَ ْب ُل فَن َِس َي َولَ ْم نَ ِج ْد لَهُ ع َْز ًما‬


“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka
ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya azam.” (QS.
Thaha: 115)

Menurut asy-Syathibi, azimah adalah hukum-hukum yang berlaku umum


yang disyariatkan sejak semula. (Al-Muwafaqat, Asy-Syathibi, 1/300)
menurut al-Ghazali, azimah ialah perkara-perkara yang harus dikerjakan
oleh seleuruh hamba karena Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkannya. (Al-
Mustashfa, Al-Ghazali, 1/98)

e. Rukhshah [ُ‫ ]الرُّ خصة‬secara bahasa artinya ringan dan mudah. Sementara
rukhshah secara istilah adalah
‫بالعوارض خارجًا في وصفِ ِه عن أصل ِه بالع ُْذ ِر‬
ِ ‫اس ٌم لِما ُشر َع متعلِّقًا‬
Istilah untuk sesuatu yang disyariatkan yang berkaitan dengan kondisi di
luar sifat aslinya karena adanya udzur. Untuk memahami definisi di atas,
anda bisa perhatikan contoh berikut,
“Menjamak shalat karena udzur safar atau hujan.”
Jamak shalat termasuk sesuatu yang disyariatkan dalam islam, ketika
terjadi kondisi tertentu. Sifat asli shalat adalah dikerjakan pada waktu yang
ditentukan. Namun ketika jamak, shalat itu boleh dikerjakan di luar
waktunya, baik didahulukan seperti jamak taqdim, maupun ditunda seperti
jamak ta’khir. Sementara safar dan hujan merupakan udzur yang menjadi
alasan untuk mengeluarkan aturan shalat dari sifat aslinya.Contoh lain,
“Qashar shalat dzuhur bagi musafir”
Qashar termasuk istilah syar’i, yang dibolehkan ketika kondisi tertentu,
yaitu safar.
Sifat asli shalat dzuhur adalah dikerjakan 4 rakaat. Namun karena alasan
safar, shalat ini dikerjakan 2 rakaat, sehingga dia dikerjakan di luar sifat
aslinya. Sementara safar adalah udzur yang membolehkan melakukan
qashar.
f. Shahih yaitu Tercapainya suatu amalan pada tujuan akherat
(mendapat balasan pahala). Seperti perkataan amalan ini
shahih (mendapat balasan pahala) baik itu ibadah maupun
mu’amalahIbnu Najjar dalam Syarhu Kaukibul Munir
memberikan pengertian secara singkat. Shahih (dalam
masalah ibadah) bermakna, “ jatuhnya beban
taklif.”dengan artian tidak perlu mengerjakan untuk yang
kedua. Ini pendapat Fuqaha (thariqah hanafiyah)
Sedangkan Shahih (dalam masalah mu’amalah) bermakna,
“berakibat pada ketetapan hukum (hukum mu’amalah),”
jika mu’amalah itu menghasilkan suatu manfaat baik,
maka mu’amalah ini shahih
g. Bathil adalah lawan kata dari Shahih, sehingga dalam
pengertian pun lawan dari Shahih. Yakni tidak gugurnya
beban taklif (thariqatul ahnaf), tidak sesuai dengan
perintah Allah (mutakallimin). Kerusakannya terjadi pada
pokok ibadah. Seperti jual beli hukum asalnya adalah
mubah, namun karena yang di jual adalah barang yang
haram maka jual beli seperti ini adalah jual beli yang
Bathil.

Anda mungkin juga menyukai