Hamka Elgifari
1214020067
Secara etimologi, kata hukum berasalah dari ح
ك م yang artinya menolak
kezhaliman/penganiayaan atau dengan arti
menetapkan, atau memutuskan dan lain-lain.”
Contoh: Makan.
6. KHILAFUL AULA/TARKUL AULA/LA YANBAGHI
1. Sebab
Sebab menurut bahasa adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kepada
sesuatu yang lain.Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang dijadikan
oleh syar’i sebagai tanda atas musababnya dan mengkaitkan keberadaan
musabab, dengan ketiadaannya.
Misalnya: Perbuatan zina menyebabkan seseorang dikenai hukuman dera
100 kali, tergelincirnya matahari menjadi sebab wajibnya sholat dhuhur,
dan terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnya shalat magrib. Apabila
perzinaan tidak dilakukan, maka hukuman dera tidak dikenakan. Apabila
matahari belum tergelincir, maka shalat dhuhur belum wajib. Dan apabila
matahari belum terbenam, maka shalat mahgrib belum wajib.
2. Syarat
Syarat ialah sesuatu yang berada di luar hukum syara’, tetapi
keberadaan hukum syara’ bergantung kepadanya. Apabila syarat
tidak ada, hukum pun tidak ada, tetapi, adanya syarat tidak
mengharuskan adanya hukum syara’
secara etimologi batal yang dalam bahasa arabnya al-buthlan (بطالن99 لا ) yang
berarti rusak dan gugur hukumnya. Secara terminologi menurut Mushthafa Ahmad
al-Zarqa’, yang mengatakan batal adalah :
ع
ِ ْ
ر ٍّ
ش ال ر
ِ َ ظَ ن ىِ ف ه
ِ ار
ِ َ ث آوَ ه
ِ ر
َ اَ بَ ت ْ
ع ِ ا ْ
ن ع
َ ي
ِّ ع
ِ ْ
ر َّ
ش ال ف
ِ ُّتر ص
َ َّ تال ُ
د ُّ
ز تَ َج
“ Tindakan hukum yang bersifat syar’i terlepas dari sasarannya, menurut
pandangan syara’.”
Misalnya, dalam persoalan ibadah yaitu orang yang melaksanakan ibadah sholat
harus memenuhi rukun dan syaratnya, apabila ada penghalang seperti haid atau
nifas maka sholatnya tidak sah atau batal.
c). Al-Fasad
Secara etimologi, fasad (فساد99 لا ) ) berarti ”perubahan sesuatu dari keadaan yang
semestinya (sehat).” Dalam bahasa indonesia berarti “rusak”. Dalam pengertian
terminologi menurut jumhur ulama bahwa antara batal dan fasad mengandung
esensi yang sama, yang berakibat kepada tidak sahnya perbuatan itu. Apabila
sesuatu perbuatan tidak memenuhi syarat, rukun, dan tidak ada sebabnya, atau ada
mani’ terhadap perbuatan tersebut, maka perbuatan itu disebut fasad atau batal.
Misalnya, melakukan jual beli ketika panggilan shalat jum’at berkumandang.
Jual beli dan shalat jum’at sama-sama memiliki dasar hukum. Akan tetapi jual beli
itu dilaksanakan pada waktu yang sifatnya terlarang untuk melakukan jual beli,
maka hukumnya menjadi fasad atau rusak.
5. ‘Azimah dan Rukhshah
‘Azimah adalah hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh hambanya
sejak semula. Maksudnya belum ada hukum sebelum hukum itu disyari’atkan oleh Allah.
Misalnya, jumlah shalat dhuhur adalah empat reka’at. Jumlah reka’at ini ditetapkan
Allah sejak semula, dimana tidak ada hukum lain yang menetapkan jumlah reka’at shalat
dhuhur. Hukum tentang shalat dhuhur tersebut adalah empat reka’at, disebut dengan
‘Azimah.
Adapun yang dimaksud al-Rukhshah sebagian ulama’ ushul fiqih ialah
“Hukum-hukum yang disyari’atkan untuk keringanan bagi mukallaf dalam keadaan
tertentu.”
Adapun contonya yaitu :
a. Rukhshah untuk melakukan perbuatan yang menurut ketentuan syari’at yang
umum diharamkan, karena darurat atau kebutuhan. Contohnya, boleh memakan
daging babi jika keadaan darurat, dimana tidak terdapat makanan selain itu yang
jika tidak dimakan maka jiwa seseorang akan terancam. Berdasarkan firman Allah
ّ وقد ف....
صا ل لكم ما حرمعليكماال مااضطر رتماليه
Artinya:…”padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya…” (QS. Al-
An’am:119)
b. Rukhshah untuk meninggalkan yang menurut aturan syri’at yang umum
diwajibkan, karena kesulitan melaksanakannya.
Contohnya, barang siapa dalam keadaan sakit atau berpergian pada bulan
ramadhan, maka ia diperbolehkan untuk buka puasa. Sebagaimana firman Allah