Anda di halaman 1dari 15

AHKAMUL KHOMSAH,

FIQIH, DAN USHUL FIQH

NAMA KELOMPOK :
1. AISYAH BITIS R (1897174050)
2. ROFIFAH (1897174055)
3. ALFARISI ROYYAN.Z (1897174046)
PENGERTIAN AHKAMUL KHOMSAH

Ahkam berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak


dari kata hukm dan khamsah artinya lima. Oleh karena itu,
gabungan kedua kata dimaksud al-ahkam al-khamsah (baca:
ahkamul khamsah) atau biasa juga disebut hukum taklifi

Hukum taklifi adalah ketentuan hukum yang menuntut


para mukallaf (aqil-baligh) atau orang yang dipandang oleh
hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam
bentuk hak, kewajiban, maupun dalam bentuk larangan.
Hukum taklifi dimaksud mencakup lima macam kaidah
atau lima kategori penilaian mengenai benda dan tingkah laku
manusia dalam hukum Islam, yaitu jaiz, sunnah, makruh,
wajib dan haram.

Hukum syar’i (legal) atau hukum syara’ (law) adalah kata


majemuk yang tersusun dari kata “hukum dan syara”. Kata
hukum berasal dari bahasa arab hukm, yang secara etimologi
berarti memutuskan, menetapkan dan menyelesaikan,
Sedangkan syara’ secara etimologi berarti jalan, jalan yang
biasa dilalui air.
Hukum syara’ menurut istilah para ahli ilmu ushul
fiqih ialah khitab syari’ yang bersangkutan dengan
perbuatan orang-orang mukallaf, baik dalam bentuk
tuntutan (perintah, pilihan, atau ketetapan). Hukum
syara’ itu terbagi dua yaitu hukum taklifi dan hukum
wadh’i.
1. Titah Allah yang berbentuk tuntutan dan pilihan, yang
disebut hukum taklifi. Penamaan hukum ini dengan taklifi
karena titah disini langsung mengenai perbuatan orang yang
sudah mukallaf.

Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung perintah,


larangan, atau memberi pilihan terhadap seorang mukalaf,
seperti menjelaskan bahwa sholat wajib dilaksanakan umat
Islam .
2. Titah Allah yang berbentuk ketentuan yang ditetapkan Allah, yang
disebut hukum wadh’i. Yakni ketentuan yang ditetapkan Allah, tidak
langsung mengatur perbuatan mukallaf, tetapi berkaitan dengan perbuatan
mukallaf itu, seperti tergelincirnya matahari menjadi sebab masuknya
waktu zuhur.

Hukum wadh’i berupa penjelasan hubungan suatu peristiwa dengan hukum


taklifi.
Istilah al-ahkam al- khamsah

Semua tindakan dan hubungan manusia sesuai dengan nilai etika


mereka dalam rangka untuk memastikan tingkat kebaikan atau
keburukan mereka dalam norma-norma Islam. Menurut ulama
Hanafiah, hukum taklifi (jenis perbuatan hukum) dibagi tujuh, yaitu
fardhu, wajib, tahrim, karahah tahrim, karahah tanzih, nadb, dan
ibahah.

Menurut al-Ghazali, sebagai hukum syara’ tertentu bagi perbuatan


mukallaf, seperti: wajib, haram, mubah (kebolehan), sunnat, makruh,
sah, fasid, batal, dan qadla. Sedangkan dalam konsep Barat, yang
mengambil alih konsep hukum Romawi, hanya dikenal tiga macam
kaidah hukum, yaitu; permittere (membolehkan), prohibere
(melarang), dan imperare (memerintahkan).
PENGERTIAN FIQH

Ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-


norma hukum dasar yang terdapat dalam Alquran dan
ketentuan- ketentuan umum yang terdapat dalam Sunnah Nabi
yang direkam dalam kitab-kitab hadist.
Hukum-hukum amaliah yang bertalian dengan segi
pelaksanaan ibadah, pengaturan muamalah, penjelasan
tentang hak- hak dan hukum-hukum yang berlaku diantara
manusia, ada yang diambil dari Alquran dinamakan Fiqhul
Qur’an, sedangkan ayat- ayatnya disebut Ayatul Ahkam
(ayat-ayat hukum). Dan hukum-hukum yang didasarkan pada
Hadist dinamakan Fiqhus Sunah, sedangkan hadis-hadis yang
berkenaan dengan masalah ini disebut Ahadisul Ahkam
(hadis-hadis hukum).

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa ada dua istilah yang
dipergunakan untuk menunjukkan hukum Islam, yakni:
1) Syariat Islam dan
2) Fiqih Islam.
TUJUAN MEMPELAJARI FIQH

Sebagaimana dikatakan Wahab Khallaf, tujuan dan manfaat


mempelajari fiqh adalah mengetahui hukumhukum fiqh atau
hukum-hukum syar’i atas perbuatan dan perkataan manusia.
Selanjutnya, setelah mengetahui, tujuannya agar hukum fiqh
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada artinya ilmu
tentang hukum fiqh yang tidak dipraktikkan dalam kehidupan.
Ini selaras dengan nadlaman kitab Zubad :‫ف===ع=ام=لب===علم=و م=لي==عملن‬
‫مع=ذبمنق==بلعباد ا==لوثن‬

Artinya: “Adapun orang alim yang tidak mengamalkan


ilmunya. Maka ia akan diadzab sebelum para penyembah
berhala.”
PENGERTIAN ILMU USHUL FIQH

Secara etimologi, kata Ushul fiqh terdiri dari dua kata:


ushul dan fiqh. Ushul adalah jamak dari kata ashlun yang
berarti sesuatu yang menjadi pijakan segala sesuatu

Sementara, al-fiqh sebagaimana dijelaskan di atas, secara


etimologi berarti mengerti atau memahami. Secara
terminologi, ushul fiqh menurut beberapa ulama memiliki
beberapa arti. Misalnya, Tajuddin as-Subki dalam kitab
Hasyiyah al-Bannani7 , mendefinisikan Ushul Fiqh sebagai :
‫الفقو دالئل االمجالية‬

Artinya: “Dalil-dalil fiqh yang bersifat global”.


Menurut as-Subki, seorang ahli ushul yang juga disebut sebagai
ushuli tidak cukup mengetahui dalil-dalil ijmaly, melainkan harus
mengetahui bagaimana menggunakan dalil kala terjadi kontradiksi
dan juga mengetahui syarat menjadi seorang mujtahid. Dalam
kitab Jam’u al-Jawami, ia mengatakan:
‫االصويل العارف ابدلة الفقو االمجالية و طرق استفادهتا و مستفيدى‬
Artinya: “Seorang ulama adalah orang yang mengetahui dalil-
dalil global fiqh, metode menggunakan dalil itu ketika ada
kontradiksi dan prasyarat menjadi seorang mujtahid”.

Dengan penjelasan ini, jelas bahwa seorang ushuli tidak hanya


orang yang tahu dalil-dalil global, melainkan juga tahu bagaimana
menerapkan dalil-dalil global ini menjadi praktis.
Definisi ushul fiqh yang lain misalnya Wahab Khallaf, seorang
guru besar di Mesir, ia mengatakan:
‫الع=ل=م ايلقواع=د و البحوث الي=ت يتوص=ل هب=ا اي=ل اس=تفادة االحكام الشرعي=ة العم=لية‬
‫ادلكتسب م=ن ادلته=ا التفصيلية‬

Artinya:”Kaidah-kaidah dan pembahasan yang digunakan untuk


menggali hukum-hukum syar’i yang bersifat amali yang diambil
dari dalil-dalil yang terperinci”.

Definisi Wahab Khallaf, secara khusus menekankan ushul


fiqh sebagai kaidah atau metode istinbat hukum Islam. Dengan
metode ini, maka seorang mujtahid akan dapat menggali hukum-
hukum fiqh yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Objek dan Ruang Lingkup
Ushul Fiqh

Hukum-hukum kulli yang bersifat umum.


Misalnya hukum wajib, sunah, haram, makruh, dan
mubah dalam pembahasan yang masih bersifat
global. Di samping itu, Ushul fiqh juga fokus
membahas tentang dalil-dalil ijmaly yang bersifat
global. Misalnya ‘am, khas, muthlaq, muqayyad,
qiyas, ijma’, dan sebagainya. Baik hukum maupun
dalil secara global ini selanjutnya digunakan untuk
analisa diktum-diktum dalam hukum Islam.
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ushul Fiqh

Mengetahui dan menerapkan dalil-dalil ijmaly untuk menggali


hukum-hukum syar’i yang bersifat amaly tersebut.
Ilmu Ushul Fiqh sangat perlu digunakan untuk merespon berbagai
perkembangan dan perubahan sosial yang setiap saat terjadi.
Pintunya melalui ijtihad
Jika kita tidak melakukan ijtihad, maka tujuan kita mempelajari
ushul fiqh adalah mengetahui nalar dan metode yang dilakukan
para mujtahid. Belajar ushul fiqh juga membuat kita dapat
memahami mustanad (pijakan) yang digunakan oleh seorang
mujtahid. Karena, ushul fiqh, sebagaimana ditegaskan Wahbah Az-
Zuhaily, merupakan salah satu ilmu yang harus dimiliki seorang
mujtahid selain ilmu bahasa Arab dan ilmu hadits.

Anda mungkin juga menyukai