Anda di halaman 1dari 12

HUKUM SYARA’

&
PEMBANGIANNY
AL-HAKIM
1. Pengertian Hakim

Kata hakim secara etimologi berarti “orang yang memutuskan hukum”


Dalam istilah fiqih kata hakim juga dipakai sebagai orang yang memutuskan hukum di
pengadilan yang sama maknanya dengan qadhi. Dalam kajian Ushul Fiqih Kata hakim berarti
pihak , penentu dan pembuat hukum syariat secara hakiki.
Ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa yang menjadi sumber atau pembuat hakiki dari
hukum syariat adalah Allah.
Allah lah yang menghukum / yag memberi hukum , baik melalui firman-Nya
maupun melalui Sunnah Rasul-Nya.
QS. Al-An'am Ayat 57

‫ُقْل ِاِّنْي َع ٰل ى َبِّيَنٍة ِّم ْن َّر ِّبْي َو َك َّذ ْبُتْم ِبٖۗه َم ا ِع ْنِد ْي َم ا َتْسَتْع ِج ُلْو َن ِبٖۗه ِاِن اْلُح ْك ُم ِااَّل‬
‫ِهّٰلِلۗ َيُقُّص اْلَح َّق َو ُهَو َخ ْيُر اْلَفاِص ِلْيَن‬

Katakanlah (Muhammad), “Aku (berada) di atas


keterangan yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku sedang
kamu mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk
menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan
kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak
Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi
keputusan yang terbaik.”
Hukum Taklifi

Hukum Taklifi adalah hukum syar'i


yang mengandung tuntutan (untuk dikerjakan
atau ditinggalkan oleh mukallaf) atau yang 1. IJAB (WAJIB)
mengandung pilihan antara dikerjakan atau 2. NADB (SUNNAH)
ditinggalkan. 3. TAHRIM (HARAM)
Kemudian, para ulama fiqh membagi 4. KARAHAH (MAKRUH)
hukum taklifi menjadi 5 bagian yang 5. IBAHAH (MUBAH)
dinamakan al-ahkam al-khomsah oleh ahli
fiqh, diantaranya :
Hukum Wadhi’

Pengertian hukum wadhi’


Hukum wadh’i adalah hukum yang berhubungan dengan Jadi, Hukum wadh’i adalah Hukum
dua hal, yakni antara dua sebab (sabab) dan yang disebabi yang berhubungan dengan perbuatan
(musabbab), antara syarat dan disyarati (masyrut), antara mukallaf yang berkaitan dengan sebab
penghalang (mani’) dan yang menghalangi (mamnu), antara
akibat, syarat, mani’, shah dan batal,
hukum yang sah dan hukum yang tidak sah.
Hukum ini dinamakan hukum wadh’i karena dalam hukum
sekaligus azimah dan rukhsah.
tersebut terdapat dua hal yang saling berhubungan dan berkaitan.
Seperti hubungan sebab akibat, syarat, dan lain-lain. Tapi
pendapat lain mengatakan bahwa definisi hukum wad’i adalah
hukum yang menghendaki dan menjadikan sesuatu sebagai
sebab (al-sabab), syarat (al-syarthu), pencegah (al-mani’), atau
menganggapnya sebagai sesuatu yang sah (shahîh), rusak atau
batal (fasid), ‘azimah atau rukhshah.
Macam-macam Hukum Wadhi’
Sabab yang dalam bahasa Indonesia Yang dimaksud dengan syarat ialah apa yang
disebut “sebab”, secara etimologis, tergantung adanya hukum dengan adanya
artinya adalah “sesuatu yang
Seba syarat dan dengan tidak adanya syarat maka
memungkinkan dengannya sampai pada Syarat hukum tidak ada. Syarat letaknya di luar
suatu tujuan. “dari kata inilah dinamakan
“jalan”, itu sebagai sabab, karena “jalan”
b hakikat sesuatu maka apabila ia tidak ada
maka masyrut pun tidak ada tetapi tidak
bisa menyampaikan seseorang kepada mesti dengan adanya ada juga masyrut.
tujuan.

Hukum yang telah ditetapkan Sah & Sah dan batalnya suatu
oleh Allah sejak semula. Azimah Batal hukum
Bersifat mutlak.

“ Hukum yang disyriatkan Allah


“ Mani’ialah apa yang memastikan adanya
semenjak semula bersifat umum
tidak ada hukum atau batal sebab hukum
Rukhsa yang bukan tertentu pada satu
sekalipun menurut syara’ telah terpenuhi
syarat dan rukunnya tetapi karena adanya Mani’ h
keadaan atau kasus tertentu dan
mani’ (yang mencegah) berlakunya hukum bukan pula berlaku hanya kepada
atasnya”. mukallaf tertentu”.
Mahkum Fiih

A. Pengertian Mahkum Fih

Menurut Usuliyyin,yang dimaksud dengan Mahkum fih adalah


obyek hukum, yaitu perbuatan seorang mukallaf yang terkait dengan
perintah syari’(Allah dan Rosul-Nya), baik yang bersifat tuntutan
mengerjakan; tuntutan meninggalkan; tuntutan memilih suatu pekerjaan.

Contohnya dirikanlah sholat yaitu menunjukkan perbuatan


seorang mukallaf,yakni tuntutan mengerjakan sholat,atau kewajiban
mendirikan sholat.Syarat²1. Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang
akan di lakukan.2. Mukallaf harus mengetahui bahwa tuntutan itu dari
Allah SWT. 3. Perbuatan harus mungkin untuk dilaksanakan atau
ditinggalkan
Mahkum Alaih
Pembagian Ahliyah
Seorang mukallaf yang perbuatannya
- Ahliyah wujub. Kecakapan seseorag menerima hak & kewajiban
berhubungan dengan hukum syar’i. (warisan & hibah)
Kapan seorang akan dikenakan hukum
taklif?
- Orang tersebut telah mampu memahami - Ahliyah Ada’. Kecakapan seseorang untuk melakukan perbuatan
hukum syar’I yang dipandang sah menurut syara’ (ibadah, muamalah, jinayat)
- Ahliyah
(seorang harus cakap dalam bertindak
- Awaridh Ahliyah. Ada 2: Awaridh Samawiyah dan Awaridh
hukum)
Mukhtarabah
Pembenan Hukum Syara’
Pelaksanaan pembebanan hukum syara' pada orang
mukallaf di perlukan 2 syarat:

-bahwa orang mukallaf itu harus memiliki kesanggupan


untuk memahami kitab(seruan) allah swt. Yang di
beban kan atas dirinya
- orang mukallaf itu mempunyai kemampuan untuk
menerima pembebanan hukum aktifMemiliki
kemampuanuntuk menerima taklif ini dapat di bedakan
kepada dua macam:1.di sebut dengan ahliyatul wujub
yaitu kemampuan menerima hak dan kewajiban2.
Disebut dengan ahliyatul 'ada' yaitu kecakapan
bertindak
Hal-hal yang Menghalangi Kecakapan Bertindak
Dalam istilah Ushul Fikih, hal-hal yang dapat Awarid ahliyah yang bersifat kasabiyah atau halangan
menghalangi kecakapan bertindak ini disebut dengan kasabiyah
‘awarid ahliyah. adalah halangan-halangan yang pada dasarnya berasal
dari perbuatan atau
Awarid ahliyah yang bersifat usaha manusia itu sendiri
samawiyah atau halangan samawiyah adalah hal-hal
yang berada di luar yang termasuk ‘awarid ahliyah yang
kemampuan dan kehendak manusia bersifat kasabiyah adalah :
1) Boros
yang termasuk ‘awarid ahliyah 2) Mabuk karena meminum minuman keras3)
adalah : Bepergian
1) Keadaan belum dewasa (anak-anak); 4) Lalai
2) Gila; 5) Bergurau
3) Kurang akal (bodoh dan idiot); 6) Bodoh (kurang mengetahui)
4) Tertidur ; 7) Terpaksa
5) Lupa;
6) Sakit ;
7) Haid ;
8) Nifas;
9) Wafat;
XII AGAMA 2
Nama Kelompok :
1. Muna Annisa
2. Nailatul Azz
3. Naima Riani
4. Naya Aulia
5. Nurul farida
6. Pebryan Nugroho
7. Qonita Khoiriyah
Thank you for
listening

Anda mungkin juga menyukai