Anda di halaman 1dari 10

Ushul fiqh

HUKUM

⋄ Hukum syara’ menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqh ialah : Khithab Syari’ yang
bersangkutan dengan perbuatan orang – orang mukallaf, baik dalam bentuk
tuntutan, pilihan atau ketetapan.
⋄ Hukum menurut bahasa, artinya : “ Menetapkan sesuatu atas sesuatu ” ‫ئ‬#‫ات ش‬#‫اثب‬
‫ئ‬#‫ على ش‬. Sedangkan menurut istilah, ialah : “Khithab (titah) Allah, atau sabda Nabi
Muhammad s.a.w.yang berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf, baik
titah itu mengandung tuntutan suruhan , larangan, membolehkan sesuatu, atau
menjadikan sesuatu sebab, syarat atau penghalang (mâni’) bagi sesuatu hukum ”.

2
1. Hukum Taklifi
Hukum Taklifi menurut para ahli ushul fiqh ialah Ketentuan
- ketentuan yang menghendaki adanya tuntutan kepada
mukallaf untuk melakukan, atau melarang untuk dilakukan,
atau memilih untuk melakukan, atau tidak melakukan.
Dengan kata lain, hukum taklifi adalah titah atau firman
Allah yang berhubungan dengan segalasegala perbuatan
mukallaf, baik atas dasar tuntutan (iqtidha') atau dasar
kebebasan memilih (takhyir).

2. Hukum Wadh'i
Hukum wadh’i adalah hukum yang memiliki tujuan untuk menjadikan
suatu hal menjadi sebab atau menjadi syarat, atau penghalang atas
adanya suatu hukum. Menurut Al-Amidi, termasuk hukum wadh’i
membicarakan hukum sesuatu apakah ia sah atau batal, ‘azimah atau
rukhshah, sah atau rusak (fasid).
_Pembagian Taklifi_

1. Ijab Mewajibkan)
2. Nadb ( Menganjurkan)
3. Tahrim ( Mengharamkan)
4. Karahah (Memakruhkan)
5. Ibahah (Membolehkan)
Ijab adalah khitab yang berisi tuntutan yang harus dilakukan
atau dikerjakan. Konsekuensi atau hasil dari ijab dinamakan
wujub (kewajiban). Sementara tuntutan pelaksanaanya yang
dikenai hukum wujub disebut dengan wajib.

Nadb adalah tuntutan dari syariat untuk melaksanakan suatu


perbuatan, namun tidak dengan memaksa, melainkan sebagai
anjuran sehingga tidak dilarang meninggalkannya dan tidak
dikenai sanksi hukum.

5

Tahrim adalah tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu
perbuatan dengan tuntutan yang memaksa. Akibat dari
tuntutan tersebut disebut hurmah. Adapun perbuatan yang
dituntut untuk disebut haram.
Karahah adalah tuntutan atas suatu perbuatan agar jangan
dilakukan dengan tuntutan yang tidak pasti. Ketidak pastian
itu juga
disimpulkan dari qarinah - qarinah yang mengandung
tuntutan kemudian mengalihkannya dari pengertian
haramnya, dinamakan makruh.
Ibahah adalah khitab yang memperbolehkan memilih antara
berbuat atau tidak berbuat. Kaidah ini memberi pilihan
kepada mukallaf untuk mengerjakan atau meninggalkannya.

6
Hukum Wadh'i

1. Sebab
2. Syarat
3. Pengahalang

7
Sabab Syarat Penghalang

Ialah sesuatu yang syarthu ialah Definisi mani’ secara etimologi


dijadikan oleh Syâri’ untuk sesuatu yang sah berarti “penghalang dari
mengetahui hukum syariat dan tidaknya suatu sesuatu”. Secara terminologi,
tertentu, artinya hukum hukum syariat sesuatu yang ditetapkan syariat
syariat tersebut akan tergantung sebagai penghalang bagi adanya
muncul jika al-sabab padanya, dan hukum atau penghalang bagi
tersebut ada, sebaliknya sesuatu tersebut di berfungsinya sesuatu sebab.
hukum syariat akan hilang luar dari pada
dengan tidak adanya al- hakikat.
sabab tersebut.

8
PERBEDAAN TAKLIFI DAN WADHI

Di tinjau dari segi hubungan dengan kesanggupan orang Di tinjau dari segi tujuan, maka
mukallaf, maka hukum taklifi selalu di hubungkan dengan hukum taklifi menuntut, mencegah,
kesanggupan orang mukallaf. Sedangkan hukum wadh'i itu atau memberikan pilihan antara
ada kalanya di hubungkan dengan kesanggupan orang melakukan dan meninggalkan
mukallaf, misalnya ijab qabul dalam segala macam perikatan perbuatan. Sedangkan tujuan hukum
dan ada kalanya tidak di hubungkan dengan kesanggupan wadh'i untuk menerangkan bahwa
orang mukallaf, misalnya pertalian darah menyebabkan sesuatu itu menjadi sebab bagi
saling mempusakai dan gila menyebabkan gugurnya taklif musabab, syarat bagi masyruth atau
(pembebanan kewajiban). penghalang bagi suatu hukum.

9
‫شكرا جزيال ⋄‬

‫‪10‬‬

Anda mungkin juga menyukai