Anda di halaman 1dari 22

HUKUM SYARA’

DAN
PEMBAGIANNYA
kelompok 5
1 Baiq Alivia Fatimatulhusni
2 Diska Maharani

NAMA 3 Nofalisa Trifadila

KELOMPOK 4 M.Riski Sabana

5 Ruhana Fatihah Panly

6 Septiana
PENGERTIAN
Secara bahasa, hukum berarti Al-Qadha’ yang berarti keputusan.
Sedangkan pengertian hukum syara’ secara istilah adalah :

‫ أو وضعًا‬،‫ طلبًا أو تخييرًا‬،‫هو خطاب الشارع المتعلق بأفعال المكلفين‬

Artinya: “Adalah titah syariat yang berkaitan dengan perbuatan


mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan, dan peletakan”.
PENJELASAN
Hukum syara’ dapat diartikan sebagai apa-apa yang telah ditetapkan oleh
titah syariat, yaitu Alquran dan Sunnah. Hukum syra’ berkaitan dengan
perbuatan mukallaf baik berupa perkataan atau perbuatan dalam melakukan
atau meninggalkan sesuatu.

Hukum syara’ merupakan nama hukum yang disandarkan pada syariat atau
syariah. Yakni, suatu ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasul baik
dalam bentuk tekstual ataupun hasil pemahaman ulama. Oleh sebab itu,
hukum syara’ juga dapat dikatakan berasal dari Alquran dan Hadis.
PEMBAGIAN
1.Hukum Taklifi 2.Hukum Wadh’i
Hukum taklifi adalah tuntutan yang Hukum wadh'i adalah ketentuan-
dibebankan kepada mukallaf untuk ketentuan hukum yang mengatur
mengerjakan atau meninggalkan suatu tentang sebab, syarat, dan sesuatu yang
pekerjaan, dan pilihan antara menjadi penghalang untuk melakukan
mengerjakan atau meninggalkan suatu hukum taklifi.
pekerjaan.
PEMBAGIAN
1.Hukum Taklifi 2.Hukum Wadh’i
Hukum taklifi terbagi menjadi lima, yaitu :
1.wajib Yang termasuk hukum wadh'i ada tujuh, yaitu :
1.sebab
2.mandub
2.syarat
3.haram
3.penghalang (mani')
4.makruh
4.rukhsah dan 'azimah
5.mubah
5.sah (al-Shihhah) dan batal (al-Buthlan).
HUKUM TAKLIFI
WAJIB
Wajib adalah sesuatu yang diperintahkan oleh pembuat syariat yang
harus dikerjakan. Orang yang melaksanakan perkara wajib akan diberi
ganjaran dan berhak mendapatkan hukuman apabila ditinggalkan. Istilah
lain atau sinonim dari Wajib diantaranya ada Fardhu atau Faridhah.
Hukum wajib terbagi menjadi empat kategori yaitu :
1. dari segi keterikatannya dengan waktu
2.segi ketentuan obyeknya
3.dari segi kadarnya
4.dari segi subyek hukumnya
MANDUB
Mandub adalah sesuatu yang diperintahkan oleh pembuat syariat yang
tidak harus dikerjakan. Orang yang mengerjakan perkara mandub dalam
rangka mencari pahala akan mendapatkan pahala, akan tetapi tidak
dihukum bila meninggalkannya.Hukum mandub terdiri dari beberapa
tingkatan, yaitu :

1. sunnah muakkadah. Adalah sunnah yang selalu dikerjakan oleh Nabi .


2. sunnah ghairu muakkadah. Adalah sunnah yang tidak selalu dikerjakan
oleh Nabi
HARAM
Haram adalah sesuatu yang dilarang oleh pembuat syariat yang harus
ditinggalkan.Hukum haram terbagi menjadi dua, yaitu :

1. haram lidzatihi atau haram karena zatnya. Yaitu perbuatan yang pada
asalnya haram menurut hukum syar'i.
2. haram lighairigi atau haram karena selainnya. Yaitu perbuatan yang
pada asalnya diperbolehkan atau disyariatkan, namun karena adanya
faktor lain yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemudharatan maka
perbuatan itu menjadi haram.
MAKRUH
Makruh adalah sesuatu yang dilarang oleh pembuat syariat dalam
bentuk ketidakharusan. Seorang yang meninggalkan perkara makruh
maka akan diganjar pahala apabila ia melakukannya dalam rangka
mematuhi perintah, namun orang yang melanggarnya tidaklah berdosa.
MUBAH
Hukum taklifi yang kelima adalah mubah. Mubah adalah sesuatu yang
tidak ada hubungannya dengan perintah dan larangan pada asalnya.
HUKUM WADH’I
SEBAB
Secara bahasa sebab adalah sesuatu yang bisa menyampaikan kepada
sesuatu yang lain. Dalam istilah ushul fiqih sebab adalah sesuatu yang
dijadikan oleh pembuat syariat sebagai penanda atas keberadaan suatu
hukum. Dan ketiadaan sebab adalah penanda ketiadaan suatu hukum.
Sebab terbagi menjadi dua :
1. sebab yang ditetapkan oleh pembuat syariat dan di luar batas
kemampuan mukallaf.
2.sebab yang telah ditetapkan syariat dan berada dalam batas
kemampuan mukallaf.
SYARAT
Syarat adalah sesuatu yang keberadaan hukum bergantung pada
keberadaannya, dan ketiadaannya itu berkonsekuensi tidak adanya
hukum. Namun, keberadaan syarat tidak mengharuskan adanya yang
disyaratkan. Misalnya seperti shalat yang disyaratkan untuk wudhu,
namun wudhu tidak mengaruskan adanya shalat.
Syarat terbagi menjadi dua, yaitu :
1.Syarat syar'i adalah syarat yang datang dari syariat itu sendiri.
2. Syarat ja'li adalah syarat yang dibuat oleh mukallaf sendiri dalam hal
mu'amalah bukan dalam hal ibadah.
MANI’
Mani' adalah sesuatu yang mengharuskan ketiadaannya hukum karena keberadaannya,
atau batalnya sebab, yang terkadang terwujudnya sebab syar'i, dan terpenuhinya semua
syarat-syaratnya tetapi terdapat mani' yang menyebabkan terhalangnya keberadaan
hukum. Contohnya adalah datangnya haul dan nishab merupakan syarat dan sabab
wajibnya menunaikkan zakat. Namun, keberadaan hutang menjadi mani' (penghalang)
wajibnya menunaikkan zakat.Mani' terbagi menjadi dua :

1.Mani' Al-Hukm adalah sesuatu yang ditetapkan syariat sebagai penghalang bagi
keberadaan hukum.
2.Mani' As-Sabab adalah sesuatu yang ditetapkan syariat sebagai penghalang
berfungsinya sebab, sehingga sebab itu tidak lagi mempunyai konsekuensi hukum.
RUKHSHAH DAN AZIMAH
rukhshah adalah ketentuan hukum berupa keringanan bagi mukallaf
pada kondisi-kondisi tertentu yang membutuhkan keringan tersebut.
Atau dengan kata lain rukhshah adalah keringanan yang diberikan oleh
Allah ta'ala karena adanya alasan syar'i.
RUKHSHAH DAN AZIMAH
Azimah adalah ketentuan asal dari hukum-hukum yang
disyariatkan tanpa adanya faktor lain. Contoh : Shalat pada
waktunya, menyempurnakan shalat, haramnya bangkai,dsb
SAH DAN BATAL
Sah adalah ketika mukallaf mengerjakan suatu perbuatan yang telah
terpenuhi syarat-syaratnya, tidak adanya mani' (penghalang), dan
adanya suatu sebab yang menyebabkan perbuatan itu dilakukan.Contoh
: Apabila seseorang melaksanakan shalat dzuhur setelah tergelincinya
matahari, didahului dengan bersuci, dan tidak dalam keadaan haid, maka
shalatnya dihukumi sah.
SAH DAN BATAL
Batal adalah ketika mukallaf mengerjakan suatu perbuatan namun
sebagian atau seluruh syaratnya tidak terpenuhi, atau tidak adanya
sebab, atau terdapat mani'.
ADA
PERTANYAAN?
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai