Anda di halaman 1dari 22

Hukum Syar’i

Kelompok 4
Anggota Kelompok

01 02 03
Monica Mutiara Msy Hamda Rifa Muthyara Annaptha

04 05
M Rizky Ramadhan M Gilang Wijaya
Anggota Kelompok

01 02 03
Monica Mutiara Msy Hamda Rifa Muthyara Annaptha

04 05
M Rizky Ramadhan M Gilang Wijaya
Al-Hakim
Pengertian al Hakim Menurut Para Ulama Ushul Fiqih

Pembuat hukum (syar'i),sumber hukum,yang menetapkan hukum (baik dan buruknya perbuatan )

Menurut Etimologi
Ada 2 yaitu

A ‫ص ِّد ُر َها‬ ِ ‫ا َو ُم ْن‬6‫شيَّتُ َه‬


َ ‫ا َو ُم‬6‫شُئ َه‬ َ ‫ َو ُم‬6‫ال ْحكا ِم‬66‫ ا‬6‫ضع‬6‫وا‬. B..‫ش ُف‬ ِ ‫ا َويَ ْك‬6‫ُ َه‬6‫ ِرف‬6‫ ُر َها َويُ َع‬6‫ َويَ ْظ َه‬6‫َأْل ْحكا َم‬6 ‫ ْد ِر ُك ا‬66‫ل ِذي ُي‬6َّ 6‫ا‬
‫ا‬6‫َع ْن َه‬

Artinya : Pembuat, yang menetapkan, yang Artinya: Yang menemukan,menjelaskan,


memunculkan, dan sumber hukum. memperkenalkan, dan menyingkapkan hukum.
Perbedaan Pendapat di Kalangan Para Ulama
Timbul masalah mendasar yang berkaitan dengan siapa pembuat
01 hukum dalam syariat Islam; siapa pula yang menetapkan hukum
syara'.

apakah sebelum datangnya wahyu, akal mampu menentukan baik


02 buruknya sesuatu sehingga mukalaf yang berbuat baik diberi pahala.
Sehubungan dengan hal tersebut, Allah Swt. berfirman
dalam Surah al-An'amAyat 57 sebagai berikut.

ْ ‫ ِإ ِن‬6‫ ِه‬66‫ون ِب‬


666‫الهلل‬66‫ل ُح ْك ُما‬66‫ا‬ ْ 66‫ َما ِع ْن ِدي َما َت‬6‫ ِه‬66‫ ِب‬6‫ ْينَ ٍة ِّم ْن َّر ْي َو َك َّذ ْبتُ ْم‬66‫ارق َعلَى َب‬
َ ُ‫ستَ ْع ِجل‬ ِ ‫ل‬66‫ق‬
٥٧ :٦ / 6‫ام‬6‫النع‬6 ‫اصلِ َينا‬ ْ ‫ي ُر‬6‫ل َح َّق َو ُه َو َح‬66‫ا‬
ِ ‫ل َف‬66‫ا‬ ْ ‫ض‬ ُ ُ‫ق‬66‫َي‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Aku (berada) di atas keterangan yang


nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah
kewenanganku (untuk menurun- ban azab) yang kamu tuntut untuk
disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah.
Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik."
(QS.al-An'am/6: 57)
Persepakatan pendapat para ulama

Dari firman Allah tersebut... Oleh sebab itu, 02


Tugas rasul hanya menyampaikan
Allahlah yang dinamakan hakim yang sebenarnya
hukum-hukum Allah. Tugas para
01 dalam Islam. Jadi, yang dimaksud dengan hakim
dalam Islam adalah sumber hukum, yakni Allah
mujtahid hanya mengetahui hukum-
hukum ini dan mengungkapkannya
Swt. (Al-Qur'an). Tidak ada kekuasaan
dengan metode-metode dan kaidah
mengeluarkan hukum selain Allah
yang dirumuskan ilmu usul fikih.

Para ulama bersepakat tentang pengertian hukum


03 syar'i adalah khitab/firman Allah Swt. yang
berhubungan dengan perbuatan orang mukalaf, baik
yang bersifat falabi (tuntutan), takhyiri (pilihan).
maupun wad'i (menjadikan).
Al-Hukm
Pengertian al Hukm
Wajib terbagi menjadi 2
Pembagian secara hukum 1. Wajib Mutlaq
2. Wajib Muqayyad
Sunnah terbagi menjadi 3
1.Sunnah Muakkadah
2.Sunnag Gairu Muakkadah
Hukum Taklif Hukum wadi 3.Sunnah Az-zuidah

● wajib
● sunnah
sebab syarat penghalang
● mubah
● haram
● Tahrim
● makruh
1.Hukum Taklif
e.Tahrim b.Nadh (Sunnah) d.Ibahah (Mubah)
Tahrim adalah tuntutan untuk Nadh adalah tuntutan untuk Ibahah merupakan tuntutan
tidak mengerjakan suatu melaksanakan sebuah perbuatan, namun yang bersifat fakultatif.
perbuatan dengan tuntutan yang tidak dengan memaksa, melainkan Artinya, tuntutan ini boleh
memaksa. Akibat dari tuntutan sebagai anjuran sehingga tidak dilarang dikerjakan atau tidak
tersebut disebut hurmah. meninggalkannya dan tidak dikenai dikerjakan sama sekali.
sanksi hukum
a.Ijab (Wajib) c.Karahah (Makruh)
Karahah adalah tuntutan untuk meninggalkan suatu
Ijab merupakan tuntutan syar'i yang bersifat untuk
perbuatan, namun tuntutan itu diungkapkan melalui
melaksanakan sesuatu dan tidak boleh ditinggalkan
redaksi yang tidak memaksa.
2.Hukum Wadi

Sebab Syarat Penghalang


sesuatu yang dapat sesuatu di luar hukum yura, sifat yang keberadaannya
menyampaikan pada namun keberadaan hukum menyebabkan tidak ada
sesuatu yang lain syar bergantung padanya hukum atau tidak ada sebah
Al-Mahkum Fih
Pengertian Al-Mahkum Fih
Sebagian ulama lain, menyebut peristiwa hukum
2 menggunakan istilah mahkum fih karena perbuatan
mukalaf itu dapat disifati dengan hukum,baik yang
sebagian ulama usul fiqh menggunakan
bersifat diperintahkan maupun yang dilarang
1 istilah mahkum fih karena di dalam
perbuatan atau peristiwa itu terdapat
hukum,baik mengenai hukum wajib Menurut ulama usul fiqh,yang dimaksud
maupun hukum yang bukan wajib.
3 dengan fih (bih) adalah objek hukum,yakni
perbuatan seorang mukalaf yang terkait dengan
perintah syar'i (Allah dan Rasul-Nya), baik
yang bersifat tuntutan mengerjakan, tuntutan
meninggalkan, dan tuntutan memilih suatu
pekerjaan serta yang bersifat syarat, sebab,
halangan, azimah, rukhsah, sah, atau batal.
Syarat Syarat Mahkum Fih
Mukalaf mengetahui perbuatan yang akan
01
dilakukan sehingga dapat ditangkap dengan
jelas dan dapat dilaksanakan

Secara 02 Mukallaf harus mengetahui sumber


syarat

Perbuatan itu adalah perbuatan yang dapat di


03
lakukan atau tidak oleh sang mukallaf
Mahkum fih secara segi keberadaan materi

01 02 03 04

Perbuatan yang perbuatan yang Perbuatan yang secara Perbuatan yang secara
secara material ada, secara material ada material ada dan baru material ada dan
namun tidak termasuk dan menjadi sebab bernilai dalam syara' diakui secara syara',
perbuatan yang terkait adanya hukum syara apabila memenuhi serta mengakibatkan
dengan syara', rukun dan syarat yang d.adanya hukum
telah ditentukan syara' yang lain,
Al-Mahkum
Alaih
Pengertian
al mahkum alaih
Ulama usul fiqih bersepakat bahwa mahkum alaih adalah
seseorang yang perbuatannya dikenai khitab Allah yang
disebut mukalaf. Mukalaf adalah orang yang dibebani
hukum Dalam istilah usul, disebut juga mahkum alaih.
Seorang disebut mukalaf karena telah mampu bertindak
hukum, hak yang berhubungan dengan perintah Allah Swt
maupun dengan larangannya
Pembagian ahliyah
Ahliyah al-ada’ ahliyah al-wujub
Ahliyah al-wujub an-näqişah adalah anak yang ahliyah al-wujub adalah kepantasan seseorang
masih berada dalam janin sudah dianggap manusia untuk menerima hak-hak dan dikenai
memiliki ahliyah al-wujub, namun belum kewajiban. Semua orang dalam hukum Islam
sempurna. Hak-hak yang harus diterima belum dinyatakan ahliyah al-wujub, walau pun orang-
dapat menjadi miliknya sebelum ia lahir ke orang tersebut dinyatakan tidak sempurna
dunia dalam keadaan selamat meskipun untuk (naqish)
sesaat.
Pembagian ahliyah Al-Wujub
A. Ahliyah al-wujub B. Ahliyah al wujub
an-naqisah al-kamilah
Ahliyah al-wujub an-näqişah adalah anak ahliyah al-wujub adalah kepantasan seseorang
yang masih berada dalam janin sudah manusia untuk menerima hak-hak dan dikenai
dianggap memiliki ahliyah al-wujub, kewajiban. Semua orang dalam hukum Islam
namun belum sempurna. Hak-hak yang dinyatakan ahliyah al-wujub, walau pun orang-
harus diterima belum dapat menjadi orang tersebut dinyatakan tidak sempurna.
miliknya sebelum ia lahir ke dunia dalam
keadaan selamat meskipun untuk sesaat.
Kesimpulan
● Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan
bahwa yang di maksud hukum syara’ adalah
perintah/firman Allah SWT. Setiap perbuatan yang
seorang muslim lakukan dalam kehidupan sehari-
hari sangat terikat dengan Hukum Syara’ baik
perkataan dan perbuatan kita harus memiliki
dasar hukum syara’ yang jelas yang berkaitan
dengan perbuatan mukallaf (dewasa dan berakal).
Oleh karena itu syariat islam secara jelas
menghendaki supaya manusia menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai