.1.Pengertian hukum
2.Pembagian Hukum
1.Hukum Taklifi
Hukum Taklifi adalah firman allah yang menuntut manusia untuk melakukanatau
meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan meninggalkan.
Contohnya (QS.Al-Baqarah:188)
“Janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan batil”
Hakim(Pembuat hukum/Allah)
1.Pengertian Hakim
Dari segi bahasa,hakim mempunyai dua arti
a.Pembuat hukum,yang menetapkan,memunculkan sumber hukum.
b.Yang menemukan,menjelaskan,memperkenalkan,dan mengungkapkan.
Dari pengerian pertama tentang hakim diatas, dapat diketahui bahwa hakim
adalah Allah SWT. Dia-lah pembuat hukum dan satu-satunya sumber hukum
yang dititahkan pada seluruh mukallaf. Dalam Islam, tidak ada syari’at,
kecualidari Allah SWT. Baik yang berkaitan dengan hukum-hukum taklif ( wajib,
haram, sunnah, makruh, dan mubah ). Maupun berkaitan dengan hukum Wadhi’
( sebab, syarat, halangan, sah, batal, fasid, azimah dan rukhshah ). Menurut
kesepakatan para ulama, semua hukum diatas bersumber dari Allah SWT melalui
Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan dari pengertian kedua, tentang hakim ulama Ushul Fiqh
membedakannya sebagai berikut :
a. Sebelum Muhammad SAW diangkat sebagai rasul para ulama Ushul Fiqh
berbeda-beda pendapat siapa yang menemukan, memperkenalkan, dan
menjelaskan hukum sebelum diutusnya Muhammad sebagai rasul,
sebagian ulam Ushul Fiqh dari golongan Ahlussunnah Wal Jamaah
berpendapat bahwa pada saat itu tidak ada hakim dan hukum syara’,
smentara akal tidak mampu mencapainya. Oleh sebab itu, hakim adalah
Allah SWT dan yang menyikapi hukum dari hakim itu adalah syara’
namun syara’ belum ada .
b. Setelah diangkatnya Muhammad sebagai rasul dan menyebarnya da’wah
Islam. Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa hakim adalah syariat yang
turun dari Allah SWT. Yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Apa yang
telah dihalalkan oleh Allah hukumnya adalah halal, begitu pula apa yang
diharamkannya hukumnya haram. Juga disepakati bahwa apa-apa yang
dihalalkan itu disebut hasan ( baik ), didalamnya terdapat kemaslahatan
bagi manusia. Sedangkan segala sesuatu yang diharamkan Allah disebut
Qabih ( buruk ), yang didalamnya terdapat kemudaratan atau kerusakan
bagi manusia
Hakim merupakan persoalan yang cukup penting dalam ushul figh,sebab bekaitan dengan
pembuat hukum dalam syari’at Islam, atau membentuk hukum syara’ yang
mendatangkan pahala bai pelakunya dan dosa bagi pelanggarnya, dalamUshul Fiqh,
hakim juga disebut dengan syari’.
Ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa yang menjadi sumber atau pembuat hakiki dari hukum
syariat adalah allah.Meskipun para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa pembuat hukum
hanya allah,namun mereka berbeda pendapat dalam masalah apakah hukum-hukum yany
dibuat allah hanya dapat diketahui dengan turunnya wahyu dan datangnya rasulullah,atau
akal secara indepeenden bisa jua mengetahuinya.Perbedaan pendapat ini berpangkal dari
perbedaan pendapat tentang fungsi akal dalam mengetahui baik dan buruk suatu hal.
Dalam pasal 4 ayat 1 dan pasal 14 ayat ,serta pasal 27 ayat 1 UU No.14 tahun 1970
beserta penyelesaian,secara tersirat tampak bahwa hukum hanya sekedar sarana,bukan
tujuan disamping itu,tanggung jawab hakim meliputi:
1. Memutus atas nama Tuhan Yang Maha Esa(pasal 4 ayat 1)
2. Memutus sebagai hakim yang bijaksana dan bertanggung jawab,pertama kepada
Tuhan Yang Maha Esa(pasal 4 ayat 1)
3. Mengadili, menemui,dan merumus hukum yang sesuai dengn rasa keadilan yang
hidup dikalangan rakyat(pasal 27 ayat 1).Pasl-pasal tersebut
menyimpulkan,sunguh luhur dan mulia penegakan hukum dinegara yang dijiwa
oleh pancasila ini.