Anda di halaman 1dari 4

HUKUM SYARA’

.1.Pengertian hukum

Manyoritas ulama ushul fiqh mendefisinikan hukum sebgai beikut:


Kala allah yang menyangkut perbuatan orang dewasa dan berakal sehat,baik bersifat
imperatif,fakultatif atau mendapatkan sesuatu sebagai sebab,syarat sebagai penghalang.
Yang dimaksud dngan khitbah allah dalam definisi tersebut adalah semua entuk
dalil.Baik Al-Quran,As-sunah maupun yang lainny,seperti ijma’ dan qiyas.Namun,para
ulama ushul kontemporer,seperti ali Hasaballah dan Abd.Wahab Khalaf berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan dalil disini hanya Al-Quran dan As-sunah.Adapun ijma’
dan qiyas hanya sebagai metode menyingkapkan hukm dari Al-Quran dan suah tersebut.

2.Pembagian Hukum

1.Hukum Taklifi
Hukum Taklifi adalah firman allah yang menuntut manusia untuk melakukanatau
meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan meninggalkan.
Contohnya (QS.Al-Baqarah:188)
“Janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan batil”

Bentuk-bentuk hukum taklifi

Bentuk pertama menurut ulama ushul figh/mutakallimin


a.Ijab
Yaitu tuntutan syari’yang bersifat untukmelaksanakan sesuatu dan tidak boleh
ditinggalkan.
b.Nadh
Yaitu tuntunan untuk melaksanakan sesuatu perbuatan yang tidak bersifat
memaksa,melainkan hanya sebagai anjuran sehingga orang tidak dilarang untuk
meninggalkannya.
c.Ibahah
Yaitu khitbah allah yang bersifat fakultatif mengandung pilihan antara berbuat atau tidak
berbuatsecara sama.
d.Karahah
Yaitu tuntunan untuk meninggalkan suatu perbuatan.
e.Tahrim
Yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan seatu perbuatan dengan tuntutan yang memaksa.

Bentuk kedua dari hukumtaklifi menurut ulama Hanafiyah.


a. a.Iftiradh
b. b.Ijab
c. c.Nadh
d. d.Ibahah
e. e.Karahah Tanzihiyyah
f. f.karahah Tahrimiyyah

Hukum-hukum menurut Fuqaha


A.Wajib
Para ulama ushul fiqh mengemukakan bahwa hukum wajib itu bisa dibagi dari berbagai
segi,yaitu:
1. 1.Wajib Al-mutahlaq adalah suatuyang dituntut syari’ untuk dilaksanakan oleh
mukallaf tanpa ditentukan waktunya.
2. 2.Wajib Al-mu’aqqat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan orang mukallaf
pada waktu-waktu tertentu seperti sholat dan puasa romadhon.
B.Mandub
1.Sunah al-mu’akkadah(sunah yang sangatdianjurkan)
2.Sunah ghoiru al-mu’akkadah(sunah biasa)
3.Sunah al-zaidah(sunah yang bersifat tambahan)
C.Haram
1.Haram li dzatihi
2.Haram li ghairihi
D.Makruh
1.Makruh tanzih
2.Makruh tahrim
E.Mubah
1. 1.Mubah yang apabila dilakukan atau tidak dilakukan,tidak mengandung
mudarat,seperti makan,minum,berpakaian,dan berburu.
2. 2.Mubah yang apabila dilakukan mukallaf tidak ada mudaratnya,sedangkan
perbuatan itu sendiri pada dasarnya diharamkan.
3. 3.Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudarat dan tidak boleh dilakukan menurut
syara’,tetapi allah memaafkan pelakunya,sehingga perbuatan itu menjadi mubah.

Hakim(Pembuat hukum/Allah)

1.Pengertian Hakim
Dari segi bahasa,hakim mempunyai dua arti
a.Pembuat hukum,yang menetapkan,memunculkan sumber hukum.
b.Yang menemukan,menjelaskan,memperkenalkan,dan mengungkapkan.
 Dari pengerian pertama tentang hakim diatas, dapat diketahui bahwa hakim
adalah Allah SWT. Dia-lah pembuat hukum dan satu-satunya sumber hukum
yang dititahkan pada seluruh mukallaf. Dalam Islam, tidak ada syari’at,
kecualidari Allah SWT. Baik yang berkaitan dengan hukum-hukum taklif ( wajib,
haram, sunnah, makruh, dan mubah ). Maupun berkaitan dengan hukum Wadhi’
( sebab, syarat, halangan, sah, batal, fasid, azimah dan rukhshah ). Menurut
kesepakatan para ulama, semua hukum diatas bersumber dari Allah SWT melalui
Nabi Muhammad SAW.
 Sedangkan dari pengertian kedua, tentang hakim ulama Ushul Fiqh
membedakannya sebagai berikut :
a. Sebelum Muhammad SAW diangkat sebagai rasul para ulama Ushul Fiqh
berbeda-beda pendapat siapa yang menemukan, memperkenalkan, dan
menjelaskan hukum sebelum diutusnya Muhammad sebagai rasul,
sebagian ulam Ushul Fiqh dari golongan Ahlussunnah Wal Jamaah
berpendapat bahwa pada saat itu tidak ada hakim dan hukum syara’,
smentara akal tidak mampu mencapainya. Oleh sebab itu, hakim adalah
Allah SWT dan yang menyikapi hukum dari hakim itu adalah syara’
namun syara’ belum ada .
b. Setelah diangkatnya Muhammad sebagai rasul dan menyebarnya da’wah
Islam. Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa hakim adalah syariat yang
turun dari Allah SWT. Yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Apa yang
telah dihalalkan oleh Allah hukumnya adalah halal, begitu pula apa yang
diharamkannya hukumnya haram. Juga disepakati bahwa apa-apa yang
dihalalkan itu disebut hasan ( baik ), didalamnya terdapat kemaslahatan
bagi manusia. Sedangkan segala sesuatu yang diharamkan Allah disebut
Qabih ( buruk ), yang didalamnya terdapat kemudaratan atau kerusakan
bagi manusia

Hakim merupakan persoalan yang cukup penting dalam ushul figh,sebab bekaitan dengan
pembuat hukum dalam syari’at Islam, atau membentuk hukum syara’ yang
mendatangkan pahala bai pelakunya dan dosa bagi pelanggarnya, dalamUshul Fiqh,
hakim juga disebut dengan syari’.
Ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa yang menjadi sumber atau pembuat hakiki dari hukum
syariat adalah allah.Meskipun para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa pembuat hukum
hanya allah,namun mereka berbeda pendapat dalam masalah apakah hukum-hukum yany
dibuat allah hanya dapat diketahui dengan turunnya wahyu dan datangnya rasulullah,atau
akal secara indepeenden bisa jua mengetahuinya.Perbedaan pendapat ini berpangkal dari
perbedaan pendapat tentang fungsi akal dalam mengetahui baik dan buruk suatu hal.

Dalam masalah ini terdapat 3 mazhab, yaitu:


1. Mazhab Asy’ariah,mazhab ini berpendapat bahwa karrena akal tidak dapat
mengetahui hukum-hukum Allah,maka ukuran untukmenetapkan baikdan
hurufnya perbuatan itu adalah syara’ mereka menguatkan pendapatnya dengan
mengemukakan ayat Al-qurqn yaitu: “Dan kami tidakmengadzab sebelum kami
mengutus seorang rasull”(Al-isra’:15)
2. Mazhab Mu’tazilah berpendapat akal itu dapat mengetahui bai atau buruknya
perbuatan orang mukallaf sebelumdiperintah Wahyu dengan didasarkan pada
salah satu dari penetapan berikutnya:
a. Ditetapkan oleh akalsecara dharuri,yaitu dengan tidak usah mengadakan
penyelidikan tetapi cukup dengan akal dapat menerimanya, seperti
menolong bagi yang baik dan begitu juga bagi yang jelek seperti
memfitnah dan sebagainya.
b. Ditetapkan oleh akan secara Mazhari, yaitu yang masih memerlukan
penyelidikan seperti bohong yang dapat menarik manfaat.
c. Ditetapkan secara Sama’I, yaitu berdasarkan pada apa yang telah
ditetapkan oleh Nas, seperti baiknya menjalankan ibadah shalat dan
sebagainya.
3. Mazhab Zumhur Ulama berpendapat bahwa akal itu memang dapat mengetahui
baik dan buruknya suatu perbuatan, tetapi tidak akan diberi pahala bagi yang baik
dan tidak akan diberi siksa bagi perbuatan salah selama belum ada ketetapan dari
Allah.

Dalam pasal 4 ayat 1 dan pasal 14 ayat ,serta pasal 27 ayat 1 UU No.14 tahun 1970
beserta penyelesaian,secara tersirat tampak bahwa hukum hanya sekedar sarana,bukan
tujuan disamping itu,tanggung jawab hakim meliputi:
1. Memutus atas nama Tuhan Yang Maha Esa(pasal 4 ayat 1)
2. Memutus sebagai hakim yang bijaksana dan bertanggung jawab,pertama kepada
Tuhan Yang Maha Esa(pasal 4 ayat 1)
3. Mengadili, menemui,dan merumus hukum yang sesuai dengn rasa keadilan yang
hidup dikalangan rakyat(pasal 27 ayat 1).Pasl-pasal tersebut
menyimpulkan,sunguh luhur dan mulia penegakan hukum dinegara yang dijiwa
oleh pancasila ini.

Anda mungkin juga menyukai