Anda di halaman 1dari 4

MENGEMBALIKAN EKSISTENSI UMMAT

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang


murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 5/54)

Saat ini, ummat Islam didera berbagai macam permasalahan yang melanda tubuh ummat
ini. Permasalahan ini bisa dilihat melalui 2 faktor.

Permasalahan Internal
Secara internal, permasalahan yang melanda ummat islam diantaranya adalah fenomena
semakin menjauhnya umat dari Al Quran dan Sunnah. Kita lihat bagaimana orang-
orang dengan tenang melakukan perbuatan maksiat. Bahkan tidak sedikit yang
melakukan dengan terang-terangan. Kasus-kasus yang terjadi dan menimpa generasi
muda, pertengkaran pelajar, pelanggaran kesusilaan, penggunaan obat-obatan yang
sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan umat Islam, merupakan sedikit contoh
realitas yang menunjukkan jauhnya umat Islam dari Al Quran dan Sunnah.

Akibat dari jauhnya manusia dari Al Quran akan menjadikan mereka menjadi orang-
orang yang sesat, diberikan kehidupan yang sempit. Orang yang jauh dari Al Quran dan
sunah juga akan mengakibatkan dirinya dilalaikan oleh harta dan kemegahan. Budaya
materialisme yang terjadi, sehingga setiap orang memandang demikian mulia pada
kedudukan dan harta, adalah akibat dari menjauhnya umat dari Al Quran.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu [1599], sampai kamu masuk ke dalam


kubur” (QS. At Takaasur : 1-2)

[1599] Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak,


pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari
ketaatan.

Faktor internal kedua yang membebani umat Islam adalah kecenderungan umat Islam
mengalamai Inferiority Complex atau perasaan rendah diri. Rendah diri dalam bidang
pendidikan, karena merasa bahwa segala sesuatu yang berbau barat dan eropa adalah hal-
hal yang menakjubkan. Termasuk juga dalam penampilan. Orang islam justru ada yang
semakin bangga ketika dia menirukan pakaian orang kafir, apalagi dianggap mirip
dengan artis terkenal eropa karena pakaiannya, dan lain sebagainya.
Padahal semestinya kita bangga karena kita memiliki kekayaan intelektual dan kekayaan
budaya yang tidak pernah tertandingi. Dan sesungguhnya kita juga tidka perlu merasa
rendah diri jika kita adalah orang-orang beriman.
“ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman” (QS 3/139)

Faktor internal lain yang melanda umat Islam adalah budaya paternalistik yang
mengakibatkan takliq buta dalam bebagai hal. Apa yang dikatan seseorang, langsung
diterima tanpa dicari referensi maupun mempelajari sumber-sumbernya. Seorang
mukmin bahkan diwajibkan menuntut ilmu sepanjang hidupnya adalah untuk
menghindarkan dirinya dari perbuatan taklid semata. Allah telah mengingatkan dalam Al
Quran :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?".(QS. 2/170)

Dan akibat dari itu semua, maka timbullah dalam umat ini perpecahan. Perbedaan
pendapat dalam hal-hal kecil tidak jarang menjadikan umat ini terpecah belah. Berpecah
belah adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah. Padahal perpecahan hanya akan membuat
kita hilang kekuatan dan akibat dari itu semua menajdikan umat ini merasa gentar dengan
kekautan musuh.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. 3/103)

Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang melanda umat islam, secara sistematis, umat ini juga
digerogoti oleh musuh-musuh Islam. Peperangan yang dilakukan baik secara terang-
terangan dengan menyerang orang-orang muslin secara fisik seperti yang terjadi di
negera-negara Islam di beberapa belahan dunia. Isu terorisme yang dilontarkan untuk
memojokkan umat Islam adalah bagian dari proses pelemahan sistemik terhadap umat
Islam.

Yang disayangkan adalah ada dari dalam umat Islam sendiri yang menjadi bagian dari
propaganda ini, tanpa merasa telah turut dalam pelemahan umat Islam.
Propaganda lain yang dilakukan selain perang fisik adalah melalui perang pemikiran.
Ghazwul fikri benar-benar telah merasuk dan merusak umat ini bahkan langsung ke
celah-celah nadi umat Islam. Penyebaran budaya-budaya barat yang permisif, materalis
dan cenderung hedonis telah menajdikan umat terutama generasi mudanya telah
kehilangan jatidirinya. Kaum muda sekarang lebih senang mempersiapkan pesta tahun
baru masehi daripada melakuakn perenungan makna tahun baru Hijriyah. Mereka lebih
senang merayakan valentine day, dari pada berkasih sayang dengan keluarga dan sanak
saudaranya. Bahkan peperangan pemikiran telah masuk ke dalam rumah tangga kita,
kamar kita melalui televisi, radio, kaset, vcd dan lain-lainnya.

Lalu bagaimana cara kita mengatasi segala permasalahan ini?


Persoalan-persolan temporer tersebut yang ditambah dengan kekuatan jahiliyah yang
tersusun rapi, hanya bisa dihadapi oleh umat yang juga memiliki kekuatan dan tersusun
rapi. Bukan hanya jumlah yang banyak namun seperti buih di lautan, melainkan
segolongan umat yang memiliki kekokohan iman dan kepribadian yang kuat. Umat yang
memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.

Untuk itu salah satu jalan adalah melakukan pembinaan generasi muda melalui proses
tarbiyah yang kontinyu dan terprogram. Mengobarkan semangat jihad di dalam dada
umat Islam untuk sama-sama ambil bagian dalam tindakan penyelamatan umat ini.

Ingatlah janji Allah, seandainya kita tidak ikut ambil bagian, maka Allah akan
menggantikan kita dengan generasi yang lebih baik lagi.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang


murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.”
Khutbah Kedua

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,


Paling tidak diperlukan 3 langkah strategis untuk menjawab tantangan dan problematika
yang dihadapi umat Islam tersebut.
1. Ishlahul Qulub (pembersihan hati), yakni dengan cara senantiasa membersihkan
hati kita, mengelaurkan kekotoran dan noda-noda kedengkian, syirik, iri dan
segala penyakit hati lainnya, mengisi hati dengan aqidah yang bersih.
2. Tajdidul Mas’uliyah, melakukan pembaharuan tanggungjawab. Peran dan
tanggungjawab perbaikan bukan merupakan tugas orang per orang saja, para
ulama atau para da’I saja, atau para pemimpin saja. Namun tanggungjawan
perbaikan umat ini ada pada kita semua. Pun demikian generasi muda memiliki
peran yang siginifikan dalam menjadi pelopor untuk perbaikan umat selaku agen
perubahan (anasirut taghyir).
3. Penerapan Akhlaq karimah dalam kehidupan ketika sehari-hari, saling
menghormati dan menghargai, saling menasehati dan bekerja sama dalam segala
hal-hal kebaikan.

Kiranya 3 hal ini yang akan kita lakukan mulai detik ini juga, dan hanya kepada Allah
kita selalu berserah diri dan berdoa.

Anda mungkin juga menyukai