Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nabila Soraya Ulfa

Npm :2010070110030

Prodi :Pendidikan Dokter Gigi

ISLAM DAN TOLERANSI ISLAM DI INDONESIA

AWAL PENYEBARAN ISLAM

Awal pertumbuhan islam di Saudi Arabia dalam suasana ketidakteraturan yang lazim disebut
zaman jahiliyah.

Ditengah-tengah ketidakteraturan tersebut, Islam muncul dan disebarkan oleh Nabi Muhammad
SAW

Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam, mulai usia 40 tahun sampai dengan wafatnya
tahun 632 M, dalam usia 63 tahun.

Saat beliau wafat, pengaruh Islam sudah meliputi hampir seluruh suku bangsa di wilayah Arab
Pusat perkembangan Islam Kota Madinah

Agar masyarakat menjadi kuat dan stabil, Nabi Muhammad SAW meletakaan 3 dasar kehidupan sosial
yaitu :

Pembangunan masjid : selain untuk temapt shalat, masjid menjadi sarana pengikat persatuan di
kalangan muslim

Persaudaraan sesama muslim (Ukhuwah

islamiyah)Hubungan persahabatan dengan sesama bukan muslim, seperti kaum yahudi dan
Kristen

Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kedudukan beliau digantikan oleh empat khalifah
(Khulafa’ur rasyidin) yaituAbu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib

SALURAN ISLAMISASI

1. Perdagangan, melalui pedagang-pedagang Arab, Persia, dan Gujarat, masyarakat


Indonesia mengenal Islam.

2. Perkawinan, pedagang-pedagang Islam yang menetap selanjutnya mendirikan


perkampungan dan sebagian dari mereka menikahi wanita-wanita Indonesia
3. Pendidikan, dilakukan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sehingga
menampung pemuda dari berbagai daerah menimba ilmu agama Islam

4. Dakwah, para santri yang sudah tamat dari pesantren, mulai berdakwah menyebarkan
agama islam di daerahmya masing-masing

5. Kesenian, melalui pertunjukan wayang dan seni gamelan, Islam disebarkan oleh para
wali atau mubalig

ISLAM MUDAH DITERIMA DI NUSANTARA

1. Syarat-syarat masuk Islam sangat mudah

2. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhanaIslam tidak mengenal kasta, semua orang
dinilai sama kedudukannya

3. Penyebaran Islam disesuaikan dengan kondisi social budaya masyarakat

4. Jatuhnya Sriwijaya dan Majapahit memperlancar penyebaran Islam

TOLERANSI (TASAMUH)

BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF

AL-QUR’AN

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance;
Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah

(terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,


membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan
atau yang bertentangan dengan pendiriannya.

Toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak
melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

KONSEP TOLERANSI DALAM ISLAM

Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya
berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna

kulit, bahasa, adapt-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan
sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.

Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan
esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas
semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat.

Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agamaagama
lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk

BATASAN TOLERANSI DALAM ISLAM

Islam merupakan agama yang toleran. Namun Islam membatasi dua hal yang tidak ada toleransi padanya;
masalah akidah dan masalah ibadah

DASAR PEMIKIRAN DAN BATASAN

TOLERANSI MENURUT AL-QURAN DAN SUNNAH

a. prinsip tentang kemuliaan manusia betapapun beragamnya kehidupan mereka. Allah


menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

‫ولقد كرمنا بنى ادم وحملناهم فى البر والبحر ورزقناهم من الطيبات‬

‫وفضلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيال )االسراء‬:

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di darat dan di
lautanKami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”

b. Keyakinan bahwa pluralisme sudah merupakan kehendak Allah SWT yang tidak akan
mengalami perubahan. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan pluralisme agama, Allah
berfirman: ‫ولو شاء ربك آلمن من فى األرض كلهم جميعا افانت تكره الناس حتى يكونوا مؤمنين‬

)99 :‫(يونس‬

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka seluruhnya menjadi orang-orang yang
beriman?

c. Umat Islam meyakini bahwa mereka tidak bertanggungjawab terhadap jalan hidup yang
dipilih oleh umat-umat lain. Kewajiban mereka hanya berdakwah, sementara pilihan antara iman
atau tidak adalah urusan masing-masing pihak dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

29 :‫(فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر )الكهف‬

…“maka siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir), biarlah ia
kafir…”

d. prinsip tentang keadilan, selama pihak lain berlaku

sama.Allah SWT berfirman:


8 :‫(وال يجرمنكم شنان قوم على اآلتعدلوا اعدلوا هو اقرب للتقوى )المائدة‬

…“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa….

PRINSIP TOLERANSI BERAGAMA DALAM ISLAM

1. Kebenaran itu hanya ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil. Allah Ta’ala
berfirman:

“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam”.(Al-Imran: 19)

“Barangsiapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Al-Imran: 85) 

2. Kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah pasti dan tidak ada
keraguan sedikitpun

kepadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah Ta’ala.”

“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau termasuk kalangan orang yang
bimbang.”( Albaqarah :147 )

3. Kebenaran Islam telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada apapun yang selainnya
untuk kepastiaan kebenarannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Pada hari ini Aku
sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku lengkapi nikmatku atas kalian dan Aku ridhoi
islam sebagai agama kalian”. (Al-Maidah: 3)

4. Kaum mu’minin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi daripada orang-
orang kafir (non-muslim) dan lebih tinggi pula daripada orangorang yang munafik (ahlul bid’ah)
Allah menegaskan yang artinya “maka janganlan kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman (Al-Imran: 139)

5. Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala bentuk peribadatan
dan keyakinan orangorang kafir dan musyrikin hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah
Ta’ala dalam firmanNya:

“Katakanlah: wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah dan kalian
tidak menyembah apa yang aku sembah dan aku tidak menyembah apa yang kalian sembah dan
kalian tidak menyembah apa yang aku sembah bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”.
(Al-Kafirun: 1-6).

6. Kaum muslimin jangan lupa bahwa orang kafir dari kalangan ahlul kitab dan musyrikin
menyimpan dihati mereka kebencian tradisional terhadap kaum muslimin, khususnya bila kaum
muslimin mengamalkan agamanya. Oleh karena itu kaum muslimin jangan minder (merasa
rendah diri) menampakkan prinsip agamanya diantara mereka dan jangan sampai
mempertimbangkan keterseinggungan perasaan orang-orang kafir ketika menjalankan dan
mengatakan prinsip agamanya. Demikian pula keadaan orang-orang munafik (Ahlul Bid’ah)
Firman Allah:

“Orang-orang yahudi dan nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (Al-Baqarah: 120)

7. kaum muslimin dilarang menyatakan kasih sayang dengan orang-orang kafir dan munafik
yang terangterangan menyatakan kebenciannya kepada islam dan muslimin. Allah berfirman :

“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekali pun orang-
orang itu bapak-bapak atau anak-anak, saudara-saudara, keluarga mereka. Mereka itulah orang-
orang yang Allah telah menanaman keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripadanya. Dan dimasukannya mereka kedalam surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka
pun merasa puas terhadap (limpahan rahmatnya). Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya golongan Allah-lah itulah golongan yang beruntung”. (Al-Mujadilah: 22)

Anda mungkin juga menyukai