Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDKAN AGAMA ISLAM


“Hakikat Agama Islam”

Disusun Oleh:
M.ilham (22033142)

DOSEN PEMBIMBING:
Oktari Kanus, S Th.I M.Ag

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
A.Konsep Agama
1. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah pengatur (sistem) yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan keyakinan serta pengabdian kepada Sang Pencipta
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti
"Cara Hidup".[14] Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio,
awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan
hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan" (kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi
berarti "ketekunan").[15][16] Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk
Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat
ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai
"hukum"

2. Unsur Agama
Adapun unsur penting yang terdapat dalam agama antara:
1. Emosi keagamaan
Hal yang membuat seseorang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi.
2. Sistem kepercayaan
Suatu keyakinan yang dipercaya dan membuat manusia menjalankan.
3. Upacara keagamaan
Simbol bahwa masyarakat meyakini adanya Tuhan
4. Umat penganut Religi
Orang yang menganut suatu sistem keyakinan.

3. Klasifikasi Agama
1. Wahyu dan Non-wahyu
Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang mengendaki iman
kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya serta
pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia. Sebaliknya, agama
Non-wahyu yaitu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata
aturan ilahi diatas. Berikut adalah beberapa perbedaan agama wahyu dan non-
wahyu:
Pertama, agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuahn sedangkan agama
bukan wahyu tidak demikian.
Kedua, agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-wahyu
tidak.
Ketiga, sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agam wahyu adalah kitab
suci sedangkan dalam agama non-wahyu bukan sumber utama.
Keempat, semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-
wahyu diluar area tersebut.
Kelima, agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis dibawah
pengaruh ras semetik, walaupun kemudian menyebar luas keluar area pengaruh
ras semetik, sedangkan agama nonwahyu lahir di luar wilayah pengaruh ras
semetik.
Keenam, sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan
agama non-wahyu tidak bersifat misionaris.
Ketujuh, ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu kabur
dan sangat elastis.
2) Misionaris dan NonmisionarisAgama
misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan
penganutnyamenyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-
misionaris tidakmemuat tuntutan tersebut. Menurut Al-Masdoosi
agama yang tergolongmisionaris hanya Islam. Akan tetapi pada
perkembangan berikutnya, Kristen danBudha menjadi agama misionaris.

B. Konsep Agama Islam


1. Pengertian agama islam
Dari definisi itu dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang
diturunkan Allah ta'ala kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-
hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah ta'ala, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.
Secara bahasa, Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam
merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat,
tunduk, patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal
katanya maka Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan
salaam.

2. Karakteristik agama islam


Pertama, tauhid yang murni. Salah satu misi utama Muhammadiyah
adalah menegakkan tauhid yang murni. Muhammadiyah seringkali disebut
sebagai gerakan Islam puritan karena keteguhannya dalam mengajak
masyarakat untuk senantiasa berpegang pada akidah yang lurus, bersih dari
anasir yang merusak seperti keyakinan terhadap tahayul, relativisme agama,
dan sekularisme.
“Sekarang banyak pihak yang menggiring bahwa tauhid yang murni
ialah ajaran wahabi, seolah ajaran yang menjurus pada radikalisme dan
ekstremisme, padahal ajaran ini murni ajaran dari Allah Swt. Hanya saja,
bahasa yang digunakan intonasinya mungkin terlalu keras bagi sebagian
orang,
Kedua, memahami al-Qur’an dan sunnah secara mendalam. Bagi
Muhammadiyah, beragama harus berdasarkan Al-Qur’an dan sunah.
Muhammadiyah melarang sikap taklid beribadah tanpa dasar-dasar dan
pemahaman yang mendalam. Muhammadiyah juga tidak menolak pendapat
dan eksistensi mazhab, tetapi tidak mengikuti mazhab tertentu secara taken
for granted. “Muhammadiyah mendorong kita semua memahami ajaran Allah
Swt ini melalui al Quran dan al Sunah tetapi dengan pemahaman yang
komprehensif, integratif atau istiqra’ ma’nawi dengan memanfaatkan
kolektivitas dalil untuk bisa memahami Islam secara baik,” ujar Syafiq.
Ketiga, tajdid dalam semua dimensi kehidupan. Dunia yang terus
berubah membutuhkan ijtihad tanpa henti dari para ulama. Ijtihad harus lahir
dari problem konkret yang bersumber langsung dari aduan masyarakat terkait
problem keagamaan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan ulama yang memiliki
kemampuan mencari titik paling mashlahat antara idealisme hukum dengan
realitas sosial.“Tugas dari tajdid ini ialah bagaimana ajaran Allah tetap
fungsional di dalam segala zaman dan perubahan. Agama Allah ini harus tetap
memberikan ruh dan memberikan arah dari seluruh gerak masyarakat,” ujar
alumni Islamic Studies California University ini.
Keempat, wasathiyah dalam pemikiran dan perbuatan. Moderat atau
Wasathiyah sebagai sikap dasar keagamaan memiliki pijakan kuat pada ayat
Al-Quran tentang ummatan wasatha dalam QS al-Baqarah ayat 143. Ummatan
wasatha merupakan citra ideal umat terbaik (khair al-ummah) sebagaimana
yang termaktub dalam QS Ali Imran ayat 110. Dalam Islam, wasathiyah pada
intinya bermakna sikap tengah di antara dua kubu ekstrem.
Kelima, membawa rahmat bagi semesta alam. Islam mengajarkan agar
berbuat baik (ihsan) terhadap siapa saja, tanpa melihat sekat-sekat
keagamaan maupun sekat-sekat primordial. Islam sejak awal telah
memproklamirkan diri sebagai agama kasih sayang yang mengajarkan
umatnya agar menyebarkan rahmat tidak hanya bagi manusia tetapi juga
lingkungan termasuk para hewan. Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah,
misalnya, terdapat satu bab tentang berbuat baik kepada binatang (al-rifqu bi
al-hayawan).

3. Alasan kenapa agama islam di sebut RAHMATAN LIL ALAMIN

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلٰن َك ِااَّل َر ْح َم ًة ِّلْلٰع َلِم ْين‬


Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīn
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al Anbiya: 107).
Adapun makna dari sebutan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil
alamin) tersebut ialah mencerminkan bahwa ajaran agama islam yang
didakwahkan oleh nabi Muhammad merupakan hal yang dapat membawa
kedamaian, tenenangan, dan keamanan bagi seluruh hal yang ada di alam
semesta.

4.Hadist yang menyatakan bahwa islam adalah agama yang benar


Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla
adalah Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah
Azza wa Jalla. Agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Chu, Hindu, Budha,
Sinto dan yang selainnya, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla, karena agama-
agama tersebut telah mengalami penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri
dengan tangan-tangan kotor manusia. Setelah diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib
masuk ke dalam agama Islam, mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ِإَّن الِّد يَن ِع نَد ِهَّللا اِإْل ْس اَل ُم ۗ َو َم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِإاَّل ِم ن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيا َبْيَنُهْم ۗ و َيْكُفْر ِبآَياِت ِهَّللا‬
‫َفِإَّن َهَّللا َس ِريُع اْل‬
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di
antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka
sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran/3: 19]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫َأَفَغْيَر ِد يِن ِهَّللا َيْبُغ وَن َو َلُه َأْس َلَم َم ن ِفي الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َطْو ًعا َو َكْر ًها َوِإَلْيِه ُيْر َج ُعوَن‬
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa
yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran/3: 83]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
‫َو َم ن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْس اَل ِم ِد يًنا َفَلن ُيْقَبَل ِم ْنُه َو ُهَو ِفي اآْل ِخَرِة ِم َن اْلَخ اِس ِر يَن‬
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di
akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran/3: 85]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫ْاِإل ْس َالُم َيْع ُلْو َو َال ُيْع َلى‬.
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” [2]
Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla telah
menjelaskan dalam Al-Qur-an bahwa Yahudi dan Nasrani selalu berusaha untuk
menyesatkan kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kekafiran,
mengajak kaum Muslimin kepada agama Yahudi dan Nasrani. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
‫َو َّد َك ِثيٌر ِّم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب َلْو َيُرُّدوَنُك م ِّم ن َبْع ِد ِإيَم اِنُك ْم ُك َّفاًرا َحَس ًدا ِّم ْن ِع نِد َأنُفِس ِهم ِّم ن َبْع ِد َم ا َتَبَّيَن َلُهُم اْلَح ُّق ۖ َفاْع ُفوا‬
‫َو اْص َفُحوا َح َّتٰى َيْأِتَي ُهَّللا ِبَأْم ِر ِهۗ ِإَّن َهَّللا َع َلٰى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬
“Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan
kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dari dalam
diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang
dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah/2: 109]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫َو َلن َتْر َض ٰى َعنَك اْلَيُهوُد َو اَل الَّنَص اَر ٰى َح َّتٰى َتَّتِبَع ِم َّلَتُهْم ۗ ُقْل ِإَّن ُهَدى ِهَّللا ُهَو اْلُهَد ٰى ۗ َو َلِئِن اَّتَبْعَت َأْهَو اَء ُهم َبْع َد اَّلِذ ي‬
‫َج اَء َك ِم َن اْلِع ْلِم ۙ َم ا َلَك ِم َن ِهَّللا ِم ن َو ِلٍّي َو اَل َنِص يٍر‬
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu (Muhammad)
sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan
mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu
Pelindung dan Penolong dari Allah.” [Al-Baqarah/2: 120]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ُقْل َيا َأْهَل اْلِكَتاِب ِلَم َتْكُفُروَن ِبآَياِت ِهَّللا َو ُهَّللا َش ِهيٌد َع َلٰى َم ا َتْع َم ُلوَن ُقْل َيا َأْهَل اْلِكَتاِب ِلَم َتُص ُّد وَن َعن َس ِبيِل ِهَّللا َم ْن‬
‫آَم َن َتْبُغ وَنَها ِع َو ًجا َو َأنُتْم ُش َهَداُء ۗ َو َم ا ُهَّللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َتْع َم ُلوَن َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإن ُتِط يُعوا َفِريًقا ِّم َن اَّلِذ يَن ُأوُتوا‬
‫اْلِكَتاَب َيُر ُّد وُك م َبْع َد ِإيَم اِنُك ْم َك اِفِريَنَو َكْيَف َتْكُفُروَن َو َأنُتْم ُتْتَلٰى َع َلْيُك ْم آَياُت ِهَّللا َوِفيُك ْم َر ُسوُلُهۗ َو َم ن َيْعَتِص م ِباِهَّلل َفَقْد‬
‫ُهِدَي ِإَلٰى ِصَر اٍط ُّم ْسَتِقيٍم‬
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat
Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?’ Katakanlah
(Muhammad), ‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang
yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal
kamu menyaksikan?’ Dan Allah tidak lengah terhadap yang kamu kerjakan. Wahai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang
diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir setelah
beriman. Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepadamu, dan Rasul-Nya (Mu-hammad) pun berada di tengah-tengah
kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia
diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.’” [Ali ‘Imran/3: 98-101]
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar, adapun
selain Islam tidak benar dan tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu,
agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Cu, Hindu, Budha, Shinto dan
yang lainnya, tidak akan diterima oleh Allah, karena agama-agama tersebut telah
mengalami penyim-pangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan
kotor manusia. Setelah diutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam Islam, mengikuti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

C. Makna islam dalam kehidupan


1. Islam adalah Ketundukan

Allah menciptakan alam semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai


hambaNya yang paling besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan
sesamanya, dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan
untuk kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah,
kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka
menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di antara
mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri kepada Pencipta
alam yang kepada-Nya alam tunduk patuh berserah diri (An-Nisa: 125). Maka, Islam
identik dengan ketundukan kepada sunnatullah yang terdapat di alam semesta (tidak
tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis (Alquran).
2. Islam adalah Wahyu Allah
Dengan kasih sayangnya, Allah menurunkan Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia.
Tujuannya agar manusia hidup teratur dan menemukan jalan yang benar menuju
Tuhannya. Aturan itu meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial,
budaya, dan sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai,
hidup rukun, dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya (Al-
Baqarah: 38).
Karena kebijaksanaan-Nya, Allah tidak menurunkan banyak agama. Dia hanya
menurunkan Islam. Agama selain Islam tidak diakui di sisi Allah dan akan merugikan
penganutnya di akhirat nanti.

‫ِإَّن الِّد يَن ِع ْنَد ِهَّللا اِإْل ْس اَل ُم َو َم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِإاَّل ِم ْن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيا َبْيَنُهْم َو َم ْن َيْكُفْر ِبَآَيات ِهَّللا‬
‫َفِإَّن َهَّللا َس ِريُع اْلِح َس اِب‬
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali
Imran: 19)
Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara
murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah
turunkan kepada para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah
muslim dan mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain, seperti
Yahudi dan Nasrani, adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para
nabi tersebut.
3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul
Perhatikan kesaksian Alquran berikut ini bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan
Yahudi atau pun Nasrani.

‫َو َو َّصى ِبَها ِإْبَر اِهيُم َبِنيِه َو َيْع ُقوُب َيا َبِنَّي ِإَّن َهَّللا اْص َطَفى َلُك ُم الِّد يَن َفاَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم‬
Dan Ibrahim Telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
(Al-Baqarah: 132)
Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia. Mereka
mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad saw. Hanya saja,
dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang diajarkan Nabi
Muhammad saw. Tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan dan akhlaknya sama. Nabi
Muhammad saw. datang menyempurnakan ajaran para Rasul, menghapus syariat
yang tidak sesuai dan menggantinya dengan syariat yang baru.
‫ُقْل َآَم َّنا ِباِهَّلل َو َم ا ُأْنِز َل َع َلْيَنا َو َم ا ُأْنِز َل َع َلى ِإْبَر اِهيَم َو ِإْس َم اِع يَل َوِإْس َح اَق َو َيْع ُقوَب َو اَأْلْس َباِط َو َم ا ُأوِتَي ُم وَس ى َو ِع يَس ى‬
‫َو الَّنِبُّيوَن ِم ْن َر ِّبِهْم اَل ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَحٍد ِم ْنُهْم َو َنْح ُن َلُه ُم ْس ِلُم وَن‬
Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya,
dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. kami
tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Hanya kepada-Nyalah
kami menyerahkan diri.” (Ali Imran: 84)
Menurut pandangan Alquran, agama Nasrani yang ada sekarang ini adalah
penyimpangan dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Isa a.s. Nama agama ini sesuai
nama suku yang mengembangkannya. Isinya jauh dari Kitab Injil yang diajarkan Isa
a.s.. Agama Yahudi pun telah menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Musa
a.s.. Diberi nama dengan nama salah satu Suku Bani Israil, Yahuda. Kitab Suci Taurat
mereka campur aduk dengan pemikiran para pendeta dan ajarannya ditinggalkan.
4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah
Orang yang ingin mengetahui apa itu Islam hendaknya melihat Kitabullah Alquran
dan Sunnah Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran
Islam. Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada
pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad saw. bersifat
ma’shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam.
Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat yang langsung
terkontrol perilakunya oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah
ma’shum bagaimana Nabi, tapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi
dididik langsung Nabi Muhammad. Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan
penduduk, rohani dan amal, Alquran dan pedang. Pemahaman yang seperti ini telah
dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang setia
sepanjang zaman.
5. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus
Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya, tidak
ada agama lain yang benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan Allah yang lurus
yang diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.
Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa. (Al-An’am: 153)
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak Mengetahui. (Al-Jaatsiyah: 18)
6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat
Sebagaimana sifatnya yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan
hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda syirik dan kerusakan jiwa.
Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk surga yang disebut Daarus Salaam.

‫َو ُهَّللا َيْد ُعو ِإَلى َداِر الَّس اَل ِم َو َيْهِد ي َم ْن َيَش اُء ِإَلى ِصَر اٍط ُم ْسَتِقيٍم‬
Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)
Dengan enam prinsip di atas, kita dapat memahami kemuliaan dan keagungan ajaran
agama Allah ini. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak ada
kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama lain.
Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran
hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan.

4.Kesimpulan
Hakikat agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang berkuasa, yang dipatuhi
oleh hamba-Nya. Tuhan menyampaikan ajarannya lewat wahyu-Nya kepada
manusia. Di dalam Al-Qur'an dan hadist Nabi Saw dinyatakan bahwa agama
(tauhid/keimanan kepada Allah Swt) merupakan fitrah atau potensi dasar bagi
manusia.

5.Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai