Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Syibromilisi, M.Pd

Disusun oleh:
Jejen Jaenudin (2281131849)
Wastuni
Ahmad Muhammad
Aufiar Risfi

Pendidikan Agama Islam


Fakultas Tarbiyah
PJJ Syekh Nurjati Cirebon
Tahun 2023
Bab I

Pendahuluan

Sebagai seorang manusia kita pasti menginginkan kehidupan yang tenang dan
bahagia. Untuk mencapai keinginan itu kita pasti membutuhkan tuntunan dalam manjalankan
hidup, yaitu agama. Dengan agama hidup kita akan lebih terarah karena kita senantiasa
dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam mendalami agama kita juga
membutuhkan sebuah keyakinan karena kita mempelajari hal yang ghaib. Dengan hal
tersebut mendorong kita untuk selalu berbuat baik.

Dalam agama Islam kita mengenal konsep Iman dan Ihsan. Kedudukan Ihsan dalam
kehidupan merupakan hal yang penting. Kadang kala kita sebagai seorang muslim yang
sudah diberikan tuntunan masih saja melakukan hal-hal yang tidak baik. Ini diakibatkan
karena tingkat keimanan yang tidak stabil. Kita tahu bahwa Ihsan merupakan realisasi dari
Iman.

Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana kaitan antara Islam, Iman, dan Ihsan.
Karena dari ketiga konsep di atas merupakan kunci untuk mencapai suatu kehidupan yang
bahagia.

 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Islam, Iman, dan Ihsan?

2. Bagaimana posisi Islam, Iman, dan Ihsan dalam kehidupan sehari-hari ?

3. Bagaimanakah hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan?

 Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian Islam, Iman, dan Ihsan.

2. Untuk menjelaskan posisi Islam, Iman, dan Ihsan dalam kehidupan sehari – hari.

3. Untuk menjelaskan hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan.


Bab II

Pembahasan

A. PENGERTIAN
1. ISLAM

Pengertian Islam secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang mempunyai bermacam-
macam arti diantaranya:

1. Salam artinya Selamat, aman, sejahtera. Yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan
manusia didunia dan akhirat.

2. Aslama artinya menyerah atau masuk Islam. Yakni mengajarkan penyerahan diri,
tunduk dan patuh kepada Alloh.

3. Silmun artinya keselamatan atau perdamaian.

4. Salamun artinya tangga atau kendaraan.

Sedangkan menurut terminologis, Islam adalah tunduk dan patuh lahir dan batin, kepada
ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang mengatakan bahwa
Islam adalah agama Alloh yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya sejak nabi pertama yaitu
Adam AS hingga nabi terakhir Muhammad SAW.

Pengertian islam secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu salima artinya selamat.
Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Secara
terminologis, islam adalah tunduk dan patuh lahir batin, kepada apa yang telah dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW (Jamaludin Kafie, 1981:15). Seperti yang terdapat dalam
HR.Muslim, islam adalah bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
sesungguhnya Nabi Muhammad itu utusan Allah.

Agama islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW dan dipelihara
serta dipahamkan dengan rapi dan teliti oleh para sahabat beliau dan orang-orang yang hidup
pada zaman itu, yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada
Allah untuk menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.

 Islam adalah agama yang paling diridhoi disisi Allah dan sebagai agama yang benar
ajaranya, dikuatkan dengan alasan dan bukti sebagai berikut:

1. Jelas asal usulnya yaitu sebagai agama wahyu yang terakhir.

2. Dibawakan oleh nabi terakhir Muhammad SAW.

3. Diterangkan dalam kitab sucinya yaitu Al-Quran.

4. Ajaranya tidak bertentangan dengan fitrah manusia.

5. Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan dapat diamalkan secara praktis oleh
pemeluknya.

 Karakteristik Islam:

1. Ajarannya sederhana, rasional dan praktis

2. Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian

3. Islam memberi petunjuk seluruh segi kehidupan

4. Keuniversalan dan kemanusiaan

5. Keseimbangan antara individu dan masyarakat

6. Ketetapan dan perubahan (membuka ruang ijtihad)

7. Al-Quran sebagai pedoman, terjamin kesucian dan kemurniannya.

Sebagai agama Samawi terakhir, Islam merupakan agama universal yang merupakan
penyempurnaan, pelurus terhadap penyimpangan dari agama Samawi sebelumnya. Agama
Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia baik Ibadah, sosial, hukum, ekonomi,
politik dan lain-lain yang menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia agar tercapai
kehidupan yang diridhoi Alloh SWT. Secara garis besar, aspek tersebut terdiri dari 3 hal
yaitu:

1. Aqidah, merupakan fondasi dari agama Islam yang sifat ajaranya pasti, mutlak
kebenaranya, terperinci dan monoteistis yang intinya adalah mengesakan Alloh SWT.
2. Syariah, secara bahasa berarti “Jalan yang harus dilalui”. Sedangkan menurut istilah
adalah “Ketentuan Alloh yang mengatur hubungan manusia dengan Alloh, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. Syariah terbagi menjadi 2
bidang yaitu:
a. Ibadah ialah hubungan manusia dengan Alloh SWT. Ibadah sendiri terbagi
menjadi 2 macam yaitu Mahmudah dan Ghoiru Mahmudah.
b. Muamalah adalah aturan tentang hubungan manusia dengan manusia dalam
rangka memenuhi kepentingan hidupnya.
3. Akhlaq, menurut bahasa berarti “Perbuatan spontan”. Sedangkan menurut istilah
adalah aturan tentang perilaku lahir dan batin yang membedakan antara yang hal
terpuji dan hal tercela. Akhlak yang benar menurut Islam adalah yang dilandasi iman.
Karena akhlaq merupakan realisasi dari iman seseorang. Secara garis besar akhlaq
mencakup manusia kepada Alloh, diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap
alam sekitar.

Selain itu kita juga mengetahui adanya 5 rukun Islam, yaitu :

1. Syahadat
Yang intinya kita mengakui bahwa tiada tuhan selain Alloh SWT dan nabi
Muhammad SAW adalah utusan Alloh SWT.
2. Shalat
Merupakan salah satu kewajiban umat dengan mendirikan shalat lima waktu dalam
satu hari satu malam.
3. Zakat
Zakat ini bertujuan untuk menyucikan jiwa dan harta benda kita. Zakat ada 2 macam
yaitu fitrah dan mal. Zakat ini dikeluarkan oleh Muzakki dan diterima oleh 8 asnaf
Mustakhik.
4. Puasa
Dalam Islam 2 macam puasa, yaitu puasa wajib contohnya : puasa bulan Ramadhan,
puasa nadzar, dan juga puasa denda. Yang kedua adalah puasa sunnah, contohnya :
puasa senin-kamis, dll.
5. Haji
Merupakan ibadah yang hanya diwajibkan satu kali seumur hidup bagi muslim yang
mampu menjalankannya. Yang intinya menapak tilas kisah nabi Ibrahim AS.
Islam adalah agama perdamaian dengan ajaran pokoknya adalah keesaan Tuhan dan keesaan
seantero umat manusia. Islam ingin menciptakan kehidupan dunia yang damai dan rukun
diantara umat manusia. Islam itu menuntut pemeluknya supaya percaya kepada semua agama
didunia yang mendahuluinya yang diturunkan oleh Tuhan. Adalah merupakan sesuatu prinsip
yang fundamental dalam Islam, bahwa seorang muslim juga harus percaya kepada para nabi
dan rosul yang dibangkitkan sebelum nabi Muhammmad. Dan juga Islam adalah satu-satunya
agama yang diridhoi Alloh SWT sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an yang artinya :

‫َاْلَيْو َم َاْك َم ْلُت َلُك ْم ِد ْيَنُك ْم َو َاْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتْي َو َر ِض ْيُت َلُك ُم اِاْل ْس اَل َم ِد ْيًنۗا‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kpadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.” (Q. S Al Maidah ayat 3)

Apabila Islam di maknai secara umum, yaitu segala sesuatu yang turun kepada Nabi
Muhammad dari syariatnya, maka telah mencakup makna Iman juga di dalamnya. Serta
apabila di maknai secara khusus, yaitu amalan anggota badan, maka Iman tidak termasuk ke
dalamnya. Sehingga muncul istilah “Iman dan Islam jika berpisah maka berkumpul, dan jika
berkumpul maka berpisah.” yaitu jika Islam dan Iman berada pada pembahasan masing-
masing, penyebutan Islam saja berarti telah mencakup juga Iman ke dalamnya. dan
penyebutan Iman saja berarti telah mencakup Islam di dalamnya. Karena tidak ada orang
yang beriman akan tetapi tidak islam. Dan tidak bisa disebut orang islam jika mengaku islam
tetapi tidak mempunyai iman, contohnya seperti orang munafiq.

 Dalil-dalil

‫ِاَّن الِّدْيَن ِع ْنَد ِهّٰللا اِاْل ْس اَل ُم ۗ َو َم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب ِااَّل ِم ْۢن َبْع ِد َم ا َج ۤا َء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيۢا َبْيَنُهْم ۗ َو َم ْن َّيْكُفْر ِبٰا ٰي ِت ِهّٰللا َفِاَّن َهّٰللا‬
‫َس ِر ْيُع اْلِحَس اِب‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Surat ali Imran 19)

‫َو َم ْن َّيْبَتِغ َغْيَر اِاْل ْس اَل ِم ِد ْيًنا َفَلْن ُّيْقَبَل ِم ْنُۚه َو ُهَو ِفى اٰاْل ِخَرِة ِم َن اْلٰخ ِس ِر ْيَن‬

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (surat Al-
Imran:85).
2. IMAN

Iman secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman diambil dari kata kerja 'aamana'--
yukminu' yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Secara terminologis iman adalah
mempercayai dengan hati, mengikrarkan, dan mengamalkan dengan perbuatan, segala apa
yang dibawa Nabi Muhammad SAW (Jamaludin Kafie, 1981:23). Dalam HR. Muslim iman
ialah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, utusan-
utusanNya, hari kemudian, dan hendaknya kamu beriman dengan qada dan qadarNya
ketentuan baik dan buruknya dari Allah ta’ala.

Iman merupakan bentuk musytaq dari al-amnu yang berarti keamanan, kedamaian dan
merupakan lawan kata al-khauf, yang berarti ketakutan, kekhawatiran, larangan (Abu Bakar
Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi, Syu`abul Iman, Beirut: Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, 1410, I,
hlm.3)

Iman berarti juga percaya (A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka
Progress, 1984, hlm. 45) atau membenarkan. Mu`min berarti orang yang percaya, orang yang
beriman, sedang mu`minun merupakan jama` mudzakkar salim yang berarti orang-orang
yang beriman.
‫ٰٓل‬
‫ُقْو ُلْٓو ا ٰا َم َّنا ِباِهّٰلل َو َم ٓا ُاْنِز َل ِاَلْيَنا َو َم ٓا ُاْنِز َل ِا ى ِاْبٰر ٖه َم َو ِاْسٰم ِع ْيَل َو ِاْس ٰح َق َو َيْع ُقْو َب َو اَاْلْس َباِط َو َم ٓا ُاْو ِتَي ُم ْو ٰس ى َوِع ْيٰس ى َو َم ٓا ُاْو ِتَي‬
‫الَّنِبُّيْو َن ِم ْن َّرِّبِهْۚم اَل ُنَفِّر ُق َبْيَن َاَحٍد ِّم ْنُهْۖم َو َنْح ُن َلٗه ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Katakanlah (hai orang-orang mu`min), Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub
dan anak cucunya dan apa yang diturunkan kepada Musa serta apa yang diberikan kepada
Nabi-nabi dari Tuhannya,… Q.S. al-Baqarah(2):136

 Tahap-tahap Iman:
a) Iman orang-orang yang bertaqlid atau iman orang awam
Iman kepada Allah dan mengenaliNya dengan hanya mendengar kabar dari orang lain
dan mengikuti kata-kata orang lain tentang wujudnya Allah. Ini adalah peringkat iman
yang lemah.
b) Iman ahli ilmu atau iman para Ulama’
Keimanan kepada Allah dan mengenalinya dengan berfikir tentang kejadian alam ini
dan mengemukakan bukti (dalil) dan ada bukti akal (dalil aqli) atau bukti Al-Quran
dan hadits (dalil naqli).
c) Iman nabi-nabi dan rasul.
Iman kepada Allah dan mengenalinya dengan hujah dan bukti. Iman mereka yang
paling sempurna dan tinggi kerena mereka senantiasa kukuh dan takut melanggar
perintah Allah. Mereka tidak melakukan dosa serta mereka terpelihara dari melakukan
dosa.

Rasulullah SAW telah bersabda,

‫َٰذ‬
‫ اِإل ْيَم اُن ِبْض ٌع َو َس ْبُعوَن ُش ْبَع ًة َفَأْفَض ْلَها َقْو ُل َال ِإَلٰـ ـَه ِإَّال هَّللا َو َأْد َناَها ِإَم اَطُة ْاَأل ى َع ِن الَّطِريِق َو اْألَحَياُء ُش ْع َبٌة ِم َن اِإل ْيَم اِن‬.

“Cabang-cabang Iman ada tujuh puluh lebih cabang, yang paling utama ucapan LAA
ILAAHA ILLA ALLAH dan yang paling rendah ialah mengalihkan benda yang berbahaya
ditempat lalu lalang. Dan sikap malu adalah sebahagian dari cabang iman.”

3. IHSAN

Secara etimologis, ihsan berasal dari kata (mufrod) hasan, yang artinya baik. Ihsan secara
terminologis mempunyai arti apabila kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah dan bila
tidak melihatnya, maka Allah pasti melihat kita (MGMD, 2004:9). Menurut HR. Muslim
ihsan ialah hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatnya. Dan jika
kamu tidak melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu.

Ihsan ditakrifkan dengan makna membuat sesuatu kebaikan dengan penuh keikhlasan kepada
Allah SWT dan melakukan secara tekun dan terbaik. Kesempurnaan amalan seseorang itu
adalah bergantung kepada sifat ihsan yang wujud dalam diri setiap muslim. Bahkan ibadah
yang dikerjakan oleh seseorang itu mungkin menjadi sia-sia dan tidak mendatangkan
sebarang kesan yang baik kiranya tidak disertai dengan sifat ihsan.

Tegasnya ihsan adalah merupakan asas penting untuk kesempurnaan dalam mengerjakan
sesuatu ibadah kepada Allah SWT yang memberi nikmat dan kelebihan. Namun sebenarnya
makna ihsan ini lebih luas. Perbuatan-perbuatan baik meliputi semua tingkah laku yg
mengangkatkan taraf manusia serta mendidik jiwa seseorang dan menghampirkan dirinya
kepada penciptanya.

Ihsan mempunyai landasan yaitu:

1. Landasan Qauli
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat Ihsan terhadap segala sesuatu” (HR.
Muslim). Tuntutan untuk berbuat Ihsan dalam Islam yaitu secara maksimal dan optimal.

2. Landasan Kauny

Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini, secara sunnatulloh setiap orang suka akan
berbuat yang Ihsan.

Alasan berbuat Ihsan:

a. Adanya monitoring Allah (muraqabatulloh)

b. Adanya kebaikan Allah (Ihsanulloh)

Dengan adanya muraqaabatulloh dan Ihsanulloh maka sudah selayaknya kita berihsanuniyat
(berniat yang baik). Karena akan mengarahkan kita kepada:

a. Ikhlasunniyat (niat yang ikhlas)

b. Itqanul ‘amal (amal yang rapi)

c. Jaudatul adaa’ (penyelesaian yang baik)

Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik,
maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk
berbuat keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi.

Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang
Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin
Allah melihat perbuatannya.

Ihsan dianalogkan sebagai atap bangunan Islam (rukun Iman adalah pondasi dan rukun Islam
adalah bangunanya). Ihsan berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keIslaman seseorang.
Jika seseorang berbuat Ihsan, maka amal-amal islam lainnya akan terpelihara dan tahan lama
sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan.

Dalil-dalil:

‫ِاْن َاْح َس ْنُتْم َاْح َس ْنُتْم َاِلْنُفِس ُك ْم ۗ َو ِاْن َاَس ْأُتْم َفَلَهۗا َفِاَذ ا َج ۤا َء َو ْعُد اٰاْل ِخَر ِة ِلَيۤٗس ُٔـْو ا ُوُجْو َهُك ْم َو ِلَيْدُخ ُلوا اْلَم ْس ِج َد َك َم ا َد َخ ُلْو ُه َاَّوَل َم َّر ٍة‬
‫َّو ِلُيَتِّبُرْو ا َم ا َع َلْو ا َتْتِبْيًرا‬

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan
muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai.” (Surat al isra’: 7)

‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخَر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْيَك َو اَل َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا‬
‫اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد ْيَن‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Surat Al Qashash :77)

B. POSISI ISLAM, IMAN, dan IHSAN

Seseorang yang akan mendirikan sebuah rumah yang pertama dibangun adalah pondasinya.
Begitu juga dengan seseorang yang beragama, dia harus tahu cara untuk membangunnya.
Pondasi dari agama islam merupakan iman. Diibaratkan sebuah rumah, apabila pondasinya
tidak kuat maka bangunannya akan mudah runtuh.

Selanjutnya sebuah rumah yang dibangun adalah dinding dari bangunan tersebut. Islam
merupakan dinding dari berdirinya agama. Terakhir, sebuah rumah yang didirikan adalah
atapnya. Atap dari sebuah agama adalah ihsan.

C. HUBUNGAN ISLAM, IMAN dan IHSAN

Telah di jelaskan sebelumnya pengertian islam, iman, dan ihsan . Nah, dalam ketiga hal ini
terdapat hubungan antara ketiganya. Lebih jelasnya hubungan – hubungan atau keterkaitan
antar ketiga hal tersebut :

 Iman itu bisa dikatakan sebagai landasan awal. Seperti sebagai pondasi dalam
keberadaan suatu rumah. Sedangkan Islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya.
Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih
akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat,
sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat
tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan
kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal,
kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati.
Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun
beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila
seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak
juga pada tipisnya iman.
Ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari
banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan
perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal
menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana
amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah
disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa
mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan
ridhonya. Disinilah hakikat dari ihsan.
 Lalu Iman berkaitan dengan aqidah islam , islam berkaitan dengan syariah, ihsan
berkaitan dengan khuluqiya. Dari tiga hal tersebut dapat kita pahami dalam
perkembangan ilmu keislaman , ilmu terkelompokan menjadi aqidah, fiqih, akhlaq.
 Diantara pengelompokan kata dalam agama islam ialah iman, islam dan ihsan.
Berdasarkan sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide
tentang rukun iman, rukun islam dan penghayatan terhadap Tuhan yang maha Hadir
dalam hidup. Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah
tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dari pengertian tersebut memiliki
arti masing-masing istilah terkait satu denga yang lain. Bahkan tumpang tindih
sehingga satu dari ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya.
Dari pengertian inilah kita mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah Trilogi
ajaran Ilahi.
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Islam, iman, dan ihsan merupakan suatu aspek yang membentuk sebuah rangkaian
kesatuan yang saling mengait satu sama lain. Kita bisa menganalogikan islam, iman, dan
ihsan sebagai sebuah rumah. Dimana iman sebagai pondasi, islam sebagai dinding dan ihsan
sebagai atapnya. Jika diantara ketiganya ada yang hilang, maka maka rumah tersebut tidak
akan sempurna. Dalam kehidupan, jika diantara ketiga aspek tersebut ada yang hilang dalam
diri seseorang, maka orang tersebut tidak akan merasakan dalam hatinya, muslim yang
menjaga rukun islam akan selalu dekat dengan Tuhannya dan muslim yang selalu berihsan
akan selalu baik dalam hubungan dengan lingkungannya. Ihsan merupakan perbuatan atau
wujud pengaplikasian dari iman dan islam itu sendiri.

B. Saran

Setelah mengikuti penjelasan di atas, maka dapat dipahami dan dimengerti bahwa
islam, iman, ihsan merupakan trilogi ajaran ilahi yang harus diwujudkan dalam ucapan hati,
ucapan lisan, amalan hati, amalan lisan, dan anggota badan maka marilah hati, lisan, dan
anggota badan kita dalam beribadah kepada Allah kita penuhi dengan yakin dan mantap.

Penuhilah hati kita dengan meningkatkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cinta
pada diri, orang tua, dan manusia seluruhnya. Marilah cinta kita pada seseorang adalah
karena cinta kepada Allah dan benci kita kepada seseorang adalah karena Allah benci
kepadanya.
Begitu juga dengan lisan, kita sibukkan untuk membaca Alquran, tasbih, tahmid, tahlil,
takbir, untuk berdzikir kepada Alah, untuk mempelajari, dan mengajarkan Alquran serta
untuk bicara yang baik.

Daftar Pustaka

 H. A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Pelajaran Islam (PT. Mihzan :


Yogyakarta)
 Abdurrohim, U. d. (2014). Akidah Akhlak. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah.
 Fauzi, A. (2020). Akidah Akhlak. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.
 EDUGAMA: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan Volume. 6, Nomor. 2,
Desember 2020 “Kajian Hadis: Iman, Islam dan Ihsan dalam Perspektif Pendidikan
Agama Islam”

Anda mungkin juga menyukai