PENDIDIKAN AGAMA
HARDIANTO, S.Pd., M.Pd.I
OLEH
KELOMPOK
INGKA
FATUR RAHMAN
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna. Semua
masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya dalam Islam.
Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah sebagai
sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai sumber penegkapnya. Untuk memahami ajaran Islam secara
keseluruhan memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui
ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat Islam yang hanya menganut Islam secara
formal saja dan sama sekali tidak mengetahui ajaran Islam. Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih
luas, perlu dipahami dulu dasar-dasar Islam atau yang sering disebut kerangka dasar ajaran Islam. Dengan
memahami kerangka dasar ini, seseorang dapat memahami gambaran ajaran Islam secara keseluruhan.
Masalah inilah yang akan diuraikan di bawah ini secara singkat. Dengan uraian singkat ini diharapkan para
pembaca, khususnya mahasiswa, memiliki pemahaman dasar tentang ajaran Islam.
A. Latar Belakang
Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syari‟ah, dan akhlak sering sekali dilupakan
keterkaitannya. Contohnya: seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syari‟ah. Tetapi shalat itu
dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak melaksanakan aqidah.
Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan manfaat pada akhlaknya. Itulah yang menjadikan
suatu perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena
tidak dilakukan semata-mata karena Allah. Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat
menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari:
1. Aqidah, Syariah, dan Akhlaq
2. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan
3. Agama Islam dan Ilmu-Ilmu Keislaman
4. Tasawuf, Filsafat, dan Pembaharuan
Kerangka dasar berarti garis besar atau rancangan yang sifatnya mendasar. Dengan demikian,kerangka
dasar ajaran Islam maksudnya adalah garis besar atau rancangan ajaran Islam yang sifatnya mendasar, atau
yang didasari semua nilai dan konsep yang ada dalam ajaran Islam.
Kerangka dasar ajaran Islam sangan terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Secara umum tujuan
pengajaran Islam atau Pendidikan Agama Islam, khususnya di perguruan tinggi adalah untuk membina
mahasiswa agar mampu memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga dapat
menjadi insane Muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT., dan berakhlak mulia. tiga kerangka
dasar Islam diatas berasal dari tiga konsep dasar Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan. Ketiga konsep dasar
Islam ini didasarkan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan dari Umar Ibn Khaththab. Hadis ini
menceritakan dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi saw. Jibril bertanya kepada Nabi tentang ketiga
konsep tersebut, pertamatama tentang konsep iman yang dijawab oleh Nabi dengan rukun iman yang enam,
yaitu iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulnya, Hari Akhir, dan Qadla dan Qadar-
Nya. Jibril lalu bertanya tentang islam yang dijawab dengan rukun Islam yang lima, bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu. Kemudian Jibril bertanya
tentang konsep ihsan yang dijawab dengan rukun ihsan, yaitu menyembah (beribadah) kepada Allah seolah-
olah melihat-Nya, dan jika tidak bisa melihat Allah, harus diyakini bahwa Dia selalu melihatnya.
Berdasarkan hadis di atas, dapat dipahami bahwa rukun atau kerangka dasar ajaran Islam itu ada tiga,
yaitu iman, islam, dan ihsan. Dari tiga konsep dasar ini para ulama mengembangkannya menjadi tiga konsep
kajian. Konsep iman melahirkan konsep kajian aqidah; konsep islam melahirkan konsep kajian syariah; dan
konsep ihsan melahirkan konsep kajian akhlak.
Berdasarkan 6 pondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap
muslim adalah :
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan
syariat-syariat yang diturunkan Allah sebelumnya
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam datang dengan
membawa kebenaran yang menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusia dalam
segala lapisan masyarakat dan sesuai dengan tuntutan budaya manusia
Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang- undangan yang
mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan inti
ajaran Islam. Syari’ah aatau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah
disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang : Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara
vertikal dengan Allah (ibadah mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan
sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini,
syari’at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat,
puasa, zakat, haji. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk
lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang mengatur segala aktivitas
hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya. Adanya sistem mu’amalah ini
membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan
terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan
sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia
hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia
supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56 :
Estetika
Adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni nilai dan keindahan. Istilah estetika berasal dari
bahasa Yunani aisthesis yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual atau pengamatan
spiritual. Adapun istilah art (seni) berasal dari bahasa latin ars yang berarti seni, keterampilan, ilmu
dan kecakapan. Etika dan estetika termasuk dalam cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang
hakikat nilai
Metafisika
Salah satu cabang filsafat yang lain adalah metafisika yang berasal dari bahasa Yunani meta phisyka
(sesudah fisika). Kata metafisika ini juga memiliki berbagai arti, diantaranya dapat berarti upaya
untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai suatu keseluruhan. Namun dapat juga
kita lihat secara umum bahwa didalam metafisika terdapat suatu pembahasan filsafat yang
komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada..
Epistimologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, yakni epitesme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadinya dapat kita artikan bahwa epistemologi merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu yaitu
mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara mendapatkannya.
Logika
Logika adalah suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu pengetahuan yang mempelajari kecakapan
atau berpikir lurus, tepat dan teratur. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana objek materialnya
adalah berpikir (khususnya penalaran atau proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir
atau penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang
merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah di ketahui yang nanti akan diturunkan
kesimpulan. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir
dipandang dari sudut ketepatannya.
Pembaharuan
Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep asalnya difahami dan
ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu
tidak bertentangan dengan aslinya. Pembaruan Islam mempunyai rujukan yang jelas, yaitu Al-Quran dan
As-Sunnah, sementara pembaruan lain akan terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan yang
mutlak dan pasti. Ada beberapa metologi yang ditempuh oleh Ibu Taimiyah yaitu:
Ibnu Taimiyah tidaklah menggunakan nalar sebagai sumber yang mutlak dalam menentukan hukum.
Ibnu Taimiyah tidaklah berpihak hanya pada satu pendapat saja, bagi Ibnu Taimiyah tidak
seorangpun memiliki kedudukan kecuali baginya bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan Atsar
para Ulama Salaf yang mengikuti Nabi SAW.
Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa Syariah itu bersumber dari Al-Quran, Nabi Muhammad lah
yang menjelaskan dan mempraktekkannya kepada umat terlebih kepada para sahabat pada masa Nabi
SAW.
Ibnu Taimiyah tidaklah orang yang fanatik terhadap pemikirannya saja, Ibnu Taimiyah selalu
melepas dirinya dari segala apa yang mengikatnya, kecuali yang sesuai dengan Al-Qur'an, As-
Sunnah dan Atsar Salaf.