Anda di halaman 1dari 2

MODUL III

KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM


I. Pengertian Kerangka Ajaran Islam
Ajaran Islam ialah sekumpulan pesan ketuhanan yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW
(571-632 M) untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk perjalanan hidupnya
semenjak lahir hingga mati (Syaltout, 1983:25). Dengan demikian, pengertian kerangka dasar
ajaran Islam adalah gambaran asli, garis besar, rute perjalanan, atau bagian pokok dari pesan
ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada manusia.
Kerangka dasar ajaran Islam sangat terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu
aqidah, syariah, dan akhlak. Tiga kerangka dasar ajaran Islam ini sering juga disebut dengan
tiga ruang lingkup pokok ajaran Islam atau trilogi ajaran Islam.
Kalau dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga kerangka dasar Islam di atas berasal dari tiga
konsep dasar Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan. Konsep iman melahirkan konsep kajian
aqidah; konsep islam melahirkan konsep kajian syariah; dan konsep ihsan melahirkan konsep
kajian akhlak. Penjelasan ketiga konsep kajian ini dapat dilihat di bawah ini.
 Akidah
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara teknis
juga berarti keyakinan atau iman. . Aqidah juga merupakan sistem keyakinan Islam
yang mendasar seluruh aktivitas umat Islam dalam kehidupannya.
Aqidah atau sistem keyakinan Islam dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang
biasa disebut dengan rukun iman yang enam. Adapun kata iman, secara etimologis,
berarti percaya atau membenarkan dengan hati. Sedang menurut istilah syara’, iman
berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukan dengan
anggota badan.
Makna iman yang sebenarnya, sehingga orang yang beriman berarti orang yang
hatinya mengakui adanya Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat-
kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu melakukan perintah-
perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir perbuatan).
 Syariah
Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus diikuti,
yakni jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Adapun secara terminologis
syariah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum
Muslim baik yang ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kajian syariah tertumpu pada masalah
aturan Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur
manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (hablun minallah) dan dalam
berhubungan dengan sesamanya (hablun minannas). Kedua hubungan manusia inilah
yang merupakan ruang lingkup dari syariah Islam. Hubungan yang pertama itu
kemudian disebut dengan ibadah, dan hubungan yang kedua disebut muamalah.
Sedang muamalah bisa dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya. Bentuk-bentuk hubungan itu bisa berupa hubungan
perkawinan (munakahat), pembagian warisan (mawaris), ekonomi (muamalah),
pidana (jinayah), politik (khilafah), hubungan internasional (siyar), dan peradilan
(murafa’at).
 Ahklak
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah.
Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah
fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri
seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik.
Kata akhlak yang berasal dari bahasa Arab al-akhlaq (yang berarti tabiat, perangai,
dan kebiasaan) banyak ditemukan dalam hadis Nabi saw. Salah satunya adalah.
Artinya: ”Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Ahmad)
Sedangkan dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu khuluq
(QS. al-Qalam (68): 4). Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung.
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu
disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam perbuatan, sedang yang
buruk di benci dan dihilangkan.

II. Hubungan Antara Akidah, Syari’ah, dan Akhlak.


Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen – elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syari’ah sebagai sistem
nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sdangkan akhlaq sebagai sistem
etika menggambarkan arah dan tujuan yuang hendak dicapai agama.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon. Akarnya adalah
aqidah, sementar batang, dahan, dan daunnya adalah syari’ah, sedangkan buahnya adalah
aqidah. Seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah ,
maka orang itu termasuk dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah, tetapi
tidak mau melaksanakan syari’ah, maka orang itu disebut fasik Seseorang yang mengaku
beraqidah dan melaksanakan syari’ah, tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus, maka
orang itu disebut munafik Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi
aqidah, maka perbuatannya hanya sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik yang didorong oleh
keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syari’ah disebut sebagai amal sholeh.
Oleh karena itu, dala Al-Qur’an kata amal sholeh selalu diawali dengan kata iman, antara lain
dalam QS. An-Nur, ayat 55.

Anda mungkin juga menyukai