Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang
telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan
sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup
yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan
tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang
Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah
umum. Sumber syariah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum
diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariah dapat
dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga
dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan saya sajikan dalam makalah ini adalah :
A. Definisi Syari’at Islam
B. Pembagian Syari’at Islam
C. Tujuan Syari’at Islam

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Syari’at Islam

Secara etimologi ( bahasa ), Syari’at Islam berasal dari dua kata, yaitu Syari’at dan
islam. Syari’at bermakna yaitu jalan menuju sumber mata air,jalan
menuju sumber mata air dapat juga diartikan berjlan menuju sumber kehidupan. dengan kata
lain, syari’at makna nya adalah maknanya adalah jalan yang lurus. Dan orang yang tidak
enjlankan syari’at berarti berjalan diatas jalan yang salah, yaitu jalan yang tidak lurus.
Demikian juga dengan pengertian ‘mata air ’. orang yang memegang syari’at berarti
ada disekiitar sumber mata air. Ia tidak akan kehausan, sedangkan kebutuhan pada air adalah
kebutuhan mutlak dalam hidup. Sebaliknya, orang yang jauh dari sumber air atau syari’at
maka akan terancam kehahusan yang akan membinasakan kehidupannya karena disebabkan
kebutuhan terhadap air merupakan kebutuhan pokok makluk hidup.
Menurut yusuf Al-Qhardhawi, kata syari’at berasal dari syira’a al-syai’a, yang
berarti menerangkan atau yang menjelaskan sesuatu. Adapun istilah syari’at yang berasal dari
syira’a dan syari’at yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana mengambil air secara
langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan orang lain
Sementara secara terminologi ( istilah ), syari’at adalah “ semua yang diterapkan
Allah swt atas hambanya berupa agama (ad-din) dari berbagai aturan”. Jugak bisa
didefinisikan sebagai ’’hukum-hukum yang ditetapkan oleh allah swt untuk hamba-
hambanya, baik melalui al-qur’an ataupun dengan as-sunnah Nabi Muhammad Saw berupa
perkataan, perbuatan, pengakuan.
Maksudnya, syari’at mencakup semua aturan yang ada dalam islam, termasuk aqidah,
hukum dan Akhlak. Jadi syari’at ialah Islam itu sendiri. Namun belakangan kata syari’at
diartikan para ahli sebagai sistem hukum dalam islam. Sementara islam secara istilah
(terminologis) adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu ilahi yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad saw guna dijadikan pedoman hidup dan
juga sebagai hukum/aturan Allah swt yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang
lurus, menuju kebahagian dunia dan akhirat.’
Jadi dapat disimpulkan bahwa syari’at islam adalah aturan-aturan yang ditetapkan
allah oleh allah swt untuk hamba-hambanya yang bersumber dari al-quran dan hadist dan

2
dapat membimbing umat manusia kejalan yang lurus, menuju kebahagian didunia dan
akhirat.
Dalam al-Qur’an Allah Swt menyebut beberapa kata “ syari’ah” dintaranya adalah:

َ ‫ِين َل يَ ْعلَ ُم‬


‫ون‬ َ ‫ِم َن ْاْل َ ْم ِر فَات َّ ِب ْع َها َو َل تَت َّ ِب ْع أ َ ْه َوا َء الَّذ‬
‫علَى ش َِريعَة‬َ َ‫ث ُ َّم َجعَ ْلنَاك‬

“kemudian kami jadikan kamu berada diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui”. (QS. Al-Jatsiyah:18)

“dia telah telah mensyari atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-nya
kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami
wasiatkan kepada ibrahim, muda dan isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Qs. Asyuura:13.

B. Pembagian Syari’at Islam

Syariat terbagi atas tiga pembagian, yaitu Aqidah (tauhid), Akhlak dan Fiqih (hukum)
yang keseluruhan nya bersumber dari Al- Quran dan Hadis. Al- Qur’an adalah wahyu yang di
turunkan oleh Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw, sedangkan hadis merupakan
perkataan (qaul), perbuatan (fi’li), maupun pengakuan (taqrir) yang di nisbahkan kepada nabi
Muhammad Saw. Hadis sendiri berfungsi antara lain yaitu sebagai mubayyin (penjelas),
muakkid (penguat). Dari sinilah dipahami pembagian Syari’at, yaitu Tauhid, Fiqih, dan
Akhlak.
Aqidah (tauhid) secara khusus membicarakan seputar peraturan – peraturan yang
berhubungan dengan konsepsi dan dasar – dasar kenyakinan dalam ajaran islam yang mesti
diyakini ( tidak boleh diragukan sedikitpun) oleh setiap muslim sebagai syarat sahnya
keislamannya, baik berkenaan dengan sifat – sifat dan zat Allah Swt, maupun tentang rukun

3
iman yang Muhammad Saw, yaitu percaya kepad Allah, Malaikat – MalaikatNya, Rasul –
RasulNya, Kitab – KitabNya, Kepada hari akhir dan kepda qada’dan qadar
Akidah adalah persoalan yang sangat prinsipil dan harus diyakini oleh setiap muslim.
Misalnya keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, segala sesuatu bergantung
padanya, yang tidak melahirkan dan tidak di lahirkan, percaya bahwa Nabi Muhammad itu
Rasulullah, adanya Malaikat – Malaikat, Kitab – kita dan Hari Kiamat. Hal ini termasuk
persoalan Akidah yang sangat mendasar, apabila seseorang mengingkari salah satu akidah
tersebut maka dapat dinyatakan kafir
Syarat sah iman yaitu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
membuktikan dengan amal perbuatan. Iaman adalah perpaduan ketiga kriteria tersebut,
sehinnga tidak memada hanya di ucapkan dengan lisan namun tidak di benarkan dengan hati,
atau di ucapakan dengan lisan dan di benarkan dengan hati namun tidak di buktikan dengan
amal perbuatan.
Hal – hal yang dapat membatalkan iman ,yaitu sebanyak 10 perkara:
1. Menduakan Allah Swt
2. Mengekalkan segala perbuatan jahat
3. Membinasakan sesame makhluk dengan zhalim serta memperingan –
ringankan syari’at Allah Swt
4. Bersalah – salahan hati sesam Islam serta di torehkan dendam dalam hati
5. Meringan – ringankan syari’at
6. Tiada takut gugur imannya
7. Menyerupai perbuatan kafir
8. Putus asa dari rahmat Allah Swt
9. Memakai pakai kafir seperti tali leher
10. Memutuskan hari dari menghadap kiblatserta meringan – ringankan
hatinya

Selanjutnya adalah syari’ah ( ibadah ). Secara istilah syari’ah di definisikan sebagai


hukum-hukum yang di tentukan Allah swt terhadap hambanya agar mereka menjadi orang
yang beriman dan beramal saleh, demi untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
Bahasan syari,ah mencancakup peraturan tentang dua aspek, yaitu pertama, bagaimana
manusia berhubungan dengan allah swt sebagai penciptanya, seperti cara bersuci, shalat,
puasa,zakat, haji yang di haruskan di sertai niat yang benar. Dan kedua, yaitu mu’amalah,
yaitu pengaturan tentang cara manusia ber mu’amalah dengan sesamanya seperti jual beli,
4
tukar menukar, warisan, simpan pinjam, sewa menyewa, hubungan muslim dengan
masyarakat lainnya dan sebagainya seperti hukum pidana terhadap para pelaku kejahatan,
seperti mencuri, zina, liwath (gay) dan lain-lain.
Sementara Akhlak berbicara tentang peraturan yang berhubungan dengan
pembersihan jiwa dan tentang pendidikan. Misalnya akhlak terhadap diri sendiri, orang tua,
guru masyarakat, alam, serta larangan-larangan untuk berbuat buruk seperti berburuk sangka,
dendam, ghibah, susudzan, pemarah, namimah, dan sebagainya.
Jadi, Syriat islam bukan hanya berbicara tentang hukuman-hukuman bagi pelanggar
hukum islam (jinayah) dimana ini masuk ke bab syariah, namun juga berbicara tentang
bagaimana manusia berhubungan (mu’amalah) antar sesamanya. Dari berbagai aturan syariat
ini, ada yang sifatnya ranah individual,artinya bisa di kerjakan tanpa peran Negara, ini yang
di sebut syari’at islam kultural, dan ada jugak yang memerlukan keterlibatan Negara, ini yang
disebut sebagai syari’at Islam sruktural.
Pembagian syri’at Islam antara kultural dan structural bukanlah bearti dalam bidang
kultural Negara tidak boleh berperan apapun. Negara tetap di tekankan untuk memastikan
warganya agar menjadi warga Negara yang bertaqwa, namun klasifikasi syari’at islam
structural di maksudkan sebagai pengkhususan dimensi syari’at islam yang wajib di lakukan
oleh Negara oleh sebab itu tidak bisa dilakukan secara individual, seperti pelaksanaan hukum
jinayah misalnya. Tentu membutuhkan keterlibatan Negara karena masyarakat tidak
mungking dibiarkan menjalan hukum secara sendiri atau berkelompok karena hal tersebut
sangat berpotensi menghadirkan berbagai kekacauan.
Jadi, syriat islam di terapkan secara structural kerena memang tidak bisa di jalankan tanpa
peran dan keterlibatan Negara. Itu merupakan sebab sehingga hukum-hukum syari’at islam
perlu diformulasikan menjadi hukum positif yang mengikat dan menjadi landasan Negara.

C. Tujuan Syari’at Islam

Setiap aturan islam memiliki orientasi atau tujuan dengan jangkauan yang luas dan
jauh, yang semua jangkauan tersebut berientasi pada tatanan kehidupan ideal bagi bagi
manusia yang menjalani kehidupan dunia. Tujuan-tujuan syari’at islam secara khusus
diabahas oleh Asy-Syatibi (w.790 H) dalam kitabnya al-Muwafaqat fi Usbul al-Ahkam Asy-
Syatibi lah yang dikenal sebagai ulama yang telah memperkenalkan konsep atau teori
maqabih asy-syari’ah sebagai al-illah (argumentasi atau motif) atau setiap pensyari’atan

5
dalam ajaran islam, yaitu bahwa ada nilai-nilai kemashlatan yang agung dalam setiap dimensi
hukum syari ah.
Menurut Asy-Syatibi, pada dasarnya syariat ditetapkan untuk mewujudkan
kemashlatan hamba (mashalih al-ibad) baik di dunia maupun diakhirat.kemashlatan inilah,
dalam pandangan beliau, menjadi maqashid asy-syari’ah (tujuan-tujuan) syariat. Dengan kata
lain, penetapan syariat-baik secara keseluruhan (jumlatan) maupun secara rinci (tafshilan)
yaitu mewujudkan kemashlatan manusia.
Selanjutnya, imam asy-syatibi membagi maqashid menjadi tiga bagian,yaitu:
dharuriyat, hajiyat dan tahsinat. Dharuriyat artinya harus ada demi kemashlatan hamba, yang
jika tidak ada, akan menimbulkan kerusakan, misalnya rukun islam. Hajiyat maksudnya
sesuatu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesempitan, seperti rukhsah (keringanan)
tidak berpuasa bagi orang sakit. Tahsinat artinya sesuatu yang telah diambil untuk
kebahagian kehidupan dan menghindarkan keburukan, semisal akhlak yang mulia,
menghilangkan najis, dan menutup aurat.

Untuk kategori dharuriyat asy-syatibi menjelaskan lebih rinci mencankup lima tujuan
syari’at isslam, yaitu :

1. Menjaga agama (hifzh ad-din);


2. Menjaga jiwa (hifzh an-nafs);
3. Menjaga akal (hifzh al-aql);
4. Menjaga keturunan (hifzh an nasl);
5. Menjaga harta (hifzh al-mal);

Lima tujuan syari’at islam ini adalah penjabatan dari teori maqashid asy-syari’ah yang
dijelaskan diatas.

1. Menjaga agama (hifzh ad-din)

Islam harus jelas dibela dari oranag–orang yang hendak merusaknya, baik dari
kalangan orang-orang kafir yang terus berupaya agar umat islam murtad, maupun dari
kalangan munafik yang terus berupaya membuat umat islam ragu atas ajaran islam yang
berakibat menjauhnya mareka dari islam.

Perhatikan ayat berikut ini yang menjalaskan karakter orang kafir:

6
“orang-orang yahudi dan orang nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mareka”.(QS.al-Baqarah: 120)

Perhatikan juga ayat berikut ini yang menjelaskan karakter orang munafik:

Yang artinya: “apabila dikatakan kepada mareka; ‘mari lah kamu tunduk kepada hukum yang
allah telah tetapkan dan kepada hukum rasul’, niscaya kamu melihat orang-orang melihat
orang munafik yang menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya.” (QS An-nisa: 61)

Jadi Alqur’an dengan jelas menerangkan bahwa orang-orang kafir dan munafik akan
senantiasa memperdaya orang-orang untuk keluar dari ajran islam atau meragukannya. Tentu
kita tidak ragu kepada al qur’an yang menegaskan watak asli yahudi dan nasrani. Sebab, al
qur’an adlah mukjizat yang denganya kita selamat dunia dan akhirat. Jika ada pertanyaan,
apakah islam penting dijaga padahal allah swt menjaganya sendiri?

Benar allah swt bisa menjaga sendiri. Namun penting dipahami juga dua hal, pertama,
bahwa fungsi kita diciptakan diatas permukaan bumi adalah menjadi khalifah fil arh, khalifah
diatas permukaan bumi. Dalam posisi khalifah fil ardh, maka allah membebankan kepada kita
untuk mendakwahkan ajaran keseluruh penjuru bumi termasuk menjaga islam dari upaya
perusaknya oleh kafir dan kaum munafik yang menhendakinya rusaknya aqidah, Ibadan dan
akhlat umat islam.

Adanya serangan-serangan dan peran pemikiran (ghazwul fikri) yag dilancarkan


kalangan orientalis dan liberalis terhadap umat islam, industri-industri perusakan moral
seperti tayang-tayangan televisi yang tidak mendidik dan merusak moral , upaya
pandangkalan aqidah oleh kalangan misionaris semuanya ini membuktikan bahwa “islam

7
harus dijaga” sesuai derngan tujuan penjagaan agama (hifzh ad-din) dalam teori maqashid
asy-syari’ah yang kita bicarakan dalam bahasan ini

Kedua, fakta membuktikan bahwa islam akan hilang dari kawasan jika umat islam
sudah tidak memperdulikan lagi agama islam yang mareka anut, atau karena adanya upaya
kristenisasi terus menerus sehingga banyak umat islam yang kemudian keluar dari agama
islam. Cukukup kawasan yang yang tadinya dihuninya mayoritas umat islam yang kemudian
ilam disitu menjadi asing, atau bahkan hilang sama sekali. Ini bukti bahwa tugas menjadi
islam adalah beban atau tanggung jawab kita sebagai umat islam,bahkan sebenarnya bukan
hany menjaga islam, namun juga mendakwahnya.

Ketiga, tidak ada paksaan dalam agama, sebagaimana ayatNya: “tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (islam)” (QS Al-baqarah:256), namun islam juga menjelaskan
benar dan bayanya dosa sirik, serta konsekuensi ketika islam di tinggalkan oleh umatnya.

Oleh sebab itu, dalam rangka penjagaan terhadap agama dan terciptanya islam sebagai
Rahmatan lil ‘alamin, maka islam mewajibkan penjagaan atas agama islam kemudian di buat
dalam kebijakan resmi yang berbentuk qanun atau peraturan daerah. Dengan adanya qanun
atau aturan yang menjaga agama (hifz ad-din),diharabkan islam terus lestari sehingga bisa
memancarkan cahayanya yang rahmatan lil ‘alamin.

Untuk tujuan ini tekah di buat Qanun aceh nomor 8 tahun 2015 tentang pembinaan
dan perlindungan Akidah. Pada pasal 3 tentang pembinaan dan perlindungan akidah, tujuan
di buat Qanun ini, yaitu:

1. Membina tegaknya syari’at islam yang berlaku di aceh


2. Melindungan masyarakat dari berbagai upaya dan kegiatan yang merusak
dan keluar dari Aqidah islam.
3. Mengawasi dan mencegah anggota masyarakat sedini mungkin untuk
mengikuti pemahaman dan perbuatan yang mengarah pada aliran sesat
4. Meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mencegah perbuatan yang
mengarah pada upaya permutadan dan penyebaran aliran sesat
5. Menutup semua peluang dan aktivitas yang mengarah pada penyebaran
aliran sesat.

8
2. Menjaga jiwa (hifz an-nafs)

Islam adalah agama yang sangat menghormati setiap nyawa manusia. Islam berupaya
agar tidak ada nyawa manusia yang di tumpahkn. Al – Qur’an menjelaskan siapa yang
membunuh satu nyawa maka dia seperti membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang
memelihara atau menjaga satu nyawa manusia, maka dia seperti telah menjaga seluruh nyawa
manusia. Begitulah islam memberikan tamsilan harga nyawa seorang manusia, sebagaimana
firman Allah Swt:

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan – akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” ( QS. Al
Maidah:32 )

Seorang yang membunuh atau menciderai orang lain niscaya akan di bunuh atau
dicedarai. Tujuannya tidak lain adalah agar manusia takut menyakiti dan apalagi membunuh
orang lain.

Oleh sebab itu, dalam syriat islam di sediakan perangkat hukum bagi para pelaku
pemnbunuhan berbentuk hukum Qishash. Tujuan nya adalah untuk menjamin kehidupan
umat manusia.

Ancama pembunuhan oleh islam terhadap pembunuh di maksudkan islam untuk


menjaga nyawa manusia, agar manusia mengurungkan niatnya untuk membunuh manusia
yang lain.

Qishash hanya di laksanakan oleh penguasa (pemerintah), bukan oleh pribadi-pribadi


warga Negara karena hal itupun akan mendatangkan konsekuensi negative lainnya.

9
Sementara orang yang benci kepada islam, maka perangkat hukum islam seperti ini
akan di kesankan menjadi sesuatau yang anker sehinnga muncullah penyakit islamphobia
(takut kepada islam). Yang di gambarkan ‘angker’ adalah tindakan islam terhadap pembunuh
dalam bentuk Qishash, jika seorang pembunuh tidak diancam dengan hukuman, maka apakah
yang di takuti? Tidak ada. Ia akan menjalankan niatnya untuk membunuh tanpa berfikir
panjang, sehingga rusaklah kehidupan manusia yang seimbang dan adil.

Islam berupaya menciptakan tatanan kehidupan yang ideal bagi perwujudan hak azasi
umat manusia, sesuatau yang berbeda dari hak azasi manusia (HAM) dalam perspektif barat
dimana mereka lebih menghormati nyawa si pembunuh ketimbang nyawa orang yang di
bunuh oleh pembunuh ini. Jadi, jelas bahwa orientasi Syari’at islam dengan perangkah
hukum Qishash adalah sangat jauh, bukan saja berupaya mencegah pembunuhan, namun
berupaya menutup potensi pembunuhan dimanapun dan sampai kapanpun.\

3. Menjaga akal ( hifzh al-‘aql)

Akal adalah sarana manusia untuk berfikir, dan dengan berfikir itu mereka akan bisa
menemukan kebenaran islam. Dngan akal tersebut, akan membedakan mereka dengan
binatang, bisa menata kehidupan dunia ini sesuai fungsinya sebagai khalifah di atas
permukaan bumi. Lalu, apa yang akan terjadi sekiranya akal tersebut telah rusak atau di
rusakan? Tentu mereka tidak akan bisa lagi mengerjakan tugas-tugas mulia sebagai khalifah.
Oleh karena itu islam memandang kedudukan akal manusia akan bisa memikirkan ayat-ayat
Qauliyah (Al-Quran) dan juga Kauniyah (Sunnatullah) sehingga bisa menjadi manusia yang
di harapkan islam.

Salah satu yang merusak akal adalah meminum khamar ( minuman keras). Maka
kemudian Allah Swt mengharamkan khamar, sekaligus mengancam peminimnya dengan
hukuman.

“mereka bertanya kepadamu ( wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras)


dan judi katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatNya.” (Qs al- Baqarah:219)

Al-‘illat ( argumentasi?motif) islam atas mengharamkan Khamar adalah karena


membuat si peminumnya menjadi mabuk dan akan rusaklah akalNya. Para ulama kemudian
meng-qiyas-kan Al-‘illat menyebabkan mabuk tersebut dengan barang serupa khamar lainnya
yang jugak memabukkan. Lewat proses Qiyas ini, maka segala sesuatu yang memabukan

10
adalah haram dan diancam dengan hukuman pidana, contoh Narkoba dan obat-obat terlarang
(Narkotika).

Adanya ancaman hukuman terhadap peminum khamar sesungguhnyabadalah untuk


menjaga akal manusia. Sebab, jika akalnya sudah rusak dengan meminum khamar, maka
kerusakan yang di timbulkan bukan hanya baginya tetapi juga bagi keluarga dan juga
masyarakatnya. Bangsa kita sudah sangat kewalahan menghadapi kartel-kartel Narkoba yang
sudah sangat merusak bangsa ini.

Maka jelas bahwa tujuan islam mengharamkan khamar dan menyediakan hukuman
bagi peminumnya adalah untuk menjaga akal.

4. Menjaga keturunan (hifzh An-nash)

Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap keberlanjutan keturunan manusia dan
kondisi kehidupan sosialnya yang aman dan damai. Itu sebab, islam mensyariatkan
pernikahan, bahakan islam mewajibkan pernikahan bagi yang sudah membutuhkan dan
mampu melakukannya. Islam juga memberikan dorongan-dorongan yang kuat untuk
melangsungkan pernikahan. Di sisi lain, islam juga mengharamkan zina, sekaligus
mengancam pelakunya dengan hukuman Jinayah (pidana), yaitu hukuman rajam dan cambuk.

Allah Swt berfirman:

“perempuan dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada kkeduanya yang mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama allah, jika jika kamu beriman kepada allah dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mareka di saksiakan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang beriman.”(QS An-nur :2)

Peradaban barat yang hedonis melihat hukuman islam seperti ini sebagai sesuatu yang
kejam dan atau radikal. Sebab, bagi mareka perzinahan bukanlah sebuah masalah asal
dilakukan sama-sama suka. Namun islam sebagai agama peradaban yang mulia,mengatur
umatnya dengan system syari’at. Islam melarang zina agar membedakan manusia dengan
binatang. Dengan larangan ini dan acaman hukum pidana, islam berupaya membentuk
tatanan masyarakat yang beradab. Itu sebab, islam juga dikenal sebagai agama peradaban.

Apa yang kita bayangkan ketika menyaksikan bayi-bayi tak berdosa dibuang di parit-
parit karena kehadirannya tidak diharapkan? Dan selanjutnya, bagaimana perasaan bayi ini

11
setelah dia besar (jika tidak dibunuh orang tuanya sehabis lahir) setelah ia tawu bahwa habis
lahir dari proses perzinaan? Tentu akan muncul masalah-masalah baru dalam tatanan
masyarakat pada akhirnya cita-cita islam membentuk masyarakat yang peradabaan akan
rusak. Belum lagi kita bebicara tentang hak-hak sibayi ini dari “orang tua biologisnya” oleh
sebab secara agama bahkan juga hukum Negara ia tidak memiliki ayah. Bahkan, peradaban
yang islam yang pernah Berjaya menjadi runtuh salah satunya oleh membudayanya praktek
zina ini. Hal-hal seperti ini sangat diperhatikan dalam islam sehingga islam mengamcam
plaku zina dengan hukuman pidana. Bahkan islam juga menjelaskan

5. Menjaga harta ( hizh al-mal)


Islam memandang harta setiap muslim sebagai sesuatu yang yang harus dilindungi.
Itu sebab, islam melarang pencurian. Salah satu penyebab perdaban islam ambruk
dalam sejarahnya adalah disebakan pratek-praktek pencuri yang merajalela, baik di
kalangan masyarkat biasa maupun dikalangan pra elit dan para penguasa. Maka islam
bukan saja melarang mencuri, namun juga mengancam pencurian dengan hukuman
potong tangan
Allah swt berfirman:
“laki-laki yang mencuri dan permpuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi yang apa yang mareka kerjakan dan
sebagai dari siksaan allah. Dan allah mana perkasa lagi maha bijaksana” (QS Al-
miadah : 38)
Namun demikian, hukuman ini tudak lah diberlakukan semena-mena,islam
mengaturnya dengan aturan yang manusiawi. Terdapat alasan dan berbagai
penimbangan yang sngat kuat sebelum akhirnya hukuman ini dijatuhkan, termsuk
mengatur takaran tertentu dari harta yang di curi sebagai syarat dijatuhkannya aturan
tersebut.

12
BAB III KESIMPULAN

Syariah Islam adalah peraturan atau hukum-hukum agama yang diwahyukan kepada
nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Qur’an, sunnah atau hadist
nabi. Syariah Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia
dan kehidupan dunia ini. Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam
dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dan
juga dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong
setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Jadi sebaiknya
kita sebagai umat islam dapat menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari

13
DAFTAR PUSTAKA

Teuku Zulkhairi, Syari’at Islam Membangun Peradaban, Banda Aceh: 2017


Dautd Rasyid, Indahnya Syari’at Islam, Jakarta: Usamah Press,2010
Abu Bakar. Al yasa’.2006. syariat islam di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam-
paradigma, kebijakan dan kegiatan. Dinas syariat islam: Banda aceh.
http://www.republika.co.id
http://www.wikipedia.com

14

Anda mungkin juga menyukai