Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.,

Puji beserta syukur marilah kita panjatkan bersama kepada Allah swt., pemilik alam semesta dan
seisinya, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat manusia. Dan tak lupa
pula salawat beriringkan salam marilah bersama kita tujukan kepada Nabi Besar Muhammad saw.,
yang telah mengubah peradaban manusia dari masa jahilyah ke masa yang islamiyah seperti yang
sekarang kita semua rasakan.

Kami sebagai pemakalah mendapatkan tugas untuk mata kuliah Perilaku Organisasi Bisnis dimana
kami mendapat tugas untuk mencari kasus atau masalah yang berkaitan dengan perilaku organisasi
pada suatu usaha maupun perusahaan. Kami tertarik mengangkat kasus mengenai tutupnya gerai 7-
eleven di Indonesia. Kami mengangkat kasus ini untuk memberikan informasi bagi pembaca dan
tentunya kepada kami sendiri. Kami berharap informasi yang kami lampirkan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan, kami mohon untuk
dimaklumi, karena kami masih dalam tahap pembelajaran dan akan terus belajar untuk memperbaiki
kesalahan kedepannya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.,

Darussalam, 31 Oktober 2018

(Kelompok 4)

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
C. Tujuan Pembuatan Makalah.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Organisasi Bisnis..............................................................................................4
B. Sekilas Mengenai 7-Eleven..............................................................................................................6
C. Masalah 7-Eleven di Indonesia.........................................................................................................6
D. Penyebab Tutupnya 7-Eleven………………………………………………………………………8
E Pendapat Beberapa Pakar Mengenai Bangkrutnya 7-Eleven di Indonesia.........................................9
F. Solusi Pemerintah Terhadap Masalah 7-Eleven di Indonesia..........................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................................13

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) atau lebih kita kenal dengan sebutan
mini-market yang buka 24 jam. 7-Eleven didirikan pada 11 Juli 1927 di Oak Cliff, Texas (sekarang
masuk ke dalam wilayah Dallas), Amerika Serikat. Didirikan oleh Joe C. Thompson (1980-1958).
Nama 7-Eleven baru digunakan pada tahun 1946. Makna dari nama 7-Eleven (7/11) adalah awal
mulanya toko ini buka dari jam 7(seven) pagi sampai 11(eleven) malam. Pada tahun 1962 barulah
toko ini dibuka di Austin, Texas dan mulai beroperasi selama 24 jam.

7-Eleven sebenarnya pertama kali ada di Indonesia pada tahun 1990, tetapi saat itu ada
permasalahan internal antara para pemegang saham sehingga nama 7-Eleven belum pernah terdengar
sampai tahun 2009. Lalu barulah pada 7 November 2009 gerai 7-Eleven pertama di Indonesia dibuka
di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Perusahaan pengelola 7-Eleven di Indonesia adalah PT. Modern
Putra Indonesia, anak perusahaan PT. Putra Modern International yang merupakan distributor Fujifilm
di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu perilaku organisasi bisnis?
2) Apa itu bisnis 7-eleven?
3) Masalah organisasi apa yang terjadi pada 7-eleven di Indonesia?
4) Bagaimana pendapat pakar-pakar mengenai bangkrutnya 7-eleven di Indonesia?
5) Bagaimana solusi pemerintah terhadap masalah 7-eleven di Indonesia?
6) penyebab tutupnya bisnis 7-Eleven?

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1) Untuk memberikan informasi tentang kasus 7-eleven di Indonesia.
2) Untuk menganalisis penyebab tutupnya gerai 7-eleven di Indonesia yang terjadi pada tahun
2017.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Organisasi Bisnis


Perilaku organisasi dikatakan suatu disiplin akademik yang upaya memahami, mengendalikan,
menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia di lingkungan organisasi apapun. Dari teori-teori
manajemen klasik awal di sekolah benar-benar kompleks pemikiran, Perilaku Organisasi telah
berkembang. Perilaku Organisasi adalah studi tentang individu dan perilaku mereka dalam konteks
organisasi dalam suasana kerja. Ini adalah bidang interdisipliner yang mencakup sosiologi, psikologi,
komunikasi dan manajemen. Perilaku organisasi, dapat dipahami sebagai studi akademik budaya
perusahaan dan berbagai elemen, serta komponen penting lainnya dari perilaku seperti struktur
organisasi dan proses organisasi.

Pengertian organisasi bisnis yaitu suatu organisasi yang melakukan aktivitas ekonomi dan
bertujuan untuk menghasilkan keuntungan (profit). Agar bisnis dapat berjalan dengan sukses maka
perlu diorganisasikan. Dalam mengorganisasi suatu bisnis tentunya harus memperhatikan unsur-unsur
bisnis yang ada. Unsur bisnis yang perlu mendapat perhatian pengusaha yaitu lingkungan bisnis.
Lingkungan sangat besar pengaruhnya kepada efisiensi dari operasional perusahaan dan
kemampuannya untuk memperoleh keuntungan, Untuk itu setiap pemilik dan pemimpin usaha harus
dapat memahami keadaan lingkungannya dan dampak lingkungan tersebut terhadap usahanya.

Secara garis besar lingkungan bisnis dapat dibedakan menjadi;

1) Lingkungan pasar (market environment) yaitu unsur-unsur dalam sistem pasar yang
berpengaruh terhadap kegiatan suatu perusahaan, yang meliputi;
 Langganan,
 Perusahaan yang menyediakan bahan mentah,
 Para pekerja dalam perusahaan,
 Perusahaan lain pesaing maupun bukan pesaing,
2) lingkungan bukan pasar (nonmarket environment) meliputi beberapa faktor yang
mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam perekonomian. Unsur-unsurnya antara lain;
 Kegiatan ekonomi pada keseluruhannya,
 Peraturan dan Undang-undang negara dan pelaksanaannya,

4
 Kestabilan pemerintah/politik dan kebijakan pemerintah,
 faktor sosial dan budaya dalam masyarakat,
 Organisasi perburuhan dan masyarakat lain,
 Situasi dan perkembangan ekonomi global,

Unsur lain yang mempengaruhi lingkungan bisnis berasal dari luar negara antara lain
perkembangan persaingan dan kemampuan untuk bersaing, pertumbuhan di negara lain dan investasi
modal asing. Untuk menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini, organisasi bisnis perlu
meningkatkan teknologi dan produktivitas, melakukan penetrasi ke pasar baru, dan menekan biaya
produksi.

Untuk mengelola organisasi bisnis diperlukan pengelolaan atau manajemen serta orang yang
bertanggung jawab yang disebut manajer. Manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Kegiatan
yang ada dalam organisasi atau perusahaan antara lain meliputi kegiatan pemasaran, produksi,
personalia, keuangan dan administrasi keuangan. Orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan
tersebut disebut manajer. Jadi manajer adalah orang yang bertanggsung jawab untuk mengarahkan
usaha yang bertujuan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya. Semua manajer memiliki
tanggung jawab yang sama baik organisasi formal maupun informal. Proses manajemen dilakukan
secara bersama-sama oleh manajemen bawah (supervisor) manajemen menengah (middle
management) dan manajemen puncak (top management).

Manajemen bawah bertanggung jawab untuk operasi unit tertentu, tugas pokok mereka berada
pada proses pengawasan, perencanaan dan pengorganisasian. Manajemen menengah berkaitan dengan
tugas-tugas integrasi serta melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan.
Manajemen puncak memiliki lebih banyak tanggungjawab pada proses perencanaan dan
pengorganisasian serta melakukan sedikit pengawasan. Contoh dari proses manajemen ini misalnya
para manajer dapat menentukan gaya kepemimpinan atau mempengaruhi sikap karyawan tentang
pekerjaan mereka.

Dari pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa perilaku organisasi bisnis merupakan
sikap atau perilaku suatu individu dalam suatu kelompok yang melakukan kegiatan dalam organisasi
untuk mencari keuntungan (profit).

5
B. Sekilas Mengenai 7-Eleven

7-Eleven adalah jaringan toko kelontong (convenience store) atau lebih kita kenal dengan sebutan
mini-market yang buka 24 jam. 7-Eleven didirikan pada 11 Juli 1927 di Oak Cliff, Texas (sekarang
masuk ke dalam wilayah Dallas), Amerika Serikat. Didirikan oleh Joe C. Thompson (1980-1958).
Nama 7-Eleven baru digunakan pada tahun 1946. Makna dari nama 7-Eleven adalah awal mulanya
toko ini buka dari jam 7(seven) pagi sampai 11(eleven) malam. Pada tahun 1962 barulah toko ini
dibuka di Austin, Texas dan mulai beroperasi selama 24 jam.

Pada Tahun 1991, perusahaan pemilik 7-Eleven yaitu Southland Coorporation, menjual sebagian
besar sahamnya kepada perusahaan jaringan supermarket Jepang, yakni Ito-Yokado. Lalu pada tahun
1999 perusahaan Southland Coorporation kemudian berganti nama menjadi 7-Eleven, Inc. dan pada
tahun 2005, seluruh saham milik 7-Eleven, Inc diambil alih Seven & I Holdings Co. sehingga
perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh Jepang. Namun, markas besar dari 7-Eleven ini sampai
sekarang terletak di Dallas, Amerika Serikat. Menurut data, cabang dari 7-Eleven sudah ada lebih dari
48.000 di seluruh dunia, dan pasar terbesarnya ada di negara Amerika Serikat dan Jepang.

Setiap gerai atau toko 7-Eleven menjual berbagai jenis produk, umumnya makanan, minuman,
dan majalah. Di berbagai negara, tersedia pula layanan seperti pembayaran tagihan serta penjualan
makanan khas daerah. Namun, ada produk khas dari gerai 7-Eleven yaitu Slurpee (sejenis minuman
es) dan Big Gulp (minuman soft-drink berukuran besar).

C. Masalah 7-Eleven di Indonesia

7-Eleven sebenarnya pertama kali ada di Indonesia pada tahun 1990, tetapi saat itu ada
permasalahan internal antara para pemegang saham sehingga nama 7-Eleven belum pernah terdengar
sampai tahun 2009. Lalu barulah pada 7 November 2009 gerai 7-Eleven pertama di Indonesia dibuka
di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Perusahaan pengelola 7-Eleven di Indonesia adalah PT. Modern
Putra Indonesia, anak perusahaan PT. Putra Modern International yang merupakan distributor Fujifilm
di Indonesia.

7-Eleven sempat menjadi suatu produk baru yang menghadirkan konsep baru dan bisa diterima
baik di masyarakat. Tampilan fisik dari 7-Eleven memang berciri mini-market, tetapi karena
menetapkan sistem buka 24 jam, 7-Eleven juga mulai mencoba mendapatkan izin sistem restoran.
Manajemen lalu menambahkan produk makanan cepat saji, lengkap dengan meja dan kursi bagi
konsumen untuk menikmatinya. Di masa kejayaannya, 7-Eleven dapat mengembangkan 30-60 gerai
di Jakarta dalam satu tahun. Jika pada tahun 2011 hanya ada 50-an gerai, maka tahun berikutnya
jumlah gerai akan bertambah hampir dua kali lipat.

6
Pada tahun 2013, tercatat gerai dari 7-Eleven lebih dari 150 gerai di wilayah Jakarta saja, Ada
yang mengatakan bahwa 7-Eleven sudah mulai meredup sejak tahun 2015. Hanya enam tahun
bertumbuh, penjualan bersih dari 7-Eleven tercatat sebesar Rp 886,84 miliar. Dan untuk pertama
kalinya 7-Eleven menutup 20 gerai dan selanjutnya pembukaan gerai baru hanya sebesar 18 gerai,
termasuk angka pembukaan gerai terkecil 7-Eleven sejak tahun 2011. Pada tahun 2017 berkurang
menjadi 30 gerai. Dan pada 30 Juni 2017, dinyatakan bahwa seluruh gerai dari 7-Eleven di Indonesia
tutup. Banyak pendapat terkait penutupan gerai-gerai 7-Eleven di Indonesia, diantaranya:

1) Menurut Menteri Perindustrian, bangkrutnya 7-Eleven karena faktor internal dan eksternal
perusahaan. Yaitu masalah dengan para pemegang saham. Karena sebelumnya, 7-Eleven juga
sempat mengalami masalah yang sama sebelum resmi dibuka di Indonesia. Bahkan alasan ini
diakui oleh Direktur Keuangan PT. Putra Modern International (pemegang saham 7-Eleven di
Indonesia). Faktor internalnya adalah karena terjadi kegagalan kesepakatan antara pemilik
saham 7-Eleven terkait akuisisi perusahaan, karena tidak tercapai kesepakatan, kontrak yang
hendak ditetapkan batal. Rincinya, tidak diungkap ke publik karena ini merupakan rahasia
perusahaan dan pemegang saham. Dan ada juga alasan eksternal perusahaan, yaitu karena
semakin lama semakin banyaknya pesaing bisnis convinience store baru. Saat itu Alfamart
dan Indomaret sedang marak-marak mulai beroperasi di Indonesia serta menjadi pilihan baru
konsumen dan membuat 7-Eleven makin sulit bersaing.
2) Ada yang mengatakan bahwa penyebab dari penutupan seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia
adalah karena adanya penjualan minuman keras di 7-Eleven, pada 16 April 2015
dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015
tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Penjualan Minuman Beralkohol dimana
dilarangnya penjualan minuman keras sejenis bir. Karena larangan ini, penjualan bir akan
berkurang dan penjualan snack seperti kacang-kacangan (yang biasa dikonsumsi bersama bir)
juga akan berkurang. Namun, setelah ditetapkan peraturan tersebut, tercatat pada akhir 2015
ternyata perusahaan menerima kerugian sebesar Rp 54,77 miliar. Dan pada tahun 2016
kerugian perusahaan semakin banyak yaitu sebesar Rp 638,72 miliar. Serta 7-Eleven semakin
menunjukkan tanda-tanda bangkrut dimana pengunjung atau konsumen yang berkurang sejak
akhir 2016.
3) Ada juga penyebab lain yang menjadi sebab dari bangkrutnya 7-Eleven di Indonesia. Hal ini
terjadi karena tingkah konsumen yang hanya membeli satu minuman/makanan tetapi lama
nongkrongnya, ini menyebabkan biaya operasional tinggi sementara keuntungan yang didapat
sedikit jika dibandingkan dengan minimarket lain yang mendapat pendapatan yang lebih
banyak dan lebih cepat. Namun alasan ini tidak terbukti, dan tidak substantif. Alasan ini tidak
bisa dikatakan sebagai akar masalah dari penyebab bangkrutnya 7-Eleven di Indonesia.

7
Banyak juga yang mengatakan bahwa bisnis 7-Eleven salah menetapkan target sasaran pasar
karena dinilai tidak cocok dengan sistem bisnis di Indonesia.
4) Ada juga penyebab lain, yaitu harga sewa properti yang semakin banyak harus dikeluarkan.
Kebanyakan dari gerai 7-Eleven memiliki gedung dua lantai dan menggunakan sistem sewa.
Harga sewa yang semakin tinggi membuat secara tidak langsung pendapatan 7-Eleven akan
berkurang. Sekali kontrak gedung yaitu 2 tahun, sedangkan pendapatan setiap gerai tidak
sama dan tidak merata. Bahkan banyak gerai yang tidak dapat menutupi harga sewa properti.
Beberapa juga menyayangkan persoalan terkait manajemen dan strategi bisnis dari 7-Eleven.
Namun pihak manajemen tidak memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan terkait
masalah tersebut.

D. penyebab tutupnya bisnis 7-Eleven


1) Ekspansi Secara Cepat & Agresif

Chandra Wijaya, sebagai Direktur Keuangan Modern Internasional menyadari bahwa ekspansi
gerai 7-Eleven dilakukan terlalu cepat di awal. Ekspansi yang dilakukan oleh 7-Eleven dibiayai oleh
pinjaman sehingga dana yang seharusnya dapat digunakan untuk operasional bisnis justru digunakan
untuk membayar pinjaman beserta bunga yang jumlahnya sangat signifikan. Hal ini tentu dapat
mengganggu modalkerja.

2) Biaya Operasional Berlebihan

Sebelum memulai bisnisnya, 7-Eleven telah melakukan pembayaran sewa tempat untuk 5-10
tahun ke depan, di mana biaya tersebut telah mereka bayarkan di muka. Tak hanya itu, 7-Eleven juga
melakukan renovasi besar-besaran untuk mengikuti standar 7-Eleven Inc. Hal ini tentu memberikan
dampak negatif bagi arus kas perusahaan, yaitu modal yang seharusnya digunakan untuk biaya
operasional justru terpakai di awal untuk biaya sewa yang seharusnya dapat dibayarkan per bulan atau
pertahun.

3) Pembengkakan Laporan Keuangan

Beban biaya operasional membengkak dalam laporan keuangan 7-Eleven. Menurut laporan
keuangan konsolidasian MDRN, pada kuartal 1 2017 7-Eleven mengalami kerugian hingga Rp 447,9
miliar. Di mana pada kuartal 1 2016, 7-Eleven masih mendapatkan laba sebesar Rp21,3miliar.

4) Daya Beli Menurun

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengaku bahwa pada lebaran 2017 lalu telah terjadi
penurunan daya beli masyarakat yang disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang semakin

8
cerdas dalam menggunakan uangnya. Ditambah lagi kompetitor 7-Eleven yang semakin menyebar
dan menawarkan bisnis serupa dengan harga yang lebih murah. Hal ini semakin membuat 7-Eleven
ditinggalkan oleh pelanggannya.

Penutupan gerai ini disebabkan model bisnis yang dilakukan perusahaan tak sesuai dengan ritel.
"Kalau ada yang ngomong sampai 7-Eleven tutup, 7-Eleven itu mungkn bisnis modelnya enggak
sesuai dengan bisnis model ritel," ujar Darmin di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis (6/7). Darmin
menjelaskan, penurunan daya beli masyarakat memang terjadi yang diakibatkan oleh turunnya
kegiatan ekspor beberapa tahun lalu. Untuk itu, saat ini pemerintah sedang berusaha untuk
memperbaiki kinerja ekspor.

E. Pendapat Beberapa Pakar Mengenai Bangkrutnya 7-Eleven di Indonesia


1) Rhenald Kasali (Akademisi dan Praktisi Bisnis)

Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, angkat bicara mengenai penutupan gerai 7-
Eleven di Indonesia. Ia menilai ada berbagai faktor dapat membuat bisnis alami kemunduran. Terkait
penutupan gerai 7-Eleven ada kabar yang menyebutkan kalau bisnisnya terlalu cepat besar, tidak
merespons kebijakan, dan konsep nongkrong yang gagal. PT. Modern Internasional Tbk melalui anak
usahanya PT Modern Sevel Indonesia mengelola gerai 7-Eleven dengan konsep berbeda dari bisnis
minimarket lainnya. Mereka menyediakan fasilitas wifi, berbagai macam makanan ringan, dan kopi.
Fasilitas ini mendorong masyarakat terutama anak muda betah nongkrong di gerai 7-Eleven. Konsep
ini pula yang membuat sejumlah minimarket lainnya meniru model bisnis 7-Eleven.

Oleh karena itu, Rhenald menilai konsep nongkrong yang gagal itu kurang pas. Lantaran PT
Modern Internasional Tbk melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia (MSI) mampu
mencetak penjualan mencapai Rp 1 triliun pada 2012. Rhenald menuturkan, bisnis model yang
dijalankan 7-Eleven di Indonesia tidak hanya ritel tetapi juga menyediakan makanan cepat saji dan
tempat untuk nongkrong. Ini juga mendorong bisnisnya cepat berkembang dan diminati anak muda.

Ia menyoroti peran regulator turut mempengaruhi bisnis model 7-Eleven di Indonesia. Rhenald
menilai regulator masih mengikuti pola lama soal perizinan. Pelaku usaha dalam hal ini manajemen 7-
Eleven di Indonesia saat itu harus memiliki izin untuk menjalankan bisnis ritel dan restoran. Rhenald
menilai, regulator kadang mengikuti dan menyenangkan pemain yang sudah ada tapi tak mau
berinovasi atau disebutnya lazy incumbents. Bila itu terus terjadi maka dapat menghambat inovasi.
Pelaku usaha lama pun tak mengantisipasi perubahan konsep persaingan dengan model bisnis baru.

2) Airlangga Hartanto (Menteri Perindustrian)

9
Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, terdapat beberapa hal yang
diperkirakan menjadi sebab dari kebangkrutan 7-Eleven. Salah satunya karena rencana bisnis yang
dianggap terlalu progresif. Adapun penyebab kedua adalah masalah pengelolaan dan persoalan
banyaknya pemegang saham. Artinya, 7-Eleven sulit untuk berkembang karena beberapa persoalan
internal.

Airlangga menegaskan bahwa melemahnya kondisi pasar di Indonesia tidak menjadi sebab
kebangkrutan gerai retail modern ini. Hanya saja, pemerintah terus memantau kondisi pasar retail di
Indonesia secara keseluruhan. Seperti diketahui, 7-Eleven memang telah beberapa kali mengalami
hambatan dan kendala dalam pengembangan bisnisnya. Hanya saja, selama ini 7-Eleven terus
berupaya untuk bertahan dengan beberapa produk dan konsep dan dipertahankan.

3) Fitch (Lembaga Pemeringkat Internasional)

Lembaga pemeringkat internasional Fitch meyakini tutupnya gerai 7-Eleven di Indonesia bukan
sebagai masalah di dunia industri ritel. Tetapi justru menggambarkan adanya kesalahan model bisnis
yang dipakai 7-Eleven di Indonesia. Fitch mengatakan permasalahan pada 7-Eleven disebabkan oleh
induk usaha tersebut yakni PT Modern Internasional Tbk (MDRN) yang menyepelekan risiko dari
regulasi dan pentingnya model bisnis yang solid. Menurut lembaga yang bermarkas di New York dan
London ini, bisnis 7-Eleven mulai susut sejak adanya aturan pemerintah yang melarang penjualan
minuman beralkohol di minimarket pada April 2015. Padahal 15 persen pendapatan 7-Eleven berasal
dari minuman beralkohol.

Selain itu pada tahun lalu, 7-Eleven telah mengurangi sekitar 28 persen jumlah gerainya di
Indonesia. Hal tersebut semakin membuat profil bisnis gerai yang terkenal dengan minuman Slurpee
tersebut terpuruk. Fitch juga meyakini masalah 7-Eleven karena adanya perbedaan dengan
convenience store, restoran cepat saji, dan restoran menengah lainnya di Indonesia. Fitch mengatakan,
sewa gerai 7-Eleven juga sangat mahal karena menyediakan tempat untuk duduk, yang mana lebih
besar dibandingkan gerai tersebut. Apalagi, gerai 7-Eleven berada di pusat Ibu Kota yang harga
sewanya lebih mahal.

F. Solusi Pemerintah Terhadap Masalah 7-Eleven di Indonesia

Tutupnya gerai 7-Eleven juga dikarenakan terpengaruh oleh regulasi di Indonesia. Seperti regulasi
dalam hal pengembangan toko, jam operasi, luasan toko, dan regulasi dalam hal produk-produk yang
akan dijual ke konsumen. Maka dari itu yang diperlukan adalah pemerintah agar memperbarui
regulasi mengenai usaha ritel di Indonesia. Sejak tahun 2015, pendapatan Sevel menurun karena

10
situasi ekonomi sedang melemah, terdapat daya saing yang tinggi antar minimarket. Serta
melemahnya daya beli konsumer sehingga perusahaan mengevaluasi kinerja toko yang tidak
mencapai target untuk mengurangi biaya operasional.

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan kebijakan terhadap 7-Eleven yaitu dengan mengeluarkan
larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan
terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol. Aturan tersebut mulai berlaku efektif 17 April
2015. Alasan pemerintah mengeluarkan peraturan ini adalah karena ada beberapa pertimbangan salah
satunya disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Selain itu, pemerintah juga
mengeluarkan peraturan ini untuk mengurangi dampak sosial yang bisa ditimbulkan dari konsumsi
minuman keras, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran dan etika dan norma sosial yang telah
ditetapkan dalam masyarakat.

Namun, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai, penutupan gerai 7-Eleven di
Indonesia harus disikapi pemerintah dengan perubahan kebijakan. Pemerintah diharapkan
mengeluarkan kebijakan baru terkait pembukaan gerai ritel berjenis convinience store. Ketua Aprindo
Roy Mandey mengatakan, beberapa kebijakan pemerintah sudah alot dan tak sesuai dengan
perkembangan zaman. Padahal, setiap harinya, para pelaku industri ritel selalu siap untuk
mengembangkan pola bisnisnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan konsumen. 

Berkaca dari pengalaman pahit 7-Eleven, Roy melihat setidaknya ada dua izin yang harus
diperbaharui oleh pemerintah. Pertama, terkait izin mendirikan gerai ritel. Dengan adanya jenis baru,
yakni convenience store, pemerintah diharapkan bisa meneluarkan aturan main yang berbeda dari
sebelumnya. Status izin gerai convenience store perlu diperjelas, baik dari sisi perpajakan, izin
ekspansi, maupun produk yang dijual sehingga tak lagi terjadi tumpang tindih aturan pada industri
tersebut. Kedua, terkait izin penjualan minuman beralkohol (minol) di minimarket. Menurut Roy,
pelaku ritel memang setuju bila pemerintah ingin agar pengawasan terhadap peredaran minol
diperketat. Namun, bukan berarti melarang penjualannya di miminarket dan convinience store, seperti
yang saat ini tertuang di Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku organisi merupakan salah satu peran penting dalam melakukan suatu usaha atau bisnis.
Tiap individu harus mampu bertindak dengan bijak dalam sebuah organisasi karena dalam organisasi
yang menjadi hal utama adalah kepentingan bersama. Otomatis banyak kepentingan individu yang
seharusnya di kontrol demi kelangsungan sebuah organisasi dengan baik. Sebab, organisasi tidak
hanya memiliki satu individu, tetapi beberapa individu yang membentuk sebuah kelompok untuk
mencapai sebuah keputusan yang akan dilaksanakan untuk kepentingan atau keuntungan seluruh
anggota.

Kita lihat dari 7-Eleven, sebenarnya bisnis ini termasuk bisnis yang sukses di dunia. Bahkan
bisnis 7-Eleven telah tersebar tidak hanya di Asia saja, tetapi juga di Eropa dan Amerika. 7-Eleven
menjadi mini market dengan jaringan terbesar di dunia dan meraup keuntungan yang tidak sedikit.
Namun, di Indonesia bisnis 7-Eleven sempat jaya tetapi tidak lama. Banyak penyebabnya ada dari
faktor internal dan juga eksternal.

Bagi sebuah bisnis, untung-rugi memang sudah menjadi resiko yang harus dipikirkan sejak awal
membangun suatu usaha atau bisnis. Namun, hal utama yang harus diperhatikan adalah mempunyai
informasi yang cukup. Informasi yang dimaksud adalah informasi pasar. Apa yang diinginkan
konsumen, dan lokasi yang strategis. Pembukaan 7-Eleven di Indonesia bisa dibilang gagal karena
sistem bisnis di Indonesia belum memasuki sistem bisnis seperti negara-negara besar seperti Amerika
dan beberapa negara di Eropa.

Dan juga, karena larangan penjualan minuman keras oleh pemerintah yang di ajukan oleh
masyarakat, menjadi satu hal yang harus dipertimbangkan. Mayoritas masyarakat muslim yang
menolak dengan tegas penjualan minuman keras di Indonesia harus dijadikan pembelajaran bagi
pengusaha 7-Eleven. Membangun sebuah bisnis juga harus memperhatikan kondisi lingkungan
konsumen, karena di Indonesia juga memiliki masyarakat dengan suku, ras, etnis, agama dan budaya
yang beragam.

12
B. Saran

Saran dari kami adalah 7-Eleven bisa sukses membuka usahanya di Indonesia dengan
mengecualikan penjualan penjualan minuman keras. Selai itu, selama ini usaha 7-Eleven hanya
membuka gerai wilayah Jakarta saja. Akan lebih baik apabila pembukaan gerai bisa tersebar di
seluruh wilayah di Indonesia. Dengan itu akan lebih menguntungkan karena masyarakat akan lebih
mengenal 7-eleven. Selain itu, 7-Eleven dapat menghadirkan inovasi-inovasi baru yang disesuaikan
dengan mempelajari permintaan dan barang yang dibutuhkan konsumen ataupun menggunakan
inovasi dengan mengeluarkan produk yang sedang populer di masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma4111/ekma4111a/organisasi_bisnis.htm
http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/organisasi-bisnis_3016.html
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170628170605-92-224632/belajar-dari-7-eleven-
pemerintah-diminta-benahi-dua-izin
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3007573/akhir-perjalanan-gerai-7-eleven
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3004430/memetik-pelajaran-dari-kasus-gerai-7-eleven-di-
indonesia
https://www.idntimes.com/news/indonesia/sarah-apriliana-rosyadi/gerai-7-eleven-tutup-di-indonesia-
c1c2
https://economy.okezone.com/read/2017/06/26/320/1724711/analisis-menperin-soal-kebangkrutan-7-
eleven
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/analisis-fitch-7-eleven-di-ri-bisa-tumbang-kesalahan-model-
bisnis

14

Anda mungkin juga menyukai