Anda di halaman 1dari 159

Manajemen Keuangan 1

BAB I
FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN

1.1. Tujuan Perusahaan


Setiap organisasi dalam menjalankan aktivitas usahanya selalu
mempunyai tujuan tertentu. Hal ini penting sebagai pedoman bagi semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Perusahaan
sebagai organisasi yang bersifat profit motif juga mempunyai tujuan.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan bagi
pemegang saham. Peningkatan kemakmuran ini diwujudkan dengan
memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat dicerminkan dari harga saham.
Dengan demikian keputusan yang diambil dalam bidang keuangan yang
melimputi keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan keputusan
dividen harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan manajemen yang baik dalam segala bidang yaitu
produksi, pemasaran, personalia dan keuangan.
Dalam mempelajari manajemen keuangan tidak dapat lepas dari
keadaan struktur kekayaan, struktur keuangan dan struktur modal
perusahaan. Hal ini untuk mengetahui berapa besar dan bagaimana keadaan
struktur kekayaan, struktur keuangan serta struktur modal perusahaan, yang
tercermin dalam neraca setiap perusahaan.
Sesuai dengan rencana jangka panjang, manajer keuangan harus
menyediakan model guna mendukung pertumbuhan. Perusahaan yang
berhasil biasanya memperoleh tingkat penjualan yang tinggi yang
membutuhkan penambahan investasi pabrik, peralatan dan jasa. Manajer

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

keuangan harus membantu penentuan tingkat pertumbuhan penjualan yang


optimal dan pengambilan keputusan atas investasi spesifik yang diperlukan
dan cara terbaik untuk membiayai asset - asset tersebut, haruskah
perusahaan dibiayai dengan hutang evau ekuitas, dan jika hutang
digunakan, haruskah itu jangka panjang atau jangka pendek.
Jadi ada implikasi keuangan pada hampir semua keputusan usaha.
Oleh karena itu manajer keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif lain
untuk menjamin bahwa perusahaan beroperasi seefisien mungkin. Sebagai
contohnya keputusan pemasaran mempengaruhi pertumbuhan penjualan,
yang selanjutnya menyebabkan perubahan kebutuhan akan investasi. Jadi
para pengambil keputusan pemasaran harus mempertimbangkan dengan
cara bagaimana tindakan mereka mempengaruhi (dipengaruhi oleh) faktor-
faktor seperti ketersediaan dana, kebijakan persediaan dan penggunaan
kapasitas pabrik.

1.2. Fungsi Manajemen Keuangan


Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, manajemen keuangan
juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada mulanya
manajemen keuangan diartikan sebagai usaha-usaha untuk menyediakan
dana. Pada perkembangan selanjutnya pengertian manajemen keuangan
tidak hanya mencakup usaha-usaha untuk mendapatkan dana, tetapi juga
meliputi kegiatan-kegiatan untuk menggunakan atau mengalokasikan dana-
dana yang telah diperoleh. Dengan demikian peranan manajemen keuangan
semakin luas dan kompleks.
Secara garis besar fungsi manajemen keuangan menyangkut 3
keputusan pokok yang diambil oleh manajer keuangan suatu perusahaan,
yaitu :
1. Keputusan investasi (Investment Decision)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 2


Manajemen Keuangan 3

Yaitu keputusan yang menyangkut masalah bagaimana manajer


harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang
akan mendatangkan keuntungan di masa depan. Jenis dan besarnya
investasi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungannya.
Keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat
diperkirakan secara pasti, karenanya investasi akan menanggung
resiko atau ketidak-pastian. Resiko dan ketidak-pastian dari
investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
memaksimumkan nilai perusahaan
2. Keputusan pembelanjaan (Financing Decision)
Adalah keputusan untuk memilih berbagai alternatif sumber dana
sehingga dapat dihasilkan suatu komposisi pembelanjaan yang
paling efisien.
Keputusan pembelanjaan pada dasarnya berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dana, baik pemilihan berbagai alternatif
sumber dana yang dapat ditarik oleh perusahaan maupun
penentuan perimbangan atau komposisi antara berbagai sumber
dana. Dana atau modal yang dapat dipergunakan oleh perusahaan,
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu modal sendiri dan modal
asing.
Termasuk dalam modal sendiri adalah modal yang berasal dari
dalam perusahaan itu sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau
dibentuk sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan, maupun
modal yang berasal dari luar perusahaan yang berupa pengeluaran
saham biasa dan saham preferen. Modal asing adalah modal
berasal dari kreditur, sehingga modal ini merupakan hutang bagi
perusahaan, dan bentuk modal ini adalah hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Keputusan pembelanjaan akan menentukan perimbangan atau


komposisi modal sendiri dan modal asing. Perimbangan antara
kedua sumber dana tersebut dalam perusahaan menentukan
struktur finansial dari perusahaan tersebut. Struktur finansial
mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan
dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada
keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan
pula perimbangan antara keseluruhan modal asing ( baik jangka
pendek maupun jangka panjang ) dengan jumlah modal sendiri
dan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri,
membentuk struktur modal.
3. Keputusan dividen
Dividen adalah bagian keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen
merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh
pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan maksimalisasi
kesejahteraan bagi pemegang saham.
Secara singkat fungsi utama manajemen keuangan adalah
merencanakan, memperoleh dan memanfaatkan dana guna memaksimalkan
nilai perusahaan (the value of the firm), sehingga manajer keuangan
bertanggungjawab menyangkut keputusan tentang investasi yang harus
dilakukan, cara pengelolaan yang paling efektif atas sumber daya yang ada.
Jika tanggungjawab ini dijalankan secara optimal, manajer keuangan akan
membantu pemaksimuman nilai perusahaan, dan juga akan meningkatkan
kesejahteraan jangka panjang dari para pelanggan dan karyawannya.
Keputusan – keputusan di atas tidak dapat lepas dari manajer
keuangan dan secara ringkas kegiatan utama manajemen keuangan dapt
dilihat pada skema 1 berikut ini :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 4


Manajemen Keuangan 5

2 1
Aktiva Manajer Pasar
Perusahaan Keuangan 4b Keuangan

Kegiatan Utama Manajer Keuangan

Skema 1 : Kegiatan Utama Manajer Keuangan


Sumber : Husnan dan Enny P (1996 : 5)
Keterangan :
1. Manajer Keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan
atau Financial Market.
2. Dana yang diperoleh diinvestasikan pada bagian aktiva
perusahaan.
3. Dari kegiatan menanamkan dana perusahaan mengharapkan
memperoleh laba.
4a. Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke
pemilik dana.
4b. Atau diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Setiap perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pasar
keuangan umum tempat tersedia dana, sekuritas perusahaan
diperdagangkan dan para investor mendapat untung atau rugi. Oleh karena
itu manajer keuangan harus mengerti bagaimana pasar keuangan bekerja.
Keputusan pembelanjaan selalu menggambarkan banyak teori tentang pasar
keuangan.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Pasar keuangan/financial market terdiri atas lembaga dan


mekanisme yang memungkinkan terciptanya aliran dana dari pihak yang

mengalami surplus dana kepada pihak yang memerlukan dana. Oleh karena
itu fungsi pasar keuangan adalah menjembatani proses pemindahan dana
tersebut secara langsung dan tidak langsung.
Sementara itu pasar keuntungan dapat dikategorikan dalam dua jenis
berdasarkan jatuh tempo asset keuangan yang diperjual belikan yaitu pasar
uang/money market dan pasar modal/capital market. Pasar uang adalah
tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka pendek/short-term
financial assets yaitu asset keuangan yang beredar kurang dari satu tahun,
seperti obligasi pemerintah, sertifikat deposito dan commercial paper. Pasar
modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka
panjang/long-term financial assets yang bisa berupa obligasi, saham
preferen dan saham biasa.

1.3. Perkembangan Manajemen Keuangan


Di dalam perkembangannya, manajemen pembelanjaan telah
banyak mengalami perubahan. Ketika pertama kali manajemen
pembelanjaan tampl pada sekitar tahun 1990-an tekanan pembahasannya
masih berkisar hal-hal yang berkaitan dengan masalah hukum, misalnya
merger, konsolidasi dan macam-macam surat berharga yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Pembelanjaan pada saat ini terkenal dengan sebutan
Corporation Finance yang dipandang sebagai satu bidang studi tersendiri,
padahal sebelumnya dianggap sebagai bagian dari ilmu ekonomi.
Menjelang tahun 1920-an era industrialisasi melanda negara-negara
di Eropa dan Amerika dimana persoalan kritis yang dihadapi perusahaan
pada waktu itu adalah mendapatkan modal untuk perluasan. Laporan
akuntansi dan catatan finansial pada masa itu belum bisa diandalkan. Kalau

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 6


Manajemen Keuangan 7

ada catatan semacam itu karena adanya peraturan-peraturan yang


mengharuskan. Sampai dengan tahun 1920-an penitikberatan pada surat –
surat berharga masih ada.
Pada masa depresi tahun 1930-an terjadi perubahan yang radikal.
Kegagalan-kegagalan dalam dunia usaha pada masa itu memaksa dilakukan
pembahasan mengenai pembelanjaan yang ditekankan pada likwidasi dan
reorganisasi, likwidasi perusahaan dan peraturan-peraturan pemerintah
tentang pasar modal. Aliran konservatif masih memainkan peranan utama,
khususnya perhatian terhadap hal-hal bagaimana perusahaan dapat
mempertahankan struktur finansialnya dengan tepat. Pada masa itu
pembelanjaan masih merupakan hal yang diskriptif dan memfokuskan pada
masalah - masalah hukum, namun tekanannya berubah dari usaha-usaha
perluasan ke usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Selama tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an
pembelanjaan masih tetap dianggap sebagai suatu hal yang diskriptif,
namun selama masa itu sebagian waktu telah dicurahkan pada pengurusan
anggaran, perencanaan dan pengendalian aliran kas.
Tahun 1950 merupakan titik momentum bagi perkembangan
pembelanjaan, karena sebelum tahun 1950 fungsi utama pembelanjaan
dititik beratkan pada ” usaha-usaha untuk memperoleh dana ”, sedang mulai
1950-an fungsi utamanya beralih dengan lebih menekankan pada ”
bagaimana menggunakan dana ”. Pada tahun ini Harry Markowitz
merumuskan portofolio theory, yang kemudian dikembangkan oleh Sharpe,
Litner, Treynor, pada tahun 1960-an dengan Capital Asset Pricing Models-
nya. Teori dan model tersebut berguna dalam merumuskan resiko yang
relevan untuk investasi.
Tahun 1970-an muncul Arbitrage Pricing Theory dan Option
Pricing Theory. Teori pertama memberikan alternatif (selain CAPM) untuk

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

menaksir harga aktiva, sedang teori yang kedua menjelaskan bagaimana


suatu option (pilihan) ditaksir nilainya.
Beberapa titik pembiayaan yang inovatif muncul pada tahun 1980-
an sebagai jawaban terhadap pembahasan keadaan ekonomi, misalnya
pasar untuk obligasi resiko tinggi dan berpenghasilan tinggi dikembangkan
guna membiayai merger dan usaha manajemen untuk membeli perusahaan
sendiri. Utang dengan suku bunga mengambang, dimana suku bunganya
berubah secara periodic sesuai dengan keadaan pasar, diperkenalkan guna
melindungi investor dari pengaruh buruk inflasi yang tinggi dan suku bunga
yang berfluktuasi.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 8


Manajemen Keuangan 9

BAB II
TIME VALUE OF MONEY

Pengantar
Rupiah saat ini selalu dihargai lebih tinggi daripada rupiah nanti.
Kalau seseorang akan diminta memilih untuk menerima Rp. 1.000.000,-
saat ini ataukah, misalnya Rp. 1.000.000,- satu tahun yang akan datang, dia
tentu akan memilih untuk menerima saat ini. Hal sebaliknya akan berlaku
apabila kita harus membayar atau mengeluarkan uang. Banyak para
mahasiswa yang mempraktekkan hal ini. Mereka cenderung untuk
membayar SPP mereka pada hari-hari terakhir batas pembayaran. Kalau
jumlah yang dibayar sama besarnya, mengapa harus membayar lebih awal,
kalau upaya untuk membayar sama saja ? Konsep ini penting disadari
karena seringkali analisis keuangan dilakukan terhadap data keuangan yang
disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Dalam situasi inflasi dianggap
tidak terlalu serius, perusahaan mungkin menggunakan historical cost
dalam pencatatan transaksi keuangan, dan diterapkan prinsip bahwa, satuan
moneter dianggap sama. Padahal nilai uang pada waktu yang berbeda
tidaklah bisa dianggap sama.

Tujuan Instruksional Umum


Dengan membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk
menghitung nilai waktu uang dengan menggunakan konsep-konsep yang
ada.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menghitung nilai yang akan datang dari dana yang ada saat ini.
2. Menghitung nilai saat ini dari sejumlah uang yang akan datang.
3. Menghitung nilai mendatang dari anuitas.
4. Menghitung nilai sekarang dari anuitas.
5. Membedakan seandainya pembungaan dilakukan atas dasar bulanan,
harian, triwulan dan sebagainya.
6. Mendefinisikan hubungan antara nilai, waktu dan tingkat bunga.

2.1. Konsep-Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)


Konsep nilai waktu dari uang (time Value of Money)
membandingkan nilai uang sekarang dibandingkan dengan nilai uang yang
akan datang. Pembahasan dalam konsep – konsep nilai waktu uang
meliputi:
1. Future Value/Nilai Mendatang
Nilai mendatang (Future Value) adalah nilai akumulasi rupiah
yang akan diterima di masa yang akan datang sebagai hasil investasi
yang dilakukan saat ini. Proses penghitungan nilai kahir suatu
penerimaan atau rangkaian penerimaan apabila bunga majemuk
dipakai disebut pemajemukan (compounding). Nilai mendatang
(Future Value) adalah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
FV = M (1 + i)n
Atau dengan rumus :
FV = M (FVIF i, n)
Dimana :
FV = Future Value
M = Sejumlah uang / penerimaan
I = Tingkat bunga

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 10


Manajemen Keuangan 11

n = Lama pembungaan
FVIF i, n = Future Value Interest Factor ( Faktor bunga nilai
menda-tang ).
Yaitu nilai mendatang dari Rp. 1,- yang tersimpan di dalam rekening
selama n periode dengan penghasilan 1 persen per periode, yang sama
dengan (I + i).
Misalkan Amalia menanamkan uangnya sebesar Rp. 100.000,- di
Bank ” K ” dengan bunga 12 % / tahun atas dasar bunga majemuk
(compound value). Berapa uang Amalia setelah 5 tahun ?
Maka dapat dihitung nilai mendatang sebagai berikut :
a. Pada akhir tahun ke - 1 uang Amalia adalah :
Pokok Rp. 100.000,-.
Bunga 12 % x 100.000 Rp. 12.000,-.
Rp. 112.000,-.
b. Pada akhir tahun ke - 2 uang Amalia adalah :
Pokok Rp. 112.000,-.
Bunga 12 % x 112.000 Rp. 13.440,-.
Rp. 125.440,-.
c. Pada akhir tahun ke - 3 uang Amalia adalah :
Pokok Rp. 125.440,-.
Bunga 12 % x 125.440 Rp. 15.053,-.
Rp. 140.493,-.
d. Pada akhir tahun ke - 4 uang Amalia adalah :
Pokok Rp. 140.493,-.
Bunga 12 % x 140.493 Rp. 16.859,-.
Rp. 157.352,-.
e. Pada akhir tahun ke - 5 uang Amalia adalah :
Pokok Rp. 157.352,-.
Bunga 12 % x 157.352 Rp. 18.878,-.
Rp. 176.230,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


FV = M (FVIF i, n)
= 100.000 (I + 0,12)5
= 100.000 x 1,7653 = Rp. 176.230,-.
Jadi setelah 5 tahun uang Amalia menjadi Rp. 176.230,-. Jumlah ini
jauh lebih tinggi dari jumlah yang akan diperoleh Amalia sekiranya
bunga diperhitungkan atas dasar bunga tunggal, yaitu :
Pokok Rp. 100.000,-.
Bunga = 5 x 12 x 100.000 Rp. 60.000,-.
Rp. 160.000,-.
2. Present Value/Nilai Sekarang
Nilai sekarang adalah nilai hari ini (nilai yang didiskontokan
dari arus dana dimasa yang akan datang). Proses pencarian nilai
sekarang dari suatu atau serangkaian penerimaan atau arus kas pada
masa mendatang, kebalikan dari pemajemukan adalah pendiskontoan
(Discounting).

PV = M x 1
(I + i)n
Atau PV = M (PVIF i, n)
Dimana :
PV = Present Value
FVIF i, n = Future Value Interest Factor (Faktor bunga nilai
menda-tang)
Yaitu nilai sekarang dari Rp. 1,- yang jatuh tempo n
periode dimasa datang yang didiskontokan dengan i
persen per periode.
Misalkan Ari akan menerima pembayaran sebesar rp. 1,5 juta 3
tahun yang akan datang. Berapakah Present Value uang itu sekarang

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 12


Manajemen Keuangan 13

bila tingkat bunga adalah 9 %. Maka uang yang akan diterima Ari
nilai sekarangnya :

PV = 1.500.000 x 1
(I + 0,09)3
= 1.500.000 (0,77218)
= Rp. 1.158.070,-.

3. Future Value Of An Annuity/Nilai Mendatang Dari Anuitas


Nilai mendatang dari suatu anuitas adalah nilai mendatang dari
suatu anuitas selama n periode. Anuitas adalah suatu penerimaan
series atau serangkaian penerimaan dengan jumlah yang tetap selama
periode (jangka waktu) tertentu. Jika penerimaan terjadi pada akhir
periode, maka kita memiliki anuitas biasa (Ordinary Annuity) dan jika
penerimaan dilakukan pada permulaan setiap periode, maka kita
memiliki anuitas jatuh tempo (Annuity Due). Anuitas biasa dimana
penerimaan pertama diasumsikan akan diterima pada akhir tahun
pertama, dengan demikian maka nilai sekarang dari anuitas adalah :
⎡ (I + i)n − I ⎤
FV = M ⎢ ⎥
i
⎣⎢ ⎦⎥
Atau
FVA = M . FVIFA i, n
Dimana :
FVA = Future Value of an Annuity
FVIFA i, n = Future Value Interest Factor (Faktor bunga nilai
menda-tang) untuk suatu anuitas yang terdiri dari n
pembayaran periodik dan dimajemukkan dengan I
persen.
Misalkan anda akan menerima uang sebesar Rp. 100.000/tahun
secara anuitas selama 3 tahun, yang kemudian disimpan di dalam

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

rekening bank dengan bunga 12 %. Berapakah jumlah uang yang akan


anda miliki pada akhir tahun ke – 3 ?
Pada akhir tahun ke – 1 uang anda menerima Rp. 100.000,-.
Pada akhir tahun ke – 2 uang anda menerima :
Pokok = Rp. 100.000,-.
Bunga 12 % x Rp. 100.000,-. = Rp. 12.000,-.
Rp. 112.000,-.
Jumlah uang anda :
Pada akhir tahun ke – 3 uang anda menerima :
Pokok = Rp. 100.000,-.
Bunga 12 % x Rp. 100.000,-. = Rp. 25.440,-.
Rp. 125.440,-.
Jumlah uang yang anda miliki Rp. 337.440,-.
Atau dapat digunakan rumus :
FVA = M (FVIF i, n)
FVA = 100.000 (3,3744)
= Rp. 337.440,-.
Sementara itu anuitas jatuh tempo dirumuskan sebagai berikut :
FVA = M (FVIFA i, n) (I + i)
Setiap penerimaan dimajemukkan untuk satu tahun tambahan
dan perkalian M (FVIFA i, n) dengan (I + i) akan memperhitungkan
pemajemukkan tambahan ini.
Seandainya dari contoh di atas, pembayaran tiga kali
Rp. 100.000,- dilakukan pada awal setiap tahun, maka :

Pada awal tahun ke – 1 uang anda menerima Rp. 100.000,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 14


Manajemen Keuangan 15

Pada akhir tahun ke – 1 bunga 12 % x Rp. 100.000 Rp. 12.000,-.


Jumlah uang and Rp. 112.000,-.
Pada awal tahun ke – 2 anda menerima : Rp. 100.000,-.
Rp. 212.000,-.
Pada akhir tahun ke – 2 bunga 12 % x Rp. 212.000 Rp. 25.440,-.
Rp. 237.440,-.
Pada awal tahun ke – 3 anda menerima Rp. 100.000,-.
Rp. 337.440,-.
Pada akhir tahun ke – 3 bunga 12 % x Rp. 337.440 Rp. 40.492,-
Rp. 377.932,80
Atau dapat digunakan rumus :
FVA = M (FVIF i, n)
FVA = 100.000 (3,3744) (I, 12)
= Rp. 377.932,80

4. Present Value Of An Annuity/Nilai Sekarang Anuitas


Nilai sekarang dari suatu anuitas terdiri atas n periode, yang
pembayarannya dilakukan pada akhir periode (anuitas biasa)
dirumuskan sebagai berikut :
n ⎡ t ⎤
PVA = ∑ M ⎢ (1 +1 i) ⎥
t =1 ⎣ ⎦
= M (PVIFA i,n)
Dimana :
FVA = Nilai sekarang dari anuitas (Future Value of an
Annuity)
FVIF i, n = Future Value Interest Factor (Faktor bunga nilai
menda-tang) untuk suatu anuitas yang terdiri dari n
penerimaan periodik yang didiskontokan dengan I
persen.
Misalkan anda harus membayar Rp. 1.000.000,- setiap akhir
tahun selama 3 tahun, tetapi anda lebih memilih membayar sekaligus

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

sekarang ini. Jika bunga nominal 12 % setahun, berapakah jumlah


yang harus dibayar sekaligus sekarang ?

Nilai sekarang pembayaran-1 = 1000.000 x 1 Rp892.857,10


(1 + 12 %)

Nilai sekarang pembayaran-2 = 1000.000x 1 Rp. 797.193,80


(1 + 12 %)2

Nilai sekarang pembayaran-3 = 1000.000x 1 Rp. 711.780,20


(1 + 12 %)3
Nilai sekarang yang harus dibayar Rp.2.401.831,10
Atau dengan menggunakan rumus :
n t
PVA = M ∑ ⎡⎢ 1 ⎤⎥
t = 1 ⎣ (1 + i) ⎦
= M (PVIFA i, n)
= 1.000.000 (2,4018)
= Rp. 2.401.831,10

Tetapi jika pembayaran dilakukan pada awal periode (anuitas jatuh


tempo) dirumuskan sebagai berikut :
PVA = M (PVIFA i, n) (I + i)
Seandainya dari contoh di atas, pembayaran tiga kali Rp. 1.000.000,-
dilakukan pada setiap awal tahun, maka :
Nilai sekarang pembayaran ke-1 Rp.1.000.000,-.

Nilai sekarang pembayaran-2 = 1000.000x 1 Rp. 892.857,10


(1 + 12 %)1

Nilai sekarang pembayaran-3 = 1000.000x 1 Rp. 797.193,80


(1 + 12 %)2
Nilai sekarang yang harus dibayar Rp.2.690.050,60
Atau dengan menggunakan rumus :
PVA = M (PVIFA i, n) (I + i)
= 1.000.000 (2,4018) (I, 12)
= Rp. 2.690.016,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 16


Manajemen Keuangan 17

2.2. Pembungaan Bulanan, Harian dan Sebagainya


nt
(i)
FV = M ⎡⎢1 + t ⎤⎥
⎣ ⎦
1. Pembungaan Bulanan
Misalkan : Nilai sejumlah Rp. 1.000.000,- disimpan selama 3
tahun dengan bunga nominal 12 %. Pembungaan dilakukan setiap
akhir bulan, berapakan nilai pada akhir tahun ke-3 ?
3 x 12
(0,12) ⎤
FV = 1.000.000 ⎡⎢1 +
⎣ 12 ⎥⎦

= 1.000.000 (I,01)36
= Rp. 1.430.768,76
2. Pembungaan Harian
Misalkan soal di atas, dihitung berdasarkan bunga harian (360
hari), maka nilainya akan sebesar :
3 x 360
FV = 1.000.000 ⎡⎢1 + 0,12 ⎤⎥
⎣ 360 ⎦
= 1.000.000 (0,00033333)1080
= Rp. 1.433.243,30
Memudahkan perhitungan n yang terlalu besar maupun bunga
yang tidak genap atau besar. Lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan Logaritma sebagai berikut :

FV = 1.080 log 1 + ⎡⎢ 0,12 ⎤⎥


⎣ 360 ⎦
= 1.080 log 1,0003333
= 1.080 x 0,0001444474
= 0,156319919
Antilog = Rp. 1.433.243,296

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2.3. Hubungan Antara Nilai, Waktu dan Tingkat Bunga


FV

n atau i

Pada grafik ini ditunjukkan bagaimana FV meningkat selaras dengan


berbagai tingkat suku bunga dan lamanya periode waktu. Nilai
mendatang (FV) dari suatu uang yang diterima sekarang akan naik
jika tanggal pembayaran diperpanjang, dan bahwa laju
peningkatannya akan lebih tajam jika suku bunga naik.
FV

n atau i

Nilai sekarang dari suatu jumlah uang yang akan diterima pada hari
kemudian akan turun jika tanggal pembayarannya diperpanjang ke
depan dan bahwa laju penurunan akan lebih tajam jika suku bunga
(diskonto) naik. Jika digunakan tingkat diskonto yang relatif tinggi,
maka dana yang akan jatuh tempo dikemudian hari akan memiliki
nilai yang sangat kecil pada waktu sekarang, dan bahkan dengan
tingkat diskonto yang relatif rendah, nilai dari dana yang jatuh tempo
di depan akan sangat kecil.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 18


Manajemen Keuangan 19

BAB III
KONSEP INVESTASI / CAPITAL BUDGETING

Penganggaran modal adalah merupakan investasi jangka panjang


yang umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan
memberikan manfaat jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan yang matang untuk memperkecil resiko kegagalan.
Penganggaran modal atau yang sering disebut dengan capital budgeting
yang optimal akan memaksimumkan nilai sekarang perusahaan.
Untuk maksud-maksud analisi, suatu proyek (rencana investasi)
bisa dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi berikut ini :
1. Pengenalan proyek baru atau pembuatan produk baru.
2. Penggantian peralatan atau pabrik.
3. Penelitian dan pengembangan.
4. Eksplorasi.
5. Lain – lain.
Langkah awal sebelum melakukan investasi, perusahaan harus
menaksir arus kas terlebih dahulu. Seringkali untuk menaksir arus kas
dipergunakan taksiran rugi laba sesuai dengan prinsip akuntansi dan
kemudian merubahnya menjadi taksiran atas dasar arus kas, sebagai berikut
:
Taksiran arus kas dengan memodifikasi laporan akuntansi
Menurut Akuntansi Penjelasan Arus Kas
Penjualan Rp. 2.000.000.000,-. Kas masuk Rp. 2.000.000.000,-.
Biaya-biaya

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

- Yang sifatnya tunai Rp. 1.000.000.000,-. Kas keluar Rp. 1.000.000.000,-.


- Penyusutan Rp. 500.000.000,-.
Laba Operasi Rp. 500.000.000,-.
Pajak (30 %) Rp. 150.000.000,-. Kas keluar Rp. 150.000.000,-.
Laba Setelah Pajak Rp. 500.000.000,-. Kas masuk bersih Rp. 850.000.000,-.

Sesuai dengan prinsip akuntansi, laba bersih dilaporkan


sebesar Rp. 350.000.000,-. Sedangkan menurut arus kas,pada periode
tersebut proyek tersebut menghasilkan kas masuk bersih sebesar Rp.
850.000.000,-. yang dihasilkan dari Kas Masuk Bersih = Laba Setelah
Pajak ditambah dengan Penyusutan. Jika kita perhatikan dalam taksiran rugi
laba sama sekali tidak dimunculkan transaksi yang menyangkut keputusan
pendanaan, yaitu pembayaran bunga. Hal ini merupakan cara yang benar.
Berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada arus kas
dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku, karena
keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum tentu dalam bentuk kas,
sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai kas yang lebih
besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam
buku. Untuk memperkirakan cash flow/arus kas, ada 2 macam pola, yaitu :
1. Yang konvensional dan non konvensional.
2. Anuitas dan bukan Anuitas (Mixed Scream).

1. Cash flow yang konvensional


Dimana pengeluaran investasi diikuti oleh serangkaian cash flow
(arus kas masuk).
Misalkan cash flow/pengeluaran investasi Rp. 1.000.000,-
asumsi cash flow Rp. 200.000,- per tahun selama 8 tahun.
Petanya sebagai berikut :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 20


Manajemen Keuangan 21

cash flow 200.000 200.000 200.000


200.000 200.000 200.000 200.000
200.000
………….. 012 3 45 6 7 8

Rp. 100.000,-.
tahun
Cash outflow

2. Cash inflow yang non konvensional


Dimana setelah investasi yang ke – 1 dan setelah serangkaian
cash flow, diselingi lagi investasi yang ke – 2.
Misalkan : Investasi I Rp. 2.000.000,- tahun berturut-turut cash
flow Rp. 500.000,-. Tahun ke – 5 pengeluaran untuk perbaikan Rp.
850.000,- cash flow tetap Rp. 500.000,-/tahun 5 tahun lagi.
cash flow 500.000 500.000
500.000
500.000 500.000 500.000 500.000
500.000
………….. 012 3 45 6 7 8

Rp. 200.000,-. Rp. 850.000


tahun
Cash outflow

3.1. Pengertian Capital Budgeting


Capital Budgeting adalah keseluruhan proses perencanaan
mengenai pengeluaran dana dimana jangka waktu pengembalian
melebihi 1 tahun. Capital Budgeting mempunyai arti yang sangat
penting bagi perusahaan karena :
1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang
lama.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut perkiraan penjualan


dimasa datang selama periode tertentu.
3. Keputusan dalam Capital Budgeting yang baik akan bisa
meningkatkan ketepatan perolehan aktiva tetap dan kualitas aktiva
tetap yang diinginkan.
4. Suatu kegagalan dapat terjadi baik karena keterlambatan dalam
mengganti peralatan atau aktiva yang usang dengan peralatan
modern.
Capital Budgeting secara keseluruhan meliputi :
a. Penerapan teori ekonomi klasik dimana pendapatan marjinal harus
sama dengan biaya marjinal investasi optimal.
b. Yang dimaksud dengan biaya marginal ( marginal revenue )
adalah
tambahan pendapatan karena tambahan satu rupiah penjualan,
sedangkan biaya marjinal atau biaya modal marjinal yaitu
tambahan biaya setiap tambahan modal.

Investasi yang optimal akan dapat tercapai pada saat biaya


modal marjinal (marginal cost of capital) sama dengan internal rate of
return. Hal ini akan mudah dipahami karena apabila perusahaan
melakukan investasi hingga biaya modal marjinal lebih tinggi
daripada IRR, maka nilai perusahaan akan menurun. Namun perlu
dipahami bahwa, untuk mengestimasi biaya modal marjinal mungkin
akan sedikit mengalami kesulitan.

3.2. Metode Penilaian Profitabilitas Investasi


Untuk menilai suatu investasi ada beberapa metode. Pada garis
besarnya digolongkan ke dalam dua, yaitu :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 22


Manajemen Keuangan 23

a. Undiscounted cash flow


Metode ini tidak memperhitungkan unsur waktu dari uang. Dua
metode yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
1. Average Rate of Return (ARR)
2. Payback Period
b. Discounted cash flow
Metode ini memperhitungkan unsur waktu dari uang. Tiga metode
yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
1. Net Present Value (NPV)
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Profitability Index (PI)
Masing-masing metode akan dibahas berturut – turut sebagai
berikut :

1. Average Rate of Return (ARR)


Average Rate of Return (ARR/Accounting Rate of
Return) menunjukkan prosentase keuntungan netto sudah pajak
dihitung dari average investasi atau initial investment,
karenanya metode ini mendasarkan diri pada keuntungan yang
dilaporkan dalam buku (Reported Accounting Income).
Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, praktis dan mudah
dimengerti, namun lebih cocok untuk pengukuran hasil-hasil
jangka pendek, rumus yang digunakan :

Rata − rata Laba Setelah Pajak


ARR = x 100 %
Rata − Rata Investasi

Kekurangan dari metode ini :


1. Hasil perhitungan bisa berbeda karena digunakan angka
rata-rata dan dihitung setiap tahun.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2. Bagaimana menentukan tingkat keuntungan (rate of return)


yang dianggap layak.
3. Konsep ini menggunakan konsep laba akuntansi.
4. Mengabaikan nilai waktu dari uang.
Misalkan :
Investasi pada awal tahun sebesar Rp. 12.500.000,-. Investasi
akhir tahun sebesar Rp. 11.000.000,- dan laba sebesar Rp.
3.510.000,- berarti average rate of return-nya adalah :

ARR = 3.510.000 = 3.500.000 = 29,87 %


(12.500.000 + 11.000.000) 11.750.000

2. Payback Period
Payback Period (Metode Payback) adalah nilai suatu
investasi dengan melihat waktu yang diperlukan agar
akumulasi arus kas bersih sama dengan initial investment,
atau mengukur

jangka waktu yang diperlukan agar investasi tersebut dapat


kembali. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari payback
adalah :

Investasi Netto
PP =
Arus Kas Bersih

Jika arus kas bersih setiap tahun sama, maka untuk mencari
periode payback dilakukan dengan cara interpolasi sampai
investasi netto kembali.
Kelebihan Metode Payback :
1. Metode ini sederhana.
2. digunakan untuk mengukur likuiditas proyek.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 24


Manajemen Keuangan 25

3. Dapat digunakan untuk mengukur resiko.


Kekurangan Metode Payback :
1. Metode ini tidak memperhatikan nilai waktu uang dari arus
kas dan tidak memperhatikan arus kas setelah paybak.
2. Tidak tepat digunakan untuk mengukur profitabilitas dan
oleh karena itu tidak baik untuk pengambilan keputusan.

3. Net Present Value (NPV)


Net Present Value dari suatu investasi adalah selisih
atas arus kas bersih (Cost of Capital sebagai Discount Rate)
dengan investasi bersih Present Value Net Investment.
n At − Io
NPV = ∑
t = 1 (1 + k)t
Dimana :
At = Arus kas bersih
K = Biaya modal yang menunjukkan tingkat keuntungan
minimal
yang diminta investor

N = Usia aktiva yang diharapkan


Io = Initial investment
Dengan metode NPV suatu investasi akan diterima
apabila NPV investasi tersebut adalah positif dan menolak
investasi apabila NPV investasi itu negatif atau apabila present
value arus kas bersih lebih rendah daripada investasi netto.
Selanjutnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika
investor dihadapkan pada proyek yang bersifat saling
meniadakan, maka harus dipilih proyek yang memiliki NPV
paling besar. Metode NPV lebih baik jika dibandingkan dengan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

metode payback, karena metode NPV memperhatikan nilai


waktu uang. Selain itu metode ini juga mudah digunakan untuk
menilai suatu investasi, karena NPV yang positif akan
meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan.

4. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return adalah discount rate yang
menyamakan present value arus kas bersih dengan present
value investment neto IRR adalah discount rate yang membuat
NPV investasi sama dengan nol.
Rumus IRR :
n At − Io
NPV = ∑
t =1 (1 + k)r

Dimana :
r = adalah internal rate of return yang dicari dengan trial and
error
Dengan metode IRR suatu investasi akan diterima
apabila IRR investasi tersebut lebih besar daripada biaya modal
(k) dan menolak investasi tersebut apabila IRR lebih kecil
daripada biaya modal (k).

Seperti halnya NPV metode IRR juga memperhatikan


nilai waktu uang, dalam hal ini memutuskan proyek yang
mutually exclusive, maka pilihlah investasi yang memiliki IRR
paling tinggi. Kesulitan yang mungkin akan dihadapi dalam hal
menilai suatu investasi dengan IRR adalah bila arus kas tidak
seperti biasanya, berubah dari positif ke negatif dan ini dapat
menghasilkan multiple IRR.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 26


Manajemen Keuangan 27

5. Profitability Index (PI)


Profitability Index (PI) sering disebut benefit cost ratio
adalah rasio antara present value arus kas bersih dengan
investasi neto.
Rumus Profitability Index :
n At

t =1 (1+ k) t
PI =
10
Metode Profitability Index (PI) ini menyarankan suatu
investasi sebaiknya diterima apbila memiliki PI lebih besar
daripada satu atau sama dengan satu. Metode Profitability
Index memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya metode
NPV. Kelemahan metode NPV sulit dipahami namun dapat
mengukur kemakmuran secara relatif.

3.3. Capital Rationing/Rasionalisasi Modal


Akan timbul persoalan Capital Rationing apabila terdapat
batasan anggaran dana yang tersedia dan dihadapkan pada suatu
portofolio dari investasi, karenanya kita perlu memilih beberapa
alternatif investasi yang dapat dicapai dari anggaran yang tersedia dan
keuntungan yang tinggi.
Misalkan :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Usulan Proyek PI Nilai Investasi


1 1,18 Rp. 2.000.000,-.
2 1,13 Rp. 500.000,-.
3 1,10 Rp. 1.750.000,-.
4 1,08 Rp. 1.250.000,-.
5 1,04 Rp. 750.000,-.
6 1,01 Rp. 1.000.000,-.
Jika hanya tersedia dana sebesar Rp. 3.000.000,-, maka
investasi yang menguntungkan adalah kombinasi alternatif (1 dan 6),
karena :
Alternatif I : 1,18 x 2.000.000 = Rp. 2.360.000,-.
Alternatif II : 1,01 x 1.000.000,-. = Rp. 1.010.000,-.
= Rp. 3.370.000,-.
Investasi = Rp. 3.000.000,-.
Jadi NPV sebesar = Rp. 370.000,-.
Sedang alternatif lain, katakana (3 dan 4), NPVnya = Rp. 275.000,-.
Namun pemilihan alternatif investasi ini, juga didasarkan pada sifat
proyek, apakah proyek tersebut bersifat independent, mutually
exclusive atau contingent.
1. Proyek yang independent adalah proyek yang berdiri sendiri,
saling memisahkan dan bukan proyek-proyek yang berhubungan
satu sama lain. Biasanya kalau kita memilih satu proyek, berarti
menolak proyek lain karena mempunyai fungsi yang sama.
2. Proyek yang contingent adalah proyek yang mempunyai sifat
bersyarat atau kesatuan (contingen), sehingga apabila satu proyek
dilakukan maka harus juga melakukan proyek lain sebagai
kesatuan.
Misalkan :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 28


Manajemen Keuangan 29

Seorang analis proyek memperkirakan suatu rencana investasi yang


akan memerlukan dana sebesar Rp. 2.000.000.000,-. Investasi tersebut
diperkirakan akan berusia ekonomis selama 4 tahun. Taksiran rugi
laba

tetap tahunnya adalah sebagai berikut :


Tahun 1 dan 2 Tahun 3 dan 4
Penjualan Rp. 2.000.000.000,-. Rp. 2.500.000.000,-.
Biaya – biaya
- Yang sifatnya tunai Rp. 1.000.000.000,-. Rp. 1.250.000.000,-.
- Penyusutan Rp. 400.000.000,-. Rp. 400.000.000,-.
Total Biaya Rp. 1.400.000.000,-. Rp. 1.650.000.000,-.
Laba sebelum pajak Rp. 600.000.000,-. Rp. 850.000.000,-.
Pajak (35 %) Rp. 210.000.000,-. Rp. 292.500.000,-.
Laba setelah pajak Rp. 390.000.000,-. Rp. 552.500.000,-.

Pada akhir tahun ke – 4 diperkirakan akan memperoleh


terminal cash inflow (nilai sisa) sebesar Rp. 400.000.000,-. Berapa PP,
NPV, IRR dan PI ?
Maka pola arus kas proyek dapat dihitung sebagai berikut : (dalam
juta Rp.)
Arus Kas Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
Investasi - 2.000
Kas Masuk :
- Operasi + 790 + 790 + 952,5 + 952,5
- Terminal + 400,0

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

a. Payback Period
Investasi Rp. 2.000.000.000,-.
Tahun 1 Rp. 790.000.000,-.
Rp. 1.210.000.000,-.
Tahun 2 Rp. 790.000.000,-.
Rp. 420.000.000,-.
Tahun 3 Rp. 952.500.000,-.
PP sama dengan 2 tahun 5,3 bulan

790 790 952,5 1.352,5


b. NPV = − 2.000 + 1
+ 2
+ +
(1,17) (1,17) (1,17) 3 (1,17) 4

NPV = - 2.000 + 2.569


NPV = + 569 juta
c. IRR dengan cara trial and error didapatkan bahwa PV kas masuk
yaitu pada saat i = 29 % dan i = 30 % sebagai berikut :
i PV kas masuk
29 % 2.019 juta
30 % 1.982 juta
Selisih 1% 37 juta
IRR = 29 % + (2.019 – 2.000)/37
= 29 % + 0,51 %
= 29,51 %
2.569.000.000
d. PI =
2.000.000.000
= 1,2845

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 30


Manajemen Keuangan 31

BAB IV
EVALUASI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, ia


perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi
keuangan perusahaan, diperlukan analisis atau interpretasi terhadap laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan memberikan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan yang tercermin dalam
Neraca (Balance Sheet) dan Laporan rugi dan Laba (Income Statement).
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan, seseorang memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran
yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio.
Adapun tujuan dari analisis keuangan adalah mengkaji angka-
angka akuntansi guna menentukan seberapa efisien perusahaan dalam
membuat dan menjual barang dengan rasio-rasio dari waktu ke waktu, atau
membandingkan rasio suatu perusahaan dengan rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis (industri).

4.1. Laporan Keuangan


Dari berbagai laporan yang disampaikan oleh perusahaan
kepada para pemegang sahamnya, laporan keuangan merupakan
laporan yang terpenting. Laporan keuangan terdiri dari :
a. Neraca (Balance Sheet atau Statement of Financial Position)
Adalah sebuah laporan yang memperlihatkan keadaan
keuangan sebuah perusahaan pada suatu saat, yang terdiri dari :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

1. Aktiva lancar
Kekayaan perusahaan yang berupa uang tunai dan kekayaan
lain yang mudah diuangkan, misalnya : piutang, kas,
persediaan.
2. Aktiva tetap
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dalam jangka waktu
lama, misalnya : gedung, mesin – mesin.
3. Aktiva yang tidak kentara
Aktiva yang secara fisik tidak dapat dilihat atau diraba tetapi
secara rill mempunyai nilai, misalnya : hak patent, hak cipta.
Pasiva terdiri dari :
1. Hutang lancar
Kewajiban finansial perusahaan yang harus dilunasi dalam
jangka waktu relatif pendek, misal : hutang dagang, hutang
deviden.
2. Hutang jangka panjang
Kewajiban finansial perusahaan yang harus dilunasi dalam
waktu lama (lebih dari satu tahun), misal : hutang obligasi.
3. Modal sendiri
Sejumlah dana yang ditanamkan pada perusahaan untuk
menjalankan kegiatannya.
b. Laporan Rugi Laba (Income Statement)
Laporan yang tujuan utamanya untuk memberikan
informasi tentang perubahan aktiva lancar dan hutang lancar.
Dalam laporan ini tidak tercantum sumber dan penggunaan dana
yang berasal dari unsur-unsur modal kerja sendiri, karena
perubahan-perubahan hanya menyangkut unsur-unsur aktiva lancar
dan hutang lancar saja.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 32


Manajemen Keuangan 33

4.2. Analisis Rasio Keuangan


Analisis ratio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan
menganalisis prestasi operasi perusahaan. Disamping itu analisis rasio
keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja
perencanaan dan pengendalian keuangan.
Dalam penggunaan analisis rasio keuangan setiap orang akan
berbeda dalam penggunaannya. Bagi manajemen perusahaan, rasio
keuangan dipergunakan untuk perencanaan dan pengevaluasian
performance (prestasi) manajemen dikaitkan dengan prestasi rata-rata
industri. Bagi manajer kredit, rasio keuangan dipergunakan untuk
memperkirakan rasio potensial yang dihadapi oleh para peminjam
(debitur) dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran
tingkat keuntungan yang diminta. Para investor akan mempergunakan
rasio keuangan sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan
obligasi berbagai perusahaan. Selain itu dapat dipergunakan untuk
mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan
dalam perusahaan. Manajer perusahaan menggunakan analisis rasio
keuangan untuk mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger
dengan perusahaan lain.
Analisis rasio keuangan biasanya dikelompokkan ke dalam
enam kelompok rasio, seperti diuraikan di bawah ini :
a. Rasio Likuiditas
Adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya jangka pendek yang segera harus
dipenuhi.
1. Current Ratio
Merupakan alat ukur bagi likuiditas (solvabilitas jangka
pendek). Dalam hal ini aktiva lancar meliputi kas, surat
berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan hutang lancar

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

meliputi pajak, hutang bunga, hutang wesel, hutang gaji dan


hutang jangka pendek lainnya.
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar
2. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek, tetapi tidak
memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan
aktiva lancar yang kurang likuid.
Aktiva Lancar - Persediaan
Quick Ratio =
Hutang Lancar
3. Cash Ratio
Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek yang
memperhitungkan kas, simpanan yang ada di Bank dan Surat
Berharga yang mudah diuangkan.
Cash Ratio =
Kas + Bank + Surat berharga yang mudah diuangkan
Hutang Lancar
4. Net working Capital to Total Asset Ratio
Net Working Capital to Total Asset Ratio =
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
Total Aktiva
b. Rasio Leverage
Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Bagi
pemilik perusahaan pemenuhan kebutuhan dana dengan menarik
hutang akan memberikan manfaat, yaitu kontrol perusahaan tidak
berkurang, dan jika perusahaan memperoleh keuntungan yang
lebih besar daripada bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur,
maka pemilik perusahaan akan memperoleh manfaat yang besar.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 34


Manajemen Keuangan 35

1. Debt to Total Assets Ratio


Rasio ini mengukur presentase total dana yang dipenuhi atau
dibiayai dengan hutang. Debt to Total Assets Ratio yang
rendah berarti menunjukkan adanya perlindungan bagi kreditur
terhadap kemungkinan lukuidasi.
Total Hutang
Debt to Total Assets Ratio =
Total Aktiva

Total Hutang
Debt to Equity Assets =
Total Modal
2. Time Interest Earned Ratio
Rasio yang mengukur seberapa besar keuntungan dapat
berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan
keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.
Time Interest Earned Ratio =
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Beban Bunga

3. Fixed Change Coverage


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
beban tetapnya berupa bunga dan sewa.
Fixed Change Coverage =
Laba sebelum bunga dan (EBIT) + Sewa
Beban Bunga + Pembayaran Sewa

4. Cash Flow Coverage


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban kas, karena depresiasi merupakan non cash
expenses, maka harus ditambahkanke dalam cash inflow.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Cash Flow Coverage =


Aliran kas masuk + Depresiasi
Div. Saham Preferen Div. Saham Biasa
Beban Tetap + +
(I − Pajak) (I − Pajak)
c. Rasio Aktivitas
Mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
menggunakan sumber dananya.
1. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tidak mempertahankan persediaan yang berlebihan.
Pola tersebut perlu disesuaikan apabila usaha perusahaan
sangat dipengaruhi oleh faktor musim (seasonal) atau sangat
berfluktuasi dari waktu ke waktu dalam satu periode tertentu.

Penjualan
Perputaran Persediaan =
Persediaan
2. Rata - Rata Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection
Period)
Rasio untuk mengukur efisiensi dalam pengumpulan piutang
perusahaan dengan membandingkan persyaratan penjualan
yang telah ditentukan. Dalam rata-rata periode pengumpulan
piutang sebaiknya dilengkapi dengan skedul pengumpulan
untuk melihat berapa lama piutang tersebut belum dibayar
(outstanding).
Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang =
Piutang
Penjualan Kredit/360

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 36


Manajemen Keuangan 37

3. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)


Rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau
perputaran aktiva tetap. Rasio yang rendah menunjukkan
adanya idle capacity penggunaan aktiva.
Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap Neto
4. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
Rasio ini mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara
keseluruhan. Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa
perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi
kapasitas investasinya.
Penjualan
Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
1. Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan. Gross Profit Margin yang rendah dari rata-
rata industri menunjukkan bahwa harga jual perusahaan relatif
lebih rendah atau harga pokok penjualan relatif lebih tinggi
atau keduanya.
Penjualan - Harga Pokok Penjualan
Gross Profit Margin =
Penjualan
2. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih (EAT) yang dihasilkan dari
setiap rupiah penjualan. Rasio ini juga dibandingkan dengan
rata - rata industri.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Laba setelah pajak (EAT)


Net Profit Margin =
Penjualan
3. Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets
Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
investasi total. Rasio yang lebih rendah dapat disebabkan
karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran
total aktiva yang rendah atau keduanya.
Laba setelah pajak (EAT)
Return on Investment =
Total Aktiva
4. Return On Net Worth (Return on Stockholders)
Yang menunjukkan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang
saham.
Laba setelah pajak (EAT)
Return on Net Worth =
Modal Sendiri
e. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan
posisi ekonominya, baik data industrinya maupun dalam kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Rasio pertumbuhan dapat dilihat
pada komponen-

komponen di bawah ini :


1. Penjualan
2. Laba setelah pajak (EAT)
3. Laba per lembar saham
4. Dividen per lembar saham
5. Harga pasar per lembar saham
Pertumbuhan dihitung dari angka periode terakhir dibagi dengan
angka periode pertama, yang menghasilkan factor bunga majemuk,
dengan menggunakan rumus :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 38


Manajemen Keuangan 39

Nilai Akhir
g= = FVIF
Nilai Awal
Dengan membandingkan komponen-komponen di atas dari tahun
ke tahun, maka akan diketahui besarnya laju pertumbuhannya.
f. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling
lengkap oleh karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi
pengaruh dari rasio risiko dengan rasio hasil pengembaliannya.
Harga Pasar
Price Earning Ratio =
Earning
Harga Pasar Saham
Market to Book Value Ratio =
Nilai Buku Per Saham
Efektivitas analisis rasio keuangan memerlukan beberapa
pengalaman dan usaha. Terdapat beberapa pendekatan dasar dalam
analisis rasio keuangan. Beberapa hubungan dasar antara rasio dan
sumber informasi yang dapat mempertinggi efektivitas analisis.

4.3. Metode dan Teknik Analisis


a. Metode Analisis
1. Analisis Horisontal
Analisis yang dilakukan dengan mengadakan pembandingan-
pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode.
2. Analisis Vertikal
Analisis yang dilakukan dengan mengadakan pembandingan
laporan keuangan untuk satu periode saja.
b. Teknik Analisis
1. Analisis Pembandingan Laporan Keuangan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Yaitu teknik dan metode analisis dengan cara


memperbandingkan laporan keuangan untuk 2 periode atau
lebih, dengan menunjuk-kan :
- Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
- Kenaikan/penurunan dalam jumlah rupiah
- Kenaikan/penurunan dalam prosentase
- Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio
- Prosentase dari total
2. Trend atau Tendensi Posisi dan Kemajuan Keuangan
Perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend
procentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisis
untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya,
apakah menunjukkan tendensi tetap atau bahkan menurun.
3. Laporan Dengan Prosentase Per Komponen (Common Size
Statement)
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber - sumber
serta

penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab - sebab


berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement
Analysis)
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab
berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-
sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisa Ratio (Ratio Analysis)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 40


Manajemen Keuangan 41

Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari


pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan R/L secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis)
Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan
laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode lain atau
perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisis Break Even
Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan
yang harus dicapai perusahaan agar perusahaan tidak menderita
kerugian tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Biaya Tetap Total
BEP =
I - Biaya Variabel/Volume Penjualan
F
TR* =
(C) (R)
Dimana :
TR* = Pendapatan Break Even (PQ)
Q* = Break Even dalam unit
P = Harga jual per unit
F = Biaya tetap total

V = Biaya variable total


v = Biaya variable per unit
c = Contribution margin per unit (P – V)
C = Contribution margin (Q) (P – v) – cd
CR = Contribution ratio (I – V/PQ)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

4.4. Analisis Du Pont


Analisis tersebut menggabungkan bersama rasio aktivitas dan
marjin laba terhadap penjualan, dan menunjukkan bagaimana rasio-
rasio tersebut saling berinteraksi dalam menentukan profitabilitas dari
aktiva.
Gambar bagian bawah menjelaskan rasio perputaran. Bagian
tersebut menunjukkan bagaimana aktiva lancar (kas, piutang, surat
berharga dan persediaan) ditambahkan pada aktiva tetap, sehingga
merupakan total investasi. Penjualan dibagi dengan total investasi
menghasilkan perputaran investasi.
Gambar bagian atas menjelaskan tentang laba bersih operasi.
Unsur-unsur beban secara individual dikurangkan terhadap penjualan
menghasilkan laba operasi bersih. Angka ini dibagi dengan penjualan
merupakan margin terhadap penjualan hasilnya adalah hasil
pengembalian atas total investasi (ROI) sebelum pajak dari
perusahaan.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Laba Operasi Bersih Penjualan
x = ROI
Penjualan Investasi

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 42


Manajemen Keuangan 43

BAB V
BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)

Biaya Modal (Cost of Capital) adalah rata-rata tertimbang


(weighted average) dari biaya masing-masing jenis modal yang digunakan
oleh perusahaan, yaitu berbagai jenis hutang (debt), saham biasa, saham
preferen dan laba ditahan.
Kebanyakan orang menganggap bahwa biaya penggunaan dana
dari hutang adalah sebesar tingkat bunga yang ditetapkan. Hal ini benar
kalau jumlah uang yang diterima sama besarnya dengan nilai nominal.
Tetapi sering terjadi bahwa, jumlah uang yang diterima lebih kecil daripada
nilai nominal hutang. Dengan demikian biaya penggunaan hutang yang
secara riil adalah lebih besar daripada tingkat bunga menurut kontrak.
Biaya modal yang digunakan tidak selalu dalam arti bunga yang
harus dibayarkan, melainkan juga biaya-biaya lain seperti biaya
pertanggungan asuransi (under writing cost), dan terjadinya perbedaan
harga saham atau obligasi per share (under pricing cost). Kedua jenis biaya
ini sering disebut dengan Flotation Cost.
Ada beberapa alasan penting mengapa kita perlu menghitung
besarnya biaya modal :
1. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan
Manajer terlebih dahulu harus mampu mengukur biaya modal itu
sendiri, untuk dapat meminimumkan biaya dari semua masukan
termasuk biaya modal.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2. Manajer keuangan perlu memikirkan biaya modal agar dapat


mengambil keputusan yang tepat dalam pemilihan dana yang
digunakan, yaitu hutang dan ekuitas atau struktur modal yang optimal.
3. Berkaitan dengan berbagai macam keputusan lain yang diambil termasuk
leasing, pelunasan obligasi dan kebijakan modal kerja.

5.1. Jenis – Jenis Modal


Sumber-sumber dana yang dapat digunakan untuk membelanjai
investasi jangka panjang pada umumnya adalah :
a. Hutang jangka panjang (Long Term Debt)
- Obligasi (bond)
b. Modal sendiri (Equity)
- Saham istimewa (Prefered Stock)
- Saham biasa (Common Stock)
- Laba ditahan (Retained Earning)

5.2. Biaya Modal Individual


Perhitungan biaya penggunaan modal dapat didasarkan atas
perhitungan sebelum pajak atau perhitungan sesudah pajak. Oleh
karena perhitungan rate of return didasarkan atas dasar sesudah pajak,
maka sewajarnya kalau pembandingnya yaitu biaya modal juga
diperhitungkan atas dasar sesudah pajak.
a. Biaya Hutang Jangka Panjang (Cost of Debt)
Biaya hutang tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang
diminta (required rate of return) oleh investor (pemilik dana).
Besarnya tingkat keuntungan yang diminta investor (Kd) tersebut
adalah sama dengan tingkat bunga.
Jika obligasi dijual dengan harga sama dengan nilai nominal dan
tidak ada flotation cost, maka biaya hutang sama dengan tingkat

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 44


Manajemen Keuangan 45

bunga (Kb = tingkat bunga). Jika obligasi terjual dengan harga di


bawah nilai nominal, maka biaya hutang lebih besar dari tingkat
bunga yang dibayarkan. Sebaliknya apabila obligasi laku dijual
dengan harga di atas nilai nominal, maka biaya hutang akan
lebih rendah daripada
bunga yang dibayarkan.
Untuk menghitung biaya obligasi digunakan formula (approximate
method) sebagai berikut :

i + N −n Nb
Cost of debt = before tax
Nb − N
2
Dimana :
I = Besarnya bunga yang dibayar
N = Nilai obligasi yang diterima pada akhir umurnya
Nb = Penerimaan bersih dari penjualan
N = Umur obligasi
Kd = Biaya sebelum pajak
Ki = Biaya sesudah pajak
t = Tarif pajak
Karena pembayaran bunga merupakan pengurangan pajak, maka
biaya setelah pajak (Ki) harus disesuaikan atas dasar setelah pajak.
Untuk menentukan Cost of Debt atas dasar after tax basis
digunakan formula :
Ki = Kb (I – t)
Misalkan :
Kita akan mengeluarkan obligasi dengan harga nominal Rp. 50
juta yang mempunyai umur 5 tahun. Hasil penjualan obligasi netto
yang kita terima sebesar Rp. 45 juta. Bunga obligasi per tahun

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Ada 4 langkah perhitungan biaya obligasi kalau menggunakan


formula di atas :
1. Mengadakan estimasi jumlah rata-rata dana yang tesedia
selama 10 tahun :
50 + 45
= 47,5 juta
2
2. Menghitung biaya rata-rata tahunan penggunaan dana tersebut,
yaitu biaya extra sebesar Rp. 7,5 juta yaitu selisih antara dana
yang diterima dengan jumlah dana yang harus dibayar kembali
sesudah 5 tahun. Kalau biaya extra ini disebarkan secara merata
selama 5 kali pembayaran bunga, berarti biaya extra per tahun
sebesar Rp. 30,- ditambahkan pada bunga yang setiap tahun
dibayarkan :
50 − 45
75 + = 8,5 juta
5
3. Menghitung persentase biaya tahunan rata-rata dari jumlah
dana rata-rata yang tersedia sebelum pajak :
8,5
x 100 % = 17,89 %
47,5
Kalau dihitung secara langsung dengan formula di atas :

7,5 + 50 − 45 7,5 + 1
Kd = 5 = x 100 % = 17,89 %
50 + 45 47,5
5
4. Menyesuaikan biaya obligasi atas dasar sesudah pajak. Apabila
tarif pajak adalah sebesar 25 %.
Ki = 17,89 % (1 – 0,25) = 13,92 %
b. Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen adalah sebesar tingkat keuntungan yang
disyaratkan (required rate of return) oleh investor saham preferen

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 46


Manajemen Keuangan 47

(pemegang saham preferen). Untuk menghitung biaya saham


preferen digunakan formula sebagai berikut :
dp
Kp =
Pn
Dimana :
Kp = Biaya saham preferen
dp = Dividen yang dibayarkan
Pn = Nilai pasar saham preferen

Misalkan nilai nominal saham preferen Rp. 12.500,- dijual dengan


harga Rp. 12.000,- deviden saham preferen setiap tahun Rp. 900,-.
Biaya saham preferen :
900
Kp = x 100 % = 7,5 %
12.000
c. Biaya Saham Biasa
Biaya saham emisi baru biasanya lebih tinggi dibandingkan
dengan dana internal (laba ditahan) karena adanya flotation cost
(biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat penjualan saham baru
tersebut, biaya administrasi dan lain sebagainya).
Untuk menghitung biaya saham biasa digunakan formula :
DI
ke = +g
PO
Dimana :
DI = Dividenyang dibayar
P = Harga pasar
g = Tingkat pertumbuhan dividen
Apabila dilakukan emisi saham baru, dengan biaya emisi (flotation
cost) :
DI
ke = +g
(i - F)P

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Misal;kan harga saham biasa sebesar Rp. 20.000,- per lembar.


Deviden yang dibayar pada akhir tahun pertama sebesar Rp.
2.000,- per lembar. Tingkat pertumbuhan dividen selama 6 tahun
yang lampau rata - rata 5 %. Dengan demikian besarnya biaya
saham biasa adalah :
2.000
Ke = + 0,05 = 0,10 + 0,05 = 15%
20.000
Apabila dilakukan emisi saham baru, maka besarnya biaya modal :
2.000
Ke = + 5 % = 16,11%
20.000 (1 - 10 %)

d. Biaya Laba Ditahan


Biaya penggunaan sumber dana yang berasal dari laba ditahan
yang berkaitan erat dengan biaya dari penggunaan saham biasa.
Besarnya biaya laba ditahan adalah sebesar tingkat pendapatan
investasi (rate of return) dalam saham yang akan diterima oleh
investor sebagai biaya kesempatan (opportunity cost), ada dua
pendekatan dalam menghitung biaya dari laba ditahan, adalah
dengan menggunakan pendekatan CAPM :
Ks = Rf + b (Rm – Rf)
Dimana :
Ks = Biaya laba ditahan
Rf = Tingkat bunga bebas resiko
b = Koefisien beta, indeks resiko saham
Rm = Rate of return pada rata – rata saham
Rm – Rf = Premi risiko saham
Dengan pendekatan cashflow, karena sulitnya memperkirakan arus
dividen dimasa yang akan datang, sehingga digunakan model
dengan pertumbuhan konstan :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 48


Manajemen Keuangan 49

DI
PO =
ks - g
Dimana :
Po = Harga saham saat ini
DI = Dividen yang diharapkan pada tahun depan
Ks = Biaya modal sendiri
g = Tingkat pertumbuhan

5.3. Biaya Modal Keseluruhan (Cost of Overall Capital)


Konsep biaya modal perusahaan (cost of Overall Capital)
secara keseluruhan bermanfaat dalam kaitannya dengan
penilaian usulan investasi jangka panjang. Oleh karena biaya modal
dari masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk
menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu
menghitung ” weighted overage ” dari berbagai sumber dana tersebut.
Penetapan bobot atau weighted dapat didasarkan pada :
- Jumlah rupiah dari masing – masing komponen struktur modal.
- Proporsi modal dalam struktur modal.
Misalkan : Suatu perusahaan mempunyai struktur modal sebagai
berikut :
Obligasi Rp. 30.000.000,-.
Saham preferen Rp. 10.000.000,-.
Saham biasa Rp. 20.000.000,-.
Laba ditahan Rp. 45.000.000,-.
Biaya penggunaan dana dari masing-masing komponen dana tersebut
sebagai berikut :
Obligasi 3,54 % Rp. 30.000.000,-.
Saham preferen 7,5 % Rp. 10.000.000,-.
Saham biasa 12,22 % Rp. 20.000.000,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Laba ditahan 7,47 % Rp. 45.000.000,-.


Perhitungan weighted overage cost of capital dari perusahaan tersebut
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
* Dengan menggunakan proporsi modal
Sumber Modal Jumlah Modal Proporsi WACC
Modal
Obligasi Rp. 30.000.000,- 3,54 % 1,06
Saham . 7,50 % 0,75
preferen Rp. 10.000.000,- 12,22 % 2,44
Saham biasa . 7,47 % 2,99
Laba ditahan Rp. 20.000.000,-
.
Rp. 40.000.000,-
.
Weighted cost of capital = 7,24 %

* Dengan menggunakan jumlah biaya modal


Sumber Modal Jumlah Proporsi WACC Biaya
Modal Modal Tertimbang
(1) (2) (3) (4) = (2) (3)
Obligasi Rp. 30.000.000,- 3,54 % 1,06 Rp. 10.620.000,-.
Saham preferen . 7,50 % 0,75 Rp. 750.000,-.
Saham biasa Rp. 10.000.000,- 2,22 % 2,44 Rp. 2.444.000,-.
Laba ditahan . 7,47 % 2,99 Rp. 2.988.000,-.
Total Rp. 20.000.000,- 100,00 % 7,24 Rp. 7.244.000,-.
.
Rp. 40.000.000,-
.
Rp. 100.000.000,-
.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 50


Manajemen Keuangan 51

7.244.000
Weighted average cost of capital = = 7,24 %
100.000.000
Biaya modal rata-rata atau biaya modal tertimbang (weight cost
of capital) tersebut akan berubah apabila ada perubahan struktur
modal atau perubahan biaya dari masing-masing komponen modal
tersebut. Selama struktur modal dan biaya masing-masing komponen
modal tersebut masih dapat dipertahankan, maka biaya modal rata-rata
tidak akan berubah meskipun ada tambahan modal yang digunakan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap tambahan dana
dalam perimbangan modal yang sama dan biaya komponennya juga
tetap sama, maka biaya modal dari tambahan modal tersebut akan
tetap sama dengan biaya modal rata-rata sebelum ada tambahan modal
dana. Dengan kata lain biaya modal marginal (marginal cost of
capital) tetap sama.

5.4. Margina Cost of Capital / MCC (Biaya Modal Marjinal)


Biaya modal rata-rata tertimbang sesudah mempertimbangkan
pajak dan biaya penempatan yang berlaku untuk penarikan dana baru
atau berikutnya, atau biaya untuk setiap tambahan modal.
Misalkan : PT ” X ” mempunyai struktur modal sebagai berikut :
(dalam juta)
Hutang jangka panjang = Rp. 500,-.
Saham preferen = Rp. 100,-.
Saham biasa Rp. 400,-.
Laba ditahan Rp. 200,-.
= Rp. 600,-.
Keterangan lain :
- Laba per lembar saham Rp. 20.000,- 60 % dibagi sebagai dividen
- Laba perusahaan 4.000 x Rp. 20.000,-. = Rp. 80 juta

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

- Dividen 60 % x Rp. 80 juta = Rp. 48 juta


Tambahan laba yang ditanamkan kembali = Rp. 32 juta
- Jumlah equity capital Rp. 632 juta (600 + 32)
- Jumlah modal perusahaan Rp. 1.232 juta
- Dalam struktur modal lama equity 50 %
- Bila equity tetap dipertahankan 50 % = Rp. 32 juta
- Tambahan modal Rp. 32 juta : ½ = Rp. 64 juta, dengan komposisi :
Hutang jangka panjang 41,7 % x Rp. 64 juta = Rp. 26.688.000,-.
Modal saham preferen 8,3 % x Rp. 64 juta = Rp. 5.312.000,-.
Equity 50 % x Rp. 64 juta = Rp. 32.000.000,-.
Jumlah = Rp. 64.000.000,-.
Kesimpulan :
1. Tingkat biaya modal marginal tidak mengalami perubahan karena
pengambilan modal baru dengan proporsi yang sama.
2. Jika Equity > Rp. 32 juta, maka perusahaan harus mengadakan
emisi saham baru, otomatis cost of equity capital > 14 % karena
ada biaya-biaya penempatan saham baru tersebut.
Misalkan : perusahaan akan mengeluarkan saham baru 1.000 lembar
dengan nilai nominal rp. 100.000,- dengan kurs 130 %. Biaya-biaya
penempatan Rp. 10 juta dan proporsi sumber dana dipertahankan.
Berapa biaya modal rata – rata baru ?

Nilai kurs saham baru = 130 % x 100.000 = Rp. 130.000,-.


Biaya emisi = Rp. 10.000,-.
Hasil bersih = Rp. 120.000,-.
12.000
Biaya modal saham baru = x 100 % + 6 % = 16 %
120.000
Biaya modal rata – rata tertimbang baru :
= (0,417 x 5,5 %) + (0,083 x 8 %) + (0,50 x 16 %)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 52


Manajemen Keuangan 53

= 10,96 %
A Break in the MCC

Biaya
% modal
13 marjinal

12 Saham
preferen
10,96

Hutang Laba
Jangka Ditahan
Panjang
0 64 juta

Tambahan modal baru


Keterangan :
Terjadi lonjakan dalam kurva biaya modal marginal (a break in the
MCC) karena adanya emisi saham baru tersebut.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

BAB VI
STRUKTUR MODAL DAN KEUANGAN

Perusahaan dalam menjalankan usahanya, akan selalu memerlukan


modal dan berapa modal yang diperlukan perusahaan sangat tergantung
pada besar kecilnya usaha yang akan dilakukan. Modal adalah semua pos
yang ada di neraca sebelah kredit. Sedangkan yang ada di sebelah debet
disebut barang-barang modal. Sehingga pada dasarnya modal yang dimiliki
oleh perusahaan, seperti yang terlihat di sisi pasiva dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Modal asing
Adalah modal yang berasal dari kreditur, sehingga ini merupakan
hutang bagi perusahaan. Bentuk modal ini adalah hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang.
2. Modal sendiri
Modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri selain
dari luar perusahaan, yang berupa pengeluaran saham biasa atau saham
preferen juga berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, yaitu modal
yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan, seperti laba
ditahan dan penyusutan.
Dan perimbangan seluruh modal yang dimiliki perusahaan ini akan
membentuk struktur keuangan perusahaan, sedang perimbangan atau
perbandingan antara modal asing yang berupa hutang jangka panjang,
dengan modal sendiri akan membentuk struktur modal perusahaan. Struktur

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 54


Manajemen Keuangan 55

modal ditentukan oleh perbandingan antara hutang jangka panjang dan


modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan kalau keputusan investasi dan
kebijakan dividen dipegang konstan. Apabila perusahaan mengganti sebagian
modal sendiri dengan hutang (sebaliknya) tidak merubah nilai perusahaan, berarti
bahwa tidak ada struktur modal yang terbaik, yaitu yang dapat memaksimalkan
nilai perusahaan dengan menggunakan maksimalisasi harga saham yang
merupakan nilai yang baik.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian, sehingga
memaksimalkan harga saham. Ada beberapa faktor yang memperngaruhi
keputusan struktur modal, antara lain adalah :
1. Risiko bisnis perusahaan, yaitu tingkat risiko yang terkandung pada
aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang.
2. Posisi pajak perusahaan, alasan utama perusahaan menggunakan hutang
adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak
(deductible), sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya.
3. Fleksibilitas keuangan, yaitu kemampuan perusahaan untuk menambah
modal dengan persyaratan yang reasonable (masuk akal) dalam keadaan
yang kurang menguntungkan. Karena itu kemungkinan tersedianya dana
di masa mendatang dan konsentrasi akibat kurangnya dana, sangat
berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.
Sehingga dari pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat
ditarik suatu pengertian yang sama mengenai struktur modal, yaitu
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Kebijakan manajemen dalam struktur modal atau dalam menentukan
sumber-sumber pembelanjaan akan mempunyai akibat terhadap laba atas
dana sendiri. Jikalau keputusan investasi mengandung risiko usaha

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

(business risk), maka keputusan tentang struktur modal mengandung risiko


keuangan (financial risk) yang berupa kemungkinan turunnya laba atas
dana sendiri dan kemungkinan adanya kekurangan uang tunai. Dalam hal
penentuan struktur permodalan, criteria yang pokok adalah risiko keuangan
yang sekecil-kecilnya.
Untuk itu akan dibahas beberapa macam pendekatan tentang struktur
modal.

6.1. Leverage
a. Leverage adalah penggunaan dana dimana untuk itu perusahaan
harus membayar biaya atau penghasilan yang tetap kepada
pemiliknya. Leverage dianggap positif apabila hasil yang diterima
dari penggunaan dana tersebut masih lebih besar dari biaya yang
harus dibayar oleh perusahaan atas penggunaan dana tersebut.
b. Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Leverage Keuangan berarti penggunaan dana yang diperoleh
dengan suatu biaya yang tetap, dengan harapan akan meningkatkan
keuntungan yang diperoleh para pemegang saham biasa. Dana ini
dapat berupa pinjaman jangka panjang maupun modal saham yang
berdividen tetap (saham istimewa). Besarnya peningkatan
keuntungan yang diterima oleh para pemegang saham biasa
tergantung pada :
1. Perbandingan antara besar bunga dan dividen tetap dengan
tambahan laba yang diperoleh.
2. Risiko yang dihadapi perusahaan dengan penggunaan dana
(pinjaman jangka panjang dan saham istimewa).
3. Perubahan pengaruh pemegang saham biasa terhadap
perusahaan.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 56


Manajemen Keuangan 57

6.2. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Penilaian dan Biaya Modal


David Duran mengklasifikasi adanya 2 pendekatan yang
ekstrim :
1. Pendekatan laba bersih netto (Net Income Approach)
2. Pendekatan laba operasional netto (Net Operational Income
Approach) dan 2 pendukung untuk masing-masing, yaitu :
a. Traditional Approach
b. Modigliani and Miller Approach
Asumsi – asumsi :

a. Tidak ada pajak langsung.


b. Ratio Debt to Equity berubah dengan diperolehnya pinjaman untuk
membeli saham, atau mengeluarkan saham untuk membayar
pinjaman. Transaction cost tidak ada.
c. Earnings 100 % dibayarkan sebagai dividen.
d. Investors menganggap bahwa future earning daripada tiap - tiap
perusahaan adalah sama.
e. Operating Earning tersebut tidak berubah.
Dengan asumsi-asumsi di atas, kita akan meninjau 3 macam rate yaitu
:
F Biaya Bunga Tahunan
Ki = =
B Nilai pasar daripada hutang yang tersisa

E Pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham


Ke = =
S Nilai pasar dari saham - saham yang ada
Yang disebut juga Cost Equity Capitalisation Rate
Ko dinamakan Overal Capitalisation Rate atau disebut juga Weighted
Average Cost of Capital.
B S
Ko = Ki + Ke
(B + S) (B + S)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Kita akan tinjau apa yang terjadi dengan Ki, Ke, Ko apabila Degree of
Leverage (B / S) berubah – ubah.
1. Pendekatan Laba Bersih Netto (Net Income Approach)
Suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara struktur
modal dengan biaya modal, menurut konsep ini :
- Tingkat bunga dan tingkat kapitalisasi modal sendiri terpisah
atau tidak terpengaruh oleh struktur modal perusahaan.
- Tetapi biaya rata - rata tertimbang perusahaan/biaya modal
keseluruhan (Ko) akan menurun.
- Dan nilai total perusahaan akan naik, dengan adanya penggunaan
Financial Leverage.

- Financial Leverage merupakan variable yang penting dalam


keputusan pembelanjaan, karena punya pengaruh yang besar
terhadap nilai perusahaan.
Ilustrasi Pendekatan Net Income :
a. - Perusahaan menggunakan sumber dana hutang Rp. 50
juta dengan bunga 10 %.
- Laba sebelum bunga dan pajak Rp. 25 juta.
- Tingkat kapitalisasi modal sendiri (Ke) adalah 16 %.
Jumlah saham yang beredar adalah 1.250 lembar
(Nominal Rp. 100.000,- per lembar)
b. - Perusahaan selanjutnya memutuskan untuk menambah
hutang menjadi Rp. 100 juta dan membeli kembali saham –
sahamnya.
Jumlah Sumber Dana Hutang
(Dalam Ribuan) Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
Laba Operational Netto (O) 25.000 25.000
Bunga 10 % (F) 5.000 10.000

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 58


Manajemen Keuangan 59

Laba yang tersedia untuk pasar


pemegang saham (E) 20.000 15.000
Tingkat kapitalisasi modal sendiri (Ke) 0,16 0,16
Harga pasar saham (S) 125.000 93.750
Harga pasar hutang (B) 50.000 100.000
Nilai total perusahaan (V) 175.000 193.000
a. Tingkat hutang Rp. 50 juta, jumlah saham yang beredar 1.250
lembar dan perlembar harganya Rp. 100.000,-.
b. Tingkat hutang Rp. 100 juta, jumlah saham dapat dikurangi
500 lembar (1.250 lembar – 50 juta/100.000) atau 750 lembar.
c. Nilai pasar saham pada saat itu menjadi Rp. 93.750,- (15.000 :
0,16).
c 93.750
d. Jadi harga perlembar saham = = x 1 = Rp.125.000,−.
b 750
Lihat Diagram :

COC (%)

Ke
15.00
Ko

10.00 Ki

0 50 100 150 200

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2. Pendekatan Laba Operasional Netto (Net Operating Approach)


Konsep ini menyatakan :
- Penggunaan dana hutang yang murah akan diimbangi oleh
kenaikan tingkat biaya modal sendiri (Ke).
- Tetapi biaya keseluruhan (Ko) dan nilai total perusahaan tetap
konstan, walaupun terjadi perubahan dalam struktur modal
(financial leverage).
- Secara tidak langsung mengatakan bahwa, struktur modal
optimal tidak ada. Pimpinan perusahaan tidak terlampau
mengkhawatirkan tingkat financial leverage karena
pemanfaatannya tidak ada pengaruh terhadap nilai
perusahaan/harga pasar saham.
Ilustrasi Pendekatan :
Sama dengan data pada soal nomor 1 tetapi dengan tingkat
kapitalisasi menyeluruh (Ko) sebesar 16 %.
Jumlah Sumber Dana Hutang
(Dalam Ribuan) Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
Laba Operational Netto (O) 25.000 25.000
Tingkat kapitalisasi menyeluruh (Ko) 0,16 0,16
Nilai total perusahaan (V) 156.250 156.250
Harga pasar hutang (B) 50.000 0,16
Harga pasar saham (S) 106.250 100.000
Laba Operating Netto (O) 25.000 25.000
Bunga (F) 5.000 15.000
Laba yang tersedia untuk pemegang
saham (E) 20.000 15.000
Tingkat kapitalisasi modal sendiri (Ke=E/S) 18,8 % 26,7 %

Kesimpulan :
a. (Ke) meningkat dari 18,8 % menjadi 26,7 %.
b. (Ko) tetap konstan 16 %.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 60


Manajemen Keuangan 61

c. (V) tetap konstan Rp. 156.250.000,-.


d. Harga pasar saham tetap konstan, dengan penjelasan sebagai
berikut :
- Tingkat dana hutang Rp. 50 juta, jumlah saham yang beredar
1.250 lembar. Harga pasar saham per lembar = Rp.
106.250.000/1250 = Rp. 85.000,-.
- Tingkat dana hutang Rp. 100 juta, jumlah saham yang
beredar dikurangi 588 lembar (Rp. 50 juta/85.000) jadi
tinggal 662 lembar.
- Jadi harga perlembar saham setelah hutang tambah menjadi :
56.250.000
= = Rp.85.000,−.
662
Lihat Diagram :

COC (%)

Ke

16.00
15.00
Ko

10.00 Ki

0 B/S
DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE (B/S)
(Tingkat Peluang Keuangan)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2.a. Pendekatan Traditional (Traditional Approach)


Konsep tradisional mengenai hubungan financial leverage
dengan penilaian menyatakan :
b. Ada struktur modal optimal.
c. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
keseluruhan, melalui pemanfaatan financial leverage secara
hati-hati.
Ilustrasi Pendekatan Traditional :
a. Suatu perusahaan menggunakan sumber dana hutang dan
modal sendiri dengan komposisi sebagai berikut :
- Sumber modal sendiri saja.
- Dengan hutang Rp. 50 juta + modal saham.
- Dengan hutang Rp. 100 juta + modal saham.
b. Laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi netto) Rp. 25
juta.
c. Tingkat kapitalisasi modal sendiri (Ke) :
- 16 % untuk struktur modal tanpa hutang.
- 17 % untuk struktur modal dengan hutang Rp. 50 juta.
- 20 % untuk struktur modal dengan hutang Rp. 100 juta.
d. Pada tingkat hutang Rp. 100 juta, suku bunga naik menjadi 12
% (sebelumnya 10 %) , berapa tingkat kapitalisasi
menyeluruh (Ko).
Jumlah Sumber Dana Hutang
(Dalam Ribuan) Rp. __ Juta Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
Laba Operational Netto (O) 25.000 25.000 25.000
Bunga (F) 5.000 12.000
Laba yang tersedia untuk
pasar pemegang saham (E) 25.000 20.000 13.000

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 62


Manajemen Keuangan 63

Tingkat kapitalisasi modal


sendiri (Ke) 0,16 0,16 0,20
Harga pasar saham (S) 156.250 117.647 65.000
Harga pasar hutang (B) 50.000 100.000
Nilai total perusahaan (V) 156.250 167.647 165.000
Biaya modal
perusahaan (Ke=O/V) 16,0 % 14,9 % 15,2 %
Kesimpulan :
a. Melewati suatu titik tertentu (Ke) meningkat dengan cepat,
lebih cepat dari kenaikan, Financial Leverage (0,17 – 0,20)
b. Demikian juga (Ko) akan meningkat pada tingkat hutang
tertentu, (disini 100 juta) nilai perusahaan turun menjadi Rp.
165 juta (Ko naik dari 14,9 % menjadi 15,2 %).
Struktur modal optimal terletak sebelum B/S mencapai titik
100/65.
Lihat Diagram :

COC (%)

Ke
16.00
Ko

Kd

DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE


(Tingkat Peluang Keuangan)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

2.b. Pendekatan Mondigliani – Miller (MM)


1. Nilai pasar total dan biaya modal perusahaan terpisah/tidak
dipegnaruhi struktur modal perusahaan.
2. Biaya modal sendiri (Ke) meningkat untuk mengimbangi
penggunaan sumber dana hutang yang lebih murah.
3. Rate of Return minimum yang digunakan untuk menilai
usulan investasi (Minimum Required Rate of Return), sama
sekali tidak ada hubungannya dengan bagaimana perusahaan
telah dibelanjai.
Asumsi – asumsi yang digunakan :
a. Pasar modal adalah sempurna.
b. Tidak ada pajak.
c. Perusahaan mempunyai kelas risiko yang sama.
d. Semua investor mempunyai perkiraan yang sama tentang
hasil-hasil yang diharapkan dari perusahaan.
Ilustrasi Pendekatan MM :
Ada dua perusahaan A dan B, kedua perusahaan itu sama dalam
segala hal, kecuali bahwa B menggunakan peluang keuangan
atau sumber dana hutang, dalam hal ini hutang jangka panjang
sebesar Rp. 60 juta dengan bunga 5 % setahun. Berdasarkan
pendekatan tradisional B, maka memiliki nilai total yang lebih
tinggi dan biaya modal rata-rata yang lebih rendah.
Jumlah Sumber Dana Hutang
(Dalam Ribuan) Rp. __ Juta Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
Laba Operational Netto (O) 25.000 25.000 20.000
Bunga (%) (F) 12.000 12.000 3.000
Laba yang tersedia untuk
pemegang saham (E) 13.000 13.000 17.000

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 64


Manajemen Keuangan 65

Tingkat kapitalisasi modal


sendiri (Ke) 0,20 0,20 0,11
Harga pasar saham (S) 65.000 65.000 154.545
Harga pasar hutang (B) 100.000 100.000 60.000
Nilai total perusahaan (V) 165.000 165.000 214.545
Biaya modal
perusahaan (Ke=O/V) 16,0 % 14,9 % 15,2 %

Jadi menurut MM, keadaan ini tidak berlangsung terus, karena


adanya kekuatan arbritage yang akan mendorong dan
menyamakan kembali nilai daripada kedua perusahaan tersebut.
Misalkan :
Seorang investor memiliki 10 % dari saham-saham B yang
bernilai Rp. 15.454.500,-. Si investor menjual saham-saham B
tersebut, meminjam uang Rp. 6 juta dan membeli saham - saham
A seharga Rp. 20 juta (= 10 % dari Rp. 200 juta). Transaksi kas
investor dapat kita ikhtisarkan sebagai berikut :
Hasil penjualan saham – saham B Rp. 15.454.500,-.
Pinjaman uang dengan bunga 5 % setahun Rp. 6.000.000,-.
Jumlah uang tersedia Rp. 21.454.500,-.
Pembelanjaan saham-saham A Rp. 20.000.000,-.
Sisa uang Rp. 1.454.500,-.

Pendapatan bersih yang diperoleh si investor adalah :


Hasil investasi dalam saham A :
10 % x Rp. 20.000.000,-. Rp. 20.000.000,-.
Dikurangi :
Bunga pinjaman : 5 % x Rp. 6.000.000,-. Rp. 500.000,-.
Pendapatan bersih Rp. 1.700.000,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Seandainya si investor tetap menginvestasikan uangnya dalam


saham B, pendapatan yang akan diperolehnya adalah :
11 % x rp. 15.454.500,-. = Rp. 1.700.000,-.
Dari contoh ini kita melihat bahwa, dengan melakukan
transaksi ini si investor akan tetap memperoleh jumlah
pendapatan yang sama, akan tetapi mempunyai kelebihan uang
sebanyak Rp. 1.454.500,- yang dapat diinvestasikan dalam
saham-saham A atau dipinjamkan dengan bunga 5 %.
Transaksi-transaksi rasional investor-investor semacam
ini mendorong naik saham A, menurunkan Ke-nya serta menekan
harga saham B dan menaikkan Ke-nya. Proses arbitrasi ini akan
terus berlangsung hingga tidak ada kesempatan lagi bagi para
investor untuk menarik keuntungan dari perbedaan harga saham.
Pada saat itu, harga kedua saham tersebut akan sama kembali.
Sanggahan dan kritik terhadap posisi Mondigliani – Miller,
pendapat MM bahwa struktur modal tidak ada hubungannya
dengan nilai dan biaya modal perusahaan, bertitik tolak dari
asumsi adanya suatu pasar modal yang sempurna. Disebabkan
oleh factor yang umum yang kita jumpai adalah pasar modal
kurang sempurna.
Perusahaan yang terlampau banyak memanfaatkan
peluang keuangan, mungkin kurang menarik bagi para investor,
lebih-lebih bilamana ada kemungkinan bangkrut dan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kebangkrutan cukup tinggi.

6.3. Metode Pemilihan Struktur Modal


Jika hutang akan digunakan untuk menggantikan ekuitas,
sampai berapa besar jumlahnya ? Dalam semua keputusan semacam
itu, jawaban yang benar adalah bahwa struktur modal yang dipilih

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 66


Manajemen Keuangan 67

haruslah yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Beberapa


metode pemilihan struktur modal adalah sebagai berikut :
1. EBIT – EPS Analysis
Suatu metode analisa untuk meneliti dampak pemanfaatan
peluang keuangan terhadap hubungan antara laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan pendapatan per saham (EPS). Analisa ini
menyangkut perbandingan EPS dengan berbagai pilihan cara
pembelanjaan pada berbagai tingkat EBIT.
2. Indifferent Point
Tingkat laba sebelum bunga dan pajak yang akan
menghasilkan pendapatan per saham yang sama pada cara-cara
pembelanjaan yang berbeda. Titik kesamaan itu dapat dihitung
dengan rumus :
(EBIT - Bunga) (I - p) (EBIT - Bunga) ( I - p)
=
Jumlah Saham Jumlah Saham
Untuk cara pembelanjaan A Untuk cara pembelanjaan B
3. Debt Service Coverage Analysis
Suatu metode analisa untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya membayar
beban tetap berupa bunga atau bunga dan angsuran pinjaman.
Ada dua rasio yang digunakan, yaitu :
Laba sebelum Bunga dan Pajak
Kelipatan Biaya Bunga =
Biaya Bunga
Laba sebelum Bunga dan Pajak
Liputan Servis Hutang =
Angsuran Pinjaman
Biaya +
I−p

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

4. Analisa Kecukupan Dana


Suatu metode analisis untuk mengukur probabilitas bahwa,
laba sebelum bunga dan pajak jumlahnya tidak akan mencukupi
untuk menutup beban tetap berupa pembayaran bunga dan
angsuran pinjaman. Analisis teori probabilitas maupun melalui
penyusutan anggaran kas untuk kasus-kasus yang mungkin terjadi.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 68


Manajemen Keuangan 69

BAB VII
KEBIJAKAN DIVIDEN

Kebijakan dividen menentukan pembagian laba perusahaan,


apakah laba tersebut akan dibayar kepada pemegang saham sebagai dividen
atau diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Dividen kas merupakan
aliran kas yang dibayarkan kepada pemegang saham, sedangkan laba yang
ditahan merupakan salah satu sumber dana yang penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan.
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan di
satu sisi dan membayar dividen kepada pemegang saham di sisi lain. Kedua
hal tersebut selalu bertentangan. Semakin tinggi tingkat pembayaran
dividen, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dalam perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya di
dalam perusahaan, berarti semakin sedikit dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham, padahal dividen mempunyai arti penting bagi penilaian
saham. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah,
kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.

7.1. Kontroversi Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang
mengundang perdebatan, karena terdapat lebih dari satu pendapat.
Berbagai pendapat tentang kebijakan dividen dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

a. Dividen dibagi sebesar – besarnya.


Bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividenyang
dibayarkan. Apabila kita perhatikan model harga saham untuk
suatu perusahaan yang mempunyai pertumbuhan konstan, Po =
DI/(Ke–g) menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih
besar (DI) cenderung akan meningkatkan harga saham, yang
selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi perlu kita
ingat bahwa, pembayaran dividen yang semakin besar akan
mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi, sehingga
akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya
akan menurunkan harga saham.
b. Kebijakan Dividen tidak relavan
Pendapat ini menganggap bahwa perusahaan dapat saja
membagi dividen yang besar atau kecil, asalkan dimungkinkan
menutup kekurangan dana dari sumber ekstern. Jadi yang penting
adalah apakah investasi tersebut akan memberikan NPV yang
positif, tidak peduli apakah dana dari dalam perusahaan (menahan
laba), ataukah dari luar perusahaan (menerbitkan saham baru).
Apabila perusahaan mempertimbangkan menginvestasikan
keuntungan yang diperoleh, sedangkan pemegang saham
menghendaki pembagian dalam bentuk dividen, maka perusahaan
harus mengeluarkan saham baru. Bagaimana pengaruh kedua
alternatif tersebut ?
Misal neraca sebuahperusahaan sebagai berikut :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 70


Manajemen Keuangan 71

NERACA 31 DESEMBER 1999


Kas Rp. 250.000,-. Modal Rp. 2.000.000,-.
sendiri
Aktiva Lain Rp. 1.750.000,-.
Total Aktiva Rp. 2.000.000,-. Total Pasiva Rp. 2.000.000,-.
Kesempatan investasi memerlukan dana Rp. 200,- yang akan
memberikan NPV Rp. 50.000,- untuk selamanya. Apabila
perusahaan tidak membagi dividen, maka tidak perlu
mengeluarkan saham baru.
Dengan demikian neraca perusahaan menjadi :

NERACA 31 DESEMBER 1999


Kas Rp. 50.000,-. Modal Rp. 2.000.000,-.
sendiri
Aktiva Lain Rp. 1.750.000,-.
Investasi Baru Rp. 250.000,-.
Total Aktiva Rp. 2.000.000,-. Total Pasiva Rp. 2.000.000,-.
Saldo kas turun menjadi Rp. 50.000,- karena dana yang Rp.
200.000,-. Diinvestasikan. Karena NPV investasi Rp. 50.000,-,
maka PV investasi sebesar Rp. 250.000,-. Dengan demikian modal
sendiri naik menjadi Rp. 2.050.000,-.
Apabila perusahaan memutuskan membagi kas sebesar Rp.
200.000,- sebagai dividen, maka apabila akan melakukan investasi
baru perusahaan harus mengeluarkan saham baru. Misalkan tidak
ada floation cost, maka perusahaan harus menerbitkan saham baru
senilai Rp. 200.000,-.
Dengan demikian neraca perusahaan menjadi :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

NERACA 31 DESEMBER 1999


Kas Rp. 50.000,-. Modal Rp. 1.850.000,-.
sendiri
Aktiva Lain Rp. 1.750.000,-. Saham Baru Rp. 200.000,-.
Investasi Baru Rp. 250.000,-.
Total Aktiva Rp. 2.050.000,-. Total Pasiva Rp. 2.050.000,-.
Apabila perusahaan memutuskan membagi kas sebesar Rp.
200.000,- maka kekayaan tetap sebesar rp. 2.050.000,-. Hanya
bedanya yang Rp. 1.850.000,- tertanam dalam perusahaan
sedangkan yang Rp. 200.000,-. Sudah diambil.
c. Dividen dibagi sekecil – kecilnya.
Pendapat ini mempunyai pemikiran bahwa dengan
membagi dividen sekecil-kecilnya akan mempunyai kesempatan
untuk investasi baru tanpa mencari sumber dana dari luar dengan
emisi saham baru.
Apabila ada biaya emisi saham baru (floation cost), maka
dengan emisi saham baru akan memperkecil kekayaan pemegang
saham lama.
Kita ambil contoh misalnya floation cost sebesar 3 %.
Apabila kita memerlukan dana sebesar Rp. 200.000,-, maka jumlah
saham baru yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 206.186,-. Dari
jumlah tersebut yang Rp. 6.186,- merupakan floation cost. Dengan
demikian neraca perusahaan menjadi :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 72


Manajemen Keuangan 73

NERACA 31 DESEMBER 1999


Kas Rp. 50.000,-. Modal Rp. 1.843.814,-.
sendiri
Aktiva Lain Rp. 1.750.000,-. Saham Baru Rp. 206.186,-.
Investasi Baru Rp. 250.000,-.
Total Aktiva Rp. 2.050.000,-. Total Pasiva Rp. 2.050.000,-.
Keadaan neraca tersebut menunjukkan bahwa kekayaan
pemegang saham lama sebagai berikut :
Penerimaan dividen sebesar Rp. 200.000,-.
Memiliki saham senilai Rp. 1.843.814,-.
Rp. 2.043.814,-.
Jumlah tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan
tidak membagi dividen dan karenanya tidak menerbitkan saham
baru. Kalau memang kita memiliki dana untuk investasi, mengapa
harus kita bagikan sebagai dividen, sehingga harus emisi saham
baru dan membayar floation cost.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, apabila ada floation
cost, maka emisi saham baru kurang baik dan kebijakan dividen
mempunyai pengaruh terhadap kekayaan pemilik perusahaan.

7.2. Teori – Teori Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain :
peluang investasi yang tersedia bagi perusahaan, sumber-sumber
modal yang ada dan preferensi para pemegang saham untuk
pendapatan saat ini, jika disbanding pendapatan masa mendatang.
Selanjutnya bagaimana factor-faktor tersebut saling mempengaruhi
untuk menentukan suatu kebijakan dividen yang optimal bagi

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

perusahaan. Untuk itu kita mulai dengan menguji dua teori kebijakan
dividen.
1. Dividend Irrelevance Theory (Teori Ketidakrelevanan Dividen)
Dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM) ini berpendapat kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan
untuk dipersoalkan. Mereka berpendapat bahwa, nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, atau dengan kata lain
bahwa, nilai perusahaan tergantung semata-mata pada pendapzatan
yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan
tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan
(pertumbuhan). Teori tersebut mengasumsikan :
a. Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau
perusahaan.
b. Tidak terdapat biaya emisi atas jual beli saham.
c. Leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya
ekuitas perusahaan (Ks).
d. Kebijakan penganggaran modal perusahaan terlepas dari
kebijakan dividennya.
2. Bird – in – the – hand Theory (Teori Bird – in – the – hand)
Teori yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John
Lintner ini menentang asumsi dari teori MM bahwa, kebijakan
dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang
dipersyaratkan atas ekuitas investor, Ks. Mereka berpendapat
bahwa, Ks akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena
para investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian
dividen ketimbang kenaikan nilai

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 74


Manajemen Keuangan 75

modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan.
Gordon dan Lintner mengatakan bahwa, sesungguhnya investor
jauh lebih menghargai uang yang diharapkan dari dividen daripada
uang yang diharapkan dari kenaikan nilai modal karena komponen
ahsil dividen, DI/Po resikonya lebih kecil daripada komponen g
dalam persamaan total laba yang diharapkan, Ks = D1 / Po + g.
MM berpendapat bahwa Ks terlepas dari kebijakan dividen,
yang menunjukkan bahwa investor tidak peduli antara D1/Po
dengan g karena itu antara kenaikan dividen dan kenaikan nilai
modal. Menurut pandangan MM kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka
dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan
sejenis, dan bagaimanapun juga resiko dari arus kas perusahaan
bagi investor dalam jangka panjang ditentukan hanya oleh resiko
dari arus kas operasinya dan bukan oleh kebijakan pembagian
dividennya.

7.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Dividend Payout


Ratio
Kebijakan dividen menyangkut penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk
dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan
di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan
di dalam perusahaan.
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan, sedang dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan
kepada para pemegang saham. Setiap perusahaan selalu menginginkan
adanya pertumbuhan bagi perusahaan di satu pihak, dan juga dapat

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

membayar dividen kepada pemegang saham. Persentase dari


pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai ”
cash dividend ” disebut Dividend Payout Ratio.
Faktor - faktor yang mempengaruhi besarnya dividend payout
ratio adalah sebagai berikut :
a. Posisi Likuidasi
Likuiditas perusahaan faktor penting yang harus
dipertimbang-kan dalam menetapkan besarnya dividen. Oleh
karena dividen merupakanpengeluaran kas, maka semakin kuatnya
posisi kas dan likuiditas perusahaan, berarti semakin besar
kemampuan untuk membayar dividen. Suatu perusahaan yang
sedang mengalami pertumbuhan, mungkin kurang kuat posisi
likuiditasnya karena sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva
tetap dan aktiva lancar yangpermanen, sehingga kemauan
membayar cash dividend sangat terbatas. Dengan demikian
likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan di bidang
investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya. Dari uraian di
atas dapat dikatakan bahwa, makin kuat posisi likuiditas
perusahaan, makin tinggi dividend payout ratio-nya.
b. Tingkat Ekspansi Aktiva
Cepatnya pertumbuhan perusahaan yang memerlukan
modal melebih jumlah laba ditahan, memaksa perusahaan untuk
mengambil keputusan. Apabila perusahaan yakin bahwa dividen
tidak dapat mempengaruhi harga saham perusahaan secara
signifikan, maka kebijakan dividend payout ratio yang rendah
lebih disukai dan menggunakan laba ditahan untuk membiayai
ekspansi yang sebesar-besarnya.
Sebaliknya, apabila perusahaan yakin bahwa dividen kas
dapat mempengaruhi harga saham perusahaan secara signifikan,

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 76


Manajemen Keuangan 77

maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan (gain) dengan


membayar dividen yang tinggi dan menerbitkan saham sesuai
dengan kebutuhan modal dan menjualnya dengan harga tinggi.
Jadi semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar
kebutuhan untuk membiayai ekspansi aktivanya. Bila kebutuhan
dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung
untuk menahan laba daripada membayarkannya, sehingga dividend
payout ratio rendah.
c. Stabilitas Laba
Sebuah perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali
dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang.
Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayar laba dengan
persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk
dibayarkan bagi perusahaan yang memiliki laba tidak stabil,
karena tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun yang
akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk
menahan sebagian besar labanya.
d. Kendali (Control)
Variabel penting lainnya adalahpengawasan/kendali
terhadap situasi dalam perusahaan. Ada perusahaan yang
melakukan kebijakan dalam membiayai ekspansinya hanya
menggunakan dana yang berasal dari dalam perusahaan saja.
Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa, apabila ekspansi
dibiayai dari hasil penjualan saham baru, akan melemahkan
pengawasana dari kelompok dominan di dalam perusahaan.
Demikian juga apabila membiayai ekspansi dengan hutang akan
mempertahankan resiko keuangannya. Pentingnya pembiayaan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

internal dalam usaha mempertahankan kendali akan memperkecil


dividend payout ratio.

7.4. Pola Pembayaran Dividend


Perusahaan melakukan pembayaran dividen setiap kali
atau beberapa kali dalam setahun. Pembayaran dividen ini cenderung
untuk mengikuti suatu pola tertentu. Ada empat pola pembayaran
dividen yang umum diketahui, yaitu dividen sebagai residu, dividen
dalam jumlah yang stabil, dividen sebagai rasio pembayaranyang
konstan, dan dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra. Lebih
jelasnya masing-masing pola dividen akan diuraikan sebagai berikut :
a. Dividen sebagai Residu
Dalam praktek, kebijakan dividen dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya adalah kesempatan investasi dan tersedianya
dana untuk membiayai kesempatan investasi tersebut. Kenyataan
ini mengarahkan pada pengembangan kebijakan dividen sebagai
residu. Kata residu mempunyai makna ” sisa ”. Kebijakan dividen
sebagai residu mempunyai arti bahwa, perusahaan akan
membagikan dividen kepada pemegang saham jika laba
perusahaan masih tersisa setelah digunakan untuk membiayai
investasi perusahaan.
Perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen sebagai
residu, menurut Weston dan Brigham dalam menentukan rasio
pembayaran dividen perlu untuk mengikuti langkah-langkah
berikut :
- Menentukan anggaran modal yang optimal.
- Menentukan jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk
membiayai anggaran tersebut.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 78


Manajemen Keuangan 79

- Menggunakan laba ditahan yang tersedia untuk memenuhi


kebutuhan modal sendiri.
- Membayar dividen jika laba perusahaan masih tersedia setelah
digunakan untuk membiayai anggaran modal.
Kebijakan ini diharapkan dapat memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham lebih menyukai
perusahaan menahan dan menginvestasikan laba di dalam
perusahaan, jika perusahaan mempunyai kesempatan
investasi dilakukan di luar perusahaan. Sebaliknya, jika
perusahaan tidak mempunyai kesempatan investasi yang
menguntungkan, pemegang saham lebih menyukai pembayaran
dividen.
b. Dividen dalam jumlah yang stabil
Banyak perusahaan menjalankan kebijakan dividen yang
stabil, artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan
setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu,
meskipun pendapatan per lembar saham per tahun berfluktuasi.
Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun.
Apabila pendapatan perusahaan meningkat dan peningkatan ini
nampak mantap dan relatif permanen barulah perusahaan
menaikkan dividen yang dibayarkannya. Kenaikan dividen ini
akan dipertahankan untuk waktu relatif panjang.
Disamping kebijakan dividen yang stabil, terdapat
kebijakan dividen dengan tingkat pertumbuhan tetap, yang
merupakan modifikasi dari kebijakan dividen stabil. Perusahaan
menerapkan kebijakan dividen dengan pertumbuhan tetap karena
adanya inflasi yang tinggi. Inflasi cenderung mendorong
peningkatan laba perusahaan dan investor berharap perusahaan
dapat meningkatkan pembayaran dividen guna mengantisipasi

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

inflasi tersebut. Dalam hal ini perusahaan menerapkan target


pertumbuhan dividen dan berusaha untuk menaikkan pembayaran
dividen tersebut sebesar pertumbuhannya setiap tahun, missal
pertumbuhannya 6 %, maka dividen dinaikkan pembayarannya
sebesar 6 % setiap tahun.
c. Dividen sebagai rasio pembayaran yang konstan
Perusahaan yang menerapkan kebijakan dividen sebagai
rasio pembayaran yang konstan, membayar dividen sebesar rasio
pembayaran tertentu. Misalnya rasio pembayaran sebesar 50 %,
artinya jika pendapatan per lembar saham adalah Rp. 200,-, maka
besar dividen yang akan dibayarkan perusahaan adalah Rp. 100,-.
Apabila laba perusahaan tiap tahun berfluktuasi, maka dividen
yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi mengikuti
perkembangan laba perusahaan.
d. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra
Kebijakan dividen tetap yang rendah ditambah dividen
ekstra bisa diterapkan pada perusahaan yang labanya sangat
berfluktuasi. Perusahaan menetapkan dividen yang rendah agar
perusahaan mampu membayar dividen itu, meskipun dalam tahun-
tahun dimana laba perusahaan rendah. Jika laba perusahaan tinggi,
maka perusahaan akan membagikan kelebihan laba setelah dividen
dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ekstra.
Kebijakan dividen ini memberikan fleksibilitas pada perusahaan
dalam menetapkan besarnya dividen yang dibayarkan, dan
sekaligus memberikan kepastian bahwa pemegang saham akan
menerima dividen minimum.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 80


Manajemen Keuangan 81

7.5. Stock Dividend


Stock Dividend adalah pembayaran dividen dalam bentuk
saham sebagai tambahan saham kepada para pemegang saham.
Pemberian Stock Dividend tidak akan merubah jumlah modal sendiri,
tetapi merubah struktur modal sendiri (rekpitalisasi perusahaan),
sedangkan proporsi kepemilikan tidak mengalami perubahan.
Sebagai contoh suatu perusahaan memiliki struktur modal
sebagai berikut :
Saham biasa (nominal) Rp. 10.000,-, 4.000 lembar Rp. 40.000.000,-.
Agio saham (Capital surplus) Rp. 10.000.000,-.
Laba ditahan Rp. 70.000.000,-.
Modal sendiri Rp. 120.000.000,-.
Kemudian perusahaan menentukan stock dividen sebesar 10 %,
maka akan ada tambahan saham sebanyak 400 lembar. Dengan
demikian untuk setiap 10 lembar saham akan mendapat tambahan satu
lembar saham baru. Apabila harga pasar saham sebesar Rp. 15.000,-,
maka setelah stock dividend neraca perusahaan akan menjadi :
Saham biasa (nominal) Rp. 10.000,-, 4.400 lembar Rp. 44.000.000,-.
Agio saham (Capital surplus) Rp. 12.000.000,-.
Laba ditahan Rp. 64.000.000,-.
Modal sendiri Rp. 120.000.000,-.
Karena ada stock dividend 400 lembar x Rp. 15.000,- = Rp.
6.000,- ditransfer dari laba ditahan ke dalam saham biasa dan capital
surplus, dengan demikian modal sendiri tidak berubah. Bagi investor,
dengan adanya stock dividend mereka tidak memperoleh apa-apa
kecuali tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan juga
tidak mengalami perubahan. Apabila faktor lain tetap, maka
penambahan jumlah lembar saham yang beredar akan menurunkan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

harga pasar saham, sehingga nilai keseluruhan bagi investor tidak


mengalami perubahan.
Misalkan seorang investor semua memiliki 100 lembar saham,
dengan harga pasar Rp. 15.000,-, maka nilaikeseluruhan saham yang
dimiliki sebesar Rp. 15.000.000,-. Setelah stock dividend nilai pasar
akan turun menjadi Rp. 15.000,- (100/110) = Rp. 13.636,36. Dengan
demikian nilai keseluruhan saham yang dimiliki sebesar 110 x Rp.
13.636,36 = Rp. 15.000,-. Oleh karena itu stock dividend tidak
memberikan pengaruh bagi kemakmuran pemegang saham.
Tujuan perusahaan memberikan stock dividend adalah untuk
menghemat kas, karena ada kesempatan investasi yang lebih
menguntungkan, namun hal ini akan mengecewakan pemegang
saham. Maka diperlukan informasi yang benar kepada pemegang
saham, akan adanya investasi di masa yang akan datang.

7.6. Stock Split


Stock Split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi
nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar
saham yang beredar akan meningkat secara proporsional. Tujuan stock
split adalah untuk membuat saham tersebut lebih likuid dalam
perdagangan, artinya lebih sering diperdagangkan. Dengan adanya
stock split harga saham per lembar menjadi lebih murah dan jumlah
lembar saham menjadi lebih banyak. Misalnya dari satu menjadi dua,
maka harga saham akan turun menjadi setengahnya (dengan anggapan
prospek dan resiko tidak berubah) dan jumlah lembar saham akan
meningkat dua kali. Misalnya suatu perusahaan menentukan stock
split dari satu menjadi dua saham.
Neraca sebelum dilakukan stock split :
Saham biasa (nominal) Rp. 10.000,-, 4.000 lembar Rp. 40.000.000,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 82


Manajemen Keuangan 83

Agio saham (Capital surplus) Rp. 10.000.000,-.


Laba ditahan Rp. 70.000.000,-.
Modal sendiri Rp. 120.000.000,-.
Neraca setelah stock split :
Saham biasa (nominal) Rp. 5.000,-, 8.000 lembar Rp. 40.000.000,-.
Agio saham (Capital surplus) Rp. 10.000.000,-.
Laba ditahan Rp. 70.000.000,-.
Modal sendiri Rp. 120.000.000,-.
Setelah stock split nilai nominal saham berkurang dari Rp.
10.000,- per lembar menjadi Rp. 5.000,-. Tetapi saham biasa, capital
surplus dan laba ditahan tidak mengalami perubahan. Investor yang
semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah lembar
yang dimiliki menjadi 200 lembar, meskipun total nilainya tidak
mengalami perubahan.

7.7. Repurchase of Stock


Ada perusahaan yang harus melakukan pembelian
kembali sebagian sahamnya karena perusahaan memiliki kelebihan
kas, dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan.
Dengan pembelian kembali sebagian sahamnya, maka jumlah lembar
saham yang beredar akan berkurang dan dividen per lembar saham
akan lebih besar dan akhirnya harga pasar saham akan meningkat.
Misalkan suatu perusahaan memiliki dana yang tidak dapat
digunakan untuk investasi sebesar Rp. 20.000.000,- yang akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk
pembelian kembali sebagian sahamnya.
Laba dan harga pasar saham sebagai berikut :
Laba setelah pajak (EAT) Rp. 40.000.000,-.
Jumlah saham beredar 50.000 lembar

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Laba per lembar saham (LPS) Rp. 800,-.


Harga saham Rp. 9.000,-.
Price / Earning Ratio (PER) 12 x
Apabila perusahaan membagi dana tersebut sebagai dividend,
maka divident pershare (DPS) ADALAH Rp. 400,-. Setelah
pengumuman pembagian dividen tersebut, maka harga saham akan
naik menjadi Rp. 10.000,-.
Misalkan perusahaan akan membeli sebagian saham sesuai
dengan harga pasar. Dengan dana sebesar Rp. 20.000.000,- maka
dapat dibeli saham sebanyak 2.000 lembar. Dengan demikian jumlah
saham yang beredar berkurang menjadi 48.000 lembar. Apabila
prospek dan resiko perusahaan tidak berubah, dan PER juga tetap 12 x
maka :
Laba setelah pajak (EAT) Rp. 40.000.000,-.
Jumlah saham beredar 48.000 lembar
Laba per lembar saham (LPS) Rp. 83,33
Price / Earning Ratio (PER) 12 x
Harga saham Rp. 10.000,-.

Dengan demikian, baik lewat pembagian dividen maupun


pembelian kembali sebagian saham, maka kekayaan pemegang saham
meningkat sebesar Rp. 400,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 84


Manajemen Keuangan 85

BAB VIII
PENILAIAN SURAT BERHARGA BERPENGHASILAN
TETAP (OBLIGASI)

8.1. Pengertian Obligasi


Obligasi adalah surat berharga yang berkewajiban membayar
sejumlah penghasilan bunga yang telah ditentukan kepada investor
dari waktu ke waktu sampai saat pelunasan obligasi tersebut. Sebelum
kita memahami secara penuh penilaian surat berharga berpenghasilan
tetap, maka terlebih dahulu harus dibicarakan syarat-syarat yang pasti.
Obligasi itu mempunyai nilai nominal. Obligasi hampir seluruhnya
mempunyai batas waktu atau jatuh tempo yang harus dibayar oleh
perusahaan yang mengeluarkan obligasi, sebesar nilai nominalnya
kepada pemegang obligasi. Tingkat kupon atau tingkat bunga tahunan
dari nilai nominal obligasi, ditentukan dan dicatat pada obligasi
tersebut. Tingkat bunga obligasi biasanya dibayar satu tahun sekali
atau satu tahun dua kali.
Dalam penilaian obligasi, perhatian utama terletak pada
kapitalisasi aliran kas yang akan diterima pemegang obligasi selama
jangka waktu umur obligasi. Tingkat kapitalisasi aliran kas setiap
obligasi akan berbeda, tergantung pada susunan resiko obligasi
tersebut.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

8.2. Jenis – Jenis Obligasi


Adapun jenis – jenis obligasi antara lain :
a. Obligasi Berhipotek (Mortgage Band)
b. Obligasi tanpa jaminan (Debenture Bond)
c. Convertible Bond
d. Income Bond
Ad. a. Obligasi Berhipotek (Mortgage Bond)
Mortgage bond adalah hutang jangka panjang yang
dijamin dengan sekelompok asset. Apabila debitur tidak
mampu membayar kembali hutang dan bunganya, kreditur
dapat memaksa perusahaan untuk menjual asset yang dijadikan
jaminan.
Ad. b. Obligasi tanpa jaminan (Debenture Bond)
Jenis obligasi ini tak ubahnya seperti hutang jangka
panjang yang diperoleh melaui bank, perusahaan asuransi
maupun pension funds. Bunga debenture bond biasanya lebih
tinggi daripada bunga mortgage bond, karena resiko yang
dihadapi pemegang debenture juga lebih tinggi.
Ad. c. Convertible Bond
Yaitu yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk
mengganti obligasi dengan saham biasa, dengan harga yang
telah ditentukan. Convertible Bond biasanya mempunyai
tingkat bunga yang lebih rendah daripada nonconvertible bond,
tetapi menawarkan adanya capital gain dari penggantian
obligasi dengan saham biasa.
Ad. d. Income Bond
Yaitu obligasi yang memberikan bunga hanya apabila
perusahaan memperoleh laba. Dengan demikian dilihat dari

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 86


Manajemen Keuangan 87

pemegang income bond resiko yang dihadapi lebih besar


daripada jenis hutang lainnya.

8.3. Ciri - Ciri Obligasi


a. Dalam bidang resiko, obligasi menguntungkan karena memberikan
kepada pemegang prioritas dalam pembagian pendapatan dan
dalam likuidasi, serta mempunyai waktu jatuh tempo yang pasti.
b. Dalam pendapatan, pemegang obligasi mempunyai pendapatan
yang tetap kecuali untuk income bond.
c. Bidang pengendalian, pemegang obligasi tidak punya hak suara,
namun bila penerbit gagal memenuhi kewajibannya, pemegang
obligasi dapat mengambil kendali perusahaan.

8.4. Keuntungan dan Kelemahan Obligasi Bagi Perusahaan Penerbit


Ada beberapa keuntungan dan kelemahan penggunaan obligasi
yang dapat dirinci sebagai berikut :
Keuntungan penggunaan obligasi bagi perusahaan penerbit :
a. Biaya modal setelah pajak yang relatif rendah.
b. Bunga yang dibayarkan merupakan pengurangan pajak
penghasilan.
c. Melalui financial leverage dimungkinkan laba per lembar saham
akan meningkat.
d. Pengendalian perusahaan oleh pemegang saham tidak mengalami
perubahan.
Kerugian penggunaan obligasi bagi perusahaan penerbit :
a. Resiko keuangan perusahaan meningkat sebagai akibat
meningkatnya financial leverage.
b. Obligasi memberikan beban tetap bagi perusahaan.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

c. Obligasi mempunyai masa jatuh tempo yang pasti, perusahaan


harus menyediakan dana untuk pelunasan.

8.5. Nilai Obligasi dan Fluktuasi


Penilaian obligasi relatif mudah, karena pendapatan bagi
pemegang obligasi berupa bunga secara pasti setiap periode akan
diterima. Pemegang obligasi biasanya akan meminta tingkat
keuntungan lebih besar daripada tingkat keuntungan bebas resiko.
a. Obligasi dengan jatuh tempo
Pemegang obligasi yang memiliki jatuh tempo pada akhir
periode tertentu, akan mendapatkanpembayaran bunga setiap
periode (C1, C2, C3, ………Cn) selama n periode dan pembayaran
sebesar nilai nominal sebesar M pada akhir tahun ke n atau pada
jatuh tempo. Nilai atau harga obligasi merupakan present value
bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi ditambah
dengan present value pelunasan sebesar nilai nominal pada saat
jatuh tempo, dengan formula :
C
C
1
C
2 n+M
Vb = + +
(1 + Kd)1 (1 + Kd)2 (I + Kd)n
Dimana :
Vb = Nilai obligasi
C = Bunga obligasi tiap tahun
Kd = Tingkat pendapatan yang disyaratkan
n = Umur obligasi
M = Nilai jatuh tempo
Misalkan :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 88


Manajemen Keuangan 89

Obligasi berumur 3 tahun, dengan nilai jatuh tempo $ 1.000,-


bunga tiap tahun 5 % atau $ 50,- tingkat bunga yang berlaku di
pasaran 4 % per tahun, maka nilai obligasi adalah :
Tahun Bunga Discount Factor 4 Nilai Sekarang
%
1 $ 50,- 0,9615 $ 48,08
2 $ 50,- 0,9246 $ 46,23
3 $ 50,- + $ 1.000,- 0,8890 $ 933,45
Nilai Obligasi $ 1.027,76
Fluktuasi nilai obligasi dengan jatuh tempo pada berbagai tingkat
bunga yang berlaku sebagai berikut :
Suku Bunga yang Berlaku Nilai Pasar Obligasi
2% $ 1.086,50
3% 1.056,56
4% 1.027,76
5% 1.000,-
6% 973,25
7% 973,25
8% 922,66
b. Nilai obligasi tanpa jatuh tempo
Obligasi tanpa jatuh tempo atau disebut juga obligasi yang
perpetual (Perpetual Bond) berarti jatuh tempo adalah sama
dengan nol. Sehingga rumusnya menjadi :

Vb = C
Kd

Dimana :
Vb = Nilai obligasi
C = Bunga obligasi tiap tahun
Kd = Tingkat pendapatan yang disyaratkan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Obligasi yang mempunyai nilai nominal $ 1.000,- dengan


bunga tiap tahun $ 50,-, bila tingkat bunga yang berlaku di pasaran
4 % per tahun, maka nilai obligasi perpetual adalah :
$ 50
Vb = = $ 1.250,−
$ 0,04

Fluktuasi nilai Obligasi Perpetual pada berbagai tingkat bunga


yang berlaku sebagai berikut :
Suku Bunga yang Berlaku Nilai Pasar Obligasi
2% $ 2.500
3% 1.666,67
4% 1.250,-

5% 1.000,-
6% 833,33
7% 714,29
8% 625,-

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 90


Manajemen Keuangan 91

c. Perilaku harga obligasi


Nilai Obligasi
$ 2.500

Obligasi Jangka
Pendek
2.000
1.250
1.000 Obligasi Jangka
Panjang

6.25

0 2 3 4 5 6 7
Suku bunga
obligasi (%)

Atas dasar fluktuasi nilai obligasi tersebut di atas, maka dapat


diketahui perilakunya harga-harga pasar obligasi sebagai berikut :
1. Apabila tingkat keuntungan yang disyaratkan pasar lebih besar
dari tingkat bunga obligasi, maka harga obligasi akan lebih
rendah dari nilai nominalnya. Ini merupakan obligasi yang
dijual pada suatu ” discount dari nilai nominalnya ”.
2. Pada saat tingkat keuntungan yang disyaratkan pasar sama
dengan tingkat bunganya, maka harga obligasi sama dengan
nilai nominalnya. Ini merupakan obligasi yang dijual pada nilai
nominal.
3. Apabiula tingkat keuntungan yang disyaratkan pasar lebih kecil
dari tingkat bunga obligasi, maka harga obligasi akan lebih
tinggi dari nilai nominalnya. Ini merupakan obligasi yang
dijual pada suatu ” premi ” dari nilai nominalnya.
4. Apabila suku bunga yang berlaku naik, sehingga tingkat
keuntungan yang disyaratkan pasar meningkat, maka harga

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

obligasi akan jatuh. Apabila suku bunga yang berlaku turun,


maka harga obligasi akan meningkat. Jadi tingkat suku bunga
yang berlaku di pasar dan harga obligasi berubah pada arah
yang berlawanan.

8.6. Bond Refunding Analysis


Kalau kita perhatikan pada perilaku harga obligasi diketahui
bahwa apabila suku bunga turun harga obligasi akan naik. Apabila
penurunan suku bunga yang berlaku di pasar jauh di bawah tingkat
bunga obligasi, maka harga obligasi akan lebih tinggi daripada nilai
nominalnya. Pada kondisi yang demikian, pihak penerbit obligasi
(perusahaan) akan menderita kerugian karena harus membayar beban
bunga yang terlalu tinggi. Dengan demikian perlu dilakukan
keputusan untuk membeli kembali obligasi yang beredar dan
mengganti dengan obligasi yang baru dengan tingkat bunga yang
rendah.
Untuk menganalisis bond refunding ini dapat digunakan
metode NPV dari aliran kas masuk berupa penghematan pembayaran
bunga dengan aliran kas keluar meliputi : call premium, Overlap;ing
pembayaran bunga.
Misalkan :
Sebuah perusahaan mengeluarkan obligasi Rp. 100.000,- lima tahun
yang lalu dengan tingkat bunga 12 % per tahun. Obligasi tersebut akan
jatuh tempo dalam waktu 30 tahun. Karena menurunnya suku bunga
yang berlaku, maka timbul pemikiran untuk mengganti obligasi lama
dengan obligasi baru dengan tingkat bunga 10 %. Call price obligasi
sebesar 107 %.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 92


Manajemen Keuangan 93

Perusahaan harus mengeluarkan obligasi baru satu bulan sebelum


bond refunding dilakukan agar diperoleh dana yang cukup. Tarif pajak
40 %.
Pertama dihitung penghematan bunga :
Obligasi lama = (100.000.000) (0,12) (1-0,40) = Rp. 7.200.000,-.
Obligasi baru = (100.000.000) (0,10) (1-0,40) = Rp. 6.000.000,-.
Penghematan bunga atas penggantian obligasi = Rp. 1.200.000,-.
Penghematan bunga tersebut akan berlangsung selama 25 tahun.
Dengan demikian present value penghematan bunga discount rate 10
% (1-40 %)= 6 % sebagai berikut :
25 Rp.1.200.000,−
PV Penghematan bunga = ∑
t =1 (1+ 6 %)t
= Rp. 1.200.000,- (PVIFA 6 % 25)
= Rp. 1.200.000,- (12,783)
= Rp. 15.339.600,- (PVIFA 6 % 25)
Kedua dihitung aliran kas keluar pada tahun ke nol :
Aliran kas keluar ini meliputi call premium setelah pajak, dan
overlapping pembayaran bunga selama satu bulan.
- Call premium setelah pajak = Rp. 7.000.000 (1 – 40) = 4.200.000,-.
- Overlaping bunga = bunga setelah pajak x masa
overlapping
= Rp. 6.000.000 x 1/12
= Rp. 500.000,-.
Presentg Value penghematan bunga Rp. 15.339.600,-.
Call premium = Rp. 4.200.000,-.
Overlaping bunga = Rp. 500.000,-. +
Net investment atau cash outflows Rp. 4.700.000,-.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

NPV Bond Refunding Rp. 10.639.600,-.


Karena NPV positif, maka keputusan bond refunding dapat
dilaksanakan.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 94


Manajemen Keuangan 95

BAB IX
PENILAIAN SURAT BERHARGA BERPENGHASILAN
TIDAK TETAP (SAHAM BIASA)

Penilaian surat berharga seperti halnya obligasi dan saham


didasarkan atas expected return selama kepemilikan surat berharga tersebut.
Tidak seperti obligasi yang mempunyai aliran kas yang telah ditentukan,
aliran kas saham biasa untuk waktu mendatang lebih banyak ketidak
pastiannya. Karena ketidak pastian return on investment saham, maka
pemegang saham akan meminta tingkat keuntungan yang cukup sebagai
kompensasi ketidak pastian tersebut. Pemilik saham akan menerima
penghasilan yang tidak tetap dalam bentuk dividen dan perubahan harga
saham. Apabila harga saham meningkat dari harga beli, maka pemodal
dikatakan memperoleh capital gains, apabila sebaliknya disebut sebagai
capital loss.
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan saham itu ? Saham
adalah penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan. Dari pemilikan saham, seseorang atau badan mengharapkan
untuk memperoleh pengembalian expected return yang berupa devidend
dan capital gain. Dividen merupakan pembagian laba perusahaan
sementara, capital gain merupakan kelebihan harga saham saat ini dengan
harga saham sebelumnya.
Saham dapat diperdagangkan di pasar modal dalam pasar perdana
(Primary Market) dan pasar sekunder (Secondary Market). Berfungsinya
pasar modal yang efisien memerlukan keterkaitan sejumlah lembaga

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

keuangan, salah satunyha adalah Bank Investasi yang bertindak sebagai


perantara dalam penjualan sekuritas kepada masyarakat.

9.1. Keunggulan dan Kelemahan Saham Biasa


Berbagai keunggulan dan kelemahan pembiayaan dengan
saham biasa adalah sebagai berikut :
Keunggulan :
- Saham biasa tidak memberikan beban tetap.
- Saham biasa tidak mempunyai tanggal jatuh tempo yang tetap.
- Pembiayaan dengan saham biasa dapat meningkatkan kepercayaan
kreditur pada perusahaan.
- Saham biasa dapat dijual lebih mudah daripada surat hutang.
- Memberi harapan pendapatan yang lebih tinggi daripada dan
saham preferen.
- Saham biasa menunjukkan pemilikan perusahaan.
Kelemahan :
- Penjualan saham biasa kepada investor baru memperluas
pengendalian perusahaan.
- Biaya modal saham biasa umumnya lebih tinggi daripada biaya
hutang.
- Dividen saham biasa tidak dikenakan pajak untuk menghitung
pendapatan perusahaan sedangkan bunga dikenakan pajak.
Berbagai istilah Saham Biasa :
- Authorized Shares
Jumlah saham yang tercantum dalam akta pendirian, jumlah max.
- Issued Shares
Jumlah Authorized share yang diterbitkan.
- Outstanding Shares
Jumlah saham yang telah diterbitkan (beredar).

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 96


Manajemen Keuangan 97

- Par Value
Nilai nominal saham.
- Liquidation Value
Nilai saham pada saat perusahaan dilikuidasi.
- Book Value
Nilai buku saham.
Networth - Pref Stock
Book Value Common Stock =
Outstanding Shares

Misalnya : Equity pada neraca perusahaan sebagai berikut :


Preferend Stock ($ 100 Par value) $ 10.000.000,-.
Common Stock ($ 5 Par value) 5.000.000,-.
Agio 10.000.000,-.
Retained Earning 16.000.000,-.
$ 41.000.000,-.
$ 41.000.000 − $ 10.000.000
Book Value Common Stock =
1.000.000

= $ 31 per share

9.2. Hak – Hak Pemegang Saham


a. Hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Dengan hak
tersebut pemegang saham memiliki hak untuk memilih direksi
untuk mengendalikan perusahaan.
b. Hak memperoleh pembayaran dividen atas dasar per lembar saham
yang dimiliki dan menentukan dividend payout ratio.
c. Hak saham untuk membeli tambahan saham baru yang dikeluarkan
perusahaan secara proporsional. Jadi setiap emisi saham baru,
maka pemegang saham lama mempunyai hak untuk membeli
sejumlah saham tertentu sebelum dijual ke publik.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

d. Hak atas aktiva setelah pembayaran hak yang lebih senior dalam
likuidasi. Dengan demikian menerima bagian paling akhir.

9.3. Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan


Apabila seseorang membeli saham, berarti akan
mengurangi pengeluaran konsumsi saat ini dengan harapan akan
mendapatkan manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang.
Pemegang saham berharap akan memperoleh dividen dan
mendapatkan capital gain apabila saham tersebut dijual. Besar
kecilnya dividen sangat mempengaruhi laba yang diperoleh dan
proporsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen atau dividen
payout ratio. Pemegang saham juga dapat menderita capital loss
apabila ternyata harga jual lebih rendah daripada harga belinya.
Karena ketidakpastian return on investment saham, maka
pemegang saham akan meminta tingkat keuntungan yang cukup
sebagai kompensasi dari ketidakpastian tersebut. Apabila pemegang
saham memiliki saham untuk jangka waktu tidak terbatas, maka
besarnya required rate of return adalah :
D
Ke = 1
P
o

9.4. Penilaian Saham Model Pertumbuhan Konstan


Dalam hal ini diasumsikan bahwa dividen akan dijaga pada
tingkat sekarang untuk selamanya. Meskipun jarang saham yang dapat
memberikan dividen kas yang konstan untuk selamanya, tetapi yang
stabil untuk jangka waktu yang lama.
D
PO = 1
Ke

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 98


Manajemen Keuangan 99

Model ini dipakai apabila dividen yang diharapkan tumbuh


pada tingkat yang konstan. Dengan demikian apabvila dividen dari
tahun ke tahun mengalami pertumbuhan sesuai dengan harapan
pemegang saham, maka untuk menentukan harga pasar saham sangat
mudah. Pertama kita asumsikan bahwa, dividen akan tumbuh dengan
tingkat pertumbuhan besar ( g ) secara konstan, sehingga dividen
pada tahun ( t ) akan sama dengan Do (1 + g), model pertumbuhan
dividen konstan ini sering disebut dengan model GORDON.
Dt = Do (1 + g)t
D1 = Do (1 + g)1
D2 = Do (1 + g)2
D3 = Do (1 + g)3
D4 = Do (1 + g)4 ………… dan seterusnya
Apabila dividen diharapkan tumbuh pada tingkat yang konsta,
maka model penilaiannya adalah :
Po =

Do (1 + g) Do (1 + g)2 Do (1 + g)3 Do (1 + g)4 Do (1 + g)n


+ + + +
(1 + Ke) (1 + Ke)2 (1 + Ke)3 (1 + Ke)4 (1 + Ke)n
Do = Dividen per lembar sekarang.
Jadi dividen yang diharapkan pada akhir periode n adalah sama
dengan dividen yang terbaru, dikalikan pertumbuhan majemuk (1 +
g)n. Bagaimanapun juga, asumsi bahwa (Ke) adalah lebih besar dari g
merupakan asumsi yang beralasan. Apabila tingkat pertumbuhan
dividen (g) selalu lebih besar dari tingkat kapitalisasi akan
menyatakan secara tidak langsung suatu nilai saham yang tidak
terbatas. Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
D
Po = 1
(Ke - g)

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Atau dapat digunakan untuk mencari tingkat keuntungan yang


diharapkan :
D
Ke = 1+g
Po

Asumsi yang kritis model penilaian ini adalah dividen per


lembar diharapkan tumbuh terus menerus pada suatu tingkat majemuk
dari pertumbuhan (g).
Sebagai ilustrasi penggunaanpersamaan tersebut, misalnya
suatu perusahaan membagi dividen Rp. 900,- per lembar saham.
Tingkat pertumbuhan 5 % dari tahun-tahun sebelumnya dan tingkat
keuntungan yang diharapkan 11 %, maka nilai suatu lembar saham
tersebut adalah :
(900 (1 + 0,05)
Po = = Rp. 15.750,-.
(0,11 - 0,05)

Bagi perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan dari


siklus kehidupannya, model pertumbuhan terus menerus adalah cukup
beralasan.

9.5. Penilaian Saham Model Pertumbuhan Bertahap


Ada model yang didasarkan pada alasan bahwa perusahaan
mungkin menunjukkan pertumbuhan di atas normal untuk beberapa
tahun (pada tahap ini mungkin g > Ke) dan pada akhirnya tingkat
pertumb uhannya berangsur-angsur akan berkurang.
Pada umumnya perusahaan yang mengalami masa
pertumbuhan di atas normal, biasanya karena penerapan teknologi
baru, perluasan pasar, life cycle yang lebih panjang dan menuju
kepada tingkat pertumbuhan yang konstan. Tahapan pertumbuhan ini
dapat terjadi dua tahap, tiga tahap dan seterusnya.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 100


Manajemen Keuangan 101

Model yang relatif sederhana dapat dikembangkan untuk


menilai saham yang memiliki pola pertumbuhan dividen semacam itu.
Jika g1 adalah tingkat pertumbuhan dividen di atas normal untuk
periode m tahun dan g2 adalah tingkat pertumbuhan yang normal
mulai tahun m + 1 dan berlangsung terus selamanya, maka nilai saham
dengan dua tahap pertumbuhan ini dapat dicari dengan cara :
m Do (1 + g1)t Pm
PO = ∑ +
t =1 (1 + Ke) t (1 + Ke)m

Pada model pertumbuhan yang konstan, maka nilai Pm adalah


nilai saham pada tahun ke m yang sama dengan persent value Dm + 1
/ (Ke-g2) sehingga persamaan tersebut akan menjadi :
m Do (1 + g1)t Pm ⎡ Dm + 1 ⎤
PO = ∑ + ⎢ Ke − g2 ⎥
t =1 (1 + Ke) t (1 + Ke)m ⎣ ⎦

Misalnya dividen sekarang, Do adalah Rp. 200,- per lembar


saham diharapkan tumbuh pada tingkat majemuk 12 % selama 5 tahun
dan kemudian tumbuh pada tingkat 6 % yang akan berlangsung untuk
selamanya. Tingkat keuntungan yang disyaratkan (Ke) sebesar 15 %,
berapa nilai saham tersebut ? Maka persamaannya menjadi :
Perhitungan Nilai Saham Dua Tahap Pertumbuhan
Tahap 1 :
Present Value Dividen 5 Tahun Pertama :
Tahun Dividen PVIF 15 %, t PV Dt
1 200 (1,12)1 = 224,00 0,8696 Rp. 194,79
2 200 (1,12)2 = 250,88 0,7561 Rp. 189,69
3 200 (1,12)3 = 280,99 0,6575 Rp. 184,75
4 200 (1,12)4 = 314,70 0,5718 Rp. 179,95
5 200 (1,12)5 = 352,46 0,4972 Rp. 175,24

Present Value Dividen 5 tahun Rp. 924,42

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

5 200 (1,12)t
Atau ∑
t = 1 (1,15)t
Tahap 2 :
Present Value Pertumbuhan Konstan :
Dividen akhir tahun ke – 6 (D6) = 352,46 (1,06) = 373,61
Nilai saham akhir tahun ke-5 (P5) = 373,61/0,15 = 4.151,22
PV saham akhir tahun ke – 5 = 4.151,22 (0,4972) = 2.063,99
Dengan demikian maka nilai saham Po = Present Value Dividen 5
tahun pertama ditambah dengan Present Value saham akhir tahun
kelima :

Po = Rp. 924,42 + Rp. 2.063,99 = Rp. 2.988,41


Tahap pertumbuhan dividen tersebut dapat lebih dari dua tahap,
seperti misalnya 5 tahun pertama tumbuh 12 % kemudian 5 tahun
berikutnya tumbuh 10 % dan kemudian tumbuh 6 % selamanya.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 102


Manajemen Keuangan 103

BAB X
PORTOFOLIO

Secara sederhana dapatlah investasi diartikan sebagai cara


penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan
untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu dari hasil penanaman
modalnya (investasi). Sebazgai seorang yang rasional, perhatian investor
dalam setiap keputusan investasi diarahkan pada tingkat pengembalian (rate
of return) investasi, bila ia memilih investasi yang mengandung risiko,
maka investor akan mempertimbangkan strategi yang digunakan. Salah satu
strategi dalam kondisi investasi yang berisiko adalah membentuk
portofolio.
Teori portofolio mendasarkan diri atas pengamatan bahwa, para
pemodal di bursa melakukan diversifikasi atas investasi modalnya. Hakekat
dari pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai
alternatif investasi, sehingga risiko investasi dapat
dikurangi/diminimumkan. Efektivitas pengurangan risiko tersebut akan
tergantung pada besarnya koefisien korelasi berbagai kesempatan investasi
yang ada dalam portofolio. Koefisien korelasi dihitung dengan
membandingkan fluktuasi return historis masing - masing investasi.
Risiko dalam portofolio didifinisikan sebagai deviasi standar tingkat
keuntungan (σ). Ini disebabkan karena σ menunjukkan seberapa jauh
kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan
(expected value). Semakin besar nilai σ semakin besar kemungkinan nilai
riil menyimpang dari yang diharapkan, yang berarti pula semakin tinggi

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

risikonya. Tingkat keuntungan yang diharapkan merupakan rata-rata atau


mean dengan E (R).
Misalkan : ada 2 kesempatan investasi, yaitu A dan B yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
Investasi A Investasi B
Probability - P Return - R Probability - P Return – R
0,20 0,10 0,10 0,10
0,60 0,20 0,80 0,20
0,20 0,30 0,10 0,30

Untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan (expected of


return) dengan dinyatakan dengan E (R), maka digunakan rumus sebagai
berikut :
n
E (RA) = ∑ Pi . Ri
i =1
Sehingga :
n
E (RA) = ∑ Pi . Ri
i =1
= 0,20 (0,10) + 0,60 (0,20) + 0,20 (0,30)
= 0,20
E (RB) = 0,10 (0,10) + 0,80 (0,20) + 0,10 (0,30)
= 0,20
Tetapi kalau kita amati penyebaran nilai-nilai tingkat keuntungan
terlihat bahwa investasi A mempunyai penyebaran yang lebih besar. Ini
nampak dari distribusi probabilitasnya. Probabilitas investasi B akan
menghasilkan tingkat keuntungan di bawah 20 % adalah 20 %, sementara
itu A 10 %, oleh karena itu A lebih berisiko daripada B. Ukuran risiko
dinyatakan sebagai deviasi standar yang dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 104


Manajemen Keuangan 105

1/2
σ = ∑ ⎡⎢Pi {Ri − E (R )}2 ⎤⎥
⎣ ⎦
Sehingga :
σA = [ 0,20 (0,10 – 0,26)2 + 0,60 (0,20 – 0,02)2 + 0,20 (0,30 – 0,20)2]1/2
= 0,068
σB = [ 0,20 (0,10 – 0,26)2 + 0,80 (0,20 – 0,02)2 + 0,20 (0,30 – 0,20)2]1/2
= 0,045

Dari perhitungan ini tampak bvahwa A lebih berisiko daripada B.


Tingkat keuntungan yang diharapkan dari porotolio merupakan rata-rata
tertimbang dari keuntungan yang diharapkan dari sekuritas – sekureitas
yang membentuknya, yang dirumuskan sebagai berikut :
E (Rp) = ∑Xi . E (Ri)
Dimana :
E (Rp) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio.
E (Ri) = Tingkat keuntunganyang diharapkan dari sekuritas.
Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada sekuritas.
Sementara ini deviasi standar portofolio bukan merupakan rata-rata
tertimbang dari deviasi standar sekuritas-sekuritas yang membentuknya,
karena ada pengaruh dari koefisien korelasi antara sekuritas. Deviasi
standar portofolio dirumuskan sebagai berikut :
σρ = [ xi2 σi2 + xj2 σj2 + 2 (xi xj ρij σiσj)]
Dimana :
σρ = Risiko portofolio
xi = Proporsi saham i
xj = Proporsi saham j
σi = Deviasi standar dari sekuritas
σij = Covariance antara i dan j atau σij = ρij . σi . σj

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

ρij = Koefisien korelasi sekuritas i, yaitu kuadrat dari σi


Koefisien korelasi berkisar + 1 (korelasi positif) dan korelasi – 1
(korelasi negatif), apabila koefisien korelasi antar tingkat sekuritas semakin
kecil, maka diversifikasi akan semakin efektif menurunkan risiko
portofolio. Dengan kata lain, jika ρ = 1, korelasi negatif sempurna berarti
bahwa semua risiko dapat dihapus melalui diversifikasi tidak mengurangi
risiko sama sekali. Penggabungan saham dalam portofolio akan mengurangi
risiko tetapi tidak menghapus seluruhnya. Bagian risiko saham yang dapat
dieliminasi/dikurangi disebut risiko yang terdiversifikasi / risiko khusus
perusahaan ( risiko tidak
sistimatis). Jadi risiko khusus perusahaan, adalah bagian dari risiko
sekuritas yang bersangkut paut dengan peristiwa yang acak seperti hukum,
pemogokan, program pemasaran yang berhasil atau gagal dan sebagainya.
Bagian risiko saham yang tidak dapat dieliminasi disebut risiko yang tidak
terdiversifikasi atau risiko pasar (risiko sistematis) seperti perang, inflasi,
resesi dan suku bunga yang tinggi. Secara sistematis risiko-risiko ini dapat
ditunjukkan dalam gambar berikut :
Risiko (%)

Total Risiko

Risiko tidak
sistematis

Risiko

0
Jumlah Saham

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 106


Manajemen Keuangan 107

10.1. Pengaruh Penambahan Jumlah Saham Pada Risiko Portofolio


Apabvila portofolio mencapai jumlah sekuritas yang sangat
besar yang mewakili seluruh pasar disebut Portofolio Pasar dengan
notasi M, dan sumbangan risiko saham I terhadap portofolio M
adalah σM. Apabila ukuran ini kita standarisasi dengan membaginya
dengan variance portofolio pasar, disebut beta (β) sehingga :
Β1 = σim / σ2m
Apabila penolakan melakukan diversifikasi, maka risiko yang
relevan bagi mereka adalah deviasi standar portofolio (σρ). Teori
portofolio menunjukkan bahwa σρ akan tergantung sebagian besar
pada covarians antar sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
Kalau covarians tersebut distandarisasi diperoleh parameter beta.
Oleh karena itu risiko portofolio yang diversifikasi dengan baik akan
tergantung pada beta saham-saham yang membentuknya.
Risiko portofolio dipengaruhi oleh :
a. Risiko sekuritas individual.
b. Proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas.
c. Covarians antar sekuritas dalam portofolio.
d. Besarnya covarians akan dipengaruhi oleh nilai koefisien
korelasi antar sekuritas tersebut.

10.2. Capital Asset Pricing Model (CAPM)


Investor sebagai seorang yang rasional akan memiliki
kesempatan investasi yang efisien, karenanya ia perlu menaksir
besarnya risiko dan tingkat keuntungan dari seluruh investasi yang
ada. Salah satu model keseimbangan umum yang menjelaskan
hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan dari seluruh asset
yang ada di pasar, adalah CPAM (Capital Asset Pricing Model).

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Model ini berguna untuk menjelaskan hubungan antara risiko dan


tingkat keuntungan dari seluruh asset yang ada di pasar serta
menentukan ukuran risiko yang relevan bagi setiap asset dan
bermanfaat dalam proses penentuan harga asset.
Menurut CPAM, beta merupakan ukuran yang tepat atau
risiko saham yang tepat atau risiko saham yang relevan. Selanjutnya
kita harus merinci hubungan antar risiko dan tingkat pengembalian
(rate of return), jika suatu saham memiliki tingkat beta tertentu,
kapan tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate of
return) investor atas saham tersebut, guna mengkompensasikan
risiko yang ditanggungnya ? Maka kita dapat melihat hubungan
antara beta (risiko dan tingkat keuntungan yang disyaratkan dalam
SML/Security Market Line).
Persamaan SML (garis pasar sekuritas) digunakan untuk
menghitung tingkat pengembalian yang disyaratkan atas saham I :
Ri = Rf + (Rm – Rf) β1
Dimana :
Ri = Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham I.
Rf = Tingkat pengembalian bebas resiko.
Rm = Tingkat pengembalian yang disyaratkan atas
portofolio atau pasar.
β1 = Koefisien beta dari saham I, beta dari saham rata-rata
= 1.
Rm-Rf = Premi risiko pasar.
(Rm-Rf)β1 = Premi risiko saham I
Misalnya : Apabila Rf (obligasi pemerintah) = 9 %, saham rata - rata
menghasilkan tingkat pengembalian yang disyaratkan Rm = 13 %,
maka premi risiko pasar adalah : Rm – Rf = (13 – 9) = 4 %.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 108


Manajemen Keuangan 109

Apabila β1 = 0,5 maka premi risiko suatu saham yang


dengan koefisien betanya adalah : (premi risiko pasar) (β1) = 4 % x
0,5 = 2 %. Selanjutnya kita dapat menghitung tingkat pengembalian
yang disyaratkan dengan menggunakan persamaan SML adalah :
Ri = Rf + (Rm – Rf) . β1
= 9 + (13 – 9) . 0,5
= 11 %
Apabila ditentukan bahwa D1 (Dividen tahun ke–1) = Rp.
1.000,- dan pertumbuhan konstan (constan growth) dengan g = 7 %,
maka :

Po = Di
(Ri - g)

Po = 1.000 = Rp. 25.000,-.


(11 % - 9%)

Perhatikan apabila pemodal berpendapat bahwa resiko


perusahaan meningkat, maka Ri juga akan meningkat dan
akibatnya Po

turun. Hal yang sama berlaku apabila diperkirakan suku bunga (Rf)
akan meningkat. Oleh karena itu kalau suku bunga diperkirakan akan
naik, harga saham akan turun. Seandainya saham j mempunyai pj =
2, berarti lebih risiko daripada saham i, maka tingkat pengembalian
yang disyaratkan adalah :
Rj = 9 + (4) (2) = 17 %
Saham rata-rata (dengan tingkat sedang) dimana β = 10,
tingkat pengembalian 13 % itu sama dengan tingkat pengembalian
pasar :
RA = 9 % + 4 % (1,0) = 13 %

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Persamaan ini kita sajikan dalam bentuk grafik sebagai


berikut :
Tingkat pengembalian
Yang disyaratkan (%)

17 %

13 % Premi risiko pasar premi risiko saham


11 % Premi risiko 4 % (sedang) yang berisiko tinggi
8%
aman 2 %

Bebas risiko
Rf
Risiko βi
0

Keterangan :
Grafik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tingkat pengembalian yang disyaratkan pada sumbu vertikal,
sedangkan risiko yang diukur dengan beta pada sumbu
horisontal.
b. Sekuritas tanpa resiko mempunyai β1 = 0, sehingga Rf
berpotongan dengan sumbu vertikal.
c. Kemiringan SML, menunjukkan seberapa jauh seluruh investor
menghindari risiko, makin besar tingkat penghindaran risiko :
- Makin curam kemiringan garis tersebut.
- Makin besar premi reiko tersebut dari setiap saham.
- Makin tinggi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas
saham.
d. Dari grafik terlihat adanya kesesuaian antara risiko dengan
tingkat pengembalian, yaitu β1 = 0,5, βi = 2 masing - masing

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 110


Manajemen Keuangan 111

dengan RL, RA dan RH (L = rendah, A = sedang, H = tinggi)


dalam hal risiko dan tentu juga tingkat pengembaliannya.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

BAB XI
LEASING

11.1. Pengertian Leasing


Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan
berbagai kesempatan di bidang keuangan. Perkembangan lembaga
pembiayaan akhir-akhir ini sudah berkembang dengan pesa. Leasing
sebagai salah satu bentuk pembiayaan telah menjangkau berbagai
obyek seperti apartemen, perkantoran, pertokoan, telepon, mobil,
komputer dan bahkan bangunan dan peralatan pabrik. Leasing
adalah suatu kontrak antara lessor dan pihak lain yang disebut Lesse,
untuk jangka waktu tertentu. Lessor adalah pemilik aktiva. Lesse
adalah yang memanfaatkan atau yang menyewa aktiva.

11.2. Manfaat Dari Leasing


a. Lesse dapat memanfaatkan aktiva tanpa harus memiliki aktiva
tersebut.
b. Lesse tidakperlu menanggung biaya perawatan.
c. Lesse tidak perlu menanggung pajak.
d. Lesse tidak perlu menanggung pembayaran asuransi.

11.3. Bentuk – Bentuk Leasing


Ada tiga macam bentuk utama dari Leasing, yang berturut-
turut akan dijelaskan sebagai berikut :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 112


Manajemen Keuangan 113

a. Sale and Lease Back


Perusahaan yang memiliki aktiva dijual kepada
perusahaan lain dan sekaligus menyewa kembali aktiva tersebut
untuk periode tertentu. Aktiva tersebut misalnya : tanah,
bangunan dan peralatan pabrik. Manfaat dari Sale and Lease
Back adalah antara lain :
- Perusahaan penjual aktiva menerima pembayaran segera
sebagai tambahan dana yang dapat diinvestasikan ke
investasi lain.
- Perusahaan penjual aktiva masih memerlukan aktiva yang di-
sale and lease back tersebut.
b. Operating Leases (Direct Leases)
Jenis operating leases yaitu pihak lessor menyediakan
pendanaan sekaligus biaya perawatan yang seluruhnya tercakup
dalam pembayaran leasing. Ciri utama bentuk leasing ini adalah
harga perolehan aktiva sebagai obyek leasing tidak
diamortisasikan secara penuh (not fully amortized). Manfaat
Operating Leases adalah antara lain :
- Jangka waktu operating leases lebih pendek dari usia
ekonomis yang diharapkan, sehingga lessor berharap dapat
menyewakan kembali kepada pihak lain atau menjual aktiva
tersebut untuk menutupi harga perolehan.
- Memberikan hak kepada lesse untuk membatalkan leasing
danmengembalikan aktiva sebelum periode leasing berakhir.
c. Financial atau Capital Leases (Capital Leasing)
Di sini lessor tidak menanggung biaya perawatan, tidak
dapat dibatalkan (not cancelable) dan diamortisasikan secara
penuh (fully amortized). Perbedaan utama dengan 2 bentuk

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

leasing sebelumnya adalah, perusahaan memperoleh aktiva yang


baru, bukan aktiva yang selama ini telah dipergunakan.

11.4. Pemilihan Antara Leasing dan Hutang


Setiap kontrak leasing yang potensial perlu dievaluasi oleh
kedua belah pihak, lesse maupun lessor. Pertimbangan utama lesse
adalah leasing lebih murah daripada membeli aktiva tersebut,
sementara dari pihak lessor, apakah pembiayaan leasing
memberikan rate of return yang reasonable atau tidak.
Untuk perusahaan yang mengalami perkembangan sangat
pesat atau perusahaan baru yang mungkin menghadapi kendala tidak
tersedianya dana yang cukup. Oleh karena itu, harus dicari dari
sumber dana yang lain, yaitu misalnya dengan hutang. Dengan
demikian pertimbangan utama antara leasing dan hutang adalah
membandingkan biaya hutang dan biaya leasing.
Misalkan PT. ANNA memerlukan suatu aktiva senilai Rp.
100 juta, yang ditaksir mempunyai nilai ekonomis 5 tahun tanpa
nilai sisa. Perusahaan mengahadapi 2 alternatif pembelanjaan, yaitu
pinjam kepada bank dengan suku bunga 22 % per tahun, diangsur
selama 5 tahun dengan angsuran yang sama setiap tahunnya, mulai
tahun ke-1 atau menyewa (leasing). Kalau perusahaan menyewa,
maka pihak yang menyewakan (lessor) meminta tingkat keuntungan
20 % per tahun. Sewa dibayar setiap tahun selama 5 tahun dalam
jumlah yang sama per tahunnya, mulai tahun ke-1. Tetapi sebagai
uang muka diminta Rp. 10 juta pada tahun pertama. Apabila tariff
pajak 30 %, alternatif mana yang akan dipilih oleh PT. ANNA ?
Dengan demikian, apabila pinjam di bank besarnya angsuran
per tahun adalah :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 114


Manajemen Keuangan 115

100 juta = x + ............ + x


(1 + 0,22)1 (1 + 0,22)5
100 juta = x [2,864] x = Rp. 34.920.000,- (pembulatan).
Pembayaran sebesar Rp. 34.920.000,- adalah angsuran
jumlah pinjaman plus bunga. Karena yang bisa dipakai sebagai
pengurang pajak adalah hanya beban bunga, maka perlu dihitung
berapa besarnya pembayaran bunga setiap tahunnya.
Skedul Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga
Sisa Pokok Angsuran Bunga Angsuran Pokok
Tahun ke
Pinjaman (Rp.) (Rp.) (Rp.) Pinjaman (Rp.)
1 100.000.000,-. 34.920.000,-. 22.000.000,-. 12.920.000,-.
2 87.080.000,-. 34.920.000,-. 19.158.000,-. 15.752.000,-.
3 71.318.000,-. 34.920.000,-. 15.690.000,-. 19.230.000,-.
4 52.088.000,-. 34.920.000,-. 11.459.000,-. 23.461.000,-.
5 28.627.000,-. 34.920.000,-. 6.298.000,-. * 28.622.000,-.
*) Ada perbedaan sebesar Rp. 5.000,- karena pembulatan

Skedul Aliran Kas Keluar Untuk Alternatif Hutang (dalam ribuan)


Tahun Pembayaran Bunga Penyusutan Perlindungan Aliran Kas PV Aliran
Kas Keluar
Ke Hutang (Rp.) (Rp.) (Rp.) Pajak (Rp.) Keluar (Rp.) (r = 14 %)
1 34.920,-. 22.000,-. 20.000,-. 12.600,-. 22.320,-. 19.527,-.
2 34.920,-. 19.158,-. 20.000,-. 11.747,-. 23.173,-. 17.737,-.
3 34.920,-. 15.690,-. 20.000,-. 10.707,-. 24.213,-. 16.214,-.
4 34.920,-. 11.459,-. 20.000,-. 9.438,-. 20.482,-. 12.000,-.
5 34.920,-. 6.298,-. 20.000,-. 7.889,-. 27.031,-. 13.855,-.
79.333,-.

Besar pembayaran setiap tahun apabila memilih ” Leasing ” adalah :


100 juta = 10 juta x + ............ + x
(1 + 0,22)1 (1 + 0,22)5
90 juta = x [2,991] x = Rp. 30.094.000,- (pembulatan).

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Skedul Aliran Kas Keluar Untuk Alternatif Hutang (dalam ribuan)


Tahun Pembayaran Perlindungan Kas Keluar Setelah PV Kas Keluar
Ke Sewa (Rp.) Pajak (Rp.) Pajak (Rp.) (r = 14 %)
0 10.000.000,-. - 10.000.000,-. 10.000.000,-.
1 30.094.000,-. 9.028.000,-. 21.066.000,-. 18.474.882,-.
2 30.094.000,-. 9.028.000,-. 21.066.000,-. 16.199.754,-.
3 30.094.000,-. 9.028.000,-. 21.066.000,-. 14.219.550,-.
4 30.094.000,-. 9.028.000,-. 21.066.000,-. 12.471.072,-.
5 30.094.000,-. 9.028.000,-. 21.066.000,-. 10.933.254,-.
82.298.512,-.
108
Kesimpulan :
Hasil dari perhitungan di atas, maka dapat dilihat bahwa PV
kas keluar hutang lebih kecil dari PV kas keluar leasing, maka
sebaiknya PT. ANNA sebaiknya memilih alternatif hutang.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 116


Manajemen Keuangan 117

BAB XII
MERGER, AKUISISI DAN KONSOLIDASI

Dalam rangka mengembangkan usahanya, suatu perusahaan dapat


menggunakan dua cara, yaitu pengembangan dari dalam (internal growth)
dan pengembangan dari luar (external growth). Pengembangan dari luar
adalah dengan melakukan ekspansi usaha dengan cara akuisisi, merger atau
konsolidasi.
Pada umumnya orang sering menyamaratakan arti dari akuisisi,
merger dan konsolidasi, karena kegiatannya menyangkut pembicaraan
tentang penggabungan usaha. Ketiga istilah ini sering diperlukan, padahal
secara prinsip ketiga istilah ini memiliki pengertian yang berbeda.

12.1. Pengertian Akuisisi, Merger dan Konsolidasi


1. Akuisisi
Akuisisi merupakan bentuk dari penggabungan usaha dimana
perusahaan yang mengakuisisi (akuisator) membeli sebagian
atau seluruh saham perusahaan target. Eksistensi dan badan
hukum yang dimiliki perusahaan target, tetap seperti pada saat
sebelum terjadinya akuisisi, jadi baik akuisator maupun
perusahaan target tetap menjalankan perusahaannya sebagai
badan hukum yang berdiri sendiri.
2. Merger
Merger merupakan suatu bentuk penggabungan usaha, dimana
dua atau lebih perusahaan diambil alih oleh perusahaan lain.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Setelah merger, eksistensi perusahaan yang diambil alih akan


hilang dan tinggal perusahaan yang mengambil alih saja.
Mengenai keberadaan perusahaan yang diambil alih tidak
lagi menjadi bagian dari perusahaan yang berdiri sendiri,
tetapi menjadi bagian dari perusahaan yang mengambil alih.
3. Konsolidasi
Konsolidasi merupakan suatu bentuk penggabungan usaha dari
dua atau lebih perusahaan menjadi perusahaan baru. Eksistensi
dari harta serta kewajiban perusahaan yang tergabung akan
hilang dan diambil alih oleh perusahaan baru tersebut.
Dari pengertian mengenai tiga cara penggabungan usaha di
atas, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Tampak
bahwa untuk merger dan konsolidasi mengacu pada ide pokok
penggabungan usaha, sedangkan untuk akuisisi mengacu pada cara
pelaksanaan ide pokok penggabungan usaha.
Akuisisi adalah salah satu upaya untuk memperluas usaha
dengan jalan mengambil alih perusahaan lain. Dalam literatur, hal
ini juga dikenal dengan Business Combinationi atau penggabungan
usaha. Penggabungan usaha dapat dicapai dengan beberapa cara
antara lain :
1. Dengan mengambil alih aktiva dan pasiva perusahaan lain dan
selanjutnya digabungkan dengan aktiva dan pasiva perusahaan
yang mengambil alih, dimana pembayarannya dapat dilakukan
secara tunai dengan surat berharga atau kombinasi dari
keduanya. Apabila perusahaan yang diambil alih dibubarkan dan
perusahaan yang mengambil alih meneruskan eksistensinya,
maka hal ini disebut Merger.
2. Apabila perusahaan yang mengambil alih dan yang diambil alih
kedua-duanya dibubarkan, dan selanjutnya didirikan perusahaan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 118


Manajemen Keuangan 119

baru guna melanjutkan usaha dari kedua perusahaan yang


dibubarkan tersebut, maka hal ini disebut Konsolidasi.
3. Mengambil alih saham (hak suara) perusahaan lain dimana
perusahaan yang mengambil alih memperoleh
pengendalian manajemen (management control) pada
perusahaan yang diambil alih, dengan kata lain perusahaan yang
mengambil alih menjadi perusahaan induk (Holding Company)
dari perusahaan yang diambil alih, oleh karena itu eksistensi
perusahaan masih tetap ada, maka hal ini disebut Akuisisi Saham
(Stock Acquisition).
Akuisisi dapat diartikan sebagai penggabungan dua
perusahaan yang besarnya kurang lebih lama dan dalam operasi
selanjutnya identitas dari masing-masing perusahaan tetap
dipertahankan pada tingkat tertentu, sehingga dengan demikian
setelah transaksi akuisisi, baik perusahaan pengakuisisi maupun
perusahaan yang diakuisisi (perusahaan anak) tetap meneruskan
kegiatannyha seperti sebelum terjadinya akuisisi.
Seperti yang telah kita ketahui, pola akuisisi yang banyak
dilakukan di Indonesia adalah akuisisi internal, yaitu transaksi
akuisisi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yangmasih
tergolong dalam suatu kelompok bisnis. Pola kuisisi mempunyai
banyak keuntungan terutama apabila dilakukan oleh perusahaan
yang telah go public, terhadap perusahaan yang tergolong satu
kelompok yang belum go public, karena dengan akuisisi ini pada
dasarnya meng-go public-kan perusahaan tersebut. Oleh karena
itulah, transaksi akuisisi internal yang dilakukan terhadap
perusahaan dalam satu grupnya yang belum go public banyak
diminati oleh perusahaan-perusahaan pengakuisisi. Tetapi disisi lain
akuisisi internal ini juga mempunyai dampak negatif, yaitu

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

timbulnya conflict of interest, yaitu penentangan antara kepentingan


pemegang saham mayoritas pada perusahaan pengakuisisi sebagai
pembeli, dengan kepentingan selaku pemegang saham minoritas
pada perusahaan target sebagai penjual. Karena penjual dan pembeli
ini pada dasarnya berada dalam satu tangan, sehingga kadang terjadi
kesulitan dalam penentuan harga yang layak, dalam hal ini dimana
bila pemegang saham minoritas dihadapkan pada kondisi dimana
mereka merasa terpaksa memegang saham perusahaan yang
bergerak dibidang lain.

12.2. Jenis – Jenis Akuisisi


Pengklasifikasian akuisisi dibedakan berdasarkan tujuan
akuisisi dari perusahaan akuisitor dan keterkaitan dalam industri.
Akuisisi berdasarkan tujuan dari perusahaan akuisitor, dibedakan
dalam dua jenis yaitu :
1. Akuisisi Finansial
Merupakan akuisisi terhadap satu perusahaan atau lebih yang
dilaksanakan untuk mendapatkan keuntungan finansial. Kegiatan
ini cenderung untuk membeli perusahaan dengan harga yang
semurah mungkin untuk kemudian dijual kembali dengan harga
yang lebih tinggi. Perusahaan yang sedang mengalami
kemerosotan dan dalam keadaan lemah, cenderung menjadi
incaran perusahaan akuisitor.
2. Akuisisi Strategi
Merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendapatkan efek sinergi, dengan dasar pertumbuhan
jangka panjang. Latar belakang terjadinya akuisisi ini adalah,
pertimbangan terhadap faktor efisiensi, biaya dan kemudahan
yang didapatkan dibandingkan bila perusahaan harus membuat

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 120


Manajemen Keuangan 121

perusahaan barumulai dari awal. Oleh karena itu, alternatif ini


sering dipergunakan untuk alas an diversifikasi usaha vertikal
dan horisontal. Sinerji yang didapat tidak hanya berupa sinergi
finansial, tetapi juga sinergi produksi dan distribusi, sinergi
pengembangan teknologi ataupun gabungan dari sinergi-sinergi
itu.
Sedangkan akuisisi berdasarkan keterkaitannya dalam
industri, dibedakan menjadi tiga jenis :
1. Akuisisi Horisontal
Merupakan akuisisi perusahaan bisnis/industri yang sama dengan
perusahaan akuisitornya. Alasan utama dari akuisisi ini adalah,
untuk mendapatkan skala ekonomis dalam produksi. Perusahaan
akan memperoleh keuntungan berupa efisiensi ekonomis dalam
produksi. Perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa
efisiensi biaya, jika beroperasi dalam skala yang lebih besar.
Terlebih dari itu, pangsa pasar akan semakin besar, dan hal ini
akan meningkatkan daya saing pasar terhadap perusahaan lain.
Tetapi hal ini tidak akan menyebabkan timbulnya suatu kekuatan
ekonomi monopoli dari perusahaan yang bergabung.
2. Akuisisi Vertikal
Merupakan akuisisi perusahaan target yang dapat dengan mudah
mendapatkan faktor-faktor produksi atau sumber-sumber bahan
baku yang digunakan untuk proses produksi bagiperusahaan
yang mengakuisisinya (akuisitor). Hal ini dikenal dengan ”
Backword Integration ”. Alasan digunakan backword integration
ini adalah untuk : menjaga agar bahan baku tetap tersedia dalam
jumlah yang memadai, dengan mutu yang batus dan
mengendalikan biaya bahan baku agar dapat menekan biaya
persediaan, sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Selain itu

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

dapat juga yang menjadi perusahaan target adalah perusahaan


yang memiliki posisi lebih dekat ke konsumen. Untuk keadaan
ini dikenal dengan ” Forword Integration ”. Alasan yang
mendorong digunakan forword integration adalah agar saluran
distribusi dapat berjalan lancar dan dapat dikontrol, begitu juga
dengan mutu barang jadinya serta dapat meningkatkan
keuntungan yang biasanya hanya bias dirasakan oleh distributor.
3. Akuisisi Konglomerat
Merupakan akuisisi perusahaan target yang tidak berada dalam
satu industri yang sama dengan perusahaan akuisitor, jadi tidak
ada hubungan teknologi diantara kedua perusahaan tersebut.
Alasan yang mendorong dilakukannya akuisisi ini adalah : untuk
mendiversifikasikan resiko dengan membeli berbagai perusahaan
yang tidak ada kaitannya sama sekali.

12.3. Proses Akuisisi


Harus melalui tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan.
2. Proses negoisasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan,
penasehat hukum dan investment banker.
3. Melakukan pembelian saham yang ada di tanganpublik, baik
investor minoritas maupun individu.
4. Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis
menjadi kewajiban perusahaan yang mengambil alih.
5. Peleburan sistem managemen ke dalam managemen baru
perusahaan yang mengambil alih.
6. Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks terlebih bila
kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 122


Manajemen Keuangan 123

7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya, karena


pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering dan
bidding.
Secara keseluruhan dari suatu proses akuisisi terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan sasaran akuisisi.
2. Identifikasi calon perusahaan yang dianggap potensial untuk
diakuisisi melalui prosedur pelacakan.
3. Membatasi jumlah calon perusahaan yang akan diambil alih.
4. Menghubungi pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan
untuk mewujudkan keinginan memberikan penawaran dan
kemungkinan memperoleh informasi tambahan.
5. Berdasarkan tahap permulaan tersebut, dibuat suatu evaluasi
yang realistis mengenai kelayakan akuisisi tersebut.
6. Mendapatgkan laporan keuangan untuk periode 5 tahun terakhir
dan informasi-informasi lain yang relevan, seperti kontrak-
kontrak yang telah ditandatangani, leasing dan sebagainya.
7. Menetapkan suatu harga tawaran tertentu yang dilengkapi
berbagai persyaratan serta bentuk-bentuk pembayaran yang dapat
berupa tunai, melalui saham atau kewajiban jangka panjang dan
sebagainya.
8. Mengungkapkan sumber-sumber keuangan.
9. Membuat suatu perjanjian yang secara prinsip tidak mengikat
dan memperjelas posisi masing-masing dalam hak kelanjutan
manajemen lama dan pemenuhan kewajiban.
10. Melakukan suatu studi secara lebih mendalam dan komprehensif
mengenai perusahaan target.
11. Menyiapkan penandatanganan kontrak atas persetujuan akuisisi.
12. Merealisasikan pengalihan aktiva dan pembayaran.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

12.4. Motivasi Perusahaan Dalam Melakukan Akuisisi


Motivasi dan esensi dari akuisisi antara lain :
1. Keinginan untuk mengurangi kompetisi antara perusahaan ayng
sama atau keinginan untuk memonopoli salah satu bidang usaha.
2. Ingin menggunakan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya
terbentuk.
3. Berkeinginan untuk mencapai skala ekonomi tertentu, sehingga
menjadi produsen dengan biaya produksi yang rendah.
4. Memperoleh sumber bahan baku yang murah dari hulu ke hilir.
5. Mendapatkan akses pasar atau dana yang relatif murah karena
kapasitas pinjaman yang semakin besar, serta kemampuan baik
dalam hal teknologi maupun manajerial.
Ada beberapa faktor yang memotivasi suatu perusahaan
untuk melakukan akuisisi, yaitu :
1. Diversivikasi
Agar pendapatan perusahaan lebih stabil bahkan meningkat.
Akuisisi yang terjadi dalam kondisi ini adalah perusahaan yang
bergerak dalam industri/jenis produksinya berbeda dengan
maksud jika dari satu produk mengalami penurunan pendapatan,
maka akan dapat ditutup oleh produk yang lain sehingga
perusahaan akan tetap mendapatkan keuntungan dan
pendapatannya tetap stabil.
2. Keuangan
Alasan keuangan menjadi faktor pendorong perusahaan untuk
melakukan akuisisi, karena dengan cara ini perusahaan dapat
melakukan penghematan pengeluaran dananya. Pertumbuhan
perusahaan akuisisi akan menjadi lebih murah dan tidak

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 124


Manajemen Keuangan 125

membutuhkan waktu yang lama, karena biaya akuisisi lebih kecil


daripada biaya pertumbuhan internal.
3. Pemasaran dan Distribusi
Merupakan faktor penting dalam perusahaan keuangan.
Keuntungan yang didapat dari akuisisi ini adalah, kekuatan
monopoli yaitu perusahaan mempertinggi harga barang dan jasa
tanpa adanya penurunan tingkat penjualan, karena adanya
persaingan harga. Selain itu juga efisiensi yang berasal dari
sinergi dan skala ekonomis.
4. Alasan Pribadi
Motivasi akuisisi ini dibedakan dalam dua jenis, yaitu alasan
pribadi dari entrepreneur dan alasan pribadi manajer.
a. Entrepreneur
Perusahaan kecil dimulai dari seseorang dengan pribadi yang
kuat, ambisius, memiliki kemampuan serta lebih beruntung
dibandingkan dengan rekan-rekan kerjanya. Orang dengan
kemampuan seperti ini mempunyai keinginan untuk
mengontrol usahanya lebih besar, karena dimulai dari usaha
yang kecil, sehingga untuk mengembangkannya akan
memerlukan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu,
entrepreneur lebih menyukai untuk membeli perusahaan yang
sudah ada.
b. Manajer
Bagi manajer dan pegawai yang ambisius adanya perluasan
usaha akan menguntungkan. Karena dengan adanya
perluasan ini, maka pekerjaan akan menjadi lebih baik
sehingga imbalan yang akan diperoleh akan lebih besar pula.
Apabila perusahaan yang dibeli kekurangan tenaga ahli di
bidang manajemen, maka kemungkinan promosi bagi

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

pegawai perusahaan akuisitor untuk ditempatkan pada


perusahaan target akan menjadi besar.
5. Keputusan Membuat Sendiri Atau Membeli
Hal ini terjadi sehubungan dengan bahan mentah yang
dibutuhkan untuk proses produksi. Apabila perusahaan
membutuhkan bahan mentah dalam jumlah yang cukup besar,
sehingga menyerap seluruh produksi perusahaan yang lain, maka
akan timbul pemikiran bahwa perusahaan akan lebih beruntung
dengan membeli perusahaan pensuplai bahan mentah tersebut.
Sehingga dengan begitu perusahaan dapat mengawasi mutu
bahan mentah dan kualitas barang jadi dapat tetap terjamin.
6. Manajemen
Seringkali perusahaan yang kecil tidak mampu untuk membayar
manajemen puncak yang berkualitas karena membutuhkan
biaya yang mahal. Sehingga dengan adanya penggabungan
perusahaan, maka usaha perusahaan akanmenjadi lebih besar dan
kemampuan finansialnya juga akan bertambah. Diharapkan hal
ini akan menyebabkan perkembangan yang lebih pesat lagi bagi
perusahaan. Penggabungan perusahaan ini dapat juga terjadi
antara perusahaan-perusahaan yang memiliki manajemen baik
tetapi modalnya kurang, dengan perusahaan-perusahaan yang
modalnya bagus tetapi manajemennya kurang bagus. Apabila
kedua perusahaan tersebut digabung, maka keduanya akan
mendapatkan keuntungan yang tidak mungkin didapatkan
apabila mereka berjalan sendiri-sendiri.
7. Sinerji
Merujpakan faktor pendorong terbesar dalam terjadinya akuisisi.
Sinergi adalah suatu keadaan dimana bagian-bagian dibangun

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 126


Manajemen Keuangan 127

menjadi satu kesatuan dan menghasilkan nilai yang lebih besar


dibandingkan dengan penjualan bagian-bagian secara individu.
Sedangkan menurut Salter dan Weinhold terdapat enam cara
yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan akuisisi
untuk memperoleh return yang lebih besar, yaitu :
1. Diversifikasi melalui akuisisi dapat meningkatkan produktivitas
modal apabila perusahaan yang diakuisisi memang memiliki
nilai kompetisi dan peluang bersaing yang besar.
2. Investasi pasar yang berkaitan erat dengan sektor bisnis utama
dapat mengurangi rata-rata biaya jangka panjang.
3. Pengembangan bisnis dalam area yang kompetitif
mengakibatkan sumber daya penting dapat terkuasai sehingga
perusahaan akan mampu bersaing.
4. Perusahaan yang terdiversifikasi dapat memindahkan kelebihan
kas dari suatu unit operasi ke unit lain yang kekurangan yang
diharapkan akan dapat mengurangi kebutuhan penambahan
dana modal kerja dari sumber lain.
5. Manajer dapat mensubsidi high net cash flow pada unit bisnis
yang high net cash flow-nya masih nol atau negatif, sehingga
dapat memperbaiki tingkat profitabilitas total perusahaan.
6. Melalui penggabungan resiko beberapa sektor usaha akan
menghasilkan biaya pinjaman yang lebih rendah sehingga biaya
total akan menurun.

12.5. Akuisisi Dalam Perspektif Ekonomi


Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya akuisisi
memberikan dampak positif bagi perekonomian, karena dengan
akuisisi memungkinkan terjadinya relokasi pemanfaatan sumber
daya fisik ekonomi secara optimal. Optimalisasi alokasi sumber

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

daya ekonomi terjadi disebabkan karena pasar merger dan akuisisi


memungkinkan terciptanya perdagangan hak kontrol atas sumber
daya perusahaan (corporate resources). Perdagangan ini
memungkinkan terjadinya realokasi sumber daya perusahaan kepada
pihak yang dapat memanfaatkan sumber daya itu secara lebih
optimal. Tetapi hal itu tergantung juga kepada kemampuan pihak
pembeli untuk mewujudkan pengoptimalan pemanfaatan sumber
daya perusahaan tersebut.

12.6. Penilaian Merger


Beberapa metode penilaian merger :
1. Earnings
Penilaian disini dilakukan dengan menitik beratkan pada
earnings. Contohnya, bila suatu perusahaan, katakan perusahaan
A ingin melakukan merger dengan perusahaan B, dengan data
keuangan sebagai berikut :
Perusahaan A Perusahaan B
Present Earnings $ 20.000.000 $ 5.000.000
Share 5.000.000 2.000.000
EPS $ 4,00 $ 2,50
Price of Stock $ 64,00 $ 30,00
P/E Ratio 16 12

Perusahaan B setuju menawarkan sahamnya dengan harga $


35,00 per lembar yang dibayar dengan saham A, dengan
demikian rasio pertukaran adalah $ 35 / $ 64 atau sama dengan
0,547 saham A untuk setiap lembar saham B. Berarti

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 128


Manajemen Keuangan 129

untukmembeli seluruh saham B dibutuhkan sebanyak 0,547 x


2.000.000 = 1.097.750 saham A.
Setelah merger EPS perusahaan A menjadi :
Perusahaan A Sekarang
Earnings $ 25.000.000
Share 6.093.750
EPS $ 4,10
Setelah merger EPS perusahaan A naik, ini berarti bahwa merger
bisa dilaksanakan.
Bagi mantan pemegang saham perusahaan A setelah merger
mengalami penurunan EPS. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa,
untuk setiap lembar saham B, mereka menerima sebanyak 0,547
saham A. Dengan demikian EPS untuk setiap lembar saham B
adalah : 0,547 x $ 4,10 = $ 2,24 lebih rendah dibandingkan
dengan $ 2,50 sebelum melakukan merger.
Apabila harga yang disepakati $ 45 untuk setiap lembar saham
B, maka rasio pertukaran akan menjadi $ 45 / $ 64 atau sama
dengan 0,703 saham A untuk setiap lembar saham B. Dengan
demikian untuk membeli seluruh saham perusahaan B,
perusahaan A harus menerbitkan sebanyak 1.406.250 lembar (45
/ 64 x 2.000.000).
EPS setelah merger :
Perusahaan A Sekarang
Earnings $ 25.000.000
Share 6.093.750
EPS $ 3,90
Ternyata terjadi penurunan EPS bagi perusahaan A setelah
merger dengan B. Penurunan EPS akan terjadi apabila P/E ratio

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

yang dibayar untuk perusahaan B lebih besar dari P/E ratio


perusahaan A, dimana :
Perusahaan B : $ 45 / $ 2,50 = 18
Perusahaan A : $ 64 / $ 4 = 16
Besarnya jumlah kenaikan atau penurunan EPS adalah
merupakan fungsi dari :
1. Perbedaan P/E ratio.
2. Ukuran relatif dari perusahaan yang diukur dengan total
pendapatan (Earnings).
Semakin besar P/E ratio dari perusahaan yang mengakuisisi (A)
dibandingkan dengan P/E ratio perusahaan yang diakuisisi (B),
dan semakin besar pendapatan perusahaanyang diakuisisi (B)
dibandingkan dengan perusahaan yang mengakuisisi (A),
semakin besar peningkatan EPS perusahaan yang mengakuisisi
(A).
EPS berubah karena suatu fungsi dari perbedaan P/E ratio dan
earnings relatif.
% perubahan EPS

TA / TB = 10/5

TA / TB = 10/3
TA / TB = 10/1

- 10 (PA/EA) / (PB/EB)
0,8 1,2 1,5 2,0 2,5 3,0

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 130


Manajemen Keuangan 131

Future Earning
Apabila keputusan merger hanya didasarkan pada
pertimbangan pengaruh jangka pendek (segera) terhadap EPS,
dan bila terjadi penurunan EPS pada awal setelah merger, merger
tidak terjadi dilakukan. Analisa yang demikian tidak
mempertimbangkan pengaruh jangka panjang merger terhadap
peningkatan pendapatan di masa yang akan datang. Apabila
dampak ” synergy ” baru dirasakan beberapa waktu setelah
merger, maka perkembangan ” future earning ” penting untuk
dipertimbangkan.
EPS yang diharapkan, dengan atau tanpa merger
EPS yang diharapkan ($)
Dengan merger
12
10 Tanpa merger
8
6
4
2
0
tahun
1 2 3 4 5

2. Market Value
Penilaian di sini menitikberatkan pada harga pasar dengan
menggunakan rasio pertukaran. Rasio pertukaran harga pasar
dihitung dengan rumus :
Harga pasar saham perusahaan yang membeli x jumlah sahan yang
ditawarkan
Harga pasar saham perusahaan yang dibeli
Misalkan harga saham perusahaan yang membeli $ 60 per
lembar dan saham perusahaan yang dibeli $ 30 per lembar.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Perusahaan yang membeli menawarkan 0,5 sahamnya untuk 1


lembar saham perusahaan yang dibeli, maka rasio pertukarannya
adalah :
$ 60 x 0,50
= 1,00
$ 30
Misalkan :
Perusahaan A ingin merger dengan perusahaan B, ayng
mempunyai data keuangan sebagai berikut :
Perusahaan A Perusahaan B
Present Earnings $ 20.000.000 $ 6.000.000
Share 6.000.000 2.000.000
EPS $ 3,33 $ 3,00
Market Price / $ 60,00 $ 30,00
Share 18 10
P/E Ratio

Dengan menawarkan 0,667 saham A untuk setiap saham B,


maka rasio pertukaran harga pasar adalah :
$ 60 x 0,667
= 1,33
$ 30
Atau dengan kata lain, saham B ditawarkan dengan harga $ 40
per lembar (1,33 x $ 30). Bila P/E ratio perusahaan A setelah
merger tetap 18, maka sesudah merger akan menjadi :
Perusahaan A
Present Earnings $ 26.000.000
Share 7.333.333
EPS $ 3,55
P/E Ratio $ 18
Market Price / Share 63,9

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 132


Manajemen Keuangan 133

Setelah merger EPS dan market price saham naik, berarti bahwa
maerger bisa dilakukan.

12.7. Mendefinisikan Economic Gains dan Cost of Merger


Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan
merger, yaitu gain dan cost.
1. Economic Gains
Terjadi jika nilai perusahaan setelah merger lebih besar daripada
nilai perusahaan sebagai unit yang terpisah. Misalkan :
perusahaan A mau membeli perusahaan B, economic gains
terjadi bila :
PV AB > (PV A + PV B). Jadi gain = PV AB – (PV A + PV B).
2. Cost
Biaya untuk membeli perusahaan B, besarnya biaya tergantung
pada cara pembelanjaan merger tersebut. Jika merger dibiayai
dengan kas (i), biaya untuk membeli perusahaan B adalah jumlah
kas yang dibayarkan dikurangi dengan nilai perusahaan B. Jadi
cost = Cash – PV B, dan Net Present Value (NPV) dari
perusahaan adalah merupakan selisih gain dan cost, yaitu :
NPV = Gain – Cost
NPV = PV AB – (PV A + PV B) – (Cash – PV B)
Dapat juga merger dibiayai dengan saham (stock) namun
estimasi biayanya menjadi lebih sulit.
Misalkan :
Perusahaan A menawarkan 16.000 saham sebagai ganti dari kas
$ 1.200.000. Karena harga saham A sebelum pengumuman
merger $ 75 dan saham B mempunyai nilai pasar $ 900.000
maka biayanya :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Apparent Cost = 16.000 x $ 75 - $ 900.000


= $ 300.000
Akan tetapi apparent cost belum tentu sama dengan true cost,
karena nilai saham B sebagai separate entity mungkin tidak
sama dengan $ 7.500.000.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 134


Manajemen Keuangan 135

BAB XIII
PEMBELANJAAN REORGANISASI

13.1. Pengertian Reorganisasi


Pengertian reorganisasi perusahaan dalam artian yang luas,
ialah perubahan mengenai bentuk hukum atau perubahan mengenai
imbangan atau susunan tertentu, baik yang menyangkut struktur
organisasi maupun struktur modal dari suatu perusahaan. Oleh
karena itu, pengertian Reorganisasi dapat dibedakan antara :
1. Reorganisasi Yuridis.
Yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari suatu perusahaan
atau badan usaha. Misalnya : Dari perusahaan perseorangan
diubah menjadi Perseroan Terbatas.
2. Reorganisasi Intern.
Ialah perubahan mengenai bentuk atau struktur organisasi
(organisasi intern) dari suatu perusahaan atau badan usaha.
3. Reorganisasi Finansial.
Ialah perubahan yang menyeluruh dari keseluruhan struktur
modal, yang terpaksa harus dijalankan karena perusahaan telah
nyata-nyata dalam keadaan insolvable atau adanya ancaman
insolvency, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya. Reorganisasi finansiil merupakan bentuk
capital restructuring yang paling drastis.
Untuk uraian selanjutnya pengertian reorganisasi yang
dimaksudkan di sini adalah, dalam artian reorganisasi finansiil.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Reorganisasi Finansiil sering juga dimaksudkan sebagai


rekonstruksi dari struktur modal terutama dalam hubungan ” debt-
equity ” yang terpaksa harus dijalankan, sehingga reorganisasi
itu diartikan pula sebagai perubahan-perubahan hubungan tertentu
antara perusahaan dengan berjenis-jenis kategori pemberi modal.
Pada umumnya pelaksanaan reorganisasi finansiil ini sifatnya
adalah ” involuntary ”, atau dipaksa oleh pihak luar dengan
recapitulization dan readjustment di lain pihak, dimana dua yang
terakhir ini dijalankan tidak dengan paksaan pihak luar atau sifatnya
adalah ” voluntary ”.
Hal ini yang membedakan reorganisasi di satu pihak dengan
recapitalization dan readjustment dilain pihak, ialah :
1. Perubahan struktur modal pada reorganisasi sifatnya adalah
menyeluruh dan lebih drastis daripada yang dua lainnya.
2. Inisiatif mengadakan recapitalization dan debt readjustment,
pada umumnya timbul dari manajemen sendiri, sedangkan pada
reorganisasi biasanya manajemen dipaksa oleh pihak kreditur
yang merasa terancam tagihannya. Tetapi ini tidak berarti bahwa,
reorganisasi tidak mungkin dijalankan atas inisiatif management
sendiri.

13.2. Sebab – Sebab Diadakannya Reorganisasi


Reorganisasi perusahaan atau badan usaha dapat diadakan
karena berbagai alasan, tetapi biasanya yang merupakan sebab
utamanya ialah, adanya kerugian yang besar yang diderita oleh
perusahaan. Selama PT., masih mempunyai saldo kerugian, maka
selama itu perusahaan tersebut tidak dapat membagikan laba yang
diperoleh pada suatu tahun, kepada para pemegang saham.
Berhubungan dengan itu, maka untuk memungkinkan perusahaan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 136


Manajemen Keuangan 137

tersebut dapat membagikan laba yang diperolehnya, haruslah


kerugian tersebut dilenyapkan. Para pemberi modal barupun pada
umumnya hanya bersedia memberi bantuan berupa pinjaman baru
lagi dengan syarat agar saldo kerugian dihilangkan, sehingga
mereka akan dapat memperoleh pendapatan yang lebih pasti.
Perusahaan yang menderita kerugian yang terus menerus, atau dalam
jumlah yang besar, akan menempatkan perusahaan dalam kesukaran
finansiil, sehingga perusahaan tidak dapat membayar beban
bunganya, membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo,
yang semuanya ini akan merugikan para krediturnya.
Banyak faktor yang merupakan sebab kegagalan atau
kerugian suatu perusahaan, yang pada prinsipnya dapat digolongkan
menjadi ” sebab intern ” dan ” sebab extern ”. Sebab intern ialah
sebab-sebab yang ditimbulkan dari dalam perusahaan itu sendiri,
yang meliputi baik sebab-sebab ” finansiil ” maupun ”non finansiil”.
a. Sebab – sebab yang menyangkut bidang finansiil.
1. Adanya hutang yang terlalu besar, sehingga memberikan
beban tetap yang berat bagi perusahaan.
2. Adanya ” current liabilities ” yang terlalu besar di atas ”
current assets ”. Perusahaanyang demikian itu adalah dalam
keadaan kesukaran finansiil, karena perusahaan tersebut
selalu dalam keadan illikuid. Perusahaan yang terus menerus
dalam keadaan illikuid akan menghilangkan atau
mengurangkan kepercayaan pihak ketiga atau masyarakat
kepada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan itu tidak ”
solid ” lagi. Perusahaan tersebut menghadapi masalah modal
kerja yang serius, karena di dalam perusahaan itu terdapat ”
sorking capital deficit ”.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

3. Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya ” Bad-


Bedts ”.
4. Kesalahan dalam ” dividend – policy ”.
5. tidak cukupnya dana – dana penyusutan.
b. Sebab – sebab yang non finansiil.
1. Adanya kesalahan pada cara pendiri, yaitu antara lain :
- Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan.
- Kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan.
- Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan.
2. Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.
3. Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan
4. Adanya ” managerial incompetence ” :
- Kesalahan dalam policy pembelian.
- Kesalahan dalam policy produksi.
- Kesalahan dalam policy marketing.
- Adanya expansi yang berlebih – lebihan.
Disamping itu ” sebab intern ” terdapat pula ” sebab extern
” dari kegagalan atau kerugianperusahaan. Sebab extern di sini
dimaksudkan sebagai sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar
perusahaan, dan berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan
perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain :
1. Adanya persaingan yang hebat.
2. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya.
3. Turunnya harga – harga dan lain sebagainya.

13.3. Maksud dan Tujuan Reorganisasi


Maksud diadakannya reorganisasi suatu perusahaan atau
badan usaha, antara lain adalah :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 138


Manajemen Keuangan 139

1. Untuk menemukan dan selanjutnya melenyapkan atau


menghilangkan sebab-sebab intern dari kegagalan atau kerugian
yang diderita oleh perusahaan.
2. Untuk memperbaiki struktur modalnya untuk mempermudah ”
future financing ” nya.
3. Untuk memungkinkan perusahaan dapt dividend lagi.
4. Untuk memperoleh modal baru, terutama untuk modal kerja.
5. Untuk mengurangi beban tetap dan sebagainya.
Adanya tujuan dari setiap reorganisasi ialah agar perusahaan
tersebut sesudah direorganisir akan berada lagi dalam keadaan atau
posisi finansiil yang lebih sehat dan kuat, sehingga untuk
selanjutnya perusahaan akan dapat bekerja dengan menghasilkan
keuntungan untuk para pemberi modal. Mengingat bahwa, maksud
diadakannya reorganisasi terutama untuk perbaikan struktur
modalnya, untuk kemudian supaya mempermudah ” future
financing-nya ”, maka tindakan utama yang harus dilakukan dalam
rangka reorganisasi adalah, tindakan menghilangkan saldo kerugian.
Dengan hilangnya saldo kerugian, berarti bahwa posisi finansiilnya
akan lebih baik, dan hal ini akan mempermudah perusahaan untuk
mendapatkan tambahan modal baru sesudah diadakan reorganisasi.
Para pemberi modal pada umumnya hanya mau memberikan
bantuannya berupa pemberian pinjaman atau modal barulagi, apabila
kerugian-kerugian yang diderita pada masa lampau, yang sekarang
masih merupakan saldo kerugian, dilenyapkan.
Sebelum tindakan melenyapkan kerugian dilakukan, maka
haruslah ditentukan lebih dahulu berapa besarnya kerugian yang
akan dilenyapkan, yang besarnya tidak hanya sebesar jumlah yang
tercantum dalam Neraca saja. Hal ini disebabkan karena dengan
hilangnya saldo kerugian yang tercantum dalam Neraca saja, belum

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

berarti bahwa perusahaan sungguh-sungguh berada dalam posisi


finansiil yang kuat. Dalam menentukan besarnya kerugian ini, kita
tidak hanya mendasarkan pada nilai bukunya saja, tetapi haruslah
disesuaikan dengan nilai riilnya pada waktu diadakannya
reorganisasi.
Dengan singkat haruslah diadakan penilaian kembali
(revaluation) terhadap pos-pos dalam neraca, berdasarkan pada
prinsip hati-hati. Bedasarkan prinsip hati - hati ini, maka besarnya
kerugian yang akan dilenyapkan, sebaiknya lebih besar daripada
kerugian yang tercantum dalam Neraca, dengan maksud agar supaya
setelah kerugian tersebut dilenyapkan, perusahaan akan sungguh-
sungguh dapat bekerja dengan basis finansiil yang lebih sehat.
Setelah besarnya kerugian ditentukan berdasarkan hasil
revaluation, maka tindakan selanjutnya ialah menentukan tindakan
apa yang akan dijalankan untuk menghilangkan saldo kerugian.

13.4. Cara Melenyapkan Saldo Kerugian


Tindakan melenyapkan saldo kerugian dapat dijalankan
dengan berbagai cara, antara lain :
a. Mengurangi modal saham.
Untuk menutup kerugian, dimana ini dapat dijalankan dengan
berbagai cara sebagai berikut :
1. Mengurangi nilai nominal saham sampai jumlah yang
dikehendaki, dengan mengecap (afstempelen) pada saham
tersebut. Kerugiannya cara ini ialah bahwa, saham yang dicap
tersebut untuk selama-lamanya akan memperlihatkan situasi
yang buruk, yang pernah dialami oleh perusahaan itu di
waktu yang lampau.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 140


Manajemen Keuangan 141

2. Mengeluarkan saham baru dengan menarik saham lama,


dengan perbandingan tertentu, misalnya dengan
perbandingan 7 : 4, ini berarti bahwa setiap 7 lembar saham
lama harus ditukarkan dengan 4 lembar saham baru yang
sama nilai nominalnya, yang ini berarti pula bahwa,
pemegang saham lama yang mempunyai saham kurang dari 7
lembar harus membeli lagi, sehingga menjadi 7 lembar untuk
kemudian ditukarkan dengan 4 lembar saham baru. Surplus
yang diperoleh dari pertukaran ini digunakan untuk menutup
kerugian perusahaan.
3. Penyerahan sebagian saham-saham oleh para pendiri kepada
perusahaan. Hal ini terjadi dalam suatu peristiwa dimana
pada waktu pendirian perusahaan, modal penyertaan mereka
dinilai terlalu tinggi. Dalam keadaan yang demikian, maka
pada waktu diadakan reorganisasi dapatlah diminta kepada
para pendiri untuk menyerahkan sebagian saham yang
diterima pada waktu pendirian perusahaan itu kepada
perusahaan.
b. Mengurangi jumlah hutang – hutangnya.
Pengurangan jumlah hutang pokok hanya dapat dijalankan
setelah mendapatkan persetujuan dari para kreditur yang
bersangkutan. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai tindakan-tindakan dalam menghilangkan saldo
kerugian, dapatlah diberikan contoh di bawah ini :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Tindakan Menghilangkan Saldo Kerugian


Neraca Sebelum Reorganisasi
Kas …………… Rp. 1.000-. Hutang Rp. 15.000,-.
Piutang ……….. Rp. 5.000,- ………
Barang ………... . Rp. 40.000,-.
Aktiva tetap …... Rp. 11.000,- Modal Saham
Saldo rugi …….. . ..
Rp. 20.000,-
.
Rp. 18.000,-
.
Rp. 55.000,- Rp. 55.000,-.
.

Kerugian sebesar Rp. 18.000,- tersebut adalah berdasrkan nilai


buku yang belum tentu menggambarkan nilai yang sebenarnya.
Supaya perusahaan sesudah diadakan reorganisasi akan dapat
bekerja dengan basis yang sehat, maka besarnya kerugian harus
didasarkan pada hasil reevaluasi terhadap pos-pos atau dalam
neraca berdasarkan prinsip kehati-hatian. Misalnya, neraca
sesudah diadakan revaluation tertera seperti di bawah ini :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 142


Manajemen Keuangan 143

Neraca Sesudah Reorganisasi


Kas …………… Rp. 1.000-. Hutang Rp. 15.000,-.
Piutang ……….. Rp. 4.000,- ………
Barang ………... . Rp. 40.000,-.
Aktiva tetap …... Rp. 10.000,- Modal Saham
Saldo rugi …….. . ..
Rp. 18.000,-
.
Rp. 22.000,-
.
Rp. 55.000,- Rp. 55.000,-.
.

Saldo kerugian sesudah revaluasi ternyata menjadi Rp. 22.000,-,


dan kerugian inilah yang harus dilenyapkan. Agar supaya
perusahaan setelah diadakan reorganisasi sungguh-sungguh
mempunyai posisi finansiil yang kuat, maka perusahaan tersebut
harus pula mempunyai cadangan. Bagaimana cara melenyapkan
saldo kerugian tersebut, dengan sekaligus membentuk cadangan
? Apabila telah ditetapkan bahwa, penghapusan saldo kerugian
akan sepenuhnya dibebankan kepada pemegang saham, dan
sekaligus akan dibentuk cadangan sebesar 12,5 % dari modal
saham baru, maka besarnya modal saham baru dan cadangannya
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Besarnya modal saham baru = x
X = 40.000 – 22.000 – 1/8x
11/8x = 18.000 x = 8,9 x 18.000
X = 16.000

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Dengan demikian, maka besarnya modal saham baru setelah


diadakan reorganisasi adalah sebesar Rp. 16.000,- dan besarnya
cadangan adalah 12,5 % atau 1/8 dari Rp. 16.900,- = Rp. 2.000,-.
Apabila saldo kerugian tersebut akan dilenyapkan dengan cara
mengeluarkan saham baru dan menarik saham lama, maka saham
lama sebesar Rp. 40.000,- ditarik dari peredaran dan dikeluarkan
saham baru sebesar Rp. 16.000,- dengan perbandingan 40 : 16
atau 5 : 2. Ini berarti bahwa, 5 lembar saham lama ditukarkan
dengan 2 lembar saham baru.
Apabila pengurangan modal saham dijalankan dengan ”
pembubuhan cap ” (afstempelling), maka hal ini dapat dijalankan
dengan mengadakan reduksi sebesar 60 % dari nilai
nominalnya Rp. 16.000,-. Pengurangan modal saham sebesar Rp.
24.000,- digunakan untuk menutup kerugian Rp. 22.000,- dan
sisanya sebesar Rp. 2.000,- digunakan untuk membentuk
cadangan. Dengan sendirinya dalam hal ini, reorganisasi ini yang
pertama-tama menjadi korban adalah para pemegang saham, dan
dalam contoh tersebut pemegang saham harus mengorbankan 60
% dari kekayaan sahamnya.
Neraca sesudah reorganisasi akan nampak seperti berikut :

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 144


Manajemen Keuangan 145

Neraca Sesudah Reorganisasi


Kas …………… Rp. 1.000-. Hutang Rp. 15.000,-.
Piutang ……….. Rp. 4.000,- ……… Rp. 16.000,-.
Barang ………... . Modal Saham Rp. 2.000,-.
Aktiva tetap …... Rp. 10.000,- ..
. Cadangan
Rp. 18.000,- …….
.
Rp. 33.000,- Rp. 33.000,-.
.

13.5. Cara Untuk Mengurangi Beban – Beban Tetap


Setelah besarnya kerugian ditetapkan dan telah dilenyapkan
dari Neraca, maka usaha selanjutnya dalam rangka reorganisasi
adalah mengusahakan bagaimana cara-cara untuk mengurangi
beban-beban tetap yang memberatkan perusahaan. Dalam hal ini,
biasanya dijalankan antar lain dengan apa yang disebut ”
Deklarassering ” dari hak-hak para pemberi modal, yang biasanya
mempunyai 2 tujuan, yaitu :
1. Untuk membebaskan atau mengurangi beban-beban yang tetap
yang menjadi beban perusahaan.
2. Untuk memungkinkan perusahaan menarik kekayaan baru lagi.
Deklarassering dari hak-hak pemberi modal dijalankan,
misalnya dengan :
a. Mengubah saham preferen kumulatif menjadi saham preferen
biasa.
b. Mengubah obligasi menjadi saham preferen atau saham biasa.
c. Mengubah obligasi biasa menjadi obligasi pendapatan (Income
Bonds).

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Disamping perubahan sifat dari hutang-hutang perusahaan,


mungkin juga diusahakan adanyapengurangan jumlah hutang pokok
yang harus dilunasi atau pengurangan jumlah angsuran setiap
periodenya. Dengan demikian maka dengan singkat dapat dikatakan
bahwa, dalam rangka reorganisasi ini semua pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan dapat diminta pengorbanannya,
yaitu antar lain :
1. Pemegang saham biasa.
Pengorbanan para pemegang saham biasa dalam reorganisasi ini
dapat dalam bentuk :
a. Reduksi nilai nominal dari saham yang dimilikinya.
b. Penyetoran modal tambahan kepada perusahaan.
2. Pemegang saham preferen kumulatif
a. Menghilangkan hak-hak kumulatif atas dividen-dividen yang
belum dibayarkan sebagian atau seluruhnya.
b. Menghilangkan hak-hak kumulatif atas dividen seluruhnya
dengan mengubah statusnya menjadi pemegang saham
preferen atau saham biasa.
c. Mengurangi presentase dari dividen yang menjadi haknya.
3. Pemegang saham preferen
a. Pengurangan presentase dividen yang menjadi haknya.
b. Mengubah statusnya menjadi pemegang saham biasa.
4. Pemegang surat obligasi
Kepada para pemegang surat obligasi inipun dapat diminta
pengorbanan dalam rangka reorganisasi, yaitu antara lain
bentuknya :
a. Pengurangan jumlah pokok pinjaman.
b. Pengurangan jumlah angsuran setiap periode tertentu.
c. Pengurangan tingkat bunga.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 146


Manajemen Keuangan 147

d. Perubahan obligasi biasa menjadi obligasi pendapatan.


e. Perubahan obligasi menjadi saham preferen atau saham biasa.
Deklarassering dari hak-hak pemberi modal dalam rangka
usaha untuk mengurangi beban - beban tetap adalah juga
dijalankan dalam ” Debt-Readjustment ”, tetapi tidaklah begitu
drastis seperti halnya pada reorganisasi. Sebagaimana diketahui
pelaksanaan deklarassering dari hak - hak tersebut dalam rangka
reorganisasi adalah, dalam rangkaian ” tindakan yang menyeluruh ”
untuk mengadakan revisi dari keseluruhan struktur modal.
Sebenarnya tidak nampak adanya batas-batas yang tegas
yang memebedakan tindakan-tindakan dalam Debt-Readjustment
dan reorganisasi finansiil, kecuali ditinjau dari segi yuridisnya,
dimana pada reorganisasi sering disertai dengan adanya intervensi
dari pengadilan atau panitia tersebut. Dengan demikian sebenarnya
reorganisasi itu merupakan suatu usaha rehabilitasi bagi perusahaan
yang bersangkutan. Apabila sekiranya sudah tidak ada harapan lagi
bahwa, perusahaan tersebut di kemudian hari dapat bekerja dengan
menguntungkan, meskipun telah diadakan reorganisasi, maka
terhadap perusahaan tersebut pada umumnya diadakan likuidasi.
Likuidasi berarti penjualan dari keseluruhan asset dari
perusahaan tersebut, dan hasil penjualannya digunakan untuk
membayar semua hutang-hutangnya, dan ini berarti bahwa, hidup
perusahaan tersebut diakhiri.
Likuidasi dapat dijalankan dengan sukarela atau dengan
paksaan. Likuidasi yang dijalankan dengan paksaan ialah dalam
keadaan falhsement. Apabila inisiatif likuidasi timbul dari pemilik
perusahaan, dimana penyelesaian dan penyelenggaraannya
dijalankan oleh pimpinan atau pemilik perusahaan sendiri, maka
likuidasi tersebut merupakan likuidasi sukarela. Dengan demikian

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

maka, bedanya reorganisasi dengan likuidasi ialah bahwa, pada


likuidasi semua asset dijual dan dibayarkan kembali pada pemberi
modal, yang ini berarti berakhirnya hidup perusahaan tersebut,
sedangkan pada reorganisasi perusahaan masih tetap hidup dan
berlangsung terus, tetapi dengan struktur modal yang berbeda.

13.6. Jenis – Jenis Reorganisasi


Berdasarkan modal yang dibutuhkan pada waktu
mengadakan reorganisasi, pada dasarnya kita dapat membedakan
jenis - jenis reorganisasi sebagai berikut :
1. Reorganisasi tanpa menarik modal baru.
2. Reorganisasi dengan menarik modal baru.
3. Reorganisasi dengan mengembalikan modal.
1. Reorganisasi tanpa menarik modal baru.
Setiap reorganisasi tidak selalu membutuhkan atau
disertai dengan penarikan modal baru. Reorganisasi yang
diadakan pada masa gelombang konjungtur menurun
(depression), dimana tidak dibutuhkan jumlah modal kerja yang
besar, reorganisasi tidak membutuhkan penarikan modal baru.
2. Reorganisasi dengan menarik modal baru.
Reorganisasi yang disertai dengan penarikan modal baru,
biasanya diadakan pada waktu-waktu sesudah ” revival ” ,
dimana kebutuhan adanya modal kerja yang relatif besar.
Kebutuhan-kebutuhan modal kerja disini dapat dipenuhi
dari berbagai sumber, yaitu antar lain :
a. Kredit dari bank.
Biasanya bank akan suka memberi kredit baru lagi kepada
perusahaan yang telah direorganisir. Apabila terpaksa,
perusahaan dalam hal ini harus memberikan jaminan-

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 148


Manajemen Keuangan 149

jaminan, baik berupa benda bergerak, efek maupun benda


tetapnya.
b. Para pemegang saham.
Para pemegang saham dapat diminta untuk memberikan
tambahan modal (baik dengan atau tanpa kompensasi) untuk
menambah modal kerja. Pada umumnya para pemegang
saham hanya bersedia memberikan tambahan penyetoran.
Tambahan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan
kerugian yang akan mereka derita apabila sungguh-sungguh
diadakan likuidasi.
c. Reduksi modal saham bersamaan dengan mengadakan emisi
saham baru.
Pada emisi saham baru yang diadakan sesudah reorganisasi,
haruslah diusahakan agar kursnya tidak berada pada tingkat
di bawah kurs a pari. Untuk maksud tersebut biasanya
sebelum diadakan emisi baru, diadakan perbaikan kurs saham
lama, misalnya dengan pengurangan nilai nominalnya.
Pendapatan dari emisi saham baru ini, digunakan sebagai
tambahan modal kerja perusahaan.
d. Kreditur dari perusahaan.
Para kreditur dapat pula diminta supaya memberikan
tambahan modal baru algi, untuk pemenuhan kebutuhan akan
modal kerja. Disini para kreditur biasanya mau memberikan
kredit baru lagi kepada perusahaan, apabila mereka yakin
bahwa sesudah diadakan reorganisasi, perusahaan akan
dapat bekerja dengan

rendabel. Pula mereka terpaksa akan memberikan tambahan


kredit baru lagi, apabila menurut perhitungan mereka

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

kerugian yang diderita karena likuidasi akan lebih besar


dibandingkan dengan kerugian yang diderita karena harus
memberikan kredit baru lagi.
3. Reorganisasi dengan mengembalikan modal.
Reorganisasi di sini justru sebaliknya, dijalankan dengan
mengembalikan modal perusahaan kepada para pemegang
saham, dengan cara membeli kembali saham-sahamnya di bursa
efek berdasarkan kurs pada waktu itu. Tetapi cara ini
mengandung risiko yang besar, karena untuk melaksanakannya
dibutuhkan adanya persediaan uang yang besar, yaitu untuk
membeli kembali saham-sahamnya, yang ini akan dapat
mengganggu likuiditas perusahaan sesudah diadakan
reorganisasi.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 150


Manajemen Keuangan 151

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I, Distressed Securities, Analysis And Evaluating Market


Potential And Invesment Risk, Chicago, Probus Publishing
Company, USA, 1991.

Bowlin, Oswald D., John D., Martin and David F., Scott, Financial
Analysis, Second Edition, New York, Mc. Graw-Hill, Publishing
Company, 1990.

Brigham & Daves, 2004, Intermediate Financial Management 8/e, South


Western Englan.

Husnan, Suad, 1997, Manajemen Keuangan, Teori Dan Penerapan, Buku


1 dan buku 2, BPFE, Yogyakarta.

Husnan, Suad, Marwan Asri, Eduardus Tandelilin & Mamduh M. Hanafi,


Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan, In Memoriam, Prof. Dr.
Bambang Riyanto, 2002, BPFE, Yogyakarta.

Husnan, Suad, 1993, Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis


Sekuritas, Jogyakarta, UPP AMP, YPKN.

Indahwati, 2003, Analisis Pengaruh Leverage Dan Kebijakan Struktur


Modal Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan Go
Publik Di Pasar Modal Indonesia, Selama Masa Krisis 1998 –
2001. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Setyaningsih, 1996, Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan


Sebelum Dan Sesudah Go Public Serta Pengaruhnya Terhadap
Tingkat Hasil Saham Di Pasar Modal Indonesia, Thailand Dan
Jepang, Surabaya, Disertasi.

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang 152


Manajemen Keuangan

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN 1
1.1. Tujuan Perusahaan ................................................. 1
1.2. Fungsi Manajemen Keuangan ................................ 2
1.3. Perkembangan Manajemen Keuangan .................... 6
BAB II TIME VALUE OF MONEY.......................................... 9
2.1. Konsep - Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of
Money) ................................................................... 10
2.2. Pembungaan Bulanan, Harian dan Sebagainya ...... 17
2.3. Hubungan Antara Nilai, Waktu dan Tingkat Bunga 18
BAB III KONSEP INVESTASI / CAPITAL BUDGETING ...... 19
3.1. Pengertian Capital Budgeting.................................. 21
3.2. Metode Penilaian Profitabilitas Investasi ............... 22
3.3. Capital Rationing/Rasionalisasi Modal .................. 27
BAB IV EVALUASI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN 31
4.1. Laporan Keuangan ................................................. 31
4.2. Analisa Rasio Keuangan ......................................... 33
4.3. Metode dan Teknik Analisis ................................... 39
4.4. Analisis Du Pont...................................................... 42
BAB V BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)...................... 43
5.1. Jenis – Jenis Modal ................................................ 44

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang ii


Manajemen Keuangan

5.2. Biaya Modal Individual........................................... 44


5.3. Biaya Modal Keseluruhan (Cost of Overall Capital) 49
5.4. Margina Cost of Capital/MCC (Biaya Modal Marji-
nal ........................................................................... 51
BAB VI STRUKTUR MODAL DAN KEUANGAN.................. 54
6.1. Leverage ................................................................. 56
6.2. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Penilaian dan
Biaya Modal ........................................................... 57
6.3. Metode Pemilihan Struktur Modal ......................... 66
BAB VII KEBIJAKAN DIVIDEN ............................................... 69
7.1. Kontroversi Kebijakan Dividen ............................. 65
7.2. Teori – Teori Kebijakan Dividen ........................... 73
7.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya
Dividend Payout Ratio ........................................... 75
7.4. Pola Pembayaran Dividend .................................... 78
7.5. Stock Dividend ....................................................... 81
7.6. Stock Split .............................................................. 82
7.7. Repurchase of Stock ............................................... 83
BAB VIII PENILAIAN SURAT BERHARGA BERPENGHA-
SILAN TETAP (OBLIGASI) ....................................... 85
8.1. Pengertian Obligasi ................................................ 85
8.2. Jenis – Jenis Obligasi ............................................. 86
8.3. Ciri – Ciri Obligasi ................................................. 87
8.4. Keuntungan dan Kelemahan Obligasi Bagi Perusaha-
an Penerbit ............................................................. 87
8.5. Nilai Obligasi dan Fluktuasi ................................... 88
8.6. Bond Refunding Analysis ...................................... 92

iii Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

BAB IX PENILAIAN SURAT BERHARGA BERPENGHA-


SILAN TIDAK TETAP (SAHAM BIASA) ................. 95
9.1. Keunggulan dan Kelemahan Saham Biasa ............. 96
9.2. Hak – Hak Pemegang Saham ................................. 97
9.3. Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan .................. 98
9.4. Penilaian Saham Model Pertumbuhan Konstan ..... 98
9.5. Penilaian Saham Model Pertumbuhan Bertahap .... 100
BAB X P O R T O F O L I O ..................................................... 103
10.1. Pengaruh Penambahan Jumlah Saham Pada Risiko
Portofolio ............................................................. 107
10.2 Capital Asset Pricing Model (CAPM) .................. 107
BAB XI L E A S I N G ................................................................ 112
11.1. Pengertian Leasing ............................................... 112
11.2. Manfaat Dari Leasing ........................................... 112
11.3. Bentuk – Bentuk Leasing ..................................... 112
11.4. Pemilihan Antara Leasing dan Hutang ................. 114
BAB XII MERGER, AKUISISI DAN KONSOLIDASI ............. 117
12.1. Pengertian Akuisisi, Merger dan Konsolidasi ...... 117
12.2. Jenis – Jenis Akuisisi ............................................ 120
12.3. Proses Akuisisi ..................................................... 122
12.4. Motivasi Perusahaan Dalam Melakukan Akuisisi 124
12.5. Akuisisi Dalam Perspektif Ekonomi .................... 127
12.6. Penilaian Merger .................................................. 128
12.7. Mendefinisikan Economic Gains dan Cost of Mer-
ger ......................................................................... 133
BAB XIII PEMBELANJAAN REORGANISASI ......................... 135
13.1. Pengertian Reorganisasi ....................................... 135
13.2. Sebab – Sebab Diadakannya Reorganisasi ......... 136
13.3. Maksud dan Tujuan Reorganisasi ........................ 138

Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang iv


Manajemen Keuangan

13.4. Cara Melenyapkan Saldo Kerugian ...................... 140


13.5. Cara Untuk Mengurangi Beban – Beban Tetap ... 145
13.6. Jenis – Jenis Reorganisasi .................................... 148
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 151

v Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang


Manajemen Keuangan

KATA PENGANTAR

Buku ini menjelaskan penerapan Teori Keuangan terutama dalam


lingkup masalah yang bersifat mendasar, tanpa menghilangkan esensi dari
teori keuangan.
Buku ini terutama ditujukan kepada para mahasiswa yang
mengambil Program Studi Manajemen. Pembahasan akan dimulai dari teori
atau konsep keuangan secara umum, kemudian diikuti dengan
penerapannya. Teori pada dasarnya merupakan common sense, oleh
karenanya diharapkan para mahasiswa memahami alasan yang menjelaskan
mengapa perusahaan mengambil keputusan keuangan tertentu.
Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran selalu kami terima dengan senang hati.

P e n u l i s.

i
Program Pasca Sarjana STIE Indonesia Malang

Anda mungkin juga menyukai