Anda di halaman 1dari 146

BAB I

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN

1.1 Pendahuluan
Manajemen keuangan membahas tentang kegiatan menggunakan dan
mendapatkan dana dalam konteks perusahaan. Manajer keuangan suatu perusahaan
berusaha mengupayakan proporsi yang tepat dari investasi pada berbagai aktiva dan
pembelanjaan aktiva-aktiva tersebut. Investasi dan keputusan-keputusan pembelanjaan
harus sesuai dengan tujuan perusahaan dan di dalam batasan berbagai faktor internal
dan eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor-faktor yang berada di dalam
perusahaan yang membentuk berbagai kendala dalam pengambilan keputusan dalam
bidang keuangan. Sedangkan faktor-faktor eksternal merupakan faktor yang berada di
luar perusahaan yang mengharuskan perusahaan melakukan penyesuaian-penyesuaian
tertentu akibat perubahan faktor ini.
Dalam manajemen keuangan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan bersifat
normatif yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka manajer keuangan harus dapat membuat keputusan dengan
mempertimbangkan hubungan antara keuntungan dengan risiko yang timbul dari setiap
alternatif keputusan.

1.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiwa mampu:
▪ Menjelaskan pengertian manajemen keuangan.
▪ Menjelaskan tujuan manajemen keuangan.
▪ Menjelaskan hubungan manajemen keuangan dengan disiplin ilmu lainnya.

1.3 Pengertian Manajemen Keuangan


Pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai
manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana secara efektif maupun
upaya pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi secara efisien. Manajemen
keuangan juga dapat diterjemahkan sebagai manajemen atas fungsi-fungsi keuangan.

1
Fungsi manajemen keuangan meliputi pengalokasian atau penggunaan dana (allocation
of funds),dan pemenuhan kebutuhan dana (raising of fund).
Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efektif agar setiap satuan uang
yang ditanamkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat keuntungan investasi
secara maksimal. Fungsi ini menyangkut keputusan alokasi dana, baik dana yang
berasal dari luar perusahaan maupun yang berasal dari dalam perusahaan pada berbagai
bentuk investasi. Keputusan investasi tercermin pada sisi aktiva perusahaan yang secara
umum terdiri dari investasi jangka pendek dalam bentuk aktiva lancar dan investasi
jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap. Manajer keuangan bertanggung jawab
menentukan perimbangan yang optimal untuk setiap aset/aktiva perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar dana yang tertanam pada masing-masing komponen aktiva tidak
terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Apabila dana tertanam terlalu besar maka
kemungkinan dapat mengganggu likuiditas dan kontinuitas sedangkan jika terlalu besar
maka memungkinkan terjadinya pengangguran dana yang dapat mempengaruhi
profitabilitas perusahaan.
Fungsi pemenuhan kebutuhan dana menyangkut pengambilan keputusan
pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Fungsi ini antara lain berhubungan dengan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelanjaan perusahaan yang optimal?
2. Bagaimana memperoleh kebutuhan dana untuk investasi yang efisien?
3. Bagaimana komposisi sumber dana optimal yang harus dipertahankan?
4. Apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing atau modal sendiri?
5. Adakah pengaruh keputusan pembelanjaan terhadap nilai perusahaan?
6. Bagaimana bentuk insentif terbaik untuk meningkatkan prestasi manajemen?
Peran manajer keuangan sangat dibutuhkan untuk menjawab berbagai
pertanyaan tersebut agar fungsi ini dapat berjalan secara optimal. Manajer keuangan
harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dari
berbagai sumber dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang menguntungkan.
Tentunya setiap sumber dana memiliki konsekuensi finansial yang berbeda-beda pula.
Pada dasarnya sumber dana perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua sumber
yaitu:

2
1. Sumber internal, yaitu sumber dana yang dihasilkan dari dalam perusahaan yang
terdiri dari laba ditahan (retained earning) dan penggunaan penyusutan aktiva tetap
(depreciation). Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber
intern maka perusahaan dikatakan melakukan pembelanjaan intern (internal
financing).
2. Sumber eksternal, yaitu sumber dana yang dihasilkan dari luar perusahaan yang
terdiri modal sendiri berupa penyertaan modal dari pemilik dan modal asing berupa
utang. Perusahaan yang memenuhi kebutuhan dananya dari sumber ekstern
dikatakan melakukan pembelanjaan ekstern (eksternal financing). Apabila
perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari modal sendiri maka perusahaan
dikatakan melakukan pembelanjaan modal sendiri (equity financing), sedangkan jika
memenuhi kebutuhan dananya dari utang maka perusahaan dikatakan melakukan
pembelanjaan utang (debt financing).
Berkaitan dengan fungsi manajemen keuangan yang telah disebutkan, maka
secara umum fungsi seorang manajer keuangan meliputi tiga bidang keputusan yaitu:
1. Keputusan investasi (investment decision).
2. Keputusan pemenuhan kebutuhan dana (financing decision).
3. Kebijakan dividen (dividend policy).
Meskipun demikian, sebagian pendapat menganggap kebijakan dividen
merupakan bagian dari keputusan pemenuhan dana. Keputusan dividen menyangkut
keputusan tentang perlakuan laba perusahaan apakah dibagikan atau ditahan.
Keputusan ini berhubungan dengan penentuan persentase dari keuntungan neto yang
akan dibayarkan sebagai cash dividend, penentuan stock dividend, atau pembelian
kembali saham.

1.4 Tujuan Manajemen Keuangan


Keberhasilan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keuangan dapat diukur dari
keberhasilan manajer keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan normatif
yang ingin dicapai perusahaan dalam manajemen keuangan adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham (maximization wealth of stockholder) melalui
maksimisasi nilai perusahaan atau secara operasional diwujudkan dengan
memaksimumkan harga saham perusahaan. Bahkan, akhir-akhir ini ada pendapat yang

3
menyatakan bahwa tujuan normatif dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan
kemakmuran stakeholder.
Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang
terdiri dari karyawan dan manajemen, kreditur, supplier, masyarakat sekitar perusahaan,
pemerintah dan pemegang saham (stockholder). Perusahaan tidak dapat mengabaikan
kepentingan karyawan karena dapat berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi,
kualitas produk dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainnya. Perusahaan juga harus
memberikan jaminan kepada kreditur tentang pembayaran kewajiban perusahaan.
Selanjutnya, perusahaan hendaknya memiliki kontribusi yang berarti bagi masyarakat
sekitar perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dapat diwujudkan melalui program
Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan juga harus mentaati berbagai
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah termasuk memberikan kontribusi terhadap
pendapatan negara yang diantaranya dapat diwujudkan melalui kepatuhan membayar
pajak. Barulah pihak yang terakhir yang mendapat perhatian adalah pemegang saham
karena sangatlah sulit untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dengan
mengabaikan kepentingan stakeholder lainnya. Oleh karena itu, tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham merupakan tujuan akhir yang harus
dicapai oleh manajer keuangan perusahaan.
Berkaitan dengan tujuan tersebut maka nilai perusahaan dapat didefinisikan
sebagai harga yang bersedia dibayar oleh para investor atau calon investor apabila
mereka bermaksud untuk menjalankan usaha tersebut. Bagi perusahaan yang telah go
public (menjual sahamnya ke pasar modal), maka nilai perusahaan dapat tercermin dari
harga sahamnya dengan asumsi pasar modal yang efisien. Sedangkan, bagi perusahaan
yang tidak go public, maka nilai perusahaan dapat ditaksir dengan harga jualnya
seandainya saat itu perusahaan tersebut dijual yang tentunya tidak hanya dicerminkan
oleh nilai aset perusahaan saja, tetapi juga memperhatikan tingkat risiko usaha, prospek
perusahaan, manajemen, lingkungan usaha, serta faktor lainnya.
Dalam manajemen keuangan tujuan maksimisasi profit sebagaimana yang
dikemukakan dalam teori ekonomi mikro bukanlah tujuan utama perusahaan. Hal ini
disebabkan karena tujuan maksimisasi profit dipandang memiliki beberapa kelemahan
yaitu sebagai berikut:

4
1. Profit maksimum yang dicapai pada saat Pendapatan Marjinal (Marginal Reveniew)
sama dengan Biaya Marjinal (Marginal Cost) bersifat statis karena tidak
memperhatikan dimensi waktu sehingga tidak ada perbedaan yang nyata antara
profit jangka pendek dengan profit jangka panjang.
2. Pengertian profit sendiri dapat menyesatkan. Dalam hal ini muncul beberapa
pertanyaan antara lain sebagai berikut:
a. Apakah perusahaan harus memaksimumkan profit nominal ataukah tingkat
profit?
b. Apakah profit dalam kaitannya dengan penjualan, dengan total aktiva, atau
dengan kepemilikan modal sendiri?
c. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan dalam perhitungan profit, haruskah
opportunity cost diperhitungkan pula dan bagaimana mengukurnya?
3. Berkaitan dengan risiko untuk setiap alternatif keputusan, maka profit tanpa
mempertimbangkan risiko merupakan sesuatu yang menyesatkan.
4. Memaksimumkan profit dapat dengan mudah dilakukan oleh perusahaan,
diantaranya dengan cara mengeluarkan saham baru dimana dana tersebut dideposito
dengan tingkat bunga tertentu tanpa ada peningkatan operasional perusahaan. Dari
keputusan ini perusahaan akan memperoleh keuntungan sebesar bunga deposito
tersebut, namun tentunya investor mengharapkan tingkat keuntungan yang lebih
besar sehingga hal ini dapat menurunkan harga saham.
Kegiatan manajemen keuangan sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh
perusahaan saja, tetapi juga dilakukan oleh organisasi-organisasi non profit dan
pemerintah, bahkan individu juga melakukannya. Akan tetapi ada kekhususan yang
membedakan pembelanjaan perusahaan dengan objek lainnya yaitu:
1. Peraturan/Perundangan
Di antara peraturan yang menjadi perhatian khusus para pengelola (manajer)
keuangan adalah tentang monopoli, kepailitan, dan perpajakan. Peraturan tentang
monopoli dapat mempengaruhi tentang keputusan untuk membeli perusahaan lain
atau penggabungan dengan perusahaan lain. Peraturan kepailitan mengatur tentang
penyelesaian utang. Sedangkan peraturan perpajakan dapat mempengaruhi
pemilihan sumber dana sehingga berpengaruh pula pada struktur modal perusahaan.
2. Kepemilikan

5
Berbeda dengan personal finance, perusahaan dapat dimiliki oleh lebih dari satu
orang yang masing-masing memiliki kepentingan, pengetahuan dan ekspektasi yang
berbeda. Hal ini tentunya memungkinkan munculnya peluang terjadinya konflik
dalam pengambilan keputusan.
3. Pemahaman prinsip-prinsip akuntansi.
Umumnya keputusan-keputusan keuangan diambil berdasarkan analisa terhadap
data keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Oleh karena
itu pencatatan transaksi dan laporan keuangan perusahaan akan banyak berhubungan
dengan teknik dan standar akuntansi.

1.5 Hubungan Manajemen Keuangan dengan Disiplin Ilmu Lainnya


Sebagaimana bidang ilmu lainnya, manajemen keuangan merupakan bidang
ilmu yang dalam penerapannya memiliki keterkaitan dengan bidang ilmu lainnya.
Dengan kata lain manajemen keuangan tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh
berbagai bidang ilmu lainnya. Manajemen keuangan akan selalu berkaitan dengan
bidang ilmu ekonomi baik mikro maupun makro, manajemen pemasaran, manajemen
sumber daya manusia, manajemen operasi, akuntansi dan metode kuantitatif.
Manajemen keuangan berkaitan erat dengan ilmu ekonomi karena setiap
perusahaan beroperasi dalam kerangka ekonomi dimana teori ekonomi merupakan alat
bantu untuk mencapai efisiensi perusahaan. Ilmu ekonomi mikro yang mempelajari
tingkah laku individu, rumah tangga dan perusahaan yang merupakan landasan untuk
mempelajari bentuk dan strategi persaingan dalam lingkungan yang berbeda. Sementara
ilmu ekonomi makro yang meliputi kebijakan fiskal dan moneter sangat berguna dalam
mempelajari pasar secara makro dan berpengaruh besar terhadap perusahaan.
Manajemen keuangan juga berhubungan erat dengan akuntansi, karena sebagian
besar keputusan yang diambil dalam manajemen keuangan mengacu pada data
akuntansi. Bagian/bidang akuntansi di dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap
penyusunan laporan keuangan baik sebagai alat ukur prestasi manajemen di masa lalu
maupun sebagai dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan
keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menyusun perencanaan dan sekaligus dapat berfungsi sebagai alat pengendalian bagi
manajer keuangan perusahaan.

6
Manajer keuangan juga harus bekerja sama dengan manajer-manajer bidang lain
seperti manajer pemasaran, manajer produksi, dan manajer sumberdaya manusia dalam
menerjemahkan kebijakan perusahaan. Mereka secara bersama-sama perlu membahas
tentang berbagai isu seperti pengaruh pengembangan produk baru, rencana promosi,
distribusi dan strategi penentuan harga terhadap keuangan perusahaan. Di samping itu
juga perlu dipertimbangkan secara bersama tentang dampak keputusan investasi,
jaringan kerja, kapasitas produksi, kontinuitas operasi terhadap aliran kas perusahaan
dan berbagai hal penting lainnya.

1.6 Rangkuman
Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai manajemen dana, baik yang
berkaitan dengan pengalokasian dana secara efektif maupun upaya pengumpulan dana
untuk pembiayaan investasi secara efisien. Ada tiga bidang keputusan penting dalam
manajemen keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pemenuhan kebutuhan dana,
dan kebijakan dividen. Manajemen keuangan akan selalu berkaitan dengan bidang ilmu
lainnya seperti ilmu ekonomi baik mikro maupun makro, manajemen pemasaran,
manajemen sumber daya manusia, manajemen operasi, akuntansi dan metode
kuantitatif.

1.7 Latihan
1. Jelaskan tentang nilai perusahaan.
2. Pada dasarnya sumber dana perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua sumber,
jelaskan kedua sumber tersebut.
3. Kegiatan manajemen keuangan sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh perusahaan
saja, tetapi juga dilakukan oleh organisasi-organisasi non profit dan pemerintah,
bahkan individu. Akan tetapi ada kekhususan yang membedakan pembelanjaan
perusahaan dengan objek lainnya, sebutkan kekhususan yang dimaksud.

7
BAB II
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

2.1 Pendahuluan
Manajer keuangan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam mengelola
keuangan perusahaan harus dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di
bidang keuangan. Keputusan di bidang keuangan dapat dibuat secara tepat apabila
manajer keuangan perusahaan dapat memahami secara baik kondisi dan prestasi
keuangan perusahaan yang dikelolanya. Untuk itu, manajer keuangan perlu melakukan
analisa terhadap keuangan perusahaan. Analisa ini dapat dilakukan terhadap laporan
keuangan, terutama neraca dan laporan rugi-laba. Ada berbagai cara/teknik untuk
melakukan analisa ini, diantaranya adalah analisa rasio keuangan, analisa common size,
dan analisa indeks.

2.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari materi analisa laporan keuangan ini diharapkan mahasiwa
mampu:
▪ Menjelaskan jenis analisa laporan keuangan.
▪ Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan
profitabilitas.
▪ Menyusun laporan keuangan common size.
▪ Menyusun angka indeks dalam laporan keuangan.
▪ Menginterpretasikan hasilnya.

2.3 Analisa Rasio Keuangan


Keragaman alat analisa laporan keuangan pada dasarnya disebabkan oleh
perbedaan harapan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing stakeholder.
Tidak ada satu alat analisa pun yang dapat menjawab semua kepentingan semua orang.
Oleh karena itu, alat analisis akan bervariasi sesuai kepentingan si penganalisis. Sebagai
contoh para kreditur jangka pendek akan lebih tertarik pada kondisi likuiditas
perusahaan. Para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kondisi leverage
perusahaan. Pemegang saham (investor) lebih tertarik pada keuntungan saat ini dan

8
keuntungan di masa yang akan datang, stabilitas keuntungan tersebut dan korelasinya
dengan keuntungan perusahaan lain sehingga pusat perhatiannya adalah profitabilitas
perusahaan. Sementara bagi perusahaan, analisis terhadap keadaan keuangan
perusahaan secara komprehensif akan membantu dalam perencanaan untuk membuat
keputusan di bidang keuangan.
Ada cukup banyak jenis rasio keuangan yang dapat dihitung oleh analis. Secara
umum berbagai rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok dasar
sebagai berikut:
1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunnya.
2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber dayanya.
3. Rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur kapasitas perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam kaitannya dengan penjualan, aset,
maupun laba terhadap modal sendiri.
Berbagai contoh dari perhitungan rasio tersebut beserta interpretasinya akan
disajikan dalam pembahasan berikut ini dengan mengacu pada laporan keuangan
PT Citamita.

9
PT Citamita
Neraca (Rp. 000)

31 Desember 2009 31 Desember 2008


AKTIVA
Kas 10.540 10.750
Surat Berharga (Efek) 9.800 9.625
Piutang 26.320 24.850
Persediaan 35.530 34.470
Total Aktiva Lancar 82.190 79.695
Bangunan dan Peralatan 83.100 79.500
Akumulasi Penyusutan (19.400) (17.500)
Aktiva Tetap Netto 63.700 62.000
Total Aktiva 145.890 141.695
PASIVA
Utang Dagang 17.721 16.340
Utang Wesel 13.500 13.635
Utang Pajak 11.200 11.150
Utang Gaji 12.102 11.750
Total Utang Lancar 54.523 52.875
Utang Jangka Panjang 30.000 32.000
Modal Saham 21.000 21.000
Capital Surplus 18.000 18.000
Laba Ditahan 22.367 17.820
Total Modal Sendiri 61.367 56.820
Total Pasiva 145.890 141.695

PT Citamita
Perhitungan Rugi-Laba (Rp. 000)

1/1 s.d 31/12-09 1/1 s.d 31/12-08


Penjualan Bersih 338,280 326,280
Harga Pokok Penjualan 255,900 247,900
Laba Kotor 82,380 78,380
Biaya Pemasaran 19,620 18,120
Biaya Administrasi dan Umum 28,200 27,660
Biaya Operasi 47,820 45,780
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 34,560 32,600
Bunga Utang 12,640 12,640
Laba Sebelum Pajak 21,920 19,960
Pajak Pendapatan (40%) 8,768 7,984
Laba Setelah Pajak 13,152 11,976
Pembayaran Dividen 8,605 8,155
Laba Ditahan 4,547 3,821

10
2.3.1 Rasio likuiditas
Dua jenis rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio dan quick
ratio. Current ratio (rasio lancar) merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum dari kelancaran (solvency)
jangka pendek, karena mengindikasikan seberapa jauh tagihan kreditur jangka pendek
bisa ditutupi oleh aktiva yang secara kasar dapat berubah menjadi kas dalam jangka
waktu yang sama dengan tagihan tersebut. Untuk PT Citamita pada tahun 2009 current
ratio nya adalah:

Aktiva Lancar
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Utang Lancar
82.190.000
=
54.523.000
= 1,51

Angka current ratio sebesar 1,51 mengandung arti bahwa setiap utang lancar sebesar
Rp.1,- dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.1,51,-. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak mengalami kesulitan likuiditas.
Quick ratio atau acid test ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari
aktiva lancar dan membagi sisanya dengan utang lancar. Persediaan dikurangi dalam
perhitungan rasio ini dengan alasan bahwa persediaan merupakan bagian aktiva lancar
yang paling rendah tingkat likuiditasnya serta sering berkurang nilainya apabila
perusahaan dilikuidasi. Likuiditas mengandung dua dimensi yaitu dimensi waktu,
artinya seberapa cepat aktiva dapat berubah menjadi kas, dan dimensi kepastian, artinya
seberapa pasti nilai aktiva pada saat berubah menjadi kas. Persediaan, di samping
memiliki waktu yang lebih lama untuk berubah menjadi kas, juga memiliki tingkat
kepastian yang lebih rendah dalam realisasi nilainya dibandingkan aktiva lancar lainnya.
Untuk PT Citamita pada tahun 2009 quick ratio nya dapat dihitung sebagai berikut:
Aktiva Lancar − Persediaan
Quick Ratio =
Utang Lancar
82.190.000 − 35.530.000
=
54.523.000
= 0,86

11
Angka quick ratio sebesar 0,86 mengandung arti bahwa setiap utang lancar sebesar
Rp.1,- dijamini dengan aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp.0,86,-
Pada dasarnya belum ada standar baku tentang nilai ideal untuk kedua rasio
likuiditas tersebut. Biasanya perusahaan melakukan evaluasi dengan cara
membandingkannya dengan rasio rata-rata industri dimana perusahaan tersebut
dikelompokkan atau membandingkan periode analisa dengan periode-periode
sebelumnya.

2.3.2 Rasio aktivitas


Rasio-rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan bersih dengan
berbagai investasi dalam aktiva perusahaan. Rasio ini menganggap bahwa suatu
perbandingan yang layak haruslah ada antara penjualan dengan berbagai aktiva seperti
piutang, persediaan, aktiva tetap, dan lainnya. Rasio ini antara lain terdiri dari:
1. Periode pengumpulan piutang (average collection period).
2. Perputaran piutang (receivable turnover).
3. Perputaran persediaan (inventory turnover).
4. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover).
5. Perputaran total aktiva (total assets turnover).
Periode pengumpulan piutang, yaitu rata-rata hari yang dibutuhkan untuk
mengubah piutang menjadi kas. Rasio ini diperoleh dengan membagi piutang rata-rata
dengan rata-rata penjualan harian. Ada juga yang menggunakan piutang rata-rata yang
dibagi dengan penjualan kredit, hal ini dilakukan jika piutang awal tahun sangat berbeda
dengan piutang akhir tahun. Untuk PT Citamita pada tahun 2009 periode pengumpulan
piutangnya dapat dihitung sebagai berikut:

Piutang x 360
Periode pengumpulan piutang =
Penjualan kredit
26.320.000 x 360
=
338.280.000
= 28 hari

12
Apabila periode pengumpulan piutang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa
kebijakan kredit terlalu liberal (bebas) sehingga timbul bed-debt dan investasi dalam
piutang menjadi terlalu besar yang dapat berpengaruh pada penurunan piutang.
Sebaliknya, periode pengumpulan piutang terlalu pendek mengindikasikan kebijakan
kredit yang terlalu ketat yang dapat berpengaruh pada berkurangnya kesempatan
perusahaan memperoleh keuntungan sehingga kebijakan kredit perlu diperlonggar.
Rasio perputaran piutang merupakan perbandingan antara penjualan kredit
dengan jumlah piutang, namun jika nilai piutang memiliki fluktuasi yang besar maka
sebaiknya menggunakan piutang rata-rata. Rasio ini berhubungan erat dengan periode
pengumpulan piutang. Untuk PT Citamita pada tahun 2009 perputaran piutangnya
dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan kredit
Perputaran piutang =
Piutang
338.280.000
=
26.320.000
= 12,85 kali

Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara penjualan dengan


persediaan. Rumusan ini digunakan untuk perusahaan dagang karena jenis
persediaannya hanya satu yaitu persediaan barang dagang. Sedangkan pada perusahaan
manufaktur ada tiga jenis persediaan yaitu persediaan barang jadi, persediaan barang
dalam proses, dan persediaan bahan mentah sehingga ada tiga jenis perputaran
persediaan. Untuk menghitung perputaran persediaan perusahaan manufaktur dapat
digunakan rumus sebagai berikut:

Biaya bahan mentah yang digunakan


a. Perputaran bahan mentah = Rata−rata persediaan bahan mentah

Harga pokok produksi


b. Perputaran barang dalam proses = Rata−rata persediaan barang dalam proses

Harga pokok penjualan


c. Perputaran barang jadi = Rata−rata persediaan barang jadi

13
Oleh karena PT Citamita merupakan perusahaan dagang, maka perputaran
persediaannya pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan bersih
Perputaran barang dagang =
Rata − rata persediaan barang pada harga jual
338.280.000
=
(35.530.000 + 34.470.000)/2
= 9,67 kali

Rasio selanjutnya adalah perputaran aktiva tetap, rasio ini membandingkan


antara penjualan dengan aktiva tetap bersih. Perputaran aktiva tetap PT Citamita tahun
2009 dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan
Perputaran aktiva tetap =
Aktiva tetap bersih
338.280.000
=
63.700.000
= 5,31 kali

Rasio aktivitas terakhir dalam buku ini adalah perputaran aktiva yang dihitung
dengan membagi penjualan terhadap total aktiva. Perputaran aktiva PT Citamita tahun
2009 dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan
Perputaran aktiva =
Total aktiva
338.280.000
=
145.890.000
= 2,32 kali

2.3.3 Rasio leverage


Rasio-rasio ini menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasi dalam perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki leverage berarti

14
menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan utang bagi perusahaan memiliki tiga
konsekuensi yaitu:
1. Kreditur akan menitikberatkan pada besarnya jaminan terhadap kredit yang
diberikannya.
2. Pemilik perusahaan akan meningkat keuntungannya jika perusahaan memperoleh
keuntungan yang lebih besar dari beban tetap akibat penggunaan utang tersebut.
3. Dengan menggunakan utang pemilik dapat memperoleh tambahan dana bagi
perusahaan tanpa kehilangan pengendalian perusahaan.
Perusahaan dengan leverage yang rendah memiliki potensi risiko kerugian yang
rendah jika kondisi perekonomian memburuk, tetapi juga memiliki potensi keuntungan
yang rendah jika kondisi perekonomian membaik. Keadaan sebaliknya berlaku untuk
perusahaan dengan leverage yang tinggi. Keputusan tentang leverage harus
menyeimbangkan antara keuntungan yang lebih besar dengan risiko yang lebih tinggi.
Perhitungan rasio-rasio leverage dalam praktiknya menggunakan dua cara dimana kedua
cara ini saling melengkapi dan biasanya para analis menggunakan keduanya. Cara
pertama adalah dengan menggunakan data neraca untuk mengetahui seberapa banyak
dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Sedangkan cara kedua adalah dengan
menggunakan laporan rugi-laba untuk mengetahui seberapa banyak beban tetap utang
bisa ditutupi oleh biaya operasi.
Adapun jenis rasio leverage antara lain meliputi:
1. Rasio utang (debt ratio).
2. Rasio utang terhadap modal sendiri (debt to equity ratio).
3. Times interest earned ratio.
4. Fixed charge coverage.
5. Debt service coverage.
Debt ratio merupakan perbandingan antara total utang dengan total aktiva yang
mengindikasikan persentase penggunaan dana dari kreditur. Para kreditur menyalurkan
dana kepada perusahaan lebih tertarik pada debt ratio yang rendah karena apabila terjadi
likuidasi maka mereka akan mendapatkan perlindungan yang lebih besar. Sedangkan
pemiliki perusahaan lebih menyenangi sebaliknya karena dapat memperoleh potensi
keuntungan yang lebih besar dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. Untuk
PT Citamita, debt ratio pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

15
Total utang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total aktiva
84.523.000
=
145.890.000
= 57,94%

Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara modal sendiri (share


holder’s equity) dengan utang. Untuk PT Citamita, debt to equity ratio pada tahun 2009
dapat dihitung sebagai berikut:

Total utang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total modal sendiri
84.523.000
=
61.367.000
= 137,73%

Times interest earned ratio dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan
pajak (Earning Before intersest & Tax atau EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini
mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa menyulitkan perusahaan karena
ketidakmampuan perusahaan membayar beban bunga tahunan. Ketidakmampuan ini
dapat berimplikasi pada kesulitan keuangan perusahaan karena secara hukum kreditur
dapat mempertimbangkan kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Dalam rasio ini yang
dijadikan pembilang adalah EBIT karena pajak dihitung setelah bunga dikurangkan
sehingga kemampuan membayar pinjaman pada tahun berjalan tidak dipengaruhi oleh
pajak pendapatan. Untuk PT Citamita, times interest earned ratio pada tahun 2009 dapat
dihitung sebagai berikut:

Laba sebelum bunga dan pajak


𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Beban bunga
34.560.000
=
12.640.000
= 2,73 kali

16
Fixed charge coverage hampir serupa dengan times interest earned ratio,
namun rasio ini lebih lengkap karena mempertimbangkan sewa peralatan (lease of
assets) yang merupakan kontrak jangka panjang. Akibat sewa peralatan ini, maka
perusahaan memiliki kewajiban yang tetap yaitu membayar sewa selama periode
kontrak peralatan. Untuk PT Citamita jika pembayaran sewa yang harus dibayar
misalkan Rp.9.000.000,-, maka fixed charge coverage pada tahun 2009 dapat dihitung
sebagai berikut:

Laba sebelum bunga dan pajak + Bunga + Sewa


𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
Beban bunga + Sewa
34.560.000 + 12.640.000 + 9.000.000
=
12.640.000 + 9.000.000
= 2,60 kali

Debt service coverage ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban


tetapnya dengan memasukkan unsur angsuran pokok pinjaman. Untuk PT Citamita
misalkan membayar angsuran pokok pinjaman sebesar Rp. 15.000.000,- dan tarif pajak
40%, maka debt service coverage ratio pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

Laba sebelum bunga dan pajak


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Angsuran pokok pinjaman
Beban bunga + Sewa +
(1 − tarif pajak)
34.560.000
=
15.000.000
12.640.000 + 9.000.000 +
(1 − 0,40)
34.560.000
=
12.640.000 + 9.000.000 + 25.000.000
= 0,74 kali

2.3.4 Rasio profitabilitas


Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Rasio-rasio ini

17
mengindikasikan efektivitas pengelolaan perusahaan. Secara umum rasio profitabilitas
terdiri dari:
1. Gross profit margin.
2. Net profit margin
3. Return on investment.
4. Rentabilitas ekonomis.
5. Profit margin
6. Return on equity.
Gross profit margin menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba kotor dari penjualannya. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga
pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan turun. Untuk PT Citamita,
gross profit margin pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan − Harga pokok penjualan


𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Penjualan
338.280.000 − 255.900.000
=
338.280.000
= 24,35%

Net profit margin adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
setiap nilai penjualannya. Rasio ini dihitung dengan membagi laba setelah pajak
terhadap penjualan. Untuk PT Citamita, net profit margin pada tahun 2009 dapat
dihitung sebagai berikut:

Laba setelah pajak


𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Penjualan
13.152.000
=
338.280.000
= 3,89%

Return on investment atau return on assets merupakan perbandingan antara laba


setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

18
mengasilkan laba dari seluruh total asetnya. Untuk PT Citamita, return on investment
pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
Laba setelah pajak
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
Total aktiva
13.152.000
=
145.890.000
= 9,02%%

Rentabilitas ekonomis merupakan perbandingan antara EBIT dengan total


aktiva. Untuk PT Citamita, rentabilitas ekonomis pada tahun 2009 dapat dihitung
sebagai berikut:

EBIT
Rentabilitas ekonomis =
Total aktiva
34.560.000
=
145.890.000
= 23,69%

Di samping menghitung gross dan net profit margin seperti di atas sering juga
dihitung profit margin yang merupakan perbandingan antara EBIT dengan penjualan.
Untuk PT Citamita, profit margin pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

EBIT
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Penjualan
34.560.000
=
338.280.000
= 10,22%

Return on equity atau return on net worth merupakan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham perusahaan. Untuk PT Citamita, return
on equity pada tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:

19
Laba setelah pajak
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
Modal sendiri
13.152.000
=
61.367.000
= 21,43%

2.4 Analisa Common Size


Analisa common size menyatakan berbagai elemen neraca dan perhitungan laba
rugi dalam persentase. Neraca common size diperoleh dengan membagi setiap elemen
terhadap total aktivanya. Sedangkan perhitungan rugi laba common size diperoleh
dengan membagi setiap komponen perhitungan rugi laba terhadap penjualannya.
Analisa common size dibuat untuk membandingkan ukuran perusahaan yang skalanya
berbeda. Laporan common size PT Citamita dapat disusun sebagai berikut

PT Citamita
Neraca Common Size

31 Desember 2009 31 Desember 2008


AKTIVA
Kas 7.22% 7.59%
Surat Berharga (Efek) 6.72% 6.79%
Piutang 18.04% 17.54%
Persediaan 24.35% 24.33%
Total Aktiva Lancar 56.34% 56.24%
Bangunan dan Peralatan 56.96% 56.11%
Akumulasi Penyusutan (13.30%) (12.35%)
Aktiva Tetap Netto 43.66% 43.76%
Total Aktiva 100.00% 100.00%
PASIVA 0.00%
Utang Dagang 12.15% 11.53%
Utang Wesel 9.25% 9.62%
Utang Pajak 7.68% 7.87%
Utang Gaji 8.30% 8.29%
Total Utang Lancar 37.37% 37.32%
Utang Jangka Panjang 20.56% 22.58%
Modal Saham 14.39% 14.82%
Capital Surplus 12.34% 12.70%
Laba Ditahan 15.33% 12.58%
Total Modal Sendiri 42.06% 40.10%
Total Pasiva 100.00% 100.00%

20
PT Citamita
Perhitungan Rugi-Laba Common Size

1/1 s.d 31/12-09 1/1 s.d 31/12-08


Penjualan Bersih 100.00% 100.00%
Harga Pokok Penjualan 75.65% 75.98%
Laba Kotor 24.35% 24.02%
Biaya Pemasaran 5.80% 5.55%
Biaya Administrasi dan Umum 8.34% 8.48%
Biaya Operasi 14.14% 14.03%
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 10.22% 9.99%
Bunga Utang 3.74% 3.87%
Laba Sebelum Pajak 6.48% 6.12%
Pajak Pendapatan (40%) 2.59% 2.45%
Laba Setelah Pajak 3.89% 3.67%
Pembayaran Dividen 2.54% 2.50%
Laba Ditahan 1.34% 1.17%

2.5 Analisa Indeks


Analisa indeks menyatakan persentase dari setiap elemen neraca terhadap tahun
tertentu sebagai tahun dasar, kemudian mencari indeks untuk periode berikutnya. Begitu
pula dengan laporan rugi-labanya. Melalui analisa indeks dapat diketahui fluktuasi
setiap elemen selama periode tertentu. Laporan indeks PT Citamita dapat disusun
sebagai berikut:

21
PT Citamita
Neraca Indeks

31 Desember 2009 31 Desember 2008


AKTIVA
Kas 98.05% 100.00%
Surat Berharga (Efek) 101.82% 100.00%
Piutang 105.92% 100.00%
Persediaan 103.08% 100.00%
Total Aktiva Lancar 103.13% 100.00%
Bangunan dan Peralatan 104.53% 100.00%
Akumulasi Penyusutan 110.86% 100.00%
Aktiva Tetap Netto 102.74% 100.00%
Total Aktiva 102.96% 100.00%
PASIVA
Utang Dagang 108.45% 100.00%
Utang Wesel 99.01% 100.00%
Utang Pajak 100.45% 100.00%
Utang Gaji 103.00% 100.00%
Total Utang Lancar 103.12% 100.00%
Utang Jangka Panjang 93.75% 100.00%
Modal Saham 100.00% 100.00%
Capital Surplus 100.00% 100.00%
Laba Ditahan 125.52% 100.00%
Total Modal Sendiri 108.00% 100.00%
Total Pasiva 102.96% 100.00%

PT Citamita
Perhitungan Rugi-Laba Indeks

1/1 s.d 31/12-09 1/1 s.d 31/12-08


Penjualan Bersih 103.68% 100.00%
Harga Pokok Penjualan 103.23% 100.00%
Laba Kotor 105.10% 100.00%
Biaya Pemasaran 108.28% 100.00%
Biaya Administrasi dan Umum 101.95% 100.00%
Biaya Operasi 104.46% 100.00%
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 106.01% 100.00%
Bunga Utang 100.00% 100.00%
Laba Sebelum Pajak 109.82% 100.00%
Pajak Pendapatan (40%) 109.82% 100.00%
Laba Setelah Pajak 109.82% 100.00%
Pembayaran Dividen 105.52% 100.00%
Laba Ditahan 119.00% 100.00%

22
2.6 Rangkuman
Ada berbagai cara untuk melakukan analisa laporan keuangan diantaranya adalah
analisa rasio keuangan, analisa common size, dan analisa indeks. Rasio keuangan secara
garis besar dibagi menjadi rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Rasio
likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunnya. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya. Rasio leverage,
yaitu rasio yang mengukur kapasitas perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam
kaitannya dengan penjualan, aset, maupun laba terhadap modal sendiri.
Analisa common size menyatakan berbagai elemen neraca dan perhitungan laba
rugi dalam persentase. Neraca common size diperoleh dengan membagi setiap elemen
terhadap total aktivanya. Sedangkan perhitungan rugi laba common size diperoleh
dengan membagi setiap komponen perhitungan rugi laba terhadap penjualannya.
Analisa indeks menyatakan persentase dari setiap elemen neraca terhadap tahun
tertentu sebagai tahun dasar, kemudian mencari indeks untuk periode berikutnya. Begitu
pula dengan laporan rugi-labanya.

2.7 Latihan
1. PT X didanai dengan modal sendiri sebesar Rp 300 juta dan memiliki debt ratio 0%.
Rentabilitas ekonomis perusahaan tersebut adalah 20%. Hitunglah ROE dan ROI
perusahaan tersebut jika tarif pajak 40% dan bunga pinjaman 12% per tahun.
2. PT Dinamis asetnya didanai dengan utang Rp.100 juta (40%) dan harus membayar
bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Manajemen memperkirakan perusahaan
akan memperoleh EBT sebesar Rp. 48 juta dimana pajak yang dibebankan atas laba
adalah 40%. Hitunglah Rentabilitas Ekonomis dan ROE perusahaan tersebut.
3. Lengkapi neraca dan informasi penjualan berikut ini dengan menggunakan data
yang tersedia. Current ratio = 3 x; Quick ratio = 1,5x; Debt Ratio=30%; Asset
Turn Over= 1,4 kali; Inventory Turn Over= 4,5 kali; Laba ditahan = setengah dari
utang jangka panjang.

23
PT. Surya Indah
Neraca Per 31 Des 2009
Kas Rp ……….. Utang Lancar Rp ………..
Piutang 60.000 Utang Jangka Panjang Rp ……….
Persediaan .…..……. Saham Biasa Rp ………..
Aktiva Lancar Rp 300.000 Laba Ditahan Rp ……….
Aktiva Tetap Rp ………..
Total Aktiva Rp ………. Total Pasiva Rp 900.000

Penjualan Rp ………… Harga Pokok Penjualan Rp …………

4. Lengkapilah laporan keuangan berikut ini dengan data yang tersedia. Current
Ratio=3, Quick Ratio = 1 dan Debt Ratio= 35%.
PT Lembah Subur
Neraca Per 31 Des 2009
Kas Hutang lancar
Piutang 60,000 Ht Jk. panjang
Persediaan Saham biasa
Aktiva lancar 210,000 Total pasiva 750,000
Aktiva tetap
Total aktiva

24
BAB III
NILAI WAKTU UANG

3.1 Pendahuluan
Selama pertimbangan setiap orang bersifat rasional, maka selama itu pula
konsep nilai waktu uang relevan untuk diterapkan. Setiap orang tentunya lebih
menginginkan sejumlah uang dalam jumlah tertentu yang diterimanya saat ini daripada
mendapatkan jumlah uang yang sama di masa yang akan datang. Uang yang diterima
saat ini dapat digunakan untuk menghasilkan bunga untuk periode waktu tertentu
sehingga uang dikatakan memiliki nilai waktu. Dengan kata lain uang dengan nominal
yang sama tidak sama nilainya untuk waktu yang berbeda. Semakin jauh dimensi
waktunya, semakin rendah nilai uang tersebut.
Pemikiran yang melandasi konsep ini secara intuitif mudah untuk dipahami.
Konsep ini menjelaskan tentang biaya kesempatan (opportunity cost) pendapatan
potensial dari uang yang tidak dapat dipenuhi pada saat ini. Biaya kesempatan ini adalah
nilai waktu uang. Proposal investasi yang berbeda akan menghasilkan arus kas yang
berbeda pada waktu yang berbeda. Manajer keuangan harus dapat membandingkan
semua ini. Konsep nilai waktu uang akan memandu untuk membandingkannya sehingga
pemahaman tentang nilai waktu uang sangat penting untuk memahami manajemen
keuangan. Inti dari konsep ini adalah sejumlah uang dengan nominal yang sama saat ini
lebih berharga daripada uang dengan nominal tersebut di masa yang akan datang.

3.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari konsep nilai waktu uang ini diharapkan mahasiwa mampu
untuk:
▪ Menjelaskan konsep nilai waktu uang.
▪ Menjelaskan mekanisme pemajemukan.
▪ Menentukan nilai yang akan datang dan nilai sekarang atas sejumlah uang.
▪ Menentukan anuitas biasa (ordinary annuity) dan menghitung pemajemukannya
untuk nilai yang akan datang dan nilai sekarang

25
3.3 Nilai yang Akan Datang dari Bunga Majemuk
Bunga majemuk disebut juga dengan bunga berbunga. Sementara nilai majemuk
(compound value/ending amount) dari sejumlah uang merupakan penjumlahan dari uang
pada awal periode atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh
selama periode tersebut. Secara matematis perhitungannya dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

FVn = PV (1 + i)n

dimana:
FVn = jumlah uang pada akhir periode
PV = jumlah uang pada awal periode
i = tingkat bunga
n = jumlah periode waktu dimana pemajemukan dilakukan
(1 + i)n disebut compounding factor (faktor majemuk)

Contoh 3.1
Tuan X saat ini menyimpan uang sebesar Rp.1.000.000,- dengan tingkat bunga
majemuk sebesar 8% per tahun. Uang Tuan X pada akhir tahun pertama dapat dihitung
sebagai berikut:

FVn = PV (1 + i)n
FV1 = 1.000.000 (1 + 0,08)1
= 1.000.000 (1,08)
= 1.080.000

Dari hasil perhitungan di atas maka uang Tuan X pada akhir tahun ke-1 adalah sebesar
Rp. 1.080.000,- yaitu simpanan awal sebesar Rp. 1.000.000,- ditambah bunga sebesar
Rp. 80.000,-. Sementara uang Tuan X pada akhir tahun ke-5 dapat dihitung sebagai
berikut:

26
FVn = PV (1 + i)n
FV5 = 1.000.000 (1 + 0,08)5
= 1.000.000 (1,4693)
= 1.469.300
Dengan cara yang sama dapat pula dihitung nilai tabungan Tuan X pada akhir periode
waktu berikutnya. Apabila uang Tuan X dihitung satu pers atu maka kronologis
perhitungannya menjadi sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 3.1
Perhitungan Bunga Majemuk
Tahun Jumlah Awal Faktor Pengali Jumlah Akhir
1 1.000.000,- 1,08 1.080.000,-
2 1.080.000,- 1,08 1.166.400,-
3 1.166.400,- 1,08 1.259.712,-
4 1.259.712,- 1,08 1.360.489,-
5 1.360.489,- 1,08 1.469.328,-

Perhitungan nilai yang akan datang dari sejumlah uang saat ini juga dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel bunga majemuk sebagaimana yang tertera pada
lampiran1. Caranya adalah dengan mencari faktor majemuk yang tertera pada tabel
tersebut yaitu perpotongan antara tingkat suku bunga dengan periode waktu yang
diinginkan. Sebagai contoh untuk menghitung nilai uang Tuan X pada akhir tahun ke-5
dengan tingkat bunga 8%, maka faktor majemuk adalah 1,4693 sehingga apabila angka
ini dikalikan dengan jumlah uang simpanan awal Tuan X akan diperoleh nilai yang
sama dengan perhitungan di atas.
Rumus di atas digunakan jika perhitungan bunga majemuk dalam satu tahun
dilakukan satu kali. Dalam kenyataannya perhitungan bunga dapat dilakukan selama
beberapa kali dalam setahun sehingga rumus tersebut dapat dimodifikasi menjadi:

i
FVn = PV (1 + )n.m
m

dimana:
m = frekuensi perhitungan bunga dalam setahun

27
Contoh 3.2
Berdasarkan contoh 3.1, jika perhitungan bunga majemuk uang Tuan X
dilakukan setiap 3 bulan sekali maka uang Tuan X pada akhir tahun ke-5 menjadi:
i
FVn = PV (1 + m)n.m

0,08 5 . 4
FV5 = 1.000.000 (1 + )
4
FV5 = 1.000.000 (1 + 0,02)20
FV5 = 1.000.000 (1,4859)
FV5 = 1.485.900

Dari contoh 3.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah uang yang diterima
Tuan X lebih besar jika dibandingkan dengan contoh 3.1 meskipun jumlah uang yang
disimpan pada awal periode dan tingkat suku bunganya sama. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin sering perhitungan bunga majemuk dilakukan dalam satu tahun untuk
sejumlah uang yang sama di awal periode serta dengan tingkat suku bunga yang sama,
maka jumlah uang yang dihasilkan pada akhir periode akan semakin besar.

3.4 Nilai Sekarang dari Bunga Majemuk


Nilai sekarang (present value) dari sejumlah uang merupakan jumlah atau nilai
uang pada awal periode atas sejumlah uang yang akan diterima pada suatu waktu
tertentu di masa yang akan datang atas dasar tingkat bunga tertentu. Konsep nilai
sekarang merupakan konsep yang sangat penting dalam manajemen keuangan karena
konsep ini merupakan dasar bagi konsep-konsep lainnya terutama yang terkait dengan
penilaian investasi baik pada aset ril maupun aset finansial. Perhitungan nilai sekarang
merupakan kebalikan dari nilai yang akan datang sehingga perhitungannya dapat
menggunakan rumus berikut:

FV
PV = (1+i)n

atau
1
PV = FV (1+i)n

atau

28
1
PV = FV (1 + i)−n ; atau (1 + i)−n disebut discount factor
(1+i)n

Contoh 3.3
Tuan X dijanjikan akan menerima uang sebesar Rp.1.469.300,- satu tahun yang
akan datang. Nilai sekarang dari uang tersebut atas dasar tingkat bunga 8% dapat
dihitung sebagai berikut:

PV = PV (1 + i)−n
= 1.469.300 (1 + 0,08)−1
= 1.469.300 (0,9259)
= 1.360.425

Apabila perhitungan bunga dalam setahun dilakukan lebih dari satu kali maka
rumus nilai sekarang dapat dimodifikasi menjadi:

i
PV = PV (1 + )−n .m
m

3.5 Nilai yang Akan Datang dari Anuitas


Anuitas (annuity) adalah sejumlah aliran kas yang besarnya sama setiap
periodenya. Anuitas yang dibahas di sini adalah ordinary annuity dimana aliran kas
terjadi pada setiap akhir periode. Perhitungan anuitas ini secara matematis dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sn = ∑nt=1 Rt (1 + i)n−t

Sn = R1 (1 + i)n−1 + R2 (1 + i)n−2 + … + R (1 + i)1 + R (1 + i)0

Oleh karena Rt untuk setiap periode nilainya sama maka:

Sn = R{(1 + i)n−1 + (1 + i)n−2 + … + (1 + i)1 + (1 + i)0 }


(1+i)n− 1
Sn = R { }
i

29
Contoh 3.4
Nona Y dijanjikan akan diberikan uang oleh orang tuannya setiap akhir tahun
sebesar Rp 1.000.000,- selama 5 tahun. Uang ini diberikan dalam bentuk tabungan
dengan tingkat bunga 8% per tahun. Uang Nona Y pada akhir tahun ke-5 dapat dihitung
sebagai berikut:

Sn = R1 (1 + i)n−1 + R2 (1 + i)n−2 + … + R (1 + i)1 + R (1 + i)0


S5 = 1.000.000 (1 + 0,08)5−1 + 1.000.000 (1 + 0,08)5−2
+ 1.000.000 (1 + 0,08)5−3 + 1.000.000 (1 + 0,08)5−4
+ 1.000.000 (1 + 0,08)5−5
= 1.000.000 (1 + 0,08)4 + 1.000.000 (1 + 0,08)3 + 1.000.000 (1 + 0,08)2
+ 1.000.000 (1 + 0,08)1 + 1.000.000 (1 + 0,08)0
= 1.000.000 (1,3605) + 1.000.000 (1,2597) + 1.000.000 (1,164)
+ 1.000.000 (1,08) + 1.000.000 (1)
= 1.360.500 + 1.259.700 + 1.164.000 + 1.080.000 + 1.000.000
= 5.864.200
atau:
(1+i)n− 1
Sn = R { }
i
(1+0,08)5 − 1
S5 = 1.000.000 { }
0,08

= 1.000.000 (5,8666)
= 5.866.600

Hasil perhitungan kedua rumus di atas memiliki sedikit perbedaan disebabkan


karena pembulatan angka desimal. Perhitungan nilai yang akan datang dari anuitas ini
juga dapat dilakukan dengan melihat tabel yang terdapat dalam lampiran 3.

3.6 Nilai Sekarang dari Anuitas


Nilai sekarang dari anuitas merupakan kebalikan dari nilai yang akan datang dari
anuitas sehingga cara perhitungannya juga kebalikannya. Untuk menghitung nilai
sekarang dari anuitas maka dapat digunakan rumus berikut ini.

30
1
An = ∑nt=1 Rt {(1+i)t }

1 1 1
An = R1 {(1+i)1 } +R2 {(1+i)2 } + ….… +Rn {(1+i)n}

Oleh karena Rt untuk setiap periode nilainya sama maka:

1 1 1
An = R {{(1+i)1 } + {(1+i)2} + … + {(1+i)n}}

1 − (1+i)−n
An = R { }
i

Contoh 3.5
Nona Y dijanjikan akan diberikan uang oleh orang tuannya setiap akhir tahun
sebesar Rp 1.000.000,- selama 5 tahun. Uang ini diberikan dalam bentuk tabungan
dengan tingkat bunga 8% per tahun. Nilai sekarang dari uang Nona Y dapat dihitung
sebagai berikut:

1 1 1 1 1
A5 = R1 {(1+i)1} +R2 {(1+i)2 } + R3 {(1+i)3 } +R4 {(1+i)4 }+R5 {(1+i)5 }

1 1 1
A5 = 1.000.000 {(1+0,08)1}+1.000.000 {(1+0,08)2 } + 1.000.000 {(1+0,08)3} +
1 1
1.000.000 {(1+0,08)4 } +1.000.000 {(1+0,08)5 }

= 1.000.000 (0,9259) + 1.000.000 (0,8573) + 1.000.000 (0,7938) +


1.000.000 (0,7350) +1.000.000 (0,6806)

= 925.900 + 857.300 + 793.800 + 735.000 + 680.600

= 3.992.600
atau:
1 − (1 + i)−n
An = R { }
i
1 − (1 + 0,08)−5
A5 = 1.000.000 { }
0,08

31
A5 = 1.000.000 (3,9927)
= 3.992.700 (3,9927)

Hasil perhitungan kedua rumus di atas memiliki sedikit perbedaan disebabkan


karena pembulatan angka desimal. Perhitungan nilai sekarang dari anuitas ini juga dapat
dilakukan dengan melihat tabel yang terdapat dalam lampiran 4.

3.7 Rangkuman
Uang yang diterima saat ini dapat digunakan untuk menghasilkan bunga untuk
periode waktu tertentu sehingga uang dikatakan memiliki nilai waktu. Inti konsep nilai
waktu uang adalah sejumlah uang dengan nominal yang sama saat ini lebih berharga
daripada uang dengan nominal tersebut di masa yang akan datang.

3.8 Latihan
1. Andi pada saat ini menabung uang di bank sebesar Rp. 3.000.000 dengan tingkat
bunga 12% per tahun. Berapakah uang Andi pada akhir tahun ke-6 jika bunga
dihitung setiap tahun.
2. Dari soal No.1 berapakah uang Andi pada akhir tahun ke-6 jika bunga dihitung
setiap semester.
3. Seorang anak dijanjikan akan diberikan uang oleh orang tuanya 12 tahun yang akan
datang sebesar Rp 80 juta. Berapakah uang yang harus disimpan oleh orang tuanya
saat ini jika uang tersebut dibungakan 9% per tahun dengan konsep majemuk dan
perhitungan bunga dilakukan setiap bulan.
4. Seorang kreditur menerima pembayaran angsuran dari nasabahnya sebesar Rp 2 juta
setiap akhir bulan selama 4 tahun. Uang tersebut disimpan di bank dengan tingkat
bunga 12% per tahun dengan konsep majemuk dan bunga dihitung setiap bulan.
Berapakah uangnya pada akhir tahun ke-4.
5. Hitunglah nilai cicilan untuk setiap periode yang harus dibayar oleh debitur dari
pinjamannya saat ini sebesar Rp 50 juta jika tingkat bunga 12% per tahun dan
dimajemukkan setiap tahun selama 5 tahun.

32
BAB IV
BIAYA MODAL

4.1 Pendahuluan
Perusahaan menggunakan dana dari berbagai sumber dan setiap sumber dana
memiliki biayanya. Konsep biaya modal (cost of capital) dimaksudkan untuk
menentukan besarnya biaya yang secara ril harus ditanggung oleh perusahaan untuk
memperoleh dana dari berbagai sumber. Keseluruhan biaya modal ini akan ditimbang
dengan bobot masing-masing komponen sumber dana sehingga membentuk biaya
modal perusahaan atau disebut biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost
of capital). Masing-masing biaya modal tersebut nantinya akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan.

4.2 Pendahuluan
Setelah mempelajari konsep biaya modal ini diharapkan mahasiswa mampu
untuk:
▪ Menjelaskan konsep biaya modal.
▪ Menjelaskan pengelompokan biaya modal.
▪ Menghitung biaya modal secara individual.
▪ Menghitung biaya modal perusahaan secara keseluruhan.

4.3 Pengertian Biaya Modal


Biaya yang dibahas pada bab ini adalah biaya modal yang bersifat eksplisit.
Biaya modal secara eksplisit dari suatu sumber dana adalah sama dengan tingkat diskon
yang mengakibatkan nilai sekarang dari dana neto yang diterima perusahaan dari suatu
sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena
penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Perhitungan biaya modal dapat
didasarkan atas dasar sebelum pajak atau dapat pula atas dasar setelah pajak.
Biaya modal perusahaan secara keseluruhan dapat digunakan sebagai ukuran
untuk menerima atau menolak suatu usulan investasi. Caranya adalah dengan
membandingkan antara tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return)
dari investasi tersebut dengan biaya modal perusahaan. Oleh karena perhitungan rate of

33
return dilakukan atas dasar setelah pajak, maka perhitungan biaya modal juga
semestinya dilakukan atas dasar setelah pajak.

4.4 Biaya Modal secara Individual


4.4.1 Biaya utang jangka pendek
Utang jangka pada dasarnya dibagi menjadi utang perniagaan, utang wesel, dan
kredit jangka pendek. Biaya utang perniagaan secara eksplisit adalah cash discount yang
tidak dimanfaatkan yang dapat dihitung dengan membandingkan antara cash discount
yang hilang dengan jumlah rata-rata utang perniagaan selama setahun. Sementara utang
wesel memiliki bunga yang tetap yang dihitung dari harga nominalnya sehingga perlu
dihubungkan antara bunga yang dibayarkan dengan jumlah uang yang diterima oleh
debitur. Adapun kredit jangka pendek dari bank, biasanya kreditur langsung memotong
bunga dimuka dari uang yang akan diterima debitur sehingga debitur menerima uang
lebih kecil dari nominalnya sedangkan dasar perhitungan bunga adalah dihitung dari
nominal painjaman.
Biaya utang termasuk utang perniagaan, utang wesel, dan utang bank dihitung
atas dasar sebelum pajak, sehingga akibat bunga beban keuntungan yang dikenai pajak
menjadi lebih kecil. Untuk menghitung biaya utang setelah pajak dapat dilakukan
dengan mengalikan biaya utang sebelum pajak dengan satu dikurangi tarif pajak.

Contoh 4.1
PT Citamita tidak memanfaatkan cash discount selama setahun sebesar
Rp.6.000.000 dimana utang perniagaan rata-ratanya dalam setahun sebesar
Rp.90.000.000, dan tarif pajak penghasilan adalah 40%. Biaya utang perniagaan
PT Citamita secara ekplisit dapat dihitung sebagai berikut:

Cash discount yang hilang


Biaya utang niaga sebelum pajak = Rata−rata utang niaga
x 100%

6.000.000
= x 100%
90.000.000
= 6,67%

34
Biaya utang niaga setelah pajak = B. utang niaga sebelum pjk (1 − t)
= 6,67% (1 − 0,4)
= 4%
Contoh 4.2
PT Citamita memperoleh kredit jangka pendek dari suatu bank sebesar
Rp30.000.000 dengan bunga 1,25% per bulan selama 6 bulan. Premi asuransi yang
dibayar oleh PT Citamita atas aktiva jaminan selama umur kredit adalah Rp 900.000.
Biaya kredit jangka pendek PT Citamita secara ekplisit dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah uang yang diterima PT Citamita


= Nominal kredit − (Bunga + Premi asuransi)
= 30.000.000 − {(6 x 1,25% x 30.000.000) + 900.000}
= 30.000.000 − (2.250.000 + 900.000)
= 30.000.000 − 3.150.000
= 26.850.000
3.150.000
Biaya kredit sebelum pajak = x 100%
26.850.000
= 11,73%
Biaya kredit sebelum pajak per bulan = 1,96%
Biaya kredit setelah pajak = 11,73% (1 − 0,4)
= 7,04%
Biaya kredit setelah pajak per bulan = 1,17%

4.4.2 Biaya utang jangka panjang


Sebagaimana utang jangka pendek, maka dalam perhitungan biaya utang jangka
panjang juga perlu dihubungkan antara dana neto yang diterima dengan pengeluaran kas
karena penggunaan dana tersebut. Utang jangka panjang dapat berbentuk obligasi
maupun pinjaman jangka panjang dari kreditur. Perhitungan biaya modal dari utang
jangka panjang terutama obligasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

35
1. Rumus shortcut

f−p
C+ n
kd = f+p
2

dimana:
kd = biaya obligasi sebelum pajak
C = bunga per periode dalam satuan mata uang
f = nilai nominal dari obligasi
p = hasil penjualan neto yang diterima perusahaan
n = umur obligasi
2. Rumus present value

C f
p = ∑nt=1 (1+k )t
+ (1+k n
d d)

Contoh 4.3
Selembar obligasi dengan nominal Rp10.000 memiliki umur 10 tahun dengan
bunga 8% per tahun dan pajak 40%. Hasil penjualan neto yang diterima adalah
Rp.9.400, maka besarnya biaya obligasi ini dapat dihitung sebagai berikut:
Menggunakan rumus shortcut

f−p
C+ n
kd =
f+p
2
10.000 − 9.400
800 +
= 10
10.000 + 9.400
2
800 + 60
=
9.700
= 8,87% (sebelum pajak)

kd setelah pajak = 8,87% (1 − 0,4)


= 5,32%

36
Menggunakan rumus present value

C f
p = ∑nt=1 (1+k )t
+ (1+k n
d d)

Oleh karena kupon yang dibayarkan setiap periode sama besarnya maka rumus ini dapat
dim`odifikasi menjadi:

1− (1+kd)−n f
p =c { kd
}+(
1+kd )n

1 − (1 + kd )−10 10.000
9.400 = 800 { }+
kd (1 + kd )10

untuk memperoleh kd maka dapat dilakukan dengan cara coba-coba sehingga dengan kd
tertentu nilai sisi sebelah kiri sama dengan sisi sebelah kanan (Rp9.400), misalkan
kd= 8%, maka:

1− (1+0,08)−10 10.000
p = 800 { }+(
0,08 1+0,08)10

p = 5.368,07 + 4.631,93
p = 10.000

Hasil di atas lebih tinggi dari Rp.9.400, sehingga harus dicoba dengan kd yang lebih
tinggi misalkan 9%, maka:

1− (1+0,09)−10 10.000
p = 800 { }+(
0,09 1+0,09)10

p = 5.134,13 + 4.224,11
p = 9.358,23

Hasil ini lebih rendah dari Rp.9.400, tetapi dari kedua perhitungan di atas telah
diperoleh satu nilai yang lebih tinggi dan satu nilai lainnya yang rendah dari nilai yang

37
dicari sehingga untuk mendapatkan nilai yang dicari dapat dilakukan dengan cara
interpolasi sebagai berikut:
Tabel 4.1
Perhitungan Interpolasi Biaya Utang Jangka Panjang
Selisih kd Selisih PV Selisih PV untuk kd yang lebih
rendah dengan nilai yang dicari
8% 10.000,00 10.000
9% 9.358,23 9.400
1% 641,77 600

sehingga:
600
kd = 8% + ( x 1%)
641,77
kd = 8% + 0,93%
kd = 8,93%
kd setelah pajak = 8,93% (1 − 0,4)
= 5,36%

Hasil perhitungan biaya modal dengan kedua cara di atas memiliki sedikit perbedaan
karena pembulatan angka desimal dalam perhitungannya. Dalam hal ini disarankan
untuk menggunakan cara kedua karena hasilnya lebih akurat.

4.4.3 Biaya saham preferen


Biaya saham preferen (cost of preferred stock) dapat dihitung dengan membagi
dividen per lembar saham preferen (Dp) dengan harga neto yang diperoleh dari
penjualan saham preferen baru (Pn). Biaya saham preferen yang diperoleh dari hasil
perhitungan ini adalah atas dasar setelah pajak karena dividen dibagikan dari
keuntungan setelah pajak sehingga tidak dilakukan penyesuaian pajak.

Dp
kp = Pn

38
Contoh 4.4
Sebuah perusahaan menerbitkan saham preferen baru dengan nilai nominal
Rp.10.000 per lembar. Saham ini memberikan dividen kepada pemiliknya sebesar
Rp.800. Hasil penjualan neto yang diterima dari saham preferen ini adalah sebesar
Rp.9.200. Biaya saham preferen ini dapat dihitung sebagai berikut:

Dp
kp =
Pn
800
=
9.200
= 8,70%

4.4.4 Biaya laba ditahan


Biaya laba ditahan (cost of retained earning) adalah sebesar tingkat pendapatan
investasi dalam saham yang diharapkan diterima investor dan dianggap sama dengan
biaya saham biasa yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dividen
Biaya laba ditahan = Harga jual + tk.pertumbuhan yang diharapkan

Contoh 4.5
Sebuah perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp.800 per lembar saham
dan dibayarkan sebagai dividen sebesar Rp.600. Hasil neto penjualan saham sebesar
Rp.10.000 per lembar. Keuntungan, dividen, dan harga saham tumbuh sebesar 7% per
tahun dan diharapkan berlangsung terus. Biaya dari saham ini dapat dihitung sebagai
berikut:

Dividen
Biaya laba ditahan = Harga jual + tk.pertumbuhan yang diharapkan
600
= 10.000 + 7%

= 6% + 7%
= 13%

39
4.4.5 Biaya modal dari emisi saham biasa baru
Biaya saham biasa baru lebih tinggi dari biaya laba ditahan karena dalam
penerbitan saham baru dibebani biaya emisi (floating cost). Biaya ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Expected rate of return dari saham biasa


Biaya saham biasa baru = 1−persentase biaya emisi terhadap harga jual bruto

Contoh 4.6
Sebuah perusahaan menerbitkan saham biasa baru dengan harga jual Rp.5.000
per lembar dimana biaya emisi per lembarnya sebesar Rp.400. Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari saham ini sebesar12%, maka biaya saham biasa baru dapat dihitung
sebagai berikut:
Expected rate of return dari saham biasa
Biaya saham biasa baru =
1 − persentase biaya emisi terhadap harga jual bruto
12%
=
400
1 − 5.000
12%
=
1 − 8%
= 13,04%

4.5 Biaya Modal Perusahaan secara Keseluruhan


Biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah biaya modal
perusahaan secara keseluruhan yang berasal dari berbagai komponen. Akan tetapi,
dalam perhitungan biaya modal keseluruhan atau disebut juga biaya modal rata-rata
tertimbang (weighted cost of capital) komponen utang jangka pendek tidak
diikutsertakan. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jangka panjang sehingga selayaknya
didanai dari sumber dana jangka panjang. Biaya tertimbang ini dapat diperoleh dengan
mengalikan masing-masing komponen dengan biayanya.

40
Contoh 4.6
Sebuah perusahaan memiliki neraca bagian pasivanya beserta biaya masing-
masing komponen sebagai berikut:

Komponen (Rp.) Biaya


Utang dagang 12.000.000 12%
Utang wesel 4.000.000 11%
Utang lancar lainnya 6.000.000 11%
22.000.000

Utang jangka panjang 200.000.000 8%


Saham preferen 10.000.000 9%
Saham biasa 600.000.000 13%
810.000.000
Jumlah utang dan modal 832.000.000

Tingkat pajak penghasilan sebesar 40%, maka biaya modal perusahaan secara
keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:

Biaya utang jangka panjang setelah pajak = 8% (1-0,4)


= 4,8%

Tabel 4.2
Perhitungan Biaya Modal Perusahaan
Komponen modal Jumlah modal Biaya Jumlah Biaya
(Rp) komponen (Rp)
Utang jangka panjang 200.000.000 4,8% 9.600.000
Saham preferen 10.000.000 9% 900.000
Saham biasa 600.000.000 13% 78.000.000
Jumlah 810.000.000 88.500.000

88.500.000
Biaya modal perusahaan =
810.000.000
= 10,93%

41
4.6 Rangkuman
Konsep biaya modal (cost of capital) dimaksudkan untuk menentukan besarnya
biaya yang secara ril harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari
berbagai sumber. Perhitungan biaya modal dapat didasarkan atas dasar sebelum pajak
atau dapat pula atas dasar setelah pajak. Biaya modal perusahaan secara keseluruhan
dapat digunakan sebagai ukuran untuk menerima atau menolak suatu usulan investasi.
Biaya modal yang harus dihitung oleh perusahaan adalah biaya modal
perusahaan secara keseluruhan yang berasal dari berbagai komponen. Dalam
perhitungan biaya modal keseluruhan komponen utang jangka pendek tidak
diikutsertakan karena digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan jangka
panjang sehingga selayaknya didanai dari sumber dana jangka panjang.

4.7 Latihan
1. Rata-rata pembelian kredit yang dilakukan oleh PT X pada tahun 2009 sebesar
Rp.100 juta. Syarat pembayaran pembelian kredit adalah 4/10;n/30. Hitunglah biaya
hutang dagang PT X setelah pajak, jika PT X tidak pernah memanfaatkan cash
discount (tarif pajak 40%).
2. Selembar obligasi memiliki umur 10 tahun dengan nilai nominal Rp. 10.000 dan
memiliki kupon 10% per tahun sementara harga pasarnya adalah Rp.9.500.
Hitunglah biaya obligasi tersebut setelah pajak dengan metode present value jika
tarif pajak 40% .
3. Selembar saham preferen kumulatif memberikan dividen setiap periode sebesar
Rp.600,- dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar 10%. Hitunglah nilai
saham preferen ini.
4. PT Sabee Laba memiliki data sebagai berikut:
Keterangan Jumlah Biaya Modal
Utang Dagang Rp. 20.000.000 12% (sebelum pajak)
Utang Wesel Rp. 5.000.000 10% (sebelum pajak)
Utang Jangka Panjang Rp. 60.000.000 8% (sebelum pajak)
Saham Preferen Rp. 10.000.000 8%
Saham Biasa Rp. 200.000.000 12%

42
Hitunglah biaya modal rata-rata tertimbang, dimana tingkat pajak penghasilan
sebesar 40%.

43
BAB V
PENILAIAN SURAT BERHARGA

5.1 Pendahuluan
Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dana jangka panjang dengan cara
mengeluarkan surat-surat berharga (sekuritas) jangka panjang. Surat berharga ini terdiri
dari saham biasa, obligasi, saham preferen, dan bentuk lain penyertaan modal.
Mengingat tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan, maka
konsep penilaian surat berharga menjadi sangat penting bagi stakeholder seperti
manajer keuangan, pemegang saham, investor, dan para pialang saham.
Manajer keuangan harus memahami implikasi dari setiap keputusan yang
diambil terhadap aliran kas yang tersedia bagi investor. Sebagai contoh manajer
keuangan harus mengerti seberapa besar pengaruh keputusan investasi, keputusan
pemenuhan dana, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, para
pemegang saham dan calon investor akan menilai perusahaan, mengestimasi aliran kas
dan selanjutnya melakukan transaksi. Di lain pihak, para pialang yang melakukan
transaksi untuk pihak lain melalui analisa sekuritas dengan metode yang lebih kompleks
dengan didukung oleh peralatan, database, dan tenaga ahli yang profesional berusaha
untuk mengevaluasi sekuritas secara lebih tepat.
Dalam proses penilaian sekuritas terdapat hubungan antara risiko dan tingkat
keuntungan yang diharapkan/disyaratkan (expected return). Semakin besar risiko yang
dihadapi, semakin besar pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor dengan
asumsi investor termasuk risk averter (tidak menyukai risiko). Bab ini akan membahas
penilaian tiga jenis sekuritas yaitu: saham biasa, obligasi, dan saham preferen.

5.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiwa mampu:
▪ Menjelaskan pengertian dan karakteristik masing-masing sekuritas
▪ Menjelaskan model penilaian masing-masing sekuritas
▪ Menghitung nilai instrinsik masing-masing sekuritas

44
5.3 Saham Biasa
Salah satu jenis sekuritas yang dapat dipilih oleh investor adalah saham biasa
(common stock) atau lebih umum disebut dengan saham saja. Saham adalah surat
berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam
suatu perusahaan. Saham biasa memiliki beberapa sifat/karakteristik sebagai berikut :
1. Berhak atas pendapatan perusahaan (claims on income)
Pemegang saham berhak mendapatkan bagian keuntungan perusahaan yang
biasanya diberikan dalam bentuk dividen atau saham bonus.
2. Berhak atas harta perusahaan (claims on assets)
Pemegang saham berhak atas kekayaan perusahaan. Apabila perusahaan dinyatakan
pailit, maka sisa kekayaan perusahaan setelah hasil likuidasi dikurangi dengan
pembayaran kepada kreditur dapat dibagikan kepada para pemegang saham.
3. Berhak mengeluarkan suara (voting rights)
Pemegang saham berhak mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Setiap saham memberikan pemiliknya hak yang tidak dapat dibagikan, jika
satu saham dimiliki lebih dari satu orang, maka hak tersebut hanya digunakan
dengan menunjuk satu orang wakil bersama.
4. Tanggung jawab terbatas (limited liability)
Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi sehingga harta pribadi
tidak dipertanggung jawabkan.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu (preemptive rights)
Pemegang saham berhak untuk memesan terlebih dahulu jika perusahaan
mengeluarkan saham baru.
Dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan
nilai instrinsik saham. Nilai buku dihitung berdasarkan pembukuan emiten (perusahaan
penerbit saham). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar (bursa efek) yang ditunjukkan
oleh harga saham tersebut di pasar. Nilai ini disebut juga dengan kapitalisasi pasar
(market capitalization). Adapun nilai instrinsik (nilai teoritis) merupakan nilai saham
yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Ketiga nilai ini menjadi pertimbangan
investor dalam pengambilan keputusan investasi pada saham. Investor akan
membandingkan nilai instrinsik dengan nilai pasar suatu saham dalam bertransaksi.
Apabila harga pasar lebih tinggi dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan

45
overvalued (mahal) sehingga semestinya investor menjual sahamnya. Sebaliknya, jika
harga pasar lebih rendah dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan
undervalued (murah) sehingga semestinya investor membeli saham tersebut. Sedangkan
jika harga pasar sama dengan nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan
memiliki nilai yang wajar dan berada dalam keadaan keseimbangan. Secara skematis
hal ini dapat disajikan sebagaimana gambar 5.1 berikut ini.

Jumlah

Manfaat yang diharapkan


Present
value
dari
Waktu manfaat Harga
yang saham
Nilai Banding
diharap saat
instrinsik kan
kan ini
akan
diterima
Risk free pemodal

Tingkat keuntungan yang layak

Premi risiko

Gambar 5.1 Proses analisis saham, membandingkan nilai instrinsik dengan harga
saham

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham mudah dikenali.


Akan tetapi, permasalahan yang timbul adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor
tersebut ke dalam suatu sistem penilaian yang bisa digunakan untuk memilih saham
mana yang seharusnya dimasukkan ke dalam portofolio. Hal inilah yang menjadi tujuan

46
model penilaian. Dalam bab ini akan dijelaskan dua model penilaian saham yang sering
digunakan dalam analisa sekuritas untuk mengetahui nilai instrinsik saham yaitu:
1. Pendekatan nilai sekarang (present value approach)
2. Pendekatan rasio harga terhadap pendapatan (Price Earning Ratio approach atau
PER)

5.3.1 Pendekatan nilai sekarang


Pendekatan ini disebut juga dengan Dividend Discount Model (DDM). Nilai
saham dalam pendekatan ini dihitung dengan mendiskontokan semua aliran kas yang
diharapkan akan diterima di masa yang akan datang dengan tingkat diskonto sebesar
tingkat return yang disyaratkan oleh investor. Tingkat diskonto ini bagi perusahaan
merupakan cosf of equity (biaya modal sendiri). Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:

CF CF CF CF
V0 = (1+k)1 1 + (1+k)
2 3 n
2 + (1+k)3 + ⋯ + (1+k)n

CF
V0 = ∑nt=1 (1+k)
t
t

dimana:
V0 = Nilai sekarang dari suatu saham
CFt = Aliran kas yang diharapkan pada periode t
kt = return atau tingkat keuntungan yang disyaratkan pada periode t (biaya modal
sendiri)
n = jumlah periode aliran kas
Penaksiran nilai k dapat dilakukan dengan menggunakan model-model
ekuilibrium seperti Capital Assets Pricing Model (CAPM) maupun Arbitrage Pricing
Theory (APT). Untuk menaksir nilai k tersebut perlu memasukkan faktor risiko.
Semakin besar risiko yang akan ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat
keuntungan yang dipandang layak sehingga terdapat hubungan positif antara risiko
dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor tersebut. Sementara itu
penaksiran arus kas mempertimbangkan dua sumber pendapatan utama dari saham yaitu

47
dividen dan selisih hasil penjualan saham terhadap harga belinya. Apabila hasil
penjualan saham lebih tinggi dari harga belinya maka investor akan memperoleh capital
gains sebesar selisihnya setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dari transaksi
tersebut. Sedangkan jika penjualan saham lebih rendah dari harga belinya maka
investor menderita capital loss. Arus kas yang berasal dari hasil penjualan kembali
saham juga ekuivalen dengan arus dividen yang akan diterima oleh pemegang saham
sehingga pendekatan ini sering disebut dengan the dividend discount model.
Oleh karena investor bisa memiliki saham untuk waktu n tahun, maka
persamaan model umum akan menjadi,

D P
P0 = [∑nt=1 (1+k)
t
] n
t + (1+k)n

dimana:
Po = Nilai instrinsik saham
Dt = Dividen yang akan diterima oleh investor pada periode t
t = Waktu
Pn = Harga saham pada tahun ke n
Sebagai contoh seorang investor memiliki saham PT Geutanyo yang diharapkan
akan memberikan dividen sebesar Rp150,- pada akhir tahun pertama dan Rp200,- pada
akhir tahun kedua serta Rp210 pada akhir tahun ketiga. Saham tersebut dijual pada akhir
tahun ketiga seharga Rp2.500,-. Apabila tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor tersebut sebesar 10%, maka nilai saham tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

D1 D2 D3 P3
P0 = + + +
(1 + k)1 (1 + k)2 (1 + k)3 (1 + k)3
150 200 210 2.500
P0 = 1
+ 2
+ 3
+
(1 + 0,1) (1 + 0,1) (1 + 0,1) (1 + 0,1)3
P0 = 136 + 165 + 158 + 1.878
P0 = Rp2.338, −

48
Apabila masa kepemilikan saham (holding period) tak terhingga, maka rumus
tersebut akan menjadi,

D
P0 = ∑~ t
t=1 (1+k)t

Dalam hal ini nilai saham perusahaan bagi investor sama dengan discounted
present value dividen yang diharapkan akan diterima di masa yang akan datang.
Apabila dividen yang akan dibayarkan adalah sama untuk setiap tahunnya hingga tahun
ke-t, maka persamaan tersebut akan menjadi,

D
P0 = k

Rumus di atas merupakan model pertumbuhan nol yang berasumsi bahwa


dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Model ini
pada prinsipnya sama dengan perhitungan nilai saham preferen karena dividen yang
dibayarkan sama untuk setiap periode dan tidak mengalami pertumbuhan sepanjang
waktu. Contoh, misalkan selembar saham akan menawarkan dividen sebesar Rp600,-
per tahun untuk selamanya. Saham ini akan dimiliki oleh investor untuk waktu yang tak
terhingga dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar 12%, maka nilai saham
ini dapat dihitung sebagai berikut:

D
P0 =
k
600
P0 =
0,12
P0 = Rp5.000, −

Rumus-rumus di atas mengindikasikan bahwa jangka waktu investasi bagi setiap


investor adalah sangat bervariasi. Beberapa investor hanya akan menahan sahamnya
untuk beberapa waktu saja, sedangkan investor lain mungkin akan menahan sahamnya
untuk selamanya. Investor yang menahan sahamnya untuk waktu yang singkat misalnya

49
satu atau bebarapa hari bahkan kurang dari waktu tersebut akan menjual sahamnya
dengan harapan untuk memperoleh capital gain dalam waktu yang singkat. Tentunya
capital gain tersebut akan diperoleh jika harga jual saham lebih besar dari harga
belinya. Kesediaan investor lain untuk membeli saham akan tergantung pada harapan
investor tersebut terhadap dividen yang akan diterimanya serta harga pasar pada periode
yang lebih panjang. Meskipun demikian, dalam kenyataannya ada juga saham yang
tidak membagikan dividen tetapi tetap memiliki harga pasar yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena investor berharap akan dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi
dari yang ia bayarkan. Faktor lainnya adalah investor bersedia untuk tidak menerima
dividen untuk suatu periode waktu dengan harapan akan menerima dividen yang lebih
besar di masa yang akan datang.

5.3.1.1 Model pertumbuhan satu tahap


Tujuan utama perusahaan secara normatif adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan yang tercermin dari harga
saham. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka tentunya investor berharap bahwa
perusahaan akan mengalami pertumbuhan. Harga pasar saham akan meningkat jika
dividen yang dibayarkan juga meningkat dengan asumsi tingkat keuntungan yang
diharapkan tetap. Apabila dividen dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan sesuai
dengan harapan pemegang saham, maka harga pasar saham dapat dihitung dengan
mudah. Dengan mengasumsikan dividen akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
sebesar g secara konstan, maka dividen pada tahun t adalah sebesar D0(1+g)t . Model ini
disebut juga dengan model Gordon, setelah Myron J. Gordon mengembangkan dan
mempopulerkan model ini. Nilai perusahaan dengan model ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

D
1
P0 = k−g

dimana D1 = D0(1+g)t
Rumus di atas dapat pula dirubah menjadi,

50
(EPS0 ) (D/P)[(ROE x (1−D/P)]
P0 = k−[ROE x (1−D/P)]

Dimana:
ROE = Return on Equity
EPS = Earning Per Share
Sebagai contoh, saham PT Geutanyoe diharapkan akan membagikan dividen
sebesar Rp700,- per lembar setiap tahunnya. Pertumbuhan laba dan dividen diharapkan
sebesar 5% per tahun dan akan berlangsung untuk selamanya. Tingkat keuntungan yang
diharapkan oleh investor adalah sebesar 10%, maka harga yang layak untuk saham ini
adalah:

D1
P0 =
k−g
700
P0 =
10% − 5%
700
P0 =
5%
P0 = Rp14.000, −

5.3.1.2 Model pertumbuhan dua tahap


Asumsi bahwa perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan pada
kenyataannya tidak selamanya terjadi. Adakalanya, perusahaan mengalami
pertumbuhan yang sangat baik, jauh di atas pertumbuhan normal dan sangat
menjanjikan dalam beberapa tahun. Akan tetapi, lambat laun akan mengalami
penurunan. Hal ini dapat terjadi karena penerapan teknologi baru, perluasan pasar, life
cycle yang panjang serta berbagai faktor lainnya sehingga perusahaan memperoleh
keuntungan yang fantastis selama beberapa tahun. Pertumbuhan di atas normal ini
mungkin akan terjadi selama beberapa tahun, dan setelah itu pertumbuhannya akan
mendatar, tidak sefantastis tahun-tahun sebelumnya karena produk perusahaan akan
memasuki masa kedewasaan (maturity stage). Kondisi ini akan mempengaruhi
perusahaan dalam membayar dividen kepada investor.

51
Untuk kasus di atas penentuan nilai saham akan meliputi empat langkah
perhitungan:
1. Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran
dividen yang tidak konstan, dan (b) aliran dividen ketika dividen mengalami
pertumbuhan yang konstan.
2. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang tidak konstan (bagian awal).
3. Menghitung nilai sekarang dari semua aliran dividen selama periode pertumbuhan
konstan (bagian b).
4. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian
perhitungan aliran dividen.
Proses perhitungan saham dengan menggunakan model ini dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:

D0 (1+g1 )t 1 D
P0 = ∑m
t=1
m+1
+ [(1+k)m x k−g ]
(1+k)t 2

Dimana:
g1 = tingkat pertumbuhan dividen di atas normal
g2 = tingkat pertumbuhan dividen normal mulai tahun m+1

m+1 = D0 (1+g1)m (1+g2)1

Nilai dari Dm+1/(k-g2) adalah sama dengan Pm (harga pasar pada tahun m), sehingga
apabila saham tersebut dijual pada tahun m maka rumusnya akan menjadi,

D0 (1+g1 )t P
P0 = ∑m
t=1 + (1+km)m
(1+k)t

Untuk memberikan gambaran rumus pertumbuhan dua tahap ini, misalkan


PT Geutanyoe diharapkan akan mengalami pertumbuhan di atas normal sebesar 10%
per tahun selama lima tahun. Setelah itu diharapkan pertumbuhannya hanya mencapai

52
6% yang akan berlangsung selamanya. Dividen yang dibayarkan saat ini adalah Rp500,-
per lembar saham dan tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah 12%. Nilai saham PT
Geutanyo dapat dihitung sebagai berikut:

m
D 0 (1 + g 1 )t 1 Dm+1
P0 = ∑ t
+[ m
x ]
(1 + k) (1 + k) k − g2
t=1
500(1 + 0,1)1 500(1 + 0,1)2 500(1 + 0,1)3 500(1 + 0,1)4 500(1 + 0,1)5
P0 = + + + +
(1 + 0,12)1 (1 + 0,12)2 (1 + 0,12)3 (1 + 0,12)4 (1 + 0,12)5
1 D6
+[ x ]
(1 + 0,12)5 (0,12 − 0,06)

550 605 665,50 732,05 805,26 1 D5 (1 + g 2 )


P0 = + + + + +[ x ]
1,12 1,25 1,40 1,57 1,76 1,76 0,06
1 805,26(1 + 0,06)
P0 = 491,07 + 482,30 + 473,69 + 465,23 + 456,92 + [ x ]
1,76 0,06
1 805,26(1 + 0,06)
P0 = 2.369,21 + [ x ]
1,76 0,06
P0 = 2.369,21 + 8.083,05
P0 = Rp10.452,26

5.3.1.3 Model pertumbuhan tiga tahap


Adakalanya perusahaan mengalami pertumbuhan tiga tahap yang terdiri dari
pertumbuhan di atas normal, pertumbuhan normal, dan pertumbuhan di bawah normal.
Untuk menghitung nilai instrinsik saham dengan model ini maka rumus sebelumnya
dapat dimodifikasi menjadi,

D0 (1+g1 )t Dm (1+g2 )t−m 1 D


P0 = ∑m
t=1 + ∑nt=m+1 n+1
+ [(1+k)n x k−g ]
(1+k)t (1+k)t 3

atau,
D0 (1+g1 )t Dm (1+g2 )t−m P
P0 = ∑m
t=1 + ∑nt=m+1 + (1+kn )n
(1+k)t (1+k)t

Untuk memberikan gambaran tentang perhitungan saham dengan model ini,


misalkan PT Geutanyoe diharapkan akan mengalami pertumbuhan di atas normal
sebesar 14% per tahun selama lima tahun. Setelah itu diperkirakan pertumbuhannya
turun menjadi hanya mencapai 12% hingga tahun kedelapan, kemudian menjadi 7%

53
yang akan berlangsung selamanya. Dividen yang dibayarkan saat ini adalah Rp500,- per
lembar saham dan tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah 10%. Nilai saham PT
Geutanyo dapat dihitung berikut:

m n
D 0 (1 + g 1 )t Dm (1 + g 2 )t−m 1 Dn+1
P0 = ∑ t
+ ∑ t
+[ n
x ]
(1 + k) (1 + k) (1 + k) k − g 3
t=1 t=m+1
5 8
500(1 + 0,14)t D5 (1 + 0,12)t−5 1 D8+1
P0 = ∑ t + ∑ t +[ 8 x ]
(1 + 0,1) (1 + 0,1) (1 + 0,1) 0,1 − 0,07
t=1 t=5+1
5 8
500(1 + 0,14)t D5 (1 + 0,12)t−5 1 D9
P0 = ∑ t + ∑ t +[ 8 x ]
(1 + 0,1) (1 + 0,1) (1 + 0,1) 0,03
t=1 t=6

Untuk memudahkan perhitungan nilai saham PT Geutanyo dalam kasus ini


maka proses perhitungannya dapat dimodifikasi dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1
Perhitungan Saham Model Pertumbuhan Tiga Tahap

Present Present
Tahun Dividen (Dt) Value Factor Value
10% Dt

1 500(1+0,14)1 = 570.00 0.90909 518.18


2 500(1+0,14)2 = 649.80 0.82645 537.02
3 500(1+0,14)3 = 740.77 0.75131 556.55
4 500(1+0,14)4 = 844.48 0.68301 576.79
5 500(1+0,14)5 = 962.71 0.62092 597.77

6 962,71(1+0,12)1 = 1078.24 0.56447 608.64


7 962,71(1+0,12)2 = 1207.62 0.51316 619.70
8 962,71(1+0,12)3 = 1352.54 0.46651 630.97
Present value dividen selama 8 tahun 4645.62

sehingga,
1 1.352,54(1 + 0,07)
P0 = 4.645,62 + [ 8 x ]
(1 + 0,1) 0,03
P0 = 4.645,62 + 22.504,56

54
P0 = Rp27.150,18
5.3.2 Pendekatan Price Earnings Ratio
Pendekatan (Price Earnings Ratio) atau PER merupakan pendekatan penilaian
saham yang lebih popular dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Jones
(2004) menyatakan bahwa PER merupakan salah satu aspek finansial menarik bagi para
analis saham dan manajer keuangan. Dia berpendapat bahwa alternatif analisis
fundamental adalah PER. Walaupun secara konseptual PER tidak sesolid Dividend
Discount Model (DDM), tetapi PER konsisten dengan Present Value Analysis karena
PER berhubungan dengan nilai instrinsik suatu saham atau agregat pasar.
Sementara Haugen (1993) menganggap bahwa Dividend Discount Model tidak
realistis karena tidak seorang pun dapat melakukan peramalan terhadap dividen dalam
jangka panjang dengan tepat. Secara teknis, model untuk mengestimasi dividen saat ini
hingga waktu yang tidak terbatas merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Oleh karena
alasan inilah maka para peneliti tertarik untuk mencari pendekatan alternatif.
Pendekatan PER disebut juga pendekatan multiplier. Dalam pendekatan ini
investor akan menghitung berapa kali (multiflier) nilai pendapatan (earnings) yang
tercermin dalam harga suatu saham. PER memberikan informasi jumlah rupiah harga
yang harus dibayar investor untuk memperoleh Rp1,00 earning perusahaan. Apabila
nilai PER sebuah perusahaan bernilai 5 kali, berarti bahwa harga saham perusahaan
tersebut sama dengan 5 kali nilai earning-nya. Secara matematis rumus untuk
menghitung PER adalah sebagai berikut:

P
PER = EPS

Dimana:
PER = Price Earning Ratio
P = Harga per lembar saham
EPS = Earning Per Share (pendapatan per lembar saham)
EPS menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi
semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari
informasi laporan keuangan perusahaan. Beberapa perusahaan tidak mencantumkan

55
besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya. Akan tetapi
besarnya EPS dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Laba bersih setelah bunga dan pajak


EPS = Jumlah saham yang beredar

Contoh: Harga saham PT Geutanyo saat ini adalah Rp. 8.000,- per lembar.
Perusahaan tahun ini mendapatkan earnings sebesar Rp2.000.000.000,-, dan jumlah
saham yang beredar saat ini 2.000.000 lembar. Dari data ini PER dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut:
1. Menghitung EPS saham PT Geutanyo
Laba bersih setelah bunga dan pajak
EPS = Jumlah saham yang beredar

2.000.000.000
EPS = 2.000.000
EPS = Rp1.000
2. Menghitung PER saham PT Geutanyo
P
PER = EPS
8.000
PER =
1.000

PER = 8 kali

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai PER saham PT Geutanyo sebesar 8 kali.
Artinya, untuk memperoleh Rp 1 EPS PT Geutanyo, maka investor harus bersedia
membayar sebesar Rp 8.
Rumus PER juga dapat diturunkan dari rumus constant growth model sebagai
berikut:

D1
P̂0 =
k−g

Selanjutnya ruas kanan dan ruas kiri persamaan tersebut di bagikan dengan earning
yang diperoleh perusahaan (E1), sehingga akan menjadi,

56
̂
P0 D1
=[ ] /E1
E1 k−g
Karena D1 = E1(1-b), maka
PER = [E1(1-b)/(k-g)]/E1
PER = (1-b)/(k-g)

Persamaan di atas mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


PER adalah:
1. Rasio laba yang dibayarkan sebagai dividen, atau payout ratio (1-b)
2. Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
3. Pertumbuhan dividen
Sesuai persamaan tersebut, jika faktor-faktor lain konstan, maka:
1. Semakin tinggi payout ratio, maka semakin tinggi pula PER
2. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan (k), maka semakin rendah PER
3. Semakin tinggi pertumbuhan dividen (g), maka semakin tinggi PER
Rumus tersebut kemudian dapat digunakan untuk menilai PER saham. Apabila
suatu saham memiliki PER 8 kali, maka tinggal diperkirakan pertumbuhan laba dan
harga yang layak dari saham tersebut, serta kebijakan dividennya. Misalnya perusahaan
menetapkan dividend payout ratio sebesar 40%. Hal ini berarti bahwa nilai b= 0.60.
Apabila ditaksir k yang layak sebesar 30%, maka:
PER = (1- b)/(k-g)
8 = (1 - 0,6)/(0,3- g)
8 = 0,4/(0,3- g)
2,4 - 8g = 0,4
8g =2
g = 0,25
Dengan kata lain, PER saham tersebut dinilai layak jika diperkirakan bahwa
pertumbuhan laba perusahaan adalah 25% per tahun. Apabila b= 0,60 dan g= 25%,
maka berarti bahwa:

R = 0,25 / 0,6
R = 41,67%

57
Artinya, setiap Rp1 laba ditahan harus menghasilkan tingkat keuntungan sebesar
41,67% per tahun. Selanjutnya kewajaran harga saham akan tergantung pada judgement
analis untuk menilai kewajaran taksiran angka-angka tersebut.

5.4 Saham Preferen


Saham preferen memiliki bentuk yang agak unik, analoginya seperti anak katak
yang hidup di dua jenis alam. Hal ini karena saham preferen memiliki sifat sebahagian
sifat saham biasa dan sebahagian sifat efek berpendapatan tetap. Saham preferen
(preferred stock) memberikan pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang dibayarkan
setiap periode dan dinyatakan dalam bentuk satuan mata uang atau persentase tertentu
terhadap nilai nominal saham.
Saham preferen disukai oleh penerbitnya karena dua hal yaitu:
1. Sebagai saham, saham ini tidak termasuk saham biasa sehingga tidak masuk dalam
perhitungan EPS
2. Sebagai ekuitas, saham ini bukan ekuitas hutang sehingga tidak menambah beban
hutang perusahaan
Sebagai efek yang memiliki sebahagian sifat saham biasa dan sebahagian sifat
efek berpendapatan tetap maka saham ini bagi investor mempunyai keuntungan dan
kerugian tersendiri. Investor yang mempunyai saham preferen akan memperoleh
keuntungan sebagai berikut:
1. Tingkat dividen tahunan
2. Hak atas pendapatan dan diprioritaskan lebih dahulu daripada pemegang saham
biasa
3. Hak memberikan suara
4. Hak atas harta dan diprioritaskan lebih dahulu daripada pemegang saham biasa jika
terjadi likuidasi
5. Keuntungan dari capital gain
Sedangkan kekurangan saham preferen adalah sebagai berikut:
1. Sangat rentan terhadap inflasi dan perubahan suku bunga sama seperti obligasi
2. Ada kemungkinan dividen tidak dibagikan jika pendapatan perusahaan
menurun/merugi dan hal ini bukan termasuk wanprestasi, sedangkan pembayaran

58
bunga obligasi tetap dilakukan, jika tidak maka tindakan tersebut merupakan wan
prestasi
3. Potensi untuk mendapatkan capital gain sangat minim
4. Terkena biaya transaksi seperti halnya saham biasa pada setiap transaksi
Saham preferen menjanjikan dividen yang tetap kepada pemegang sahamnya
sehingga dalam emisi saham preferen dikenal dua jenis provisi yaitu: a) provisi
kumulatif dan b) provisi non kumulatif. Provisi saham preferen merupakan penyisihan
bagian keuntungan yang harus dilakukan oleh perusahaan bagi pemegang saham
preferen sehubungan dengan kewajibannya dalam membayar dividen. Dalam provisi
kumulatif, maka dividen saham preferen yang belum dibayarkan pada periode-periode
sebelumnya sesuai jadwal pembayaran dividen, harus dilunasi oleh emiten kepada
pemegang saham preferen sebelum emiten membagikan dividen kepada pemegang
saham biasa. Selama hutang dividen yang terakumulasi belum dilunasi, maka emiten
tidak boleh membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Sedangkan provisi non
kumulatif adalah provisi yang tidak memiliki kewajiban melunasi dividen dari saham
preferen yang terhutang. Akan tetapi emiten tidak boleh membayar dividen kepada
pemegang saham biasa jika tidak membayar dividen kepada pemegang saham preferen.
Kedua jenis provisi ini harus dipahami oleh investor sebelum memutuskan untuk
membeli saham preferen. Hal ini penting agar jangan sampai dividen yang dijanjikan
menjadi tidak ada. Di samping itu, saham preferen juga menyerupai obligasi. Ada
saham preferen yang mempunyai sifat callable, artinya dapat dibeli kembali oleh
perusahaan penerbitnya apabila suatu syarat terpenuhi sesuai dengan yang tercantum
dalam saham tersebut.
Sebagian besar atau bahkan hampir semua saham preferen akan memperoleh
dividen dalam jumlah yang tetap. Dividen per lembar saham pada umumnya tidak
meningkat meskipun pendapatan (laba) perusahaan mengalami peningkatan. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham preferen merupakan fungsi dari
risiko perusahaan atas tidak terbayarnya dividen tersebut. Apabila risiko meningkat,
maka tingkat keuntungan yang disyaratkan juga akan meningkat. Pemegang saham
preferen akan menanggung tingkat risiko yang lebih besar daripada pemegang obligasi
sehingga mereka akan meminta tingkat keuntungan yang lebih besar daripada pemegang
saham. Di samping itu, biasanya saham preferen akan tertanam untuk jangka waktu

59
yang panjang bahkan tak terhingga. Oleh karena itu, seperti halnya saham biasa yang
holding period nya tak terhingga, maka rumus penilaian saham preferen adalah:

Dp
P0 = ∑~
t=1 t
(1+kp )

Dimana:
Dp = Dividen saham preferen pada setiap periode
kp = Tingkat keuntungan yang disyaratkan dari saham preferen
Po = Nilai instrinsik saham preferen
t = waktu
Apabila holding period nya tidak terhingga, maka persamaan tersebut dapat
diubah menjadi,

Dp
P0 = kp

Sebagai contoh, misalkan saham preferen dengan provisi kumulatif


PT Geutanyo akan memberikan dividen setiap periodenya adalah Rp800,-. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham adalah 10%, maka nilai saham
preferen PT Geutanyo adalah:

Dp
P0 =
kp
800
P0 =
0,10
P0 = Rp. 8.000

5.5 Obligasi
Obligasi adalah tanda bukti bahwa investor pemegang obligasi memberikan
pinjaman bagi emiten penerbit obligasi. Oleh karena itu, emiten obligasi memberikan
kompensasi bagi investor pemegang obligasi berupa kupon (coupon) secara periodik. Di

60
samping itu, emiten juga berkewajiban membayar kembali nilai prinsipal (pokok) dari
obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.
Sebagaimana investasi pada instrumen lainnya, investasi pada obligasi juga
memberikan keuntungan tertentu kepada pemegangnya. Ada tiga komponen keuntungan
bagi pemegang obligasi yaitu:
1. Pendapatan bunga
2. Capital gain
3. Special feature gain
Bunga merupakan komponen keuntungan utama dari obligasi yang umumnya
berada di atas tingkat bunga sertifikat deposito dan dibayarkan pada setiap periode
pembayaran. Mekanisme pembayarannya dilakukan dengan menyertakan kupon pada
sertifikat obligasi. Bunga yang ditetapkan dapat berupa bunga tetap, yaitu sebesar
persentase tertentu sampai obligasi tersebut jatuh tempo. Adapula bunga yang tetap dan
meningkat, yaitu bunga dengan persentase tertentu untuk waktu beberapa periode,
kemudian bunga akan meningkat yang juga bersifat tetap untuk masa sisanya. Ada juga
bunga mengambang (floating rate), yaitu bunga untuk kupon pertama ditetapkan pada
awal, selanjutnya bunga untuk kupon kedua ditetapkan saat kupon pertama jatuh tempo,
begitupula seterusnya. Sedangkan penetapan bunga lainnya merupakan perpaduan dari
berbagai bentuk tersebut.
Obligasi diterbitkan dengan nilai nominal tertentu yang menyatakan harga suatu
obligasi pada waktu ditawarkan serta jumlah hutang yang harus
dikembalikan/dibayarkan oleh emiten kepada pemegang pada saat jatuh tempo. Nilai
nominal disebut juga dengan nilai pari, face value, stated value atau nominal value.
Obligasi yang diperdagangkan pada nilai pari disebut obligasi dengan harga pari.
Apabila harga pasar obligasi berada di atas nilai pari maka disebut obligasi dengan
premium. Sedangkan jika harga pasar berada di bawah nilai pari maka disebut obligasi
dengan diskon.
Harga pasar suatu obligasi biasanya dipengaruhi oleh suku bunga pasar. Tingkat
bunga pasar dan harga obligasi bergerak dengan arah yang berlawanan. Suku bunga
pasar akan memicu ketidakstabilan (volatility) harga suatu obligasi. Pergerakan harga
pasar obligasi memungkinkan untuk membeli obligasi di bawah/di atas nilai pari

61
sehingga terdapat selisih harga. Selisih antara harga jual dengan harga beli obligasi yang
positif disebut capital gain, apabila sebaliknya disebut capital loss.
Komponen keuntungan berupa special feature gain akan diperoleh investor jika
emiten dalam menerbitkan obligasi memberikan semacam pemanis. Misalnya dengan
memberikan waran sebagai daya tarik. Keuntungan jenis ini bersifat opsional yang tidak
harus dimiliki oleh semua obligasi.
Secara umum karakteristik obligasi dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini:
1. Nilai instrinsik
Nila instrinsik obligasi adalah nilai teoritis dari suatu obligasi yang diperoleh
dari hasil estimasi nilai saat ini dari semua aliran kas obligasi yang akan diperoleh pada
masa yang akan datang. Nilai ini dipengaruhi oleh kupon yang diberikan, waktu jatuh
tempo, dan nilai prinsipalnya. Berdasarkan waktu jatuh temponya, obligasi terdiri dari
term bond (memiliki satu kali waktu jatuh tempo) dan serial obligation bond (memiliki
lebih dari satu kali waktu jatuh tempo).
2. Tipe penerbitannya
Tipe jaminan dan urutan klaim obligasi dapat berbeda-beda. Emiten dapat
menerbitkan obligasi dengan menggunakan jaminan aset riil tertentu yang dimiliki
perusahaan. Emiten juga dapat menerbitkan obligasi tanpa jaminan yang biasanya
diterbitkan oleh perusahaan dengan kredibilitas baik. Di samping itu emiten juga dapat
menerbitkan obligasi dengan dengan urutan klaim yang berbeda sehingga berdasarkan
tipe ini ada dua jenis obligasi yaitu obligasi senior dan obligasi junior. Obligasi senior
adalah obligasi yang memberikan hak prioritas pertama atas klaim aset perusahaan
apabila ada permasalahan likuiditas. Sedangkan obligasi junior (sub ordinat) merupakan
obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya setelah klaim obligasi senior
terpenuhi.
3. Bond indentures
Indentures merupakan dokumen legal yang memuat hak-hak pemegang maupun
emiten obligasi. Dokumen ini berisi spesifikasi tertentu seperti waktu jatuh tempo,
waktu pembayaran bunga dan pembatasan pemberian dividen bagi para pemegang
saham.
4. Call provision

62
Call provision meupakan hak emiten obligasi untuk melunasi obligasi sebelum
jatuh tempo yang akan dilaksanakan oleh emiten jika tingkat bunga pasar di bawah
tingkat bunga kupon obligasi. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi biaya modal
perusahaan akibat kewajiban membayar bunga di atas bunga pasar. Tindakan ini pada
dasarnya merugikan investor sehingga emiten diwajibkan membayar sejumlah uang
kepada investor yang disebut call premium. Setelah emiten membeli kembali
obligasinya maka emiten dapat menerbitkan kembali obligasi baru dengan kupon yang
lebih rendah sesuai bunga pasar. Akan tetapi, tidak semua obligasi bersifat callable. Ada
juga obligasi yang noncallable. Dalam hal ini emiten tidak dapat membeli kembali
obligasinya sebelum jatuh tempo.
Pembagian jenis-jenis obligasi dapat dilakukan dari delapan sudut pandang,
yaitu:
1. Obligasi berdasarkan issuer, terdiri dari obligasi pemerintah, obligasi perusahaan
miliki negara (state owned company), dan obligasi perusahaan swasta.
2. Obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga, terdiri dari coupon bond dan zero
coupon bond. Coupon bond merupakan obligasi dengan pembayaran bunga secara
periodik (triwulan, semester atau tahunan), dimana pada surat obligasi ada yang
dapat dirobek untuk mengambil bunga dan bagian ini disebut kupon obligasi.
Sedangkan pada zero coupon bond tidak ada pembayaran bunga secara periodik,
tetapi bunga langsung dibayarkan sekaligus saat pembelian obligasi tersebut.
3. Obligasi berdasarkan tingkat bunga, terdiri dari obligasi dengan bunga tetap (fixed
rated bond), obligasi dengan bunga mengambang (floating rate bond), dan obligasi
dengan bunga campuran (mixed rate bond).
4. Obligasi berdasarkan jaminan, terdiri dari obligasi dengan jaminan (secured bond)
yang biasanya berupa guarantor atau jaminan aktiva tetap dan obligasi tanpa
jaminan (unsecured bond).
5. Obligasi berdasarkan tempat penerbitan atau perdagangan, terdiri dari obligasi
domestik (domestic bond), obligasi asing (foreign bond), dan obligasi global (global
bond).
6. Obligasi berdasarkan rating, terdiri dari investment grade bond dan non investment
grade bond. Investment grade bond adalah obligasi yang telah layak diperingkat dan
termasuk peringkat layak untuk investasi, meliputi peringkat AAA, AA, dan A

63
menurut Standard & Poor’s atau peringkat Aaaa, Aa dan A menurut Moody’s.
Sedangkan non investment grade bond adalah obligasi yang telah diperingkat tetapi
tidak termasuk peringkat yang layak investasi. Biasanya peringkatnya adalah BBB,
BB, dan B Standard & Poor’s atau peringkat Bbb, Bb dan B menurut Moody’s dan
obligasi ini sering disebut dengan junk bond.
7. Obligasi berdasarkan callable feature, terdiri dari freely callable bond, non callable
bond, dan deferred callable bond. Freely callable bond adalah obligasi yang dapat
dibeli kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Adapun
callable bond adalah obligasi yang tidak dapat dibeli kembali oleh penerbitnya
sebelum jatuh tempo kecuali melalui mekanisme pasar. Sedangkan deferred callable
bond merupakan kombinasi dari freely callable bond dan non callable bond.
8. Obligasi berdasarkan sifat convertible, terdiri dari convertible bond dan non
convertible bond. Convertible bond adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan
saham, baik saham penerbit obligasi maupun saham perseroan lain yang dimiliki
oleh penerbit obligasi. Saham-saham konversi ini akan dijadikan jaminan kepada
waliamanat dan disimpan pada bank kustodian. Sedangkan nonconvertible bond
adalah obligasi yang tidak dapat dikonversi menjadi saham dan hanya dapat
dicairkan pada saat jatuh tempo.

5.5.1 Yield obligasi


Ada dua istilah yang terkait dengan karakteristik pendapatan suatu obligasi yaitu
yield obligasi (bond yield) dan bunga obligasi (bond interest rate). Kedua istilah ini
sebenarnya memiliki konsep yang sama, karena keduanya menggambarkan pendapatan
yang akan diperoleh pemegang obligasi. Yield obligasi adalah pendapatan obligasi yang
diterima investor dan cenderung bersifat tidak tetap (fluktuatif) karena berhubungan
dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Sedangkan bunga obligasi
merupakan imbalan yang diterima oleh investor dari emiten sebagai kompensasi
peminjaman dana dan biasanya nilainya tetap hingga jatuh tempo.
Yield (rate of return) obligasi relatif mudah dihitung selama obligasi tersebut
diperkirakan tidak akan gagal dalam pembayaran bunga secara periodik dan
pembayaran modal pokok (principal). Discount rate yang digunakan dalam penentuan
nilai masing-masing obligasi adalah berbeda-beda, tergantung kepada besarnya tingkat

64
risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok masing-masing obligasi tersebut. Besarnya
yield dari obligasi yang akan dipertahankan sampai waktu jatuh temponya dapat
dihitung dengan dua cara yaitu:
1. Rumus jalan pintas (shortcut formula)

Pn − P0
C+ n
kd = Pn + P0
2

Dimana:
kd = Yield to maturity
C = Bunga tahunan dalam Rupiah
Pn = Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterima pada akhir umur
obligasi
P0 = Harga pasar obligasi
n = Umur obligasi
2. Rumus nilai sekarang (present value formula)

C Pn
P0 = ∑nt=1 ( )t
+(
1+kd 1+kd )n

Sebagai contoh suatu obligasi dengan nominal Rp.9.000,- dengan harga pasar
Rp.8.000,- . Obligasi ini memiliki umur lima tahun dan membayarkan kupon sebesar
8% per tahun dan akan dipertahankan sampai jatuh tempo. Yield dari obligasi ini dapat
dihitung sebagai berikut:

Menggunakan shortcut formula


P −P
C+ n 0
n
kd = Pn + P0
2

9.000 − 8.000
720 +
kd = 5
9.000 + 8.000
2
720 + 200
kd =
8.500
kd = 10,82%

65
Menggunakan present value formula
C P
P0 = ∑nt=1 (1+k )t
+ (1+kn )n
d d

720 720 720 720 720 9.000


8.000 = (1+k )1
+ (1+k )2
+ (1+k )3
+ (1+k )4
+ (1+k )5
+ (1+k 5
d d d d d d)

Nilai kd dapat diperoleh secara trial and error (coba-coba), setelah itu dilakukan
interpolasi. Untuk kasus ini misalkan kd=10% , maka:

720 720 720 720 720 9.000


P0 = (1+0,1)1 + (1+0,1)2 + (1+0,1)3 + (1+0,1)4 + (1+0,1)5 + (1+0,1)5

P0 = 8.318

Dengan menggunakan kd sebesar 10% maka diperoleh nilai P0 lebih besar dari
Rp.8.000,- sehingga mendapatkan P0 sebesar Rp. 8.000,- (atau mendekati nilai ini)
harus dicoba kembali dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dari 10%. Misalkan
dicoba dengan 12%, maka:

720 720 720 720 720 9.000


P0 = (1+0,12)1 + (1+0,12)2 + (1+0,12)3 + (1+0,12)4 + (1+0,12)5 + (1+0,1)5

P0 = 7.702

Dengan menggunakan kd sebesar 12% maka diperoleh nilai P0 lebih kecil dari
Rp.8.000,-. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai k d berada diantara 10% dan 12%,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi dengan cara sebagai
berikut:

Sesilih PV of Yield
Selisih tingkat bunga Selisih PV
dengan outlay

10% 8.318 8.318


12% 7.702 8.000
2% 616 318

sehingga:

66
318
kd = 10% + (616 x 2%)

kd = 10% + 1.03%
kd = 11,03%

Kedua rumus di atas memberikan hasil yang sedikit berbeda sehingga disarankan untuk
menggunakan rumus nilai sekarang karena memberikan hasil yang lebih akurat
meskipun perhitungannya lebih rumit.

5.5.2 Penilaian Obligasi


Nilai instrinsik obligasi adalah sama dengan nilai sekarang dari aliran kas yang
diharapkan akan diterima dari obligasi tersebut. Nilai ini diperoleh dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon dan pelunasan
obligasi sebesar nilai nominal pada saat jatuh tempo. Tingkat diskonto yang digunakan
adalah sebesar yield yang disyaratkan oleh investor (pemegang obligasi).
Proses penilaian obligasi membutuhkan pengetahuan akan tiga elemen penting
yaitu: (1) jumlah dan pemilihan waktu dari arus kas yang akan diterima oleh investor,
(2) tanggal jatuh tempo obligasi, dan (3) tingkat pengembalian yang diinginkan
investor.
Apabila pembayaran kupon dalam setahun lebih dari sekali, maka rumus di atas
dapat dimodifikasi menjadi,

C
Pn
P0 = ∑nt=1 m
k t
+ k n
(1+ d) (1+ d)
m m

Dimana m = Frekuensi pembayaran bunga dalam setahun

Contoh: Obligasi PT Geutanyo memiliki nilai nominal Rp.1000,- dan akan jatuh
tempo 20 tahun yang akan datang. Obligasi ini akan memberikan kupon sebesar 16%
per tahun yang akan dibayar setiap 6 bulan sekali. Apabila diasumsikan tingkat bunga
pasar sebesar 12%, maka nilai obligasi ini dapat dihitung sebagai berikut:

67
n C
m Pn
P0 = ∑ t +
k k n
t=1 (1 + d ) (1 + d )
m m

160
1.000
P0 = ∑40
t=1
2
0,12 t
+ 0,12 40
(1+ ) (1+ )
2 2

80 1.000
P0 = ∑40
t=1 (1,06)t + (1,06)40

80
Nilai ∑40
t=1 ( dapat diperoleh dengan menggunakan tabel present value dari
1,06)t
1.000
anuitas, sehingga diperoleh hasil: 80 (15,046) = 1.203,68. Sedangkan nilai dari
(1,06)40

menggunakan tabel present value, sehingga diperoleh hasil: 1.000(0.097) = 97. Dengan
demikian nilai instrinsik obligasi PT Geutanyo adalah:

P0 = 1.203,68 + 97

P0 = Rp. 1.300,68

Ada lima hubungan penting yang perlu dipahami dalam penilaian obligasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Nilai obligasi berhubungan terbalik dengan perubahan tingkat pengembalian yang
diinginkan investor (tingkat bunga sekarang), artinya apabila tingkat bunga naik,
maka nilai obligasi akan turun dan sebaliknya jika tingkat bunga turun, maka nilai
obligasi akan naik.
2. Nilai pasar obligasi akan berkurang dari nilai nominalnya, jika tingkat pengembalian
yang diinginkan investor di atas tingkat bunga kupon obligasi. Akan tetapi, akan
dinilai di atas nilai nominal jika tingkat pengembalian investasi yang diinginkan
oleh investor berada di bawah tingkat bunga kupon.
3. Semakin dekat tanggal jatuh tempo obligasi, maka nilai pasar obligasi tersebut
mendekati nilai nominal.

68
4. Obligasi jangka panjang memiliki risiko tingkat bunga yang lebih besar
dibandingkan dengan obligasi jangka pendek.
5. Sensitivitas nilai obligasi terhadap perubahan tingkat bunga tidak hanya tergantung
pada lamanya waktu jatuh tempo, tetapi juga pada arus kas yang dihasilkan oleh
obligasi tersebut.

5.6 Rangkuman
Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu
maupun institusi dalam suatu perusahaan. Saham biasa memiliki sifat/karakteristik
yaitu: berhak atas pendapatan perusahaan (claims on income), berhak atas harta
perusahaan (claims on assets), berhak mengeluarkan suara (voting rights),tanggung
jawab terbatas (limited liability), dan hak memesan efek terlebih dahulu (preemptive
rights). Dalam penilaian saham dikenal tiga jenis nilai yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan
nilai instrinsik saham. Dua model penilaian saham yang sering digunakan dalam analisa
sekuritas untuk mengetahui nilai instrinsik saham yaitu: pendekatan nilai sekarang dan
PER. Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan Dividend Discount Model.
Saham preferen (preferred stock) memberikan pendapatan tetap dalam bentuk
dividen yang dibayarkan setiap periode dan dinyatakan dalam bentuk satuan mata uang
atau persentase tertentu terhadap nilai nominal saham. Investor yang mempunyai saham
preferen akan memperoleh keuntungan berupa: tingkat dividen tahunan, hak atas
pendapatan dan diprioritaskan lebih dahulu daripada pemegang saham biasa, hak
memberikan suara, hak atas harta dan diprioritaskan lebih dahulu daripada pemegang
saham biasa jika terjadi likuidasi, dan keuntungan dari capital gain.Sedangkan
kekurangan saham preferen adalah: sangat rentan terhadap inflasi dan perubahan suku
bunga sama seperti obligasi, ada kemungkinan dividen tidak dibagikan jika pendapatan
perusahaan menurun/merugi, potensi untuk mendapatkan capital gain sangat minim,
dan terkena biaya transaksi seperti halnya saham biasa pada setiap transaksi. Biasanya
saham preferen akan tertanam untuk jangka waktu yang panjang bahkan tak terhingga.
Oleh karena itu, seperti halnya saham biasa yang holding period nya tak terhingga
Obligasi adalah tanda bukti bahwa investor pemegang obligasi memberikan
pinjaman bagi emiten penerbit obligasi. Emiten obligasi memberikan kompensasi bagi
investor pemegang obligasi berupa kupon (coupon) secara periodik kepada investor dan

69
berkewajiban membayar kembali nilai prinsipal (pokok) dari obligasi tersebut pada saat
jatuh tempo. Pembagian jenis-jenis obligasi dapat dilakukan dari beberapa sudut
pandang. Ada dua istilah yang terkait dengan karakteristik pendapatan suatu obligasi
yaitu yield obligasi (bond yield) dan bunga obligasi (bond interest rate). Kedua istilah
ini sebenarnya memiliki konsep yang sama, karena keduanya menggambarkan
pendapatan yang akan diperoleh pemegang obligasi. Yield obligasi adalah pendapatan
obligasi yang diterima investor dan cenderung bersifat tidak tetap (fluktuatif) karena
berhubungan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Sedangkan
bunga obligasi merupakan imbalan yang diterima oleh investor dari emiten sebagai
kompensasi peminjaman dana dan biasanya nilainya tetap hingga jatuh tempo.
Nilai instrinsik obligasi adalah sama dengan nilai sekarang dari aliran kas yang
diharapkan akan diterima dari obligasi tersebut. Nilai ini diperoleh dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon dan pelunasan
obligasi sebesar nilai nominal pada saat jatuh tempo. Tingkat diskonto yang digunakan
adalah sebesar yield yang disyaratkan oleh investor (pemegang obligasi).

5.7 Latihan
1. Saham PT Aneuk Nanggroe diharapkan akan membagikan dividen sebesar Rp300,-
per lembar setiap tahunnya. Pertumbuhan laba dan dividen diharapkan sebesar 10%
per tahun dan akan berlangsung untuk selamanya. Tingkat keuntungan yang
diharapkan oleh investor adalah sebesar 14%. Berapakah harga yang layak untuk
saham ini?
2. Harga saham PT Cakung Permata saat ini sebesar Rp.6.000,- per lembar.
Perusahaan tahun ini mendapatkan earnings sebesar Rp3.000.000.000,-, dan jumlah
saham yang beredar saat ini adalah 1.500.000 lembar. Hitunglah nilai perusahaan ini
dengan menggunakan metode PER.
3. Selembar saham diharapkan akan mengalami pertumbuhan di atas normal sebesar
12% per tahun selama lima tahun. Setelah itu diharapkan pertumbuhannya hanya
mencapai 8% yang akan berlangsung selamanya. Dividen yang dibayarkan saat ini
adalah Rp400,- per lembar saham dan tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah
11%. Hitunglah nilai saham ini.

70
4. Saham preferen dengan provisi kumulatif PT Sari Aditya Loka akan memberikan
dividen setiap periodenya sebesar Rp400,-. Tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh pemegang saham adalah 12%. Hitunglah nilai saham preferen perusahaan ini.
5. Suatu obligasi memiliki umur sepuluh tahun dan membayarkan kupon sebesar 10%
per tahun yang akan dipertahankan sampai jatuh tempo. Obligasi ini memiliki nilai
nominal Rp.6.000,- dengan harga pasar Rp.5.000,- . Hitunglah Yield dari obligasi ini
dengan menggunakan rumus shortcut dan present value.
6. Obligasi PT Usaha Beujaya memiliki nilai nominal Rp.10.000,- dan akan jatuh
tempo 20 tahun yang akan datang. Obligasi ini akan memberikan kupon sebesar
15% per tahun yang akan dibayar setiap satu tahun sekali. Apabila diasumsikan
tingkat bunga pasar sebesar 12%. Berapakah harga yang layak untuk obligasi ini?

71
BAB VI
CAPITAL BUDGETING

6.1 Pendahuluan
Bab ini membahas tentang keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
dalam aktiva tetap, cara penilaiannya, termasuk pemilihan metode yang seharusnya
digunakan. Keputusan investasi pada aktiva tetap menyangkut harapan akan
memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap dalam jangka waktu
yang relatif lama (lebih dari satu tahun) dan secara berangsur-angsur melalui depresiasi.
Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang
pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu
tahun disebut capital budgeting. Materi ini sangat berarti bagi perusahaan karena:
1. Dana yang ditanamkan pada aktiva tetap akan kembali dalam waktu yang lama
sehingga berdampak terhadap penyediaan dana untuk keperluan lainnya.
2. Investasi ini berkaitan dengan harapan terhadap hasil penjualan di masa yang akan
datang sehingga kesalahan dalam melakukan forecasting berakibat pada over atau
under investment.
3. Biasanya membutuhkan dana yang besar dengan jangka waktu yang lama dan
bertahap.
4. Kesalahan pengambilan keputusan berakibat berat dan lama serta tidak dapat
diperbaiki tanpa adanya kerugian.

6.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari materi capital budgeting ini diharapkan mahasiwa mampu
untuk:
▪ Menjelaskan penggolongan usulan investasi.
▪ Menjelaskan tentang aliran kas (cash flow).
▪ Menjelaskan dan menghitung kelayakan investasi dengan beberapa metode.
▪ Membuat keputusan tentang kelayakan investasi dari masing-masing metode.

72
6.3 Konsep Capital Budgeting
Investasi jangka panjang dalam manajemen keuangan sering dikaitkan dengan
capital budgeting (penganggaran modal). Pengertian modal mengacu pada aktiva tetap
yang digunakan dalam proses produksi sedangkan budget adalah rencana atau proyeksi
aliran kas dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu capital budgeting merupakan
proses menyeluruh tentang suatu proyek investasi. Proses ini sangat penting karena
menyangkut keberhasilan dan kegagalan perusahaan dimana perusahaan berinvestasi
saat ini dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penganggaran modal diantaranya
adalah alternatif kesempatan investasi, estimasi aliran kas, pemilihan investasi atas
dasar kriteria tertentu, dan penilaian kembali setelah dilakukannya suatu investasi.
Penganggaran modal dapat diterapkan pada berbagai alternatif investasi jangka panjang.
Ada berbagai cara menggolongkan usulan investasi dan secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Investasi pergantian yaitu investasi untuk menggantikan aktiva yang sudah aus atau
tidak ekonomis lagi dengan aktiva yang baru agar perusahaan dapat bekerja secara
efisien serta penyesuaian dengan teknologi terbaru.
2. Investasi penambahan kapasitas seperti investasi penambahan jumlah mesin atau
pembukaan pabrik baru.
3. Investasi penambahan jenis produk baru yaitu investasi untuk menghasilkan produk
baru dengan tetap mempertahankan produk yang telah ada.
4. Investasi lain-lain.
Sementara itu, apabila ditinjau dari keterkaitan antar investasi, maka usulan
investasi dikelompokkan menjadi dua yaitu investasi yang bersifat saling meniadakan
(mutually exclusive) dan investasi yang independen. Investasi yang bersifat saling
meniadakan adalah investasi yang tidak mungkin dipilih keduanya atau lebih karena
kendala tertentu. Sedangkan investasi independen adalah investasi dimana pemilihan
yang satu tidak berpengaruh terhadap investasi lainnya.
Estimasi aliran kas (cash flow) baik aliran kas masuk (cash inflow) maupun kas
keluar (cash outflow) merupakan hal yang sangat penting dalam penganggaran modal
karena mempertimbangkan berbagai variabel, individu, dan berbagai bidang yang ada
dalam perusahaan. Untuk itu peran manajer keuangan dalam hal ini sangat dibutuhkan.

73
Manajer keuangan harus mampu mengkoordinir berbagai bidang dan pengendalian
proses estimasi agar setiap pihak yang terkait menggunakan metode secara konsisten
dan asumsi yang rasional sehingga penyimpangan dapat diminimalisir.
Ada dua komponen utama aliran kas yang perlu diperhatikan dalam penilaian
investasi. Komponen pertama adalah investasi awal yang terdiri dari pengeluaran-
pengeluaran sejak ide awal, studi kelayakan hingga investasi tersebut siap beroperasi
secara penuh. Komponen kedua adalah aliran kas operasional yang terdiri dari aliran kas
masuk dan aliran kas keluar setiap tahun selama usia investasi tersebut. Selisih diantara
keduanya merupakan aliran kas bersih (net cash flow) atau disebut juga dengan proceed.
Perhitungan aliran kas bersih juga dapat dilakukan dari laporan akuntansi setelah
dilakukan penyesuaian dan secara umum dapat dihitung sebagai berikut:

Aliran kas bersih = Laba bersih + Depresiasi + (1-Pajak) Bunga

Penambahan (1-Pajak) dikalikan bunga dilakukan dengan alasan untuk tidak


mencampuradukkan antara keputusan investasi dengan keputusan pendanaan. Artinya
suatu investasi yang layak apapun sumber dananya haruslah tetap layak. Di samping itu
itu discount rate yang digunakan adalah biaya modal yang salah satu komponennya
adalah bersumber dari utang. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan ganda
sehingga dilakukan penyesuaian terhadap bunga pinjaman.

6.4 Metode Penilaian Investasi


Ada berbagai metode penilaian proyek investasi atau metode menyusun ranking
usulan investasi. Dalam Buku Ajar ini dibahas empat metode yang umum digunakan
yaitu:
1. Payback Period (PBP)
2. Net Present Value (NPV)
3. Internal Rate of Return (IRR)
4. Accounting Rate of Return (ARR)
Metode 1 s.d. 3 dasar perhitungannya menggunakan aliran kas, sedangkan metode ke-4
menggunakan laba setelah pajak.

74
6.4.1 Payback period
Payback period suatu investasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menutup
kembali invesatsi tersebut dari aliran kas yang dihasilkannya. Suatu investasi dikatakan
layak jika payback period dari investasi tersebut lebih kecil dari payback maksimum
yang disyaratkan. Perhitungan payback period dapat dilakukan dengan mudah. Akan
tetapi metode ini memiliki kelemahan-kelemahan secara prinsipil karena mengabaikan
aliran kas yang terjadi setelah payback period tercapai serta mengabaikan nilai waktu
uang (time value of money).
Apabila aliran kas bersih yang dihasilkan sama untuk setiap tahunnya maka
payback period dapat dihitung dengan membagi investasi dengan aliran kas bersih per
tahun. Sedangkan jika aliran kas bersih yang dihasilkan berbeda maka payback period
dihitung dengan cara mengurangkan investasi dengan aliran kas bersih setiap tahun
secara berurutan hingga menghasilkan angka nol atau seluruh investasi tertutupi.

Contoh 6.1
Suatu usulan investasi membutuhkan dana sebesar Rp.100.000.000,- dan
diperkirakan akan menghasilkan aliran kas bersih setiap tahun sebesar Rp.40.000.000,-
selama empat tahun. Payback period investasi ini dapat dihitung sebagai berikut:

Investasi
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =
𝑁𝑒𝑡 𝑐𝑎𝑠𝑓𝑙𝑜𝑤 per tahun
100.000.000
=
40.000.000
= 2,5 tahun
= 2 tahun 6 bulan
Apabila payback maksimum dari usulan investasi selama 3 tahun maka usulan investasi
ini dinyatakan layak (feasible).

Contoh 6.2
Suatu usulan investasi membutuhkan dana sebesar Rp.100.000.000,- dan
diperkirakan akan menghasilkan aliran kas bersih sebesar Rp.30.000.000,- pada tahun

75
ke-1, Rp.50.000.000,- pada tahun ke-2 dan ke-3, serta Rp.60.000.000,- pada tahun ke-4.
Payback period investasi ini dapat dihitung sebagai berikut:

Investasi Rp. 100.000.000,-


Aliran kas bersih tahun ke-1 Rp. 30.000.000,- (-)
Sisa investasi yang belum tertutupi Rp. 70.000.000,-
Aliran kas bersih tahun ke-2 Rp. 50.000.000,- (-)
Sisa investasi yang belum tertutupi Rp. 20.000.000,-

Sisa investasi yang belum tertutupi pada akhir tahun ke-2 adalah Rp. 20.000.000,-
sementara aliran kas bersih yang dihasilkan pada tahun ke-3 adalah sebesar
Rp.50.000.000,- sehingga:
20.000.000
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 2 tahun + { x 1 tahun}
50.000.000
= 2,4 tahun

6.4.2 Net present value


Net Present Value adalah selisih antara present value aliran kas bersih dengan
present value investasi. Metode ini mempertimbangkan baik nilai waktu uang maupun
aliran kas yang terjadi selama umur proyek investasi. Aliran kas yang digunakan dalam
menghitung NPV adalah aliran kas yang didiskonto atas dasar biaya modal rata-rata
tertimbang (biaya modal perusahaan) atau tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan
catatan tingkat risiko proyek investasi sama dengan tingkat risiko bisnis perusahaan
secara keseluruhan.
Suatu usulan proyek investasi di dalam metode ini dikatakan layak apabila
menghasilkan NPV yang positif atau lebih besar daripada nol. Hal ini mengindikasikan
bahwa usulan investasi tersebut memiliki nilai instrinsik yang lebih besar dari nilai
investasinya. Dengan kata lain, investasi ini memberikan tambahan keuntungan riil yang
positif sehingga layak dilaksanakan. Sebaliknya jika NPV nya negatif maka investasi
tersebut dinyatakan tidak layak. Sementara itu apabila NPV nya sama dengan nol maka
sebenarnya suatu investasi bukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi tingkat
keuntungan yang dihasilkan persis sama dengan biaya modalnya sehingga jika proyek

76
investasi dengan NPV nol dipilih maka perusahaan tidak menjadi berkembang. Akan
tetapi jika tidak ada alternatif investasi lainnya yang profitabel, maka tidak ada salahnya
untuk memilih proyek investasi dengan NPV nol dengan dasar pertimbangan sebagai
berikut:
1. Aliran kas yang digunakan dalam perhitungan NPV merupakan hasil estimasi
dengan serangkaian asumsi sehingga bisa saja berubah jika asumsinya dilonggarkan.
2. Pada prinsipnya investasi tersebut telah memenuhi tingkat keuntungan minimal
yang disyaratkan yaitu sebesar biaya modal perusahaan.
Secara matematis NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
n
At
NPV = ∑
(1 + k)t
t=0

dimana:
At = Aliran kas bersih pada tahun ke-t
k = Tingkat keuntungan yang disyaratkan atau discount rate
t = waktu
Berdasarkan contoh 6.2 dan jika tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar
12%, maka NPV usulan proyek investasi tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

n
At
NPV = ∑
(1 + k)t
t=0
0A 1A A2 A
3 A
4
NPV = (1+k) 0 + (1+k)1 + (1+k)2 + (1+k)3 + (1+k)4

−100.000.000 30.000.000 50.000.000 50.000.000 60.000.000


NPV = + + + +
(1 + 0,12)0 (1 + 0,12)1 (1 + 0,12)2 (1 + 0,12)3 (1 + 0,12)4
NPV = −100.000.000 + 26.787.000 + 39.860.000 + 35.590.000 + 38.130.000
NPV = −100.000.000 + 140.367.000
NPV = 40.367.000

Perhitungan NPV sebagaimana rumus di atas juga dapat dilakukan dengan cara tabulasi
sebagai berikut:

77
Tabel 6.1
Perhitungan NPVdengan Discount Rate 12%
Tahun ke Aliran Kas Bersih Discoun Rate Present Value
(At) 1 Aliran Kas Bersih
{ }
(1 + 0,12)𝑡
0 -100.000.0000 1,0000 -100.000.0000
1 30.000.000 0,8929 26.787.000
2 50.000.000 0,7972 39.860.000
3 50.000.000 0,7118 35.590.000
4 60.000.000 0,6355 38.130.000
PV aliran kas bersih selama umur proyek 140.367.000
NPV 40.367.000

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka usulan proyek investasi tersebut dinyatakan
layak (feasible) karena memiliki NPV yang positif.
Adakalanya metode NPV dimodifikasi dalam bentuk angka rasio dan metode ini
disebut dengan Profitability Index (PI) atau sering pula disebut dengan Cost Benefit
Analysis Method. Profitability Index merupakan rasio antara PV dari aliran kas bersih
selama umur proyek dengan PV dari investasi. Suatu usulan proyek investasi dikatakan
layak jika Profitability Index nya lebih besar dari satu dan pada posisi tersebut NPV
dipastikan positif. Dengan kata lain keputusan yang dihasilkan dalam PI sama dengan
NPV. Untuk contoh 6.2 maka PI nya dapat dihitung sebagai berikut:

At
∑nt=1
(1 + k)t
PI =
PV Investasi
140.367.000
PI =
100.000.000
PI = 1,40

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka investasi ini memiliki PI yang lebih besar
dari satu sehingga dinyatakan layak.

6.4.3 Internal Rate of Return


Internal Rate of Return (IRR) atau yield method merupakan tingkat diskonto
yang menyamakan present value aliran kas bersih dengan present value investasi.

78
Dengan kata lain IRR merupakan tingkat diskonto yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Suatu usulan proyek investasi dinyatakan layak jika IRR dari usulan
investasi tersebut lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan.
Perhitungan IRR dapat dilakukan secara trial and error (coba-coba) sehingga
diperoleh tingkat diskonto yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Tentu saja sangat
sulit untuk mendapatkan tingkat diskonto yang demikian sehingga apabila dalam coba-
coba tersebut diperoleh dua tingkat diskonto yang menghasilkan nilai NPV yang
satunya positif dan lainnya negatif maka mengindikasikan bahwa IRR berada di antara
kedua tingkat diskonto tersebut. Untuk mendapatkan IRR maka dapat dilakukan
interpolsi terhadap kedua tingkat diskonto tersebut dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

P2 − P1
IRR = P1 − C1 ( )
C2 − C1
dimana:
P1 = Tingkat diskonto dengan NPV positif
P2 = Tingkat diskonto dengan NPV negatif
C1 = NPV positif
C2 = NPV negatif
IRR contoh 6.2 dapat dihitung dengan mencoba tingkat diskonto 27% dan 29%
dan perhitungannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 6.2
Tahapan Percobaan Perhitungan IRR
dengan Tingkat Diskonto 27% dan 29%

Tahun Aliran Kas Tingkat Diskonto27% Tingkat Diskonto29%


ke Bersih DF PV DF PV
1 30.000.000 0,7874 23.622.000 0,7752 23.256.000
2 50.000.000 0,6200 31.000.000 0,6009 30.045.000
3 50.000.000 0,4882 24.410.000 0,4658 23.290.000
4 60.000.000 0,3844 23.064.000 0,3611 21.666.000
PV Aliran kas bersih 102.096.000 98.257.000
PV Investasi 100.000.000 100.000.000

NPV 2.096.000 -1.743.000

79
Selanjutnya dapat dilakukan interpolasi sebagai berikut:

P2 − P1
IRR = P1 − C1 ( )
C2 − C1
29% − 27%
= 27% − 2.096.000 ( )
−1.743.000 − 2.096.000
2%
= 27% − 2.096.000 ( )
−3.839.000
= 27% + 1,09%
= 28,09%

Dengan demikian berdasarkan metode IRR usulan proyek investasi contoh 6.2
dinyatakan layak karena menghasilkan IRR sebesar 28,09% yang berarti lebih besar dari
tingkat keuntungan yang disyaratkan yaitu sebesar 12%.

6.4.4 Accouting Rate of Return


Metode Accouting Rate of Return (ARR) sering juga disebut Average Rate of
Return merupakan metode penilaian investasi yang menghitung persentase keuntungan
bersih setelah pajak terhadap investasi yang didanai. Suatu usulan investasi dinyatakan
layak apabila ARR-nya lebih besar dari ARR yang disyaratkan. Metode ini
mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku . Perhitungan metode
ini sederhana dan mudah dipahami tetapi memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Mengabaikan nilai waktu uang.
2. Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi.
3. Menitikberatkan pada data akuntansi sehingga kurang memperhatikan data aliran
kas.
4. Pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang keliru.
Dari contoh 6.2 jika diasumsikan ARR minimum yang disyaratkan sebesar 15%
dan proyek investasi tersebut disusutkan dengan metode garis lurus, maka diperoleh
nilai penyusutan per tahun dari investasi tersebut sebesar Rp.25.000.000. Keuntungan
bersih setelah pajak dari usulan investasi ini dapat dihitung sabagaimana tabel berikut
ini:

80
Tabel 6.3
Perhitungan Keuntungan Bersih Setelah Pajak

Tahun ke 1 2 3 4
Aliran Kas Bersih 30.000.000 50.000.000 50.000.000 60.000.000
Penyusutan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Keuntungan Bersih Setelah
Pajak 5.000.000 25.000.000 25.000.000 35.000.000

Berdasarkan tabel 6.3, maka Accounting Rate of Return dari proyek investasi ini dapat
dihitung sebagai berikut:

Rata − rata EAT


ARR = x 100%
Investasi
(5.000.000 + 25.000.000 + 25.000.000 + 35.000.000)/4
= x 100%
100.000.000
22.500.000
= x 100%
100.000.000
= 22,50%

Dari hasil perhitungan di atas maka usulan investasi ini dinyatakan layak karena
memiliki ARR yang lebih besar dari minimum ARR yang disyaratkan.

6.5 Rangkuman
Capital budgeting adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan tentang pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut
melebihi waktu satu tahun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam capital
budgeting diantaranya adalah alternatif kesempatan investasi, estimasi aliran kas,
pemilihan investasi atas dasar kriteria tertentu, dan penilaian kembali setelah
dilakukannya suatu investasi.
Penganggaran modal dapat diterapkan pada berbagai alternatif investasi jangka
panjang. Ada berbagai cara menggolongkan usulan investasi dan secara umum dapat
digolongkan menjadi 1) Investasi pergantian 2) Investasi penambahan kapasitas 3)
Investasi penambahan jenis produk baru dan 4) Investasi lain-lain. Sementara itu,
apabila ditinjau dari keterkaitan antar investasi, maka usulan investasi dikelompokkan

81
menjadi dua yaitu investasi yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive) dan
investasi yang independen.

6.6 Latihan
1. Suatu usulan investasi senilai Rp 120.000.000 diperkirakan akan memiliki umur
ekonomis selama 4 tahun yang disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai
sisa. Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar 10% dan pajak sebesar 40%,
sedangkan payback maksimum adalah 3 tahun. Investasi ini diharapkan akan
menghasilkan laba sebelum pajak sebagai berikut:

Tahun 1 2 3 4
EBT Rp. 50.000.000,- Rp. 40.000.000,- Rp. 30.000.000,- Rp. 30.000.000,-

Hitunglah Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return dan
Accounting Rate of Return dari usulan investasi ini, serta buatlah rekomendasi
beserta alasannya untuk kedua metode tersebut.
2. Suatu usulan investasi senilai Rp 120.000.000 diperkirakan akan memiliki umur
ekonomis selama 3 tahun yang disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai
sisa. Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar 10% dan pajak sebesar 40%,
sedangkan payback maksimum adalah 3 tahun. Investasi ini diharapkan akan
menghasilkan laba sebelum pajak (EBT) sebagai berikut:

Tahun 1 2 3
EBT Rp. 50.000.000,- Rp. 60.000.000,- Rp. 60.000.000,-

Hitunglah Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return dan
Accounting Rate of Return dari usulan investasi ini, serta buatlah rekomendasi
beserta alasannya untuk kedua metode tersebut.

82
BAB VII
ANALISA LEVERAGE

7.1 Pendahuluan
Konsep leverage banyak digunakan untuk analisis, perencanaan dan
pengendalian keuangan. Leverage adalah penggunaaan aset dan sumber dana oleh
perusahaan yang menimbulkan biaya dan atau beban tetap dengan harapan dapat
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Melalui leverage pada tingkat
tertentu diharapkan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan
sumber dananya sehingga meningkatkan keuntungan pemegang saham. Akan tetapi,
leverage juga dapat meningkatkan variabilitas atau risiko keuntungan. Apabila
perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih kecil daripada biaya tetapnya maka
penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
Ada dua jenis leverage yaitu operating leverage dan financial leverage.
Operating leverage yaitu penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai
dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan akibat penggunaan
aktiva tersebut cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan
financial leverage adalah penggunaan dana yang disertai beban tetap dengan harapan
untuk memperbesar pendapatan per lembar sahamnya atau Earning Per Share (EPS).

7.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari materi leverage ini diharapkan mahasiwa mampu untuk:
▪ Menjelaskan penggolongan konsep leverage beserta manfaatnya.
▪ Menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam operating leverage.
▪ Menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam financial leverage.
▪ Membuat keputusan masing-masing pendekatan.

7.3 Operating Leverage


Operating leverage merupakan penggunaan aktiva yang disertai dengan biaya
tetap. Operating leverage tidak muncul pada perusahaan yang hanya memiliki biaya
variabel saja. Dengan kata lain operating leverage muncul pada perusahaan yang
menggunakan kedua biaya tersebut. Adanya kombinasi kedua biaya ini memungkinkan

83
perusahaan mengalami kerugian pada tingkat volume produksi tertentu karena
penghasilan penjualannya hanya mampu menutupi biaya variabel dan sebagian dari
biaya tetap saja.
Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya variabel merupakan bagian
penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap yang disebut dengan contribution
margin (contribution to fixed cost). Apabila contribution margin lebih besar dari biaya
tetapnya maka penghasilan penjualan akan lebih besar dari biaya totalnya sehingga
perusahaan memperoleh laba. Untuk itu perlu diketahui pada volume penjualan berapa
perusahaan secara tepat dapat menutupi seluruh biaya totalnya. Volume penjualan yang
menghasilkan revenue sama dengan biaya total sehingga perusahaan dalam posisi
impas dinamakan Break Even Point (BEP).
Pendekatan BEP sering digunakan dalam operating leverage. Pendekatan ini
merupakan teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam
analisa BEP yaitu:
a. Biaya dalam perusahaan dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
b. Biaya tetap secara total tidak berubah walaupun volume penjualan/produksi
berubah, sedangkan biaya per unitnya berubah.
c. Biaya variabel secara total berubah secara proporsional mengikuti perubahan
volume penjualan/produksi, sedangkan biaya per unitnya tetap.
d. Harga jual per unit produk tetap selama periode analisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk. Apabila lebih dari satu jenis,
maka perimbangan penjualan antara masing-masing produk (sales mix) haruslah
tetap.
Apabila salah satu dari asumsi tersebut berubah maka akan dihasilkan BEP yang baru.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan BEP yaitu:
a. Menggunakan gambar/grafik.
b. Menggunakan cara coba-coba (trial and error).
c. Menggunakan rumus matematis.
Dalam bab ini hanya dibahas cara yang ketiga yaitu dengan menggunakan rumus
matematis. Perhitungan BEP secara aljabar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu atas
dasar unit dan atas dasar penjualan dalam satuan mata uang tertentu misalnya Rupiah.

84
Perhitungan BEP dalam unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

FC
BEP (Q) =
P − AVC

dimana:
Q = jumlah unit kuntitas produk yang dihasilkan/dijual
FC = total biaya tetap
P = harga jual per unit
AVC = biaya variabel per unit
Sementara itu jika dihitung dalam satuan uang misalnya Rupiah, maka BEP
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

FC
BEP (Rp) =
TVC
1 − TR

dimana:
TVC = biaya variabel total
TR = penghasilan/penjualan total

Contoh 7.1
Sebuah perusahaan bekerja dengan biaya total sebesesar Rp.100.000.000,- dan biaya
variabel per unitnya sebesar Rp 4.000,-. Harga jual produk per unit adalah 9.000,-
dimana kapasitas produksi maksimal yang dimiliki sebesar 30.000 unit, maka BEP
perusahaan ini dapat dihitung sebagai berikut:

FC
BEP (Q) =
P − AVC
100.000.000
=
9.000 − 4000
100.000.000
=
5.000
= 20.000 unit

85
Sementara itu BEP dalam Rupiah dapat dihitung dengan mengalikan jumlah unit pada
posisi BEP (20.000 unit) dengan harga jual per unit (Rp.9.000) dan diperoleh hasil
sebesar Rp.180.000.000,- . BEP dalam Rupiah juga dapat dihitung sebagai berikut:

FC
BEP (Rp) =
TVC
1 − TR
100.000.000
=
120.000.000
1 − 270.000.000

= Rp. 180.000.000

Dari contoh di atas perusahaan akan BEP jika menjual produknya sebesar
20.000 unit atau setara dengan penjualan sebesar Rp.180.000.000,-. Perusahaan akan
memperoleh laba jika nilai penjualannya di atas angka tersebut dan menderita kerugian
jika penjualannya di bawah angka BEP tersebut. Adapun batas maksimum penjualan
adalah 30.000 unit atau setara dengan Rp. 270.000.0000,-.
Angka BEP yang diperoleh dapat bertahan selama asumsi-asumsinya tidak
berubah. Apabila salah satu dari asumsinya berubah maka BEP juga akan berubah.
Sebagai contoh apabila harga jual produk naik menjadi Rp.9.250,- sedangkan faktor
lainnya tetap, maka BEP yang baru dapat dihitung sebagai berikut:

FC
BEP (Q) =
P − AVC
100.000.000
=
9.250 − 4000
100.000.000
=
5.250
= 19.048 unit

Hal ini menunjukkan bahwa jika harga naik sementara faktor lainnya konstan
maka perusahaan lebih cepat mencapai posisi BEP yang berarti juga lebih cepat

86
memperoleh laba. Pada kondisi ini perusahan dapat memperoleh laba jika menjual lebih
dari 19.048 unit. Kondisi sebaliknya tentu terjadi jika harga mengalami penurunan.
Perhitungan BEP juga dapat dilakukan untuk perusahaan yang menghasilkan
lebih dari satu jenis produk. Untuk perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu jenis
produk BEP akan bertahan selama sales mix nya tetap. Sales mix adalah perimbangan
sales revenue antara beberapa jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Contoh 7.2
Sebuah perusahaan menghasilkan dua jenis produk yaitu produk P dan Q dengan data
keuangannya sebagai berikut:
Produk A Produk B Total
Penjualan: Penjualan:
30.000 unit Rp. 45.000.000,- 20.000 unit Rp. 40.000.000,- Rp. 85.000.000,-
FC Rp. 16.000.000,- FC Rp. 14.000.000,- Rp. 30.000.000,-
VC (40%) Rp. 18.000.000,- VC (40%) Rp. 16.000.000,- Rp. 34.000.000,-
TC Rp. 34.000.000,- TC Rp. 30.000.000,- Rp. 64.000.000,-
Laba Operasi Rp. 11.000.000,- Laba Operasi Rp. 10.000.000,- Rp. 21.000.000,-

BEP dari perusahaan ini dapat dihitung sebagai berikut:

FC
BEP Total (Rp) =
TVC
1−
TR
30.000.000
=
34.000.000
1−
85.000.000
= Rp. 50.000.000

Sales mix produk P terhadap Q adalah 1,125 : 1, sehingga:


Sales P = 50.000.000 x (1,125/2,125)
= Rp. 26.470.588,-
Jumlah produk P yang terjual pada posisi BEP = 26.470.588/1500
= 17.647,06 unit
Sales Q = 50.000.000 x (1/2,125)
= Rp. 23.529.412,-

87
Jumlah produk P yang terjual pada posisi BEP = 23.529.412/2.000
= 11.764,71 unit

7.4 Financial Leverage


Financial leverage adalah penggunaan dana yang memiliki beban tetap dengan
harapan memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya
sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Perusahaan akan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial
leverage) jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana dengan beban tetap
tersebut lebih besar dari beban tetap yang harus ditanggung akibat penggunaan dana
tersebut. Sebaliknya unfavorable financial leverage terjadi jika perusahaan tidak
mampu menghasilkan pendapatan akibat penggunaan dana tersebut sebesar beban tetap
yang harus dibayar.
Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan dana perusahaan dapat dipenuhi dari
saham biasa, saham preferen dan obligasi (pinjaman). Perusahaan dapat sepenuhnya
(100%) memenuhi kebutuhan dananya dari saham biasa, atau sebagian dari saham biasa
dan sebagian lagi dari sumber lainnya baik saham preferen maupun obligasi.
Penggunaan saham preferen dan obligasi tentunya mengharuskan perusahaan untuk
menanggung beban tetap dalam bentuk dividen saham preferen dan bunga obligasi.
Oleh karena itu perusahaan seharusnya mengestimasi perimbangan yang tepat dari
berbagai kombinasi alternatif pembelanjaan sehingga menghasilkan efek pendapatan
yang menguntungkan. Dalam hal ini maka perlu diketahui tingkat EBIT (Earning Before
Interest and Tax) yang menghasilkan EPS yang sama besar pada berbagai alternatif
pembelanjaan yang dinamakan dengan Indifference Point atau sering juga disebut
dengan analisa EBIT-EPS.

7.4.1 Indiffreence point antara utang dengan saham biasa


Perhitungan indifference point untuk perusahaan yang sebelumnya belum
memiliki obligasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x (1 − t) (x − c)(1 − t)
=
S1 S2

88
dimana:
x = EBIT pada indifference point
c = bunga obligasi dalam Rupiah
t = tingkat pajak perseroan
S1 = jumlah lembar saham biasa yang beredar jika perusahaan hanya dibelanjai
dengan saham biasa
S2 = jumlah lembar saham biasa yang beredar jika perusahaan dibelanjai dengan
saham biasa dan obligasi secara bersama-sama

Contoh 7.2
Hitunglah indifference point untuk alternatif pembelanjaan berikut ini jika diketahui
tingkat pajak perseroan sebesar 40% :
Keterangan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Saham biasa (Rp 100/lembar) 100% 70% 30%
Utang (bunga 8%) 0% 30% 70%
Jumlah dana yang dibutuhkan: Rp. 60.000.000,- Rp. 60.000.000,- Rp. 60.000.000,-
• Saham biasa Rp. 60.000.000,- Rp. 42.000.000,- Rp. 18.000.000,-
• Utang 0,- Rp. 18.000.000,- Rp. 42.000.000,-
Jumlah lembar saham 600.000 lembar 420.000 lembar 180.000 lembar

Dari data di atas maka indifference point dapat dihitung antara alternatif 1 dan 2 atau
antara alternatif 1 dan 3, sedangkan antara alternatif 2 dan 3 indifference point tidak
dapat dihitung karena dalam perhitungannya harus ada salah satu alternatif yang
dibelanjai dengan saham biasa 100%. Perhitungan indifference point antara alternatif 1
dan 2 dapat dihitung sebagai berikut:

x (1 − t) (x − c)(1 − t)
=
S1 S2
x (1 − 0,4) (x − 1.440.000)(1 − 0,4)
=
600.000 420.000
0,6 x 0,6x − 864.000
=
600.000 420.000
252.000x = 360.000x − 518.400.000.000
−108.000x = −518.400.000.000
x = 4.800.000

89
Sementara itu indifference point antara alternatif 1 dan 3 dapat dihitung sebagai berikut:
x (1 − t) (x − c)(1 − t)
=
S1 S2
x (1 − 0,4) (x − 3.360.000)(1 − 0,4)
=
600.000 180.000
0,6 x 0,6x − 2.016.000
=
600.000 180.000
108.000x = 360.000x − 1.209.600.000.000
−252.000x = −1.209.600.000.000
x = 4.800.000

Kedua perhitungan di atas menghasilkan EBIT yang sama pada indifference point yaitu
sebesar Rp. 4.800.000,-. Secara teori pada tingkat EBIT sesuai hasil perhitungan ini
akan diperoleh EPS yang sama besar untuk setiap alternatif pembelanjaan. Untuk
memastikan teori ini maka dapat dilakukan pembuktian sebagai berikut:

Keterangan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3


EBIT 4.800.000,- 4.800.000,- 4.800.000,-
Bunga obligasi 0,- 1.440.000,- 3.360.000,-
EBT 4.800.000,- 3.360.000,- 1.440.000,-
Pajak perseroan (T) 1.920.000,- 1.344.000,- 576.000,-
EAT 2.880.000,- 2.880.000,- 864.000,-
EPS 4,80,- 4,80,- 4,80,-

Rumus di atas hanya digunakan untuk perusahaan yang sebelumnya tidak


menggunakan utang. Apabila perusahaan sebelumnya telah memiliki utang dan akan
mendanai perusahaannya dengan utang yang baru, maka rumus indifference point dapat
dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

(x − c1) (1 − t) (x − c2)(1 − t)
=
S1 S2
dimana:
x = EBIT pada indifference point.
c1 = bunga dalam Rupiah dari pinjaman yang telah ada (lama).
c2 = bunga dalam Rupiah dari pinjaman yang telah ada dan pinjaman baru.

90
t = tingkat pajak perseroan.
S1 = jumlah lembar saham biasa yang beredar jika tamabahan dana perusahaan hanya
dibelanjai dengan saham biasa baru.
S2 = jumlah lembar saham biasa yang beredar jika tamabahan dana perusahaan
dibelanjai dengan hanya pinjaman baru atau pinjaman baru bersama-sama saham
biasa baru.

Contoh 7.3
Suatu perusahaan dengan modal sebesar Rp.60.000.000,- yang terdiri dari saham
biasa sebesar Rp.42.000.000,- (420.000 lembar) dan obligasi dengan bunga 8%
sebanyak Rp.18.000.000,- . Perusahaan ini berencana untuk melakukan ekspansi yang
membutuhkan dana sebesar Rp.20.000.000,-. Tambahan dana ini dapat dipenuhi dengan
memilih salah satu alternatif yaitu mengadakan emisi saham biasa baru dengan nominal
yang sama atau menerbitkan obligasi dengan bunga 9% per tahun dimana tingkat pajak
perseroan sebesar 40%. Berdasarkan data ini maka indifference point-nya dapat dihitung
sebagai berikut:

(x − c1) (1 − t) (x − c2)(1 − t)
=
S1 S2
(x − 1.440.000) (1 − 0.4) (x − 3.240.000)(1 − 0,4)
=
620.000 420.000
0,6x − 864.000 0,6x − 1.944.000
=
620.000 420.000
252.000 x − 362.880.000.000 = 372.000 x − 1.205.280.000.000
−120.000 x = −842.400.000.000
x = 7.020.000

Pembuktiannya dapat dilakukan sebagai berikut:


Keterangan Alternatif 1 Alternatif 2
EBIT 7.020.000,- 7.020.000,-
Bunga obligasi 1.440.000,- 3.240.000,-
EBT 5.580.000,- 3.780.000,-
Pajak perseroan (T) 2.232.000,- 1.512.000,-
EAT 3.348.000,- 2.268.000,-
EPS 5,40,- 5,40,-

91
7.4.2 Indiffreence point antara saham preferen dengan saham biasa
Perhitungan indifference point saham preferen-saham biasa sedikit berbeda
dengan utang-saham biasa karena pada saham preferen perlu dilakukan penyesuaian
(adjustment). Penyesuaian dilakukan karena dividen saham preferen dihitung dari EAT
sehingga perlu dikonversi atas dasar sebelum pajak agar setara dengan EBIT yang
posisinya sebelum pajak. Penyesuaian dividen saham preferen sebelum pajak dapat
1
dilakukan dengan menggunakan rumus = Dp ( ), dimana Dp adalah dividen saham
1−t

preferen setelah pajak dan t adalah tingkat pajak.

Contoh 7.4
Hitunglah indifference point untuk alternatif pembelanjaan berikut ini jika diketahui
tingkat pajak perseroan sebesar 40% :
Keterangan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Saham biasa (Rp 100/lembar) 100% 70% 30%
Saham preferen (dividen 8%) 0% 30% 70%
Jumlah dana yang dibutuhkan: Rp. 60.000.000,- Rp. 60.000.000,- Rp. 60.000.000,-
• Saham biasa Rp. 60.000.000,- Rp. 42.000.000,- Rp. 18.000.000,-
• Saham preferen 0,- Rp. 18.000.000,- Rp. 42.000.000,-
Jumlah lembar saham 600.000 lembar 420.000 lembar 180.000 lembar

Perhitungan indifference point antara alternatif 1 dan 2 dapat dihitung dengan terlebih
dahulu menyesuaikan dividen saham preferen alternatif 2 atas dasar sebelum pajak
dengan cara sebagai berikut:
1
Dp sebelum pajak = Dp ( )
1−t
1
= (8% x 18.000.000) ( )
1 − 0,4
1
= 1.440.000 ( )
0,6
= 2.400.000

Selanjutnya dapat dihitung indifference point sebagai berikut:

x (1 − t) (x − Dp)(1 − t)
=
S1 S2

92
x (1 − 0,4) (x − 2.400.000)(1 − 0,4)
=
600.000 420.000
0,6 x 0,6x − 1.440.000
=
600.000 420.000
252.000x = 360.000x − 864.000.000.000
−108.000x = −864.000.000.000
x = 8.000.000

Sementara itu indifference point antara alternatif 1 dan 3 dapat dihitung sebagai berikut:
1
Dp sebelum pajak = Dp ( )
1−t
1
= (8% x 42.000.000) ( )
1 − 0,4
1
= 3.360.000 ( )
0,6
= 5.600.000

x (1 − t) (x − Dp)(1 − t)
=
S1 S2
x (1 − 0,4) (x − 5.600.000)(1 − 0,4)
=
600.000 180.000
0,6 x 0,6x − 3.360.000
=
600.000 180.000
108.000x = 360.000x − 2.016.000.000.000

−252.000x = −2.016.000.000.000
x = 8.000.000

Kedua perhitungan di atas menghasilkan EBIT yang sama pada indifference point yaitu
sebesar Rp. 8.000.000,-. Pada EBIT sebesar Rp.8.000.000,- akan diperoleh EPS yang
sama besar untuk setiap alternatif pembelanjaan, pembuktiannya dapat dilakukan
sebagai berikut:

93
Keterangan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
EBIT 8.000.000,- 8.000.000,- 8.000.000,-
Bunga obligasi 0,- 0,- 0,-
EBT 8.000.000,- 8.000.000,- 8.000.000,-
Pajak perseroan (T) 3.200.000,- 3.200.000,- 3.200.000,-
EAT 4.800.000,- 4.800.000,- 4.800.000,-
Dp 0,- 1.440.000,- 3.360.000,-
Dana yang tersedia bagi pemegang saham biasa 4.800.000,- 3.360.000,- 1.440.000,-
EPS 8,00,- 8,00,- 8,00,-

7.5 Rangkuman
Leverage adalah penggunaaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang
menimbulkan biaya dan atau beban tetap dengan harapan dapat meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham. Ada dua jenis leverage yaitu operating leverage
dan financial leverage.
Operating leverage yaitu penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang
disertai dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan akibat
penggunaan aktiva tersebut cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel.
Pendekatan yang sering digunakan dalam operating leverage adalah analisa BEP.
Financial leverage adalah penggunaan dana yang disertai beban tetap dengan
harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar sahamnya atau Earning Per Share .
Dalam financial leverage perlu diketahui tingkat EBIT yang menghasilkan EPS yang
sama besar pada berbagai alternatif pembelanjaan yang dinamakan dengan Indifference
Point atau sering juga disebut dengan analisa EBIT-EPS.

7.6 Latihan
1. Suatu perusahaan menghasilkan dua jenis produk yaitu A dan B dengan data sbb:
Keterangan Produk A Produk B Total
(Rp) (Rp) (Rp)
Sales 400,000 400,000 800,000
FC 80,000 160,000 240,000
VC (60%) 240,000 (40%) 160,000 400,000
TC 320,000 320,000 640,000
Laba Operasi 80,000 80,000 160,000
Jumlah Unit 20,000 Unit 8.000 Unit

94
Berdasarkan data tersebut berapa jumlah masing-masing produk yang harus
diproduksi/dijual oleh perusahaan dalam posisi BEP.
2. Suatu perusahaan menghasilkan tiga jenis produk yaitu A, B dan C dengan data sbb:

Keterangan Produk A Produk B Produk C Total


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Sales 1,000,000 2,000,000 3,000,000 6,000,000
FC 400,000 600,000 800,000 1,800,000
VC (50%) 500,000 1,000,000 1,500,000 3,000,000
TC 900,000 1,600,000 2,300,000 4,800,000
Laba Operasi 100,000 400,000 700,000 1,200,000
Harga jual/unit 400 500 600

Berdasarkan data tersebut berapa jumlah masing-masing produk yang harus


diproduksi/dijual oleh perusahaan dalam posisi BEP, dan buktikan.
3. Hitunglah indifferent point dan buktikan untuk alternatif pembelanjaan berikut ini:
Alternatif I Alternatif II
Saham Biasa 60% Saham Biasa 100%
Utang 40%
• Jumlah dana yang dibutuhkan Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
• Saham biasa Rp. 3.600.000 Rp. 6.000.000
• Jumlah lembar saham biasa 18.000 lbr 30.000 lbr
(Rp.200/lembar)
• Obligasi (Bunga 6%) Rp. 2.400.000 -

95
BAB VIII
MANAJEMEN MODAL KERJA

8.1 Pendahuluan
Modal kerja dibutuhkan oleh perusahaan untuk membelanjai operasionalnya
sehari-hari. Modal kerja yang dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali masuk dalam
perusahaan dalam waktu yang relatif pendek melalui hasil penjualan. Aliran kas masuk
tersebut akan digunakan kembali untuk membiayai operasional selanjutnya sehingga
dana ini akan terus-menerus berputar setiap periode selama kelangsungan hidup
perusahaan.
Investasi modal kerja biasanya berputar kurang dari satu periode normal operasi.
Aliran kas dalam siklus operasi perusahaan yang terdiri dari pengadaan bahan, proses
produksi dan penjualan sering tidak sinkron. Dalam hal ini sering terjadi pengeluaran
kas untuk pengadaan bahan dilakukan jauh hari sebelum penerimaan kas yang diperoleh
dari penjualan. Di samping itu penjualan dan biaya yang harus dikeluarkan sering tidak
pasti. Oleh karena manajemen modal kerja yang efektif sangat dibutuhkan agar
perusahaan dapat beoperasi secara berkesinambungan.

8.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari materi manajemen modal kerja ini diharapkan mahasiwa
mampu untuk:
▪ Menjelaskan pengertian modal kerja.
▪ Menjelaskan jenis modal kerja.
▪ Menghitung kebutuhan modal kerja perusahaan.

8.3 Pengertian Modal Kerja


Modal kerja (working capital) secara umum dapat diartikan dalam tiga konsep
yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional. Secara kuantitatif
modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang ada di dalam suatu perusahaan.
Konsep ini dikenal dengan modal kerja bruto (gross working capital). Sedangkan modal
kerja dalam konsep kualitatif adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar
dan konsep ini juga dikenal dengan modal kerja neto (net working capital). Selanjutnya

96
dalam konsep fungsional yang dikatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan current income dimana current income yang dihasilkan
sesuai dengan tujuan utama didirikannya perusahaan.
Konsep fungsional lebih menekankan pada fungsi dari aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan pendapatan (income). Pada dasarnya dana yang ditanamkan dalam
perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Akan tetapi, ada sebagian
dana dalam satu periode akuntansi yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan
untuk periode tersebut atau disebut current income. Ada pula dana yang tidak
seluruhnya digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut tetapi
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode berikutnya atau
disebut future income.
Sebagian dana yang digunakan untuk menghasilkan current income tetapi tidak
sesuai dengan tujuan utama didirikannya perusahaan, maka dana ini digolongkan ke
dalam modal kerja potensial. Sebagai contoh perusahaan dagang yang kegiatan
utamanya jual-beli alat tulis, sementara perusahaan ini menanamkan sebagian dananya
pada efek yang likuid dengan tujuan memperoleh laba maka dana yang ditanamkan
dalam efek tersebut tidak digolongkan dalam modal kerja tetapi dianggap sebagai modal
kerja potensial dengan alasan bahwa dana tersebut dapat dengan mudah diuangkan dan
dana ini dapat diinvestasikan kembali ke dalam alat tulis sesuai core bisnis perusahaan.
Kas dan persediaan merupakan modal kerja dalam konsep fungsional. Piutang
sebagian merupakan modal kerja yaitu sebesar biaya untuk menghasilkan piutang
tersebut sedangkan bagian lainnya yang menjadi keuntungan merupakan modal kerja
potensial. Dalam konsep ini aktiva tetap berupa depresiasi pada periode akuntansi
tesebut juga dianggap modal kerja karena depresiasi juga memiliki kontribusi untuk
menghasilkan current income. Sementara itu, sisa aktiva tetap yang tidak termasuk
depresiasi pada periode tersebut bukan modal kerja.

8.4 Jenis-jenis Modal Kerja


Menurut Taylor modal kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Modal kerja permanen, yaitu modal kerja yang harus ada di dalam perusahaan agar
dapat menjalankan fungsinya secara berkesinambungan. Modal kerja ini dibedakan
atas dua yaitu:

97
a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada agar
kontinuitas usaha terjamin.
b. Modal kerja normal, yaitu modal kerja untuk menjalankan produksi yang normal
(dalam arti yang dinamis).
2. Modal kerja variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
perubahan keadaan tertentu. Modal kerja ini dibedakan menjadi:
a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlah berubah-ubah karena
fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena
fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena
keadaan darurat (emergency) seperti bencana alam, mogok buruh dan
sebagainya.

8.5 Kebutuhan Modal Kerja


Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan secara umum dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu:
1. Periode perputaran atau terikatnya modal kerja.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode perputaran modal kerja dimulai saat kas diinvestasikan dalam setiap
komponen modal kerja hingga setiap komponen tersebut berubah kembali menjadi kas.
Semakin singkat periode tersebut, maka semakin cepat/tinggi perputarannya (turnover-
nya). Sementara pengeluaran kas rata-rata setiap hari merupakan uang kas yang harus
disediakan oleh perusahaan agar produksi dapat berjalan secara terus-menerus. Untuk
memudahkan pemahaman ini maka berikut ini disajikan contoh soal tentang
perhitungan kebutuhan modal kerja.

Contoh 8.1
Sebuah perusahaan berencana memproduksi dan menjual produk A setiap harinya
sebanyak 5.000 unit. Data yang berhubungan dengan produksi adalah sebagai berikut:
a. Hari kerja dalam sebulan adalah 25 hari.
b. Proses produksi membutuhkan waktu selama 3 hari.

98
c. Biaya produksi per unit produk adalah sebagai berikut:
• 5 kg bahan x dengan harga Rp. 400/kg
• 4 kg bahan y dengan harga Rp. 600/kg
• Upah tenaga kerja langsung dengan harga Rp. 1.000/unit
• Biaya overhead pabrik seharga Rp. 20.000.000,-/bulan
• Biaya administrasi dan pemasaran seharga Rp. 25.000.000,-/bulan
d. Bahan x dibeli secara kredit dengan jangka waktu 2 hari, dimana bahan ini harus
disimpan terlebih dahulu di gudang selama 3 hari sebelum digunakan dalam proses
produksi.
e. Bahan y dibeli dengan menyerahkan uang di muka selama 5 hari dan bahan yang
telah tiba dapat langsung diproses.
f. Penjualan barang A dilakukan secara kredit dengan jangka waktu pembayaran
selama 5 hari.
g. Persediaan kas minimum (safety cash) ditetapkan sebasar Rp.3.000.000,-
Berdasarkan data di atas maka kebutuhan modal kerja perusahaan ini dapat dihitung
sebagai berikut:

Kebutuhan uang kas/hari untuk:


• Bahan x : 5 x 400 x 5.000 = Rp. 10.000.000,-
• Bahan y : 4 x 600 x 5.000 = Rp. 12.000.000,-
• Upah langsung : 1.000 x 5.000 = Rp. 5.000.000,-
• Biaya overhead : 20.000.000/25 = Rp. 800.000,-
• Biaya administrasi dan pemasaran : 25.000.000/25 = Rp 1.000.000,-

Periode perputaran:
• Bahan x:
Pembelian kredit : (2) hari
Bahan disimpan : 3 hari
Proses produksi : 3 hari
Penjualan kredit : 5 hari
Lamanya perputaran bahan x : 9 hari
• Bahan y:
Persekot : 5 hari
Proses produksi : 3 hari
Penjualan kredit : 5 hari

99
Lamanya perputaran bahan x : 13 hari
• Upah langsung, biaya overhead, biaya administrasi dan pemasaran
Proses produksi : 3 hari
Penjualan kredit : 5 hari
Lamanya perputaran bahan x : 8 hari

Kebutuhan modal kerja:


• Bahan x : 9 x 10.000.000 = Rp. 90.000.000,-
• Bahan y : 13 x 12.000.000 = Rp. 156.000.000,-
• Upah langsung : 8 x 5.000.000 = Rp. 40.000.000,-
• Biaya overhead : 8x 800.000 = Rp. 6.400.000,-
• Biaya adm dan pemasaran : 8 x 1.000.000 = Rp. 8.000.000,-
• Safety cash = Rp. 3.000.000,-
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan Rp.303.400.000,-

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tersebut adalah sebesar


Rp.303.400.000,- agar perusahaan dapat beroperasi secara berkesinambungan.

8.6 Rangkuman
Modal kerja dibutuhkan oleh perusahaan untuk membelanjai operasionalnya
sehari-hari. Modal kerja (working capital) secara umum dapat diartikan dalam tiga
konsep yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional. Menurut
Taylor modal kerja dapat diklasifikasikan atas dua, yaitu 1) Modal kerja permanen,
yang dibedakan atas dua yaitu modal kerja primer dan modal kerja normal, 2) Modal
kerja variabel, yang dibedakan menjadi modal kerja musiman, modal kerja siklis, dan
modal kerja darurat
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan secara umum dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu periode perputaran atau terikatnya modal kerja dan pengeluaran kas rata-
rata setiap harinya.

8.7 Latihan
1. Sebuah perusahaan berencana memproduksi dan menjual produk B setiap harinya
sebanyak 7.000 unit. Data yang berhubungan dengan produksi adalah sebagai
berikut:
a. Hari kerja dalam sebulan adalah 25 hari.
b. Proses produksi membutuhkan waktu selama 3 hari.
c. Biaya produksi per unit produk adalah sebagai berikut:

100
• 3 kg bahan x dengan harga Rp. 700/kg
• 4 kg bahan y dengan harga Rp. 800/kg
• Upah tenaga kerja langsung dengan harga Rp. 1.200/unit
• Biaya overhead pabrik seharga Rp. 20.000.000,-/bulan
• Biaya administrasi dan pemasaran seharga Rp. 25.000.000,-/bulan
d. Bahan x dibeli secara tunai, dimana bahan ini harus disimpan terlebih dahulu di
gudang selama 3 hari sebelum digunakan dalam proses produksi.
e. Bahan y dibeli dengan menyerahkan uang di muka selama 5 hari dan bahan yang
telah tiba dapat langsung diproses.
f. Penjualan barang B dilakukan secara kredit dengan jangka waktu pembayaran
selama 5 hari.
g. Persediaan kas minimum (safety cash) ditetapkan sebasar Rp.3.000.000,-
Hitung modal kerja perusahaan ini agar dapat beroperasi secara berkesinambungan.
2. Sebuah perusahaan berencana memproduksi dan menjual produk C setiap harinya
sebanyak 7.000 unit. Data yang berhubungan dengan produksi adalah sebagai
berikut:
a. Hari kerja dalam sebulan adalah 25 hari.
b. Proses produksi membutuhkan waktu selama 4 hari.
c. Biaya produksi per unit produk adalah sebagai berikut:
• 3 kg bahan x dengan harga Rp. 700/kg
• 2 kg bahan y dengan harga Rp. 900/kg
• Upah tenaga kerja langsung dengan harga Rp. 1.200/unit
• Biaya overhead pabrik seharga Rp. 20.000.000,-/bulan
• Biaya administrasi dan pemasaran seharga Rp. 25.000.000,-/bulan
d. Bahan x dibeli secara tunai, dan bahan yang telah tiba dapat langsung diproses.
e. Bahan y dibeli dengan menyerahkan uang di muka selama 5 hari dan bahan yang
telah tiba dapat langsung diproses.
f. Penjualan barang C dilakukan secara kredit dengan jangka waktu pembayaran
selama 5 hari.
g. Persediaan kas minimum (safety cash) ditetapkan sebasar Rp.3.000.000,-
Hitung modal kerja perusahaan ini agar dapat beroperasi secara berkesinambungan.

101
BAB IX
KEBIJAKAN DIVIDEN

9.1 Pendahuluan
Keputusan dividen pada prinsipnya merupakan upaya untuk menentukan jumlah
bagian dari laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian
keuntungan yang akan ditahan di dalam perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang berarti
mengurangi sumber dana internal. Sebaliknya apabila memilih untuk menahan laba
yang diperoleh, maka kemampuan dana internal akan semakin besar, tetapi pemegang
saham tidak dapat menikmati investasinya secara nyata pada periode tersebut. Oleh
karena itu kebijakan dividen harus dianalisa dengan baik dalam kaitannya dengan
keputusan pembelanjaan. Dalam hal ini perusahaan harus menentukan rasio pembagian
dividen yang dapat meningkatkan nilai saham perusahaan.

9.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari materi kebijakan dividen ini diharapkan mahasiwa mampu
untuk:
▪ Menjelaskan pengertian kebijakan dividen.
▪ Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
▪ Menjelaskan jenis kebijakan dividen.

9.3 Pengertian Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen merupakan penentuan pembagian pendapatan antara
pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dengan
pendapatan yang harus ditahan di dalam perusahaan sebagai laba ditahan. Oleh karena
itu, pembahasan tentang kebijakan dividen akan selalu terkait dengan laba ditahan yang
merupakan sumber dana internal perusahaan. Laba ditahan (retained earning)
merupakan salah satu sumber dana penting bagi pertumbuhan perusahaan, sedangkan
dividen merupakan aliran kas keluar yang dibayarkan kepada pemegang saham dan
merupakan hak pemegang saham.

102
Kedua tujuan tersebut selalu saling bertentangan. Di satu sisi perusahaan
tentunya menginginkan adanya pertumbuhan perusahaan melalui sumber dana internal,
tetapi di sisi lain perusahaan juga semestinya membayarkan dividen kepada pemegang
saham sebagai andil mereka dalam mendanai perusahaan. Semakin tinggi dividen yang
dibayarkan, maka semakin sedikit laba ditahan sehingga dapat menghambat
pertumbuhan pendapatan dan harga saham. Persentase dari pendapatan yang akan
dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham dinamakan dengan dividend
payout ratio.
Manajer keuangan harus berusaha untuk mengalisa perimbangan yang tepat dari
kedua kepentingan di atas agar keputusan yang diambil tidak mengabaikan salah satu
dari kedua kepentingan tersebut. Sehubungan dengan hal ini maka ada beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan dividen yaitu:
1. Posisi likuiditas perusahaan.
Oleh karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin tinggi
posisi likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Perusahaan yang sedang berkembang dan profitabel
kemungkinan akan kesulitan likuiditas karena sebagian besar dananya terikat pada
aktiva tetap dan modal kerja permanen.
2. Kebutuhan dana untuk membayar pinjaman.
Pelunasan utang perusahaan yang jatuh tempo dapat dilakukan dengan cara
mengganti utang tersebut dengan utang baru atau menggunakan dana yang berasal
dari internal perusahaan. Apabila perusahaan memilih alternatif kedua, maka
perusahaan harus menahan sebagian besar dari laba yang dihasilkannya untuk
membayar utang sehingga porsi yang dibagikan sebagai dividen akan menjadi relatif
lebih kecil.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka kebutuhan dana untuk
membiayai pertumbuhan tersebut akan semakin besar sehingga kemungkinan besar
perusahaan akan menahan sebagian besar labanya sehingga porsi untuk dividen akan
semakin kecil. Sebaliknya jika perusahaan telah berada pada posisi well establish
maka kebutuhan dana akan semakin mudah diperoleh dari pasar modal dan sumber

103
ekstern lainnya sehingga kemungkinan dividen yang akan dibagikan juga semakin
besar.
4. Pengawasan terhadap perusahaan
Apabila perusahaan ingin mempertahankan posisi kontrol/pengawasan yang kuat di
dalam perusahaan maka pembelanjaan untuk ekspansi akan lebih banyak
menggunakan sumber dana internal sehingga porsi laba yang dibagikan sebagai
dividen akan relatif kecil.

9.4 Jenis-jenis Kebijakan Dividen


Ada berbagai cara penggolongan kebijakan dividen dimana secara umum
kebijakan dividen yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan dividen yang stabil.
2. Kebijakan dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.
3. Kebijakan dividen dengan dividend payout ratio yang konstan.
4. Kebijakan dividen fleksibel.
Kebijakan dividen stabil mengandung arti bahwa perusahaan membayarkan
dividen per lembar saham dalam jumlah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham mengalami fluktuasi. Dividen yang tetap ini
biasanya dipertahankan selama beberapa periode hingga adanya kenaikan pendapatan
yang relatif permanen pada periode-periode berikutnya barulah perusahaan
meningkatkan dividen per lembar sahamnya. Dalam hal ini dividen yang telah
dinaikkan biasanya dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
Perusahaan yang menganut kebijakan dividen stabil pada dasarnya memiliki dua
alasan utama. Pertama, memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang dimana meskipun pendapatan
perusahaan berkurang tetapi perusahaan tidak mengurangi dividen yang dibayarkan.
Kedua, banyak di antara pemegang saham yang mengandalkan penghasilannya dari
sumber dividen sehingga mereka lebih tertarik pada kebijakan dividen yang stabil.
Pada kebijakan dividen jenis kedua perusahaan menetapkan jumlah dividen
minimal yang akan dibayarkan pada setiap tahun. Apabila kondisi keuangan perusahaan
membaik perusahaan akan membayar jumlah minimal tersebut plus dividen ekstra.

104
Sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan memburuk maka perusahaan hanya
membayar sejumlah dividen minimal saja.
Dalam kebijakan dividen yang ketiga perusahaan menetapkan dividend payout
ratio dalam persentase yang konstan sehingga nilai Rupiah dari dividen yang diterima
akan berfluktuasi sesuai dengan laba bersih yang dihasilkan perusahaan setiap tahunnya.
Apabila laba meningkat maka jumlah nominal dividen yang akan diterima juga akan
meningkat. Sebaliknya jika laba perusahaan turun, maka nominal dividen yang akan
diterima juga ikut turun.
Kebijakan dividen yang keempat bersifat fleksibel, yang berarti besarnya
dividen yang akan diterima setiap tahun disesuaikan dengan kondisi keuangan
perusahaan serta kebijakan perusahaan tersebut yang terkait dengan hal ini.

9.5 Penggolongan Dividen


Dividen dihitung mengacu pada periode satu tahun buku dan biasanya berkaitan
erat dengan pendapatan bersih perusahaan. Dalam kaitannya dengan tahun buku, maka
dividen dibagi menjadi dua yaitu:
1. Dividen interim, yaitu dividen yang dibayarkan perusahaan diantara satu tahun buku
dengan tahun buku berikutnya. Dividen ini dapat dibayarkan beberapa kali dalam
setahun dengan tujuan memacu kinerja saham di bursa.
2. Dividen final, yaitu dividen hasil pertimbangan tahun buku sebelumnya yang
dibayarkan pada tahun setelahnya.
Sementara itu, berdasarkan bentuk yang dibayarkan maka dividen dapat
dibedakan atas dua pula yaitu:
1. Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang
tunai.
2. Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham
dengan proporsi tertentu.
Ada beberapa alasan pemberian stock dividend oleh perusahaan, antara lain
adalah:
1. Perusahaan ingin menahan kas yang lebih banyak di dalam perusahaan untuk
membelanjai usahanya selama masih ada peluang untuk investasi yang
menguntungkan.

105
2. Alat untuk mengganti dividen tunai karena menghadapi kesukaran finansial
3. Mempertahankan harga pasar saham dalam rentang yang dikehendaki. Perusahaan
biasanya tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi karena tidak menarik
bagi investor kecil.
Pemberian stock dividend tidak merubah jumlah modal sendiri perusahaan tetapi
merubah struktur modalnya. Stock dividend merupakan kapitalisasi dari sebagian laba
ditahan sehingga jumlah laba ditahan berkurang sebesar laba yang dikapitalisir. Dalam
hal ini tidak terjadi aliran kas masuk maupun keluar, yang ada hanyalah perpindahan
akun laba ditahan ke akun modal disetor penuh. Oleh karena itu, maka perusahaan
berhak menerbitkan saham baru sesuai dengan nilai kapitalisasi. Jumlah saham baru
yang diterbitkan tentunya sebesar nilai kapitalisasi dibagi dengan harga pasar saham
pada saat terjadinya deklarasi dividen.

Contoh 9.1
Sebuah perusahaan sebelum stock dividen memiliki struktur modal sendiri sebagai
berikut:
Saham biasa (nominal Rp. 1.000 sebanyak 20.000 lembar) Rp. 20.000.000,-
Agio saham 6.000.000,
Laba ditahan 8.000.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

Perusahaan memberikan stock dividend sebesar 8% dimana harga pasar pada saat
deklarasi dividen adalah Rp. 1.700,-.Akibat aksi ini maka struktur modal perusahaan
akan berubah menjadi sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp. 1.000 sebanyak 21.600 lembar) Rp. 21.600.000,-
Agio saham 7.120.000,
Laba ditahan 5.280.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

9.6 Jadwal Dividen


Emiten (perusahaan) yang telah go public akan selalu mengumumkan secara
resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen, baik dividen tunai maupun dividen
saham. Tanggal yang perlu diketahui adalah sebagai beikut:
1. Tanggal pengumuman (declaration date), yaitu tanggal resmi pengumuman oleh
emiten tentang bentuk, besarnya dan jadwal pembayaran akan dilakukan.

106
2. Tanggal cum dividen (cum dividend date), yaitu hari terakhir perdagangan saham
yang masih melekat hak mendapatkan dividen.
3. Tanggal ex dividen (ex dividend date), yaitu tanggal perdagangan saham yang tidak
melekat lagi hak untuk memperoleh dividen.
4. Tanggal pencatatan pada daftar pemegang saham (date of record), tanggal investor
terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik tersebut.
5. Tanggal pembayaran (payment date), yaitu tanggal dividen dibayarkan.

9.7 Rangkuman
Kebijakan dividen merupakan penentuan pembagian pendapatan antara
pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dengan
pendapatan yang harus ditahan di dalam perusahaan sebagai laba ditahan. Persentase
dari pendapatan yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham
dinamakan dengan dividend payout ratio. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam kebijakan dividen yaitu: 1) Posisi likuiditas perusahaan,
2) Kebutuhan dana untuk membayar pinjaman, 3) Tingkat pertumbuhan perusahaan,
dan 4) Pengawasan terhadap perusahaan.
Secara umum kebijakan dividen yang dapat dilakukan oleh perusahaan terdiri
dari kebijakan dividen yang stabil, kebijakan dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu, kebijakan dividen dengan dividend payout ratio yang konstan serta kebijakan
dividen fleksibel. Dalam kaitannya dengan tahun buku, dividen dibagi menjadi dua
yaitu: dividen interim dan dividen final. Sedangkan berdasarkan bentuk yang
dibayarkan dividen dapat dibedakan atas dua pula yaitu dividen tunai (cash dividend)
dan dividen saham (stock dividend).

9.8 Latihan
1. Sebuah perusahaan sebelum stock dividen memliki struktur modal sendiri sebagai
berikut:
Saham biasa (nominal Rp. 2.000 sebanyak 10.000 lembar) Rp. 20.000.000,-
Agio saham 6.000.000,
Laba ditahan 8.000.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

107
Perusahaan memberikan stock dividend sebesar 10% dimana harga pasar pada saat
deklarasi dividen adalah Rp. 1.700,-.Akibat aksi ini maka tentukanlah struktur
modal perusahaan.
2. Berdasarkan soal No.1 tentukanlah struktur modal perusahaan jika harga pasar
saham setelah deklarasi dividen adalah Rp. 2.500,-.
3. Berdasarkan soal No.1 tentukanlah struktur modal perusahaan jika harga pasar
saham setelah deklarasi dividen adalah Rp. 2.500,- dan stock dividend sebesar 12%.

108
DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta:
Mediasoft Indonesia.

Asri, Marwan dan Anton N. Heveadi, 1999. Price Earning Ratio (PER) Model
Consistency: Evidence From Jakarta Stock Exchange. Gajah Mada
International Journal of Business, Vol.1 No.2, p.85-97.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2004. Fundamental of Financial


Management. Tenth Edition. Ohio : Thomson South-Western.

Block, Stanley B. and Geoffrey A. Hirt. 2000. Foundation of Financial Management.


Ninth Edition. New York : Mc Graw-Hill Higher Education.

Horne, James C. Van, 2002. Finacial Management Policy, Twelfth Edition, New
Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Husnan, Suad, 2001, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga,
Yokyakarta: UPP AMP YKPN.

Jogiyanto H.M., 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua,
Yokyakarta: BPFE-UGM.

Jones, Charles P, 2004, Investmen: Analysis and Management, Fifth Edition, New
York: John Wiley & Sons, Inc.

Keown, Arthur J.; J.D. Martin; J.W. Petty, dan D.F. Scott Jr., 2008, Manajemen
Keuangan, Terjemahan M.P. Widodo, Edisi Kesepuluh, Jakarta: PT Indeks.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,


Yokyakarta : BPFE-UGM.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat,
Yokyakarta : BPFE-UGM.

Sharpe, William F.; Gordon J. Alexander and Jeffrey V. Bailey, 2006, Investasi.
Terjemahan Krishna Kamil, Edisi Keenam, Jakarta: PT Indeks.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi


Pertama, Yokyakarta: BPFE-UGM.

109
TAKARIR

Anuitas
Serangkaian pembayaran atau penerimaan dalam jumlah yang sama selama
jangka waktu tertentu

Capital Assets Pricing Model (CAPM)


Suatu teori penetapan harga aktiva yang tingkat pengembalian dari aliran aktiva
atau surat berhargabtersebut adalah sebesar tingkat bunga bebas risiko ditambah
dengan faktor penyesuaian sebesar risiko premium dikalikan dengan risiko
sistematik aktiva itu (yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi)

Capital Gains
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva modal atau selisih positif dari
harga jual surat berharga dari harga belinya

Capital Losses
Kerugian yang diperoleh dari penjualan aktiva modal atau selisih negatif dari
harga jual surat berharga dari harga belinya

Compound Interest
Suku bunga yang dapat dipakai jika bunga pada periode waktu berturut-turut
dihitung tidak hanya terhadap pokok semula tetapi terhadap akumulasi periode
sebelumnya.

Contribution Margin
Selisih harga jual per unit dengan biaya variabel per unit

Debenture
Suatu instrumen utang jangka panjang yang tidak dijamin dengan hipotek atas
hak milik tertentu

Dividend Payout Ratio


Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba
yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi
pemegang saham

Dividend Yield
Rasio antara dividen saat ini dengan harga sekarang saham biasa

Equity
Modal perusahaan yang terdiri dari modal saham, capital surplus, laba ditahan
dan sering ditambah dengan sejumlah cadangan bersih tertentu

110
Expected Return
Nilai rata-rata dari distribusi peluang berbagai hasil pengembalian yang mungkin
terjadi

Insolvency
Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh
tempo baik jangka pendek maupun jangka panjang

Obligasi (Bond)
Tanda bukti bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman bagi
emiten penerbit obligasi. Oleh karena itu, emiten obligasi memberikan
kompensasi bagi investor pemegang obligasi berupa kupon (coupon) secara
periodik kepada investor. Di samping itu, emiten juga berkewajiban membayar
kembali nilai prinsipal (pokok) dari obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.

Nilai Buku
Nilai aktiva secara akuntansi

Nilai Sisa
Jumlah uang yang diharapkan akan diterima pada saat usia ekonomis suatu
proyek berakhir

Par Value
Nilai nominal dari suatu surat berharga

Portofolio
Sekelompok aset finansial atau asset riil dengan tujuan untuk meminimumkan
risiko atau pengkombinasian investasi pada aktiva untuk mengurangi risiko
melalui diversifikasi

Present Value
Nilai saat ini dari suatu penerimaan atau pembayaran sejumlah uang di waktu
yang akan datang atau nilai sekarang serangkaian uang yang didiskontokan pada
tingkat diskonto tertentu

Price Earnings Ratio


Rasio harga pasar saham terhadap laba per saham atau harga yang harus dibayar
oleh investor untuk satu satuan laba perusahaan

Required Rate of Return


Tingkat keuntungan yang disyaratkan atas suatu investasi

Return
Tingkat keuntungan atas suatu investasi

111
Risiko (risk)
Kemungkinan bahwa keuntungan yang sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva
menyimpang dari keuntungan yang diharapkan. Penyimpangan ini diukur
dengan varians keuntungan atau standar penyimpangannya

Saham Biasa (Common Stock)


Surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun
institusi dalam suatu perusahaan

Saham Preferen (Preferred Stock)


Saham yang memberikan pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang
dibayarkan setiap periode dan dinyatakan dalam bentuk satuan mata uang atau
persentase tertentu terhadap nilai nominal saham

Valuation
Penilaian merupakan proses penentuan harga pasar surat berharga (sekuritas)

112
PENJURUS

A
Analisis fundamental 55 Nilai instrinsik 45, 53, 67
Analisa sekuritas 44,47,69 Normatif 3, 50

B O
Bursa efek 45, 105 Overvalued 46

C P
Callable 64 Pasar modal 4, 103
Capital gain 50 Price earning ratio 47

D R
Dividend discount model 47,55 Risk averter 44
Dividend payout ratio 57, 103, 105
S
E Stakeholder 4
Earning per share 55, 83
T
F Time value of money 3, 22
Floating 40, 61, 63
U
G Undervalued 46
Growth 56
V
H Variabel 83, 85
Holding period 60, 69 Volatility 61

I W
Inflasi 58, 69 Weighted 33, 40

J Y
Judgement 58 Yield 64, 70

K Z
Kapitalisasi 45, 106 Zero coupon bond 63
Kupon 37, 69, 70

L
Leverage 8, 14, 83

M
Maturity stage 52

N
Nilai buku 45, 69

113
KUNCI JAWABAN

BAB I
1. Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayarkan oleh calon investor
seandainya pada saat itu perusahaan dijual.
2. Sumber intern dan ekstern.
3. Peraturan/perundangan, kepemilikan, dan pemahaman prinsip-prinsip akuntansi.

BAB II
1. ROE = 12,00%
ROI = 12,00%
2. Rentabilitas ekonomis = 24,00%
ROE = 19,20%

3.
PT. Surya Indah
Neraca Per 31 Des 2009
Kas Rp 90.000 Utang Lancar Rp 100.000
Piutang Rp 60.000 Utang Jangka Panjang Rp 170.000
Persediaan Rp 150.000 Saham Biasa Rp 495.000
Aktiva Lancar Rp 300.000 Laba Ditahan Rp 135.000
Aktiva Tetap Rp 600.000
Total Aktiva Rp 900.000 Total Pasiva Rp 900.000

Penjualan Rp 1.260.000 Harga Pokok Penjualan Rp 675.000

4.
PT Lembah Subur
Neraca Per 31 Des 2009
Kas 10.000 Hutang lancar 70.000
Piutang 60.000 Ht Jk. panjang 192.500
Persediaan 140.000 Saham biasa 487.500
Aktiva lancar 210,000 Total pasiva 750,000
Aktiva tetap 540.000
Total aktiva 750.000

114
BAB III
1. FV6 = Rp. 5.921.468,-
2. FV6 = Rp. 6.036.589,-
3. PV = Rp. 27.277.345,-
4. S4 = Rp. 122.445.216,-
5. R = Rp. 13.870.487,-

BAB IV
1. Biaya utang dagang setelah pajak = 2,4%%
2. kd setelah pajak = 6,51%
3. Nilai saham preferen = Rp.6.000,-
4. Biaya modal perusahaan = 10,25%

BAB V
1. P0 = Rp. 7.500,-
2. PER = 3x
3. P0 = Rp. 11.064,55,-
4. P0 = Rp. 3.333,33,-
5. kd = 12,72%
6. P0 = Rp. 12.254,50,-

BAB VI
1. PBP = 2,13 tahun
NPV = Rp. 48.021.310,-
IRR = 28,31%
ARR = 18,75%
2. PBP = 1,66 tahun
NPV = Rp. 63.546.206,-
IRR = 37,72%
ARR = 28,33%

115
BAB VII
1. QA = 12.000 unit
QB = 4.800 unit
2. QA = 1.500 unit
QB = 2.400 unit
QC = 3.000 unit
3. EBIT = Rp. 360.000,-

BAB VIII
1. Modal kerja yang dibutuhkan Rp.537.500.000,-
2. Modal kerja yang dibutuhkan Rp.403.500.000,-

BAB IX
1. Saham biasa (nominal Rp. 2.000 sebanyak 11.000 lembar) Rp. 22.000.000,-
Agio saham 5.700.000,
Laba ditahan 6.300.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

2. Saham biasa (nominal Rp. 2.000 sebanyak 11.000 lembar) Rp. 22.000.000,-
Agio saham 6.500.000,
Laba ditahan 5.500.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

3. Saham biasa (nominal Rp. 2.000 sebanyak 11.200 lembar) Rp. 22.400.000,-
Agio saham 6.600.000,
Laba ditahan 5.000.000,-
Jumlah modal sendiri 34.000.000,-

116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
Tabel A1
Nilai Kemudian Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 1.0100 1.0200 1.0300 1.0400 1.0500 1.0600 1.0700 1.0800 1.0900 1.1000
2 1.0201 1.0404 1.0609 1.0816 1.1025 1.1236 1.1449 1.1664 1.1881 1.2100
3 1.0303 1.0612 1.0927 1.1249 1.1576 1.1910 1.2250 1.2597 1.2950 1.3310
4 1.0406 1.0824 1.1255 1.1699 1.2155 1.2625 1.3108 1.3605 1.4116 1.4641
5 1.0510 1.1041 1.1593 1.2167 1.2763 1.3382 1.4026 1.4693 1.5386 1.6105
6 1.0615 1.1262 1.1941 1.2653 1.3401 1.4185 1.5007 1.5869 1.6771 1.7716
7 1.0721 1.1487 1.2299 1.3159 1.4071 1.5036 1.6058 1.7138 1.8280 1.9487
8 1.0829 1.1717 1.2668 1.3686 1.4775 1.5938 1.7182 1.8509 1.9926 2.1436
9 1.0937 1.1951 1.3048 1.4233 1.5513 1.6895 1.8385 1.9990 2.1719 2.3579
10 1.1046 1.2190 1.3439 1.4802 1.6289 1.7908 1.9672 2.1589 2.3674 2.5937
11 1.1157 1.2434 1.3842 1.5395 1.7103 1.8983 2.1049 2.3316 2.5804 2.8531
12 1.1268 1.2682 1.4258 1.6010 1.7959 2.0122 2.2522 2.5182 2.8127 3.1384
13 1.1381 1.2936 1.4685 1.6651 1.8856 2.1329 2.4098 2.7196 3.0658 3.4523
14 1.1495 1.3195 1.5126 1.7317 1.9799 2.2609 2.5785 2.9372 3.3417 3.7975
15 1.1610 1.3459 1.5580 1.8009 2.0789 2.3966 2.7590 3.1722 3.6425 4.1772
16 1.1726 1.3728 1.6047 1.8730 2.1829 2.5404 2.9522 3.4259 3.9703 4.5950
17 1.1843 1.4002 1.6528 1.9479 2.2920 2.6928 3.1588 3.7000 4.3276 5.0545
18 1.1961 1.4282 1.7024 2.0258 2.4066 2.8543 3.3799 3.9960 4.7171 5.5599
19 1.2081 1.4568 1.7535 2.1068 2.5270 3.0256 3.6165 4.3157 5.1417 6.1159
20 1.2202 1.4859 1.8061 2.1911 2.6533 3.2071 3.8697 4.6610 5.6044 6.7275
25 1.2824 1.6406 2.0938 2.6658 3.3864 4.2919 5.4274 6.8485 8.6231 10.8347

Lampiran 1
30 1.3478 1.8114 2.4273 3.2434 4.3219 5.7435 7.6123 10.0627 13.2677 17.4494
35 1.4166 1.9999 2.8139 3.9461 5.5160 7.6861 10.6766 14.7853 20.4140 28.1024
40 1.4889 2.2080 3.2620 4.8010 7.0400 10.2857 14.9745 21.7245 31.4094 45.2593
45 1.5648 2.4379 3.7816 5.8412 8.9850 13.7646 21.0025 31.9204 48.3273 72.8905
50 1.6446 2.6916 4.3839 7.1067 11.4674 18.4202 29.4570 46.9016 74.3575 117.3909

133
Tabel A1
Nilai Kemudian Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 1.1100 1.1200 1.1300 1.1400 1.1500 1.1600 1.1700 1.1800 1.1900 1.2000
2 1.2321 1.2544 1.2769 1.2996 1.3225 1.3456 1.3689 1.3924 1.4161 1.4400
3 1.3676 1.4049 1.4429 1.4815 1.5209 1.5609 1.6016 1.6430 1.6852 1.7280
4 1.5181 1.5735 1.6305 1.6890 1.7490 1.8106 1.8739 1.9388 2.0053 2.0736
5 1.6851 1.7623 1.8424 1.9254 2.0114 2.1003 2.1924 2.2878 2.3864 2.4883
6 1.8704 1.9738 2.0820 2.1950 2.3131 2.4364 2.5652 2.6996 2.8398 2.9860
7 2.0762 2.2107 2.3526 2.5023 2.6600 2.8262 3.0012 3.1855 3.3793 3.5832
8 2.3045 2.4760 2.6584 2.8526 3.0590 3.2784 3.5115 3.7589 4.0214 4.2998
9 2.5580 2.7731 3.0040 3.2519 3.5179 3.8030 4.1084 4.4355 4.7854 5.1598
10 2.8394 3.1058 3.3946 3.7072 4.0456 4.4114 4.8068 5.2338 5.6947 6.1917
11 3.1518 3.4785 3.8359 4.2262 4.6524 5.1173 5.6240 6.1759 6.7767 7.4301
12 3.4985 3.8960 4.3345 4.8179 5.3503 5.9360 6.5801 7.2876 8.0642 8.9161
13 3.8833 4.3635 4.8980 5.4924 6.1528 6.8858 7.6987 8.5994 9.5964 10.6993
14 4.3104 4.8871 5.5348 6.2613 7.0757 7.9875 9.0075 10.1472 11.4198 12.8392
15 4.7846 5.4736 6.2543 7.1379 8.1371 9.2655 10.5387 11.9737 13.5895 15.4070
16 5.3109 6.1304 7.0673 8.1372 9.3576 10.7480 12.3303 14.1290 16.1715 18.4884
17 5.8951 6.8660 7.9861 9.2765 10.7613 12.4677 14.4265 16.6722 19.2441 22.1861
18 6.5436 7.6900 9.0243 10.5752 12.3755 14.4625 16.8790 19.6733 22.9005 26.6233
19 7.2633 8.6128 10.1974 12.0557 14.2318 16.7765 19.7484 23.2144 27.2516 31.9480
20 8.0623 9.6463 11.5231 13.7435 16.3665 19.4608 23.1056 27.3930 32.4294 38.3376
25 13.5855 17.0001 21.2305 26.4619 32.9190 40.8742 50.6578 62.6686 77.3881 95.3962
30 22.8923 29.9599 39.1159 50.9502 66.2118 85.8499 111.0647 143.3706 184.6753 237.3763
35 38.5749 52.7996 72.0685 98.1002 133.1755 180.3141 243.5035 327.9973 440.7006 590.6682
40 65.0009 93.0510 132.7816 188.8835 267.8635 378.7212 533.8687 750.3783 1051.6675 1469.7716
45 109.5302 163.9876 244.6414 363.6791 538.7693 795.4438 1170.4794 1716.6839 2509.6506 3657.2620
50 184.5648 289.0022 450.7359 700.2330 1083.6574 1670.7038 2566.2153 3927.3569 5988.9139 9100.4382

134
Tabel A1
Nilai Kemudian Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 1.2100 1.2200 1.2300 1.2400 1.2500 1.2600 1.2700 1.2800 1.2900 1.3000
2 1.4641 1.4884 1.5129 1.5376 1.5625 1.5876 1.6129 1.6384 1.6641 1.6900
3 1.7716 1.8158 1.8609 1.9066 1.9531 2.0004 2.0484 2.0972 2.1467 2.1970
4 2.1436 2.2153 2.2889 2.3642 2.4414 2.5205 2.6014 2.6844 2.7692 2.8561
5 2.5937 2.7027 2.8153 2.9316 3.0518 3.1758 3.3038 3.4360 3.5723 3.7129
6 3.1384 3.2973 3.4628 3.6352 3.8147 4.0015 4.1959 4.3980 4.6083 4.8268
7 3.7975 4.0227 4.2593 4.5077 4.7684 5.0419 5.3288 5.6295 5.9447 6.2749
8 4.5950 4.9077 5.2389 5.5895 5.9605 6.3528 6.7675 7.2058 7.6686 8.1573
9 5.5599 5.9874 6.4439 6.9310 7.4506 8.0045 8.5948 9.2234 9.8925 10.6045
10 6.7275 7.3046 7.9259 8.5944 9.3132 10.0857 10.9153 11.8059 12.7614 13.7858
11 8.1403 8.9117 9.7489 10.6571 11.6415 12.7080 13.8625 15.1116 16.4622 17.9216
12 9.8497 10.8722 11.9912 13.2148 14.5519 16.0120 17.6053 19.3428 21.2362 23.2981
13 11.9182 13.2641 14.7491 16.3863 18.1899 20.1752 22.3588 24.7588 27.3947 30.2875
14 14.4210 16.1822 18.1414 20.3191 22.7374 25.4207 28.3957 31.6913 35.3391 39.3738
15 17.4494 19.7423 22.3140 25.1956 28.4217 32.0301 36.0625 40.5648 45.5875 51.1859
16 21.1138 24.0856 27.4462 31.2426 35.5271 40.3579 45.7994 51.9230 58.8079 66.5417
17 25.5477 29.3844 33.7588 38.7408 44.4089 50.8510 58.1652 66.4614 75.8621 86.5042
18 30.9127 35.8490 41.5233 48.0386 55.5112 64.0722 73.8698 85.0706 97.8622 112.4554
19 37.4043 43.7358 51.0737 59.5679 69.3889 80.7310 93.8147 108.8904 126.2422 146.1920
20 45.2593 53.3576 62.8206 73.8641 86.7362 101.7211 119.1446 139.3797 162.8524 190.0496
25 117.3909 144.2101 176.8593 216.5420 264.6978 323.0454 393.6344 478.9049 581.7585 705.6410
30 304.4816 389.7579 497.9129 634.8199 807.7936 1025.9267 1300.5038 1645.5046 2078.2190 2619.9956
35 789.7470 1053.4018 1401.7769 1861.0540 2465.1903 3258.1350 4296.6525 5653.9106 7424.0324 9727.8604
40 2048.4002 2847.0378 3946.4305 5455.9126 7523.1638 10347.1752 14195.4393 19426.6889 26520.9094 36118.8648
45 5313.0226 7694.7122 11110.4082 15994.6902 22958.8740 32860.5275 46899.4169 66749.5949 94740.7816 134106.8167
13780.612
50 3 20796.5615 31279.1953 46890.4346 70064.9232 104358.3625 154948.0260 229349.8616 338442.9836 497929.2230

135
Tabel A2
Nilai Kemudian Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
2 2.0100 2.0200 2.0300 2.0400 2.0500 2.0600 2.0700 2.0800 2.0900 2.1000
3 3.0301 3.0604 3.0909 3.1216 3.1525 3.1836 3.2149 3.2464 3.2781 3.3100
4 4.0604 4.1216 4.1836 4.2465 4.3101 4.3746 4.4399 4.5061 4.5731 4.6410
5 5.1010 5.2040 5.3091 5.4163 5.5256 5.6371 5.7507 5.8666 5.9847 6.1051
6 6.1520 6.3081 6.4684 6.6330 6.8019 6.9753 7.1533 7.3359 7.5233 7.7156
7 7.2135 7.4343 7.6625 7.8983 8.1420 8.3938 8.6540 8.9228 9.2004 9.4872
8 8.2857 8.5830 8.8923 9.2142 9.5491 9.8975 10.2598 10.6366 11.0285 11.4359
9 9.3685 9.7546 10.1591 10.5828 11.0266 11.4913 11.9780 12.4876 13.0210 13.5795
10 10.4622 10.9497 11.4639 12.0061 12.5779 13.1808 13.8164 14.4866 15.1929 15.9374
11 11.5668 12.1687 12.8078 13.4864 14.2068 14.9716 15.7836 16.6455 17.5603 18.5312
12 12.6825 13.4121 14.1920 15.0258 15.9171 16.8699 17.8885 18.9771 20.1407 21.3843
13 13.8093 14.6803 15.6178 16.6268 17.7130 18.8821 20.1406 21.4953 22.9534 24.5227
14 14.9474 15.9739 17.0863 18.2919 19.5986 21.0151 22.5505 24.2149 26.0192 27.9750
15 16.0969 17.2934 18.5989 20.0236 21.5786 23.2760 25.1290 27.1521 29.3609 31.7725
16 17.2579 18.6393 20.1569 21.8245 23.6575 25.6725 27.8881 30.3243 33.0034 35.9497
17 18.4304 20.0121 21.7616 23.6975 25.8404 28.2129 30.8402 33.7502 36.9737 40.5447
18 19.6147 21.4123 23.4144 25.6454 28.1324 30.9057 33.9990 37.4502 41.3013 45.5992
19 20.8109 22.8406 25.1169 27.6712 30.5390 33.7600 37.3790 41.4463 46.0185 51.1591
20 22.0190 24.2974 26.8704 29.7781 33.0660 36.7856 40.9955 45.7620 51.1601 57.2750
25 28.2432 32.0303 36.4593 41.6459 47.7271 54.8645 63.2490 73.1059 84.7009 98.3471

Lampiran 2
30 34.7849 40.5681 47.5754 56.0849 66.4388 79.0582 94.4608 113.2832 136.3075 164.4940
35 41.6603 49.9945 60.4621 73.6522 90.3203 111.4348 138.2369 172.3168 215.7108 271.0244
40 48.8864 60.4020 75.4013 95.0255 120.7998 154.7620 199.6351 259.0565 337.8824 442.5926
45 56.4811 71.8927 92.7199 121.0294 159.7002 212.7435 285.7493 386.5056 525.8587 718.9048
50 64.4632 84.5794 112.7969 152.6671 209.3480 290.3359 406.5289 573.7702 815.0836 1163.9085

136
Tabel A2
Nilai Kemudian Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
2 2.1100 2.1200 2.1300 2.1400 2.1500 2.1600 2.1700 2.1800 2.1900 2.2000
3 3.3421 3.3744 3.4069 3.4396 3.4725 3.5056 3.5389 3.5724 3.6061 3.6400
4 4.7097 4.7793 4.8498 4.9211 4.9934 5.0665 5.1405 5.2154 5.2913 5.3680
5 6.2278 6.3528 6.4803 6.6101 6.7424 6.8771 7.0144 7.1542 7.2966 7.4416
6 7.9129 8.1152 8.3227 8.5355 8.7537 8.9775 9.2068 9.4420 9.6830 9.9299
7 9.7833 10.0890 10.4047 10.7305 11.0668 11.4139 11.7720 12.1415 12.5227 12.9159
8 11.8594 12.2997 12.7573 13.2328 13.7268 14.2401 14.7733 15.3270 15.9020 16.4991
9 14.1640 14.7757 15.4157 16.0853 16.7858 17.5185 18.2847 19.0859 19.9234 20.7989
10 16.7220 17.5487 18.4197 19.3373 20.3037 21.3215 22.3931 23.5213 24.7089 25.9587
11 19.5614 20.6546 21.8143 23.0445 24.3493 25.7329 27.1999 28.7551 30.4035 32.1504
12 22.7132 24.1331 25.6502 27.2707 29.0017 30.8502 32.8239 34.9311 37.1802 39.5805
13 26.2116 28.0291 29.9847 32.0887 34.3519 36.7862 39.4040 42.2187 45.2445 48.4966
14 30.0949 32.3926 34.8827 37.5811 40.5047 43.6720 47.1027 50.8180 54.8409 59.1959
15 34.4054 37.2797 40.4175 43.8424 47.5804 51.6595 56.1101 60.9653 66.2607 72.0351
16 39.1899 42.7533 46.6717 50.9804 55.7175 60.9250 66.6488 72.9390 79.8502 87.4421
17 44.5008 48.8837 53.7391 59.1176 65.0751 71.6730 78.9792 87.0680 96.0218 105.9306
18 50.3959 55.7497 61.7251 68.3941 75.8364 84.1407 93.4056 103.7403 115.2659 128.1167
19 56.9395 63.4397 70.7494 78.9692 88.2118 98.6032 110.2846 123.4135 138.1664 154.7400
20 64.2028 72.0524 80.9468 91.0249 102.4436 115.3797 130.0329 146.6280 165.4180 186.6880
25 114.4133 133.3339 155.6196 181.8708 212.7930 249.2140 292.1049 342.6035 402.0425 471.9811
30 199.0209 241.3327 293.1992 356.7868 434.7451 530.3117 647.4391 790.9480 966.7122 1181.8816
35 341.5896 431.6635 546.6808 693.5727 881.1702 1120.7130 1426.4910 1816.6516 2314.2137 2948.3411
40 581.8261 767.0914 1013.7042 1342.0251 1779.0903 2360.7572 3134.5218 4163.2130 5529.8290 7343.8578
45 986.6386 1358.2300 1874.1646 2590.5648 3585.1285 4965.2739 6879.2907 9531.5771 13203.4242 18281.3099
50 1668.7712 2400.0182 3459.5071 4994.5213 7217.7163 10435.6488 15089.5017 21813.0937 31515.3363 45497.1908

137
Tabel A2
Nilai Kemudian Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
2 2.2100 2.2200 2.2300 2.2400 2.2500 2.2600 2.2700 2.2800 2.2900 2.3000
3 3.6741 3.7084 3.7429 3.7776 3.8125 3.8476 3.8829 3.9184 3.9541 3.9900
4 5.4457 5.5242 5.6038 5.6842 5.7656 5.8480 5.9313 6.0156 6.1008 6.1870
5 7.5892 7.7396 7.8926 8.0484 8.2070 8.3684 8.5327 8.6999 8.8700 9.0431
6 10.1830 10.4423 10.7079 10.9801 11.2588 11.5442 11.8366 12.1359 12.4423 12.7560
7 13.3214 13.7396 14.1708 14.6153 15.0735 15.5458 16.0324 16.5339 17.0506 17.5828
8 17.1189 17.7623 18.4300 19.1229 19.8419 20.5876 21.3612 22.1634 22.9953 23.8577
9 21.7139 22.6700 23.6690 24.7125 25.8023 26.9404 28.1287 29.3692 30.6639 32.0150
10 27.2738 28.6574 30.1128 31.6434 33.2529 34.9449 36.7235 38.5926 40.5564 42.6195
11 34.0013 35.9620 38.0388 40.2379 42.5661 45.0306 47.6388 50.3985 53.3178 56.4053
12 42.1416 44.8737 47.7877 50.8950 54.2077 57.7386 61.5013 65.5100 69.7800 74.3270
13 51.9913 55.7459 59.7788 64.1097 68.7596 73.7506 79.1066 84.8529 91.0161 97.6250
14 63.9095 69.0100 74.5280 80.4961 86.9495 93.9258 101.4654 109.6117 118.4108 127.9125
15 78.3305 85.1922 92.6694 100.8151 109.6868 119.3465 129.8611 141.3029 153.7500 167.2863
16 95.7799 104.9345 114.9834 126.0108 138.1085 151.3766 165.9236 181.8677 199.3374 218.4722
17 116.8937 129.0201 142.4295 157.2534 173.6357 191.7345 211.7230 233.7907 258.1453 285.0139
18 142.4413 158.4045 176.1883 195.9942 218.0446 242.5855 269.8882 300.2521 334.0074 371.5180
19 173.3540 194.2535 217.7116 244.0328 273.5558 306.6577 343.7580 385.3227 431.8696 483.9734
20 210.7584 237.9893 268.7853 303.6006 342.9447 387.3887 437.5726 494.2131 558.1118 630.1655
25 554.24 650.96 764.61 898.09 1054.79 1238.64 1454.20 1706.80 2002.62 2348.80
30 1445.15 1767.08 2160.49 2640.92 3227.17 3942.03 4812.98 5873.23 7162.82 8729.99
35 3755.94 4783.64 6090.33 7750.23 9856.76 12527.44 15909.82 20188.97 25596.66 32422.87
40 9749.52 12936.54 17154.05 22728.80 30088.66 39792.98 52572.00 69377.46 91447.96 120392.88
45 25295.35 34971.42 48301.77 66640.38 91831.50 126382.80 173697.84 238387.84 326688.90 447019.39
50 65617.20 94525.28 135992.15 195372.64 280255.69 401374.47 573877.87 819103.08 1167041.32 1659760.74

138
Tabel A3
Nilai Sekarang Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 0.9901 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.9174 0.9091
2 0.9803 0.9612 0.9426 0.9246 0.9070 0.8900 0.8734 0.8573 0.8417 0.8264
3 0.9706 0.9423 0.9151 0.8890 0.8638 0.8396 0.8163 0.7938 0.7722 0.7513
4 0.9610 0.9238 0.8885 0.8548 0.8227 0.7921 0.7629 0.7350 0.7084 0.6830
5 0.9515 0.9057 0.8626 0.8219 0.7835 0.7473 0.7130 0.6806 0.6499 0.6209
6 0.9420 0.8880 0.8375 0.7903 0.7462 0.7050 0.6663 0.6302 0.5963 0.5645
7 0.9327 0.8706 0.8131 0.7599 0.7107 0.6651 0.6227 0.5835 0.5470 0.5132
8 0.9235 0.8535 0.7894 0.7307 0.6768 0.6274 0.5820 0.5403 0.5019 0.4665
9 0.9143 0.8368 0.7664 0.7026 0.6446 0.5919 0.5439 0.5002 0.4604 0.4241
10 0.9053 0.8203 0.7441 0.6756 0.6139 0.5584 0.5083 0.4632 0.4224 0.3855
11 0.8963 0.8043 0.7224 0.6496 0.5847 0.5268 0.4751 0.4289 0.3875 0.3505
12 0.8874 0.7885 0.7014 0.6246 0.5568 0.4970 0.4440 0.3971 0.3555 0.3186
13 0.8787 0.7730 0.6810 0.6006 0.5303 0.4688 0.4150 0.3677 0.3262 0.2897
14 0.8700 0.7579 0.6611 0.5775 0.5051 0.4423 0.3878 0.3405 0.2992 0.2633
15 0.8613 0.7430 0.6419 0.5553 0.4810 0.4173 0.3624 0.3152 0.2745 0.2394
16 0.8528 0.7284 0.6232 0.5339 0.4581 0.3936 0.3387 0.2919 0.2519 0.2176
17 0.8444 0.7142 0.6050 0.5134 0.4363 0.3714 0.3166 0.2703 0.2311 0.1978
18 0.8360 0.7002 0.5874 0.4936 0.4155 0.3503 0.2959 0.2502 0.2120 0.1799
19 0.8277 0.6864 0.5703 0.4746 0.3957 0.3305 0.2765 0.2317 0.1945 0.1635
20 0.8195 0.6730 0.5537 0.4564 0.3769 0.3118 0.2584 0.2145 0.1784 0.1486
25 0.7798 0.6095 0.4776 0.3751 0.2953 0.2330 0.1842 0.1460 0.1160 0.0923

Lampiran 3
30 0.7419 0.5521 0.4120 0.3083 0.2314 0.1741 0.1314 0.0994 0.0754 0.0573
35 0.7059 0.5000 0.3554 0.2534 0.1813 0.1301 0.0937 0.0676 0.0490 0.0356
40 0.6717 0.4529 0.3066 0.2083 0.1420 0.0972 0.0668 0.0460 0.0318 0.0221
45 0.6391 0.4102 0.2644 0.1712 0.1113 0.0727 0.0476 0.0313 0.0207 0.0137
50 0.6080 0.3715 0.2281 0.1407 0.0872 0.0543 0.0339 0.0213 0.0134 0.0085

139
Tabel A3
Nilai Sekarang Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 0.9009 0.8929 0.8850 0.8772 0.8696 0.8621 0.8547 0.8475 0.8403 0.8333
2 0.8116 0.7972 0.7831 0.7695 0.7561 0.7432 0.7305 0.7182 0.7062 0.6944
3 0.7312 0.7118 0.6931 0.6750 0.6575 0.6407 0.6244 0.6086 0.5934 0.5787
4 0.6587 0.6355 0.6133 0.5921 0.5718 0.5523 0.5337 0.5158 0.4987 0.4823
5 0.5935 0.5674 0.5428 0.5194 0.4972 0.4761 0.4561 0.4371 0.4190 0.4019
6 0.5346 0.5066 0.4803 0.4556 0.4323 0.4104 0.3898 0.3704 0.3521 0.3349
7 0.4817 0.4523 0.4251 0.3996 0.3759 0.3538 0.3332 0.3139 0.2959 0.2791
8 0.4339 0.4039 0.3762 0.3506 0.3269 0.3050 0.2848 0.2660 0.2487 0.2326
9 0.3909 0.3606 0.3329 0.3075 0.2843 0.2630 0.2434 0.2255 0.2090 0.1938
10 0.3522 0.3220 0.2946 0.2697 0.2472 0.2267 0.2080 0.1911 0.1756 0.1615
11 0.3173 0.2875 0.2607 0.2366 0.2149 0.1954 0.1778 0.1619 0.1476 0.1346
12 0.2858 0.2567 0.2307 0.2076 0.1869 0.1685 0.1520 0.1372 0.1240 0.1122
13 0.2575 0.2292 0.2042 0.1821 0.1625 0.1452 0.1299 0.1163 0.1042 0.0935
14 0.2320 0.2046 0.1807 0.1597 0.1413 0.1252 0.1110 0.0985 0.0876 0.0779
15 0.2090 0.1827 0.1599 0.1401 0.1229 0.1079 0.0949 0.0835 0.0736 0.0649
16 0.1883 0.1631 0.1415 0.1229 0.1069 0.0930 0.0811 0.0708 0.0618 0.0541
17 0.1696 0.1456 0.1252 0.1078 0.0929 0.0802 0.0693 0.0600 0.0520 0.0451
18 0.1528 0.1300 0.1108 0.0946 0.0808 0.0691 0.0592 0.0508 0.0437 0.0376
19 0.1377 0.1161 0.0981 0.0829 0.0703 0.0596 0.0506 0.0431 0.0367 0.0313
20 0.1240 0.1037 0.0868 0.0728 0.0611 0.0514 0.0433 0.0365 0.0308 0.0261
25 0.0736 0.0588 0.0471 0.0378 0.0304 0.0245 0.0197 0.0160 0.0129 0.0105
30 0.0437 0.0334 0.0256 0.0196 0.0151 0.0116 0.0090 0.0070 0.0054 0.0042
35 0.0259 0.0189 0.0139 0.0102 0.0075 0.0055 0.0041 0.0030 0.0023 0.0017
40 0.0154 0.0107 0.0075 0.0053 0.0037 0.0026 0.0019 0.0013 0.0010 0.0007
45 0.0091 0.0061 0.0041 0.0027 0.0019 0.0013 0.0009 0.0006 0.0004 0.0003
50 0.0054 0.0035 0.0022 0.0014 0.0009 0.0006 0.0004 0.0003 0.0002 0.0001

140
Tabel A3
Nilai Sekarang Faktor Bunga Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 0.8264 0.8197 0.8130 0.8065 0.8000 0.7937 0.7874 0.7813 0.7752 0.7692
2 0.6830 0.6719 0.6610 0.6504 0.6400 0.6299 0.6200 0.6104 0.6009 0.5917
3 0.5645 0.5507 0.5374 0.5245 0.5120 0.4999 0.4882 0.4768 0.4658 0.4552
4 0.4665 0.4514 0.4369 0.4230 0.4096 0.3968 0.3844 0.3725 0.3611 0.3501
5 0.3855 0.3700 0.3552 0.3411 0.3277 0.3149 0.3027 0.2910 0.2799 0.2693
6 0.3186 0.3033 0.2888 0.2751 0.2621 0.2499 0.2383 0.2274 0.2170 0.2072
7 0.2633 0.2486 0.2348 0.2218 0.2097 0.1983 0.1877 0.1776 0.1682 0.1594
8 0.2176 0.2038 0.1909 0.1789 0.1678 0.1574 0.1478 0.1388 0.1304 0.1226
9 0.1799 0.1670 0.1552 0.1443 0.1342 0.1249 0.1164 0.1084 0.1011 0.0943
10 0.1486 0.1369 0.1262 0.1164 0.1074 0.0992 0.0916 0.0847 0.0784 0.0725
11 0.1228 0.1122 0.1026 0.0938 0.0859 0.0787 0.0721 0.0662 0.0607 0.0558
12 0.1015 0.0920 0.0834 0.0757 0.0687 0.0625 0.0568 0.0517 0.0471 0.0429
13 0.0839 0.0754 0.0678 0.0610 0.0550 0.0496 0.0447 0.0404 0.0365 0.0330
14 0.0693 0.0618 0.0551 0.0492 0.0440 0.0393 0.0352 0.0316 0.0283 0.0254
15 0.0573 0.0507 0.0448 0.0397 0.0352 0.0312 0.0277 0.0247 0.0219 0.0195
16 0.0474 0.0415 0.0364 0.0320 0.0281 0.0248 0.0218 0.0193 0.0170 0.0150
17 0.0391 0.0340 0.0296 0.0258 0.0225 0.0197 0.0172 0.0150 0.0132 0.0116
18 0.0323 0.0279 0.0241 0.0208 0.0180 0.0156 0.0135 0.0118 0.0102 0.0089
19 0.0267 0.0229 0.0196 0.0168 0.0144 0.0124 0.0107 0.0092 0.0079 0.0068
20 0.0221 0.0187 0.0159 0.0135 0.0115 0.0098 0.0084 0.0072 0.0061 0.0053
25 0.0085 0.0069 0.0057 0.0046 0.0038 0.0031 0.0025 0.0021 0.0017 0.0014
30 0.0033 0.0026 0.0020 0.0016 0.0012 0.0010 0.0008 0.0006 0.0005 0.0004
35 0.0013 0.0009 0.0007 0.0005 0.0004 0.0003 0.0002 0.0002 0.0001 0.0001
40 0.0005 0.0004 0.0003 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000
45 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
50 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

141
Tabel A4
Nilai Sekarang Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
1 0.9901 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.9174 0.9091
2 1.9704 1.9416 1.9135 1.8861 1.8594 1.8334 1.8080 1.7833 1.7591 1.7355
3 2.9410 2.8839 2.8286 2.7751 2.7232 2.6730 2.6243 2.5771 2.5313 2.4869
4 3.9020 3.8077 3.7171 3.6299 3.5460 3.4651 3.3872 3.3121 3.2397 3.1699
5 4.8534 4.7135 4.5797 4.4518 4.3295 4.2124 4.1002 3.9927 3.8897 3.7908
6 5.7955 5.6014 5.4172 5.2421 5.0757 4.9173 4.7665 4.6229 4.4859 4.3553
7 6.7282 6.4720 6.2303 6.0021 5.7864 5.5824 5.3893 5.2064 5.0330 4.8684
8 7.6517 7.3255 7.0197 6.7327 6.4632 6.2098 5.9713 5.7466 5.5348 5.3349
9 8.5660 8.1622 7.7861 7.4353 7.1078 6.8017 6.5152 6.2469 5.9952 5.7590
10 9.4713 8.9826 8.5302 8.1109 7.7217 7.3601 7.0236 6.7101 6.4177 6.1446
11 10.3676 9.7868 9.2526 8.7605 8.3064 7.8869 7.4987 7.1390 6.8052 6.4951
12 11.2551 10.5753 9.9540 9.3851 8.8633 8.3838 7.9427 7.5361 7.1607 6.8137
13 12.1337 11.3484 10.6350 9.9856 9.3936 8.8527 8.3577 7.9038 7.4869 7.1034
14 13.0037 12.1062 11.2961 10.5631 9.8986 9.2950 8.7455 8.2442 7.7862 7.3667
15 13.8651 12.8493 11.9379 11.1184 10.3797 9.7122 9.1079 8.5595 8.0607 7.6061
16 14.7179 13.5777 12.5611 11.6523 10.8378 10.1059 9.4466 8.8514 8.3126 7.8237
17 15.5623 14.2919 13.1661 12.1657 11.2741 10.4773 9.7632 9.1216 8.5436 8.0216
18 16.3983 14.9920 13.7535 12.6593 11.6896 10.8276 10.0591 9.3719 8.7556 8.2014
19 17.2260 15.6785 14.3238 13.1339 12.0853 11.1581 10.3356 9.6036 8.9501 8.3649
20 18.0456 16.3514 14.8775 13.5903 12.4622 11.4699 10.5940 9.8181 9.1285 8.5136
25 22.0232 19.5235 17.4131 15.6221 14.0939 12.7834 11.6536 10.6748 9.8226 9.0770

Lampiran 4
30 25.8077 22.3965 19.6004 17.2920 15.3725 13.7648 12.4090 11.2578 10.2737 9.4269
35 29.4086 24.9986 21.4872 18.6646 16.3742 14.4982 12.9477 11.6546 10.5668 9.6442
40 32.8347 27.3555 23.1148 19.7928 17.1591 15.0463 13.3317 11.9246 10.7574 9.7791
45 36.0945 29.4902 24.5187 20.7200 17.7741 15.4558 13.6055 12.1084 10.8812 9.8628
50 39.1961 31.4236 25.7298 21.4822 18.2559 15.7619 13.8007 12.2335 10.9617 9.9148

142
Tabel A4
Nilai Sekarang Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%
1 0.9901 0.8929 0.8850 0.8772 0.8696 0.8621 0.8547 0.8475 0.8403 0.8333
2 1.7125 1.6901 1.6681 1.6467 1.6257 1.6052 1.5852 1.5656 1.5465 1.5278
3 2.4437 2.4018 2.3612 2.3216 2.2832 2.2459 2.2096 2.1743 2.1399 2.1065
4 3.1024 3.0373 2.9745 2.9137 2.8550 2.7982 2.7432 2.6901 2.6386 2.5887
5 3.6959 3.6048 3.5172 3.4331 3.3522 3.2743 3.1993 3.1272 3.0576 2.9906
6 4.2305 4.1114 3.9975 3.8887 3.7845 3.6847 3.5892 3.4976 3.4098 3.3255
7 4.7122 4.5638 4.4226 4.2883 4.1604 4.0386 3.9224 3.8115 3.7057 3.6046
8 5.1461 4.9676 4.7988 4.6389 4.4873 4.3436 4.2072 4.0776 3.9544 3.8372
9 5.5370 5.3282 5.1317 4.9464 4.7716 4.6065 4.4506 4.3030 4.1633 4.0310
10 5.8892 5.6502 5.4262 5.2161 5.0188 4.8332 4.6586 4.4941 4.3389 4.1925
11 6.2065 5.9377 5.6869 5.4527 5.2337 5.0286 4.8364 4.6560 4.4865 4.3271
12 6.4924 6.1944 5.9176 5.6603 5.4206 5.1971 4.9884 4.7932 4.6105 4.4392
13 6.7499 6.4235 6.1218 5.8424 5.5831 5.3423 5.1183 4.9095 4.7147 4.5327
14 6.9819 6.6282 6.3025 6.0021 5.7245 5.4675 5.2293 5.0081 4.8023 4.6106
15 7.1909 6.8109 6.4624 6.1422 5.8474 5.5755 5.3242 5.0916 4.8759 4.6755
16 7.3792 6.9740 6.6039 6.2651 5.9542 5.6685 5.4053 5.1624 4.9377 4.7296
17 7.5488 7.1196 6.7291 6.3729 6.0472 5.7487 5.4746 5.2223 4.9897 4.7746
18 7.7016 7.2497 6.8399 6.4674 6.1280 5.8178 5.5339 5.2732 5.0333 4.8122
19 7.8393 7.3658 6.9380 6.5504 6.1982 5.8775 5.5845 5.3162 5.0700 4.8435
20 7.9633 7.4694 7.0248 6.6231 6.2593 5.9288 5.6278 5.3527 5.1009 4.8696
25 8.4217 7.8431 7.3300 6.8729 6.4641 6.0971 5.7662 5.4669 5.1951 4.9476
30 8.6938 8.0552 7.4957 7.0027 6.5660 6.1772 5.8294 5.5168 5.2347 4.9789
35 8.8552 8.1755 7.5856 7.0700 6.6166 6.2153 5.8582 5.5386 5.2512 4.9915
40 8.9511 8.2438 7.6344 7.1050 6.6418 6.2335 5.8713 5.5482 5.2582 4.9966
45 9.0079 8.2825 7.6609 7.1232 6.6543 6.2421 5.8773 5.5523 5.2611 4.9986
50 9.0417 8.3045 7.6752 7.1327 6.6605 6.2463 5.8801 5.5541 5.2623 4.9995

143
Tabel A4
Nilai Sekarang Faktor Bunga Anuitas Rp.1,- dengan bunga r selama n periode

Bunga
Periode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%
1 0.8264 0.8197 0.8130 0.8065 0.8000 0.7937 0.7874 0.7813 0.7752 0.7692
2 1.5095 1.4915 1.4740 1.4568 1.4400 1.4235 1.4074 1.3916 1.3761 1.3609
3 2.0739 2.0422 2.0114 1.9813 1.9520 1.9234 1.8956 1.8684 1.8420 1.8161
4 2.5404 2.4936 2.4483 2.4043 2.3616 2.3202 2.2800 2.2410 2.2031 2.1662
5 2.9260 2.8636 2.8035 2.7454 2.6893 2.6351 2.5827 2.5320 2.4830 2.4356
6 3.2446 3.1669 3.0923 3.0205 2.9514 2.8850 2.8210 2.7594 2.7000 2.6427
7 3.5079 3.4155 3.3270 3.2423 3.1611 3.0833 3.0087 2.9370 2.8682 2.8021
8 3.7256 3.6193 3.5179 3.4212 3.3289 3.2407 3.1564 3.0758 2.9986 2.9247
9 3.9054 3.7863 3.6731 3.5655 3.4631 3.3657 3.2728 3.1842 3.0997 3.0190
10 4.0541 3.9232 3.7993 3.6819 3.5705 3.4648 3.3644 3.2689 3.1781 3.0915
11 4.1769 4.0354 3.9018 3.7757 3.6564 3.5435 3.4365 3.3351 3.2388 3.1473
12 4.2784 4.1274 3.9852 3.8514 3.7251 3.6059 3.4933 3.3868 3.2859 3.1903
13 4.3624 4.2028 4.0530 3.9124 3.7801 3.6555 3.5381 3.4272 3.3224 3.2233
14 4.4317 4.2646 4.1082 3.9616 3.8241 3.6949 3.5733 3.4587 3.3507 3.2487
15 4.4890 4.3152 4.1530 4.0013 3.8593 3.7261 3.6010 3.4834 3.3726 3.2682
16 4.5364 4.3567 4.1894 4.0333 3.8874 3.7509 3.6228 3.5026 3.3896 3.2832
17 4.5755 4.3908 4.2190 4.0591 3.9099 3.7705 3.6400 3.5177 3.4028 3.2948
18 4.6079 4.4187 4.2431 4.0799 3.9279 3.7861 3.6536 3.5294 3.4130 3.3037
19 4.6346 4.4415 4.2627 4.0967 3.9424 3.7985 3.6642 3.5386 3.4210 3.3105
20 4.6567 4.4603 4.2786 4.1103 3.9539 3.8083 3.6726 3.5458 3.4271 3.3158
25 4.7213 4.5139 4.3232 4.1474 3.9849 3.8342 3.6943 3.5640 3.4423 3.3286
30 4.7463 4.5338 4.3391 4.1601 3.9950 3.8424 3.7009 3.5693 3.4466 3.3321
35 4.7559 4.5411 4.3447 4.1644 3.9984 3.8450 3.7028 3.5708 3.4478 3.3330
40 4.7596 4.5439 4.3467 4.1659 3.9995 3.8458 3.7034 3.5712 3.4481 3.3332
45 4.7610 4.5449 4.3474 4.1664 3.9998 3.8460 3.7036 3.5714 3.4482 3.3333
50 4.7616 4.5452 4.3477 4.1666 3.9999 3.8461 3.7037 3.5714 3.4483 3.3333

144
145
1. PT X didanai dengan modal sendiri sebesar Rp 300 juta dan memiliki debt ratio 0%.
Rentabilitas ekonomis perusahaan tersebut adalah 20%. Hitunglah ROE dan ROI
perusahaan tersebut jika tarif pajak 40% dan bunga pinjaman 12% per tahun.
2. PT Dinamis asetnya didanai dengan utang Rp.100 juta (40%) dan harus membayar
bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Manajemen memperkirakan perusahaan
akan memperoleh EBT sebesar Rp. 48 juta dimana pajak yang dibebankan atas laba
adalah 40%. Hitunglah Rentabilitas Ekonomis dan ROE perusahaan tersebut.
3. Lengkapi neraca dan informasi penjualan berikut ini dengan menggunakan data
yang tersedia. Current ratio = 3 x; Quick ratio = 1,5x; Debt Ratio=30%; Asset
Turn Over= 1,4 kali; Inventory Turn Over= 4,5 kali; Laba ditahan = setengah dari
utang jangka panjang.

PT. Surya Indah


Neraca Per 31 Des 2009
Kas Rp ……….. Utang Lancar Rp ………..
Piutang 60.000 Utang Jangka Panjang Rp ……….
Persediaan .…..……. Saham Biasa Rp ………..
Aktiva Lancar Rp 300.000 Laba Ditahan Rp ……….
Aktiva Tetap Rp ………..
Total Aktiva Rp ………. Total Pasiva Rp 900.000

Penjualan Rp ………… Harga Pokok Penjualan Rp …………

4. Lengkapilah laporan keuangan berikut ini dengan data yang tersedia. Current
Ratio=3, Quick Ratio = 1 dan Debt Ratio= 35%.
PT Lembah Subur
Neraca Per 31 Des 2009
Kas Hutang lancar
Piutang 60,000 Ht Jk. panjang
Persediaan Saham biasa
Aktiva lancar 210,000 Total pasiva 750,000
Aktiva tetap
Total aktiva

146

Anda mungkin juga menyukai