Anda di halaman 1dari 41

PAJAK

Pajak adalah kontribusi wajib kepada


negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-
Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
PAJAK

PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH

PPh, PKB, BBNKB,


PPN & PPnBM, PHR, PPJU,
PBB, BPHTB, Pjk Reklame
Bea Meterai Dll.
Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :


1. Official assessment system
2. Semi Self assessment system
3. Self assessment system
4. Withholding system
Official assessment system
 Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemungut pajak
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar (pajak yang terutang) oleh
seseorang.
 Dengan sistem ini WP bersifat pasif dan
menunggu dikeluarkanya suatu ketetapan pajak
oleh fiskus. Besarnya utang pajak baru diketahui
setelah adanya surat ketetapan pajak.
Self assessment system
 Sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada WP untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
 Dalam sistem ini WP yang aktif sedangkan
fiskus tidak turut campur dalam penentuan
besarnya pajak yang terutang seseorang,
kecuali WP yang melanggar ketentuan yang
berlaku.
SEMI SELF ASSESSMENT

 Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi


wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan
besarnya pajak seseorang yang terutang
 Sistem ini setiap awal tahun pajak WP menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun
berjalan yng merupakan angsuran bagi WP yang
harus disetor sendiri. Baru pada akhir tahun pajak
Fiskus menentukan besarnya utang pajak yang
terutang sesungguhnya berdasarkan data yang
dilaporkan oleh WP.
Withholding system

 Sistem pemungutan pajak yang memberikan


wewenang pada pihak ketiga untuk memotong dan
memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga
yang telah ditunjuk kemudian menyetorkan dan
melaporkan kepada Fiskus.
 Pada sistem ini Fiskus dan WP tidak aktif. Fiskus
hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemotongan
pajak yang dilakukan pihak ketiga.
PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH
PPh, PPN & PPnBM, PKB, BBN,PHR, PPJU,
PBB, BPHTB, Pjk Reklame, Dll.
Bea Meterai

Sistem Pemungutan

Sebagian Besar
Official Assessment
Self Assessment
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI
PERUSAHAAN
 Pajak Pusat di bidang:
 PPh (Baik sebagai Badan yang terkena pajak atas
Penghasilan yang diterimanya maupun sebagai
Pemotong/pemungut pajak bagi penghasilan yang
dibayarkan kepada pihak lain)
 PPN & PPnBM
 PBB & BPHTB
 Bea Meterai
 Cukai dan Pajak-
Pajak-pajak Ekspor
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI
PERUSAHAAN

 Pajak Daerah
 Pajak Reklame
 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
 BBNKB
 Pajak Parkir
 Dll. yang mungkin terkait dengan usaha.
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI
PERUSAHAAN
Kewajiban-kewajiban di atas meliputi:
Kewajiban- meliputi:
1. Menghitung
2. Memotong//memungut
Memotong
3. Memperhitungkan
4. Menyetor
5. Melapor dan kewajiban lainnya yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan seperti :
 penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan
 pembuatan atau penerbitan serta penyimpanan
dokumen..
dokumen
HUKUM PAJAK

SEGALA PERATURAN YANG MENGATUR


TENTANG PAJAK

HUKUM PAJAK MATERIIL HUKUM PAJAK FORMIL


(HUKUM PAJAK UMUM) (HUKUM PAJAK KHUSUS)

PERATURAN PELAKSANAAN
UU PERPAJAKAN
DARI UU PERPAJAKAN

UU KUP, UU PPh, PP, KEPPRES,


UU PPN, UU PBB, SK/PER MENKEU,
UU PP, dsb SK/PER DJP, SE DJP
UU No. 6 TH. 1983 sebagaimana diubah terakhir
dengan UU No.28 TH. 2007 tentang KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MENGATUR KETENTUAN
FORMAL BAGI

PPh, PPN/PPnBM, BEA MATERAI, PBB

PAJAK LAINNYA YANG MENGACU KEPADA UU INI

KECUALI DIATUR TERSENDIRI DALAM UU YANG BERSANGKUTAN


PERUBAHAN-PERUBAHAN PENTING
PERUBAHAN-
UNDANG--UNDANG NO. 16 TENTANG KUP
UNDANG

 Pasal 1 angka 2
 Badan :
 Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha.
 Meliputi PT, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya,
BUMN, atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, Kongsi, Koperasi, DanaPensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial
dan Politik, atau organisasi yang sejenis, Lembaga, BUT, dan
bentuk badan lainnya.
 Pasal 1 angka 6
 Masa Pajak
 Satu bulan
 Jangka waktu lain yang ditetapkan Menkeu paling lama 3 bulan
 Pasal 1 angka 10
 SPT harus melaporkan : objek pajak, bukan
objek pajak, pajak penghasilan yang dikenakan
PPh.Final, harta & kewajiban.
 Pasal 2 ayat (3)b
 Dalam upaya menjaring WP orang pribadi
tertentu yang mempunyai usaha di beberapa
tempat, mereka memiliki kewajiban untuk
mendaftarkan diri di DJP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal dan tempat usaha
dilakukan.
 Pasal 3 ayat (1)a
 Bagi WP yang mendapat ijin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa
asing & mata uang selain rupiah yang diijinkan,
maka SPT harus dilaporkan dalam bahasa
Indonesia.
 Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5)
 Jangka waktu perpanjangan penyampaian SPT
tahunan PPh adalah paling lama 6 bulan.
 Pasal 7 ayat (1) dan (2)
 Sanksi keterlambatan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT)
 Masa :
PPN Rp
Rp.. 500.000,00
Selain PPN Rp
Rp.. 100.000,00
 Tahunan :
OP Rp 100.000,00
Badan Rp 1.000.000,00
 Pasal 9 ayat(4)
 PPh 29 harus disetor 25 maret tahun pajak
berikutnya. Atas persetujuan Dirjen Pajak bisa
diangsur/ditunda paling lama 12 bulan.
 Pasal 12 ayat (2)
 PPh terutang menurut SPT adalah jumlah pajak
terutang menurut UU perpajakan yang telah
dihitung oleh WP secara benar Pasti tidak perlu
lagi Surat Ketetapan Pajak.
 Pasal 14 ayat (1) jo ayat (4)
 Bagi PKP yang tidak membuat Faktur Pajak
tepat waktu kena denda 2% dari DPP (Dasar
Pengenaan Pajak).
 Pasal 17c
 Bagi WP tertentu yang mengajukan restitusi
dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak :
 Untuk PPh paling lambat 3 bulan
 Untuk PPN paling lambat 1 bulan
 Pasal 23
 Hak WP/penanggung pajak untuk mengajukan
gugatan terhadap :
 Pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan
penyitaan, pengumuman lelang.
 Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan selain yang ditetapkan dalam
pasal 25 ayat (1) dan pasal 26.
 Pasal 32 ayat (3) a
 Kuasa WP memenuhi persyaratan tertentu yang
ditetapkan Menkeu antara lain :
 Surat kuasa asli
 Menguasai ketentuan perpajakan
 Tidak pernah dihukum karena delik perpajakan yang
berkaitan dengan keuangan negara.
Menguasai ketentuan perpajakan :
Brevet dari DJP atau ijasah formal, pendidikan
perpajakan yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan
negeri atau swasta yang diakreditasi. Min. D3
Perpajakan.
TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN ATAU
PENYETORAN PAJAK
Pasal 9 ayat (1) UU KUP jis. KMK No. 541 /KMK.04/2000

TANGGAL JATUH TEMPO


JENIS PAJAK (paling lambat)
01. PPh Pasal 4 ayat (2)
a. penjualan saham dibursa efek tgl. 20 bulan takwim berikutnya
b. penghasilan bunga/diskonto tgl. 10 bulan takwim berikutnya
obligasi dibursa efek
02. PPh Pasal 21 tgl. 10 bulan takwim berikutnya
03. PPh Pasal 23/26 tgl. 10 bulan takwim berikutnya
04. PPh Pasal 25 tgl. 15 bulan takwim berikutnya
05. Pasal 22, PPN/PPn BM atas impor • tanggal yg sama pada saat pembayaran Bea Masuk

dilunasi sendiri • tanggal yg sama dgn saat penyelesaian dokumen impor


bila bea masuk ditunda/dibebaskan
06. PPN/PPn BM atas impor dipungut 1 hari setelah pemungutan pajak dilakukan
DJBC
07. PPh Pasal 22, pemungutan pada hari yg sama pada saat pembayaran
bendaharawan APBN
08. PPh Pasal 22, Produk Pertamina, dilunasi sendiri oleh WP sebelum SPPB/DO ditebus
Bulog
09. PPh Pasal 22 oleh bdn-bdn tertentu tgl. 15 bulan takwim berikutnya
10. PPN/PPnBM tgl. 15 bulan takwin berikutnya
11. PPN/PPn BM oleh bendaharawan
Pemerintah/instansi pemerintah tgl. 7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir
PPN/PPn BM selain bendaharawan tgl. 15 bulan takwim berikutnya
12 pemerintah/instansi pemerintah

Catatan :
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran/ penye-
penye-
toran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
TANGGAL JTH TEMPO PELAPORAN PAJAK
Pasal 9 ayat (1) UU KUP jo.KMK No. 541/KMK.04/2000

NO. JENIS PAJAK JATUH TEMPO PELAPORAN

1 PPh Pasal 25
2 PPh Pasal 21 SPT Masa paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak
3 PPh Pasal 23/26 berakhir.
4 PPN/PPnBM
5 PPh Pasal 4 ayat (2):
a. Penjualan saham di Bursa Efek Paling lambat tanggal 25 bulan yang sama
b. Penghasilan bunga atau Paling lambat tanggal 20 dengan bulan penyetoran
diskonto obligasi di Bursa Efek

6 PPN/PPnBM atas impor dipungut DJBC SPT Masa secara mingguan paling lambat 7 hari setelah batas waktu
penyetoran pajak berakhir.
7 PPh Pasal 22, pemungutan Bendaharawan SPT Masa paling lambat 14 hari setelah Masa Pajak berakhir
APBN/D

8 PPh Pasal 22 , Pertamina,atau Badan tertentu SPT Masa paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
Pemungut pajak

9 PPN/PPnBM oleh Bendaharawan Pemerin- SPT Masa paling lambat 14 hari setelah Masa Pajak berakhir
tah/instansi Pemerintah

10 PPN/PPnBM selain BendaharawanPemerin- SPT Masa paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
tah/instansi Pemerintah

Catatan : KEP.543/PJ./2000
Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur, maka pelaporan
harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya
 Pasal 32 ayat (4)
 Pengurus WP Badan Direksi, Komisaris
Pemegang Saham dan orang yang nyata –nyata
mempunyai wewenang mengambil keputusan.
PAJAK PENGHASILAN
( PPh )
Pasal 1

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat ( 1 )

- ORANG PRIBADI
- WARISAN YANG BELUM TERBAGI

BADAN

BENTUK USAHA TETAP (BUT)


SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)

SUBJEK PAJAK

DALAM NEGERI LUAR NEGERI


SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3)

ORANG PRIBADI :
- LAHIR/BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDO-
NESIA LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BLN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI INDO-
NESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT
TINGGAL DI INDONESIA

BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA

WARISAN YANG BELUM TERBAGI


SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)

• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL


DI INDONESIA / BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH
DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENERIMA ATAU


YANG MENJALANKAN MEMPEROLEH PENGHASILAN
USAHA ATAU DARI INDONESIA BUKAN DARI
KEGIATAN MELALUI MENJALANKAN USAHA ATAU
BUT DI INDONESIA KEGIATAN MELALUI
BUT DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat ( 5 )

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat ( 5 )

DAPAT BERUPA

 Tempat kedudukan manajemen


 Cabang perusahaan
 Kantor Perwakilan
 Gedung kantor
 Pabrik
 Bengkel
 Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran untuk pertam-
bangan
 Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
 Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
 Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
 Agen yang kedudukannya tidak bebas
 Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau me-
nanggung risiko di Indonesia
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG:


 Diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
 Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
 Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN
MEKANISME/SIKLUS PENYELESAIAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
DALAM BADAN USAHA SELAMA SATU TAHUN

Penyetoran pajak yg terkait


dengan transaksi usaha dg
media SSP, SSB, atau lainnya
seperti : penyetoran PPh 21,
(Bukti) 22, 23, 25, 26, PPN & PPnBM,
Identifikasi;Penghitungan;
Transaksi PBB, BPHTB, Pajak Daerah Harus dilaksanakan
dptg/diput & atau memtg/
usaha dalam oleh WP setiap
memungut pajak-pajak yg
bulan/masa dlm satu
satu tahun terkait dg transaksi usaha
Pelaporan pajak yg terkait tahun pajak
pajak 20XX dengan transaksi, dengan
media SPM PPh 21, SPM PPh
22, SPM PPh 23, SPM PPN &
PPnBM

Neraca
Dicatat dalam Diposting ke
Saldo/Lajur
buku Jurnal Buku Besar

Laporan Keuangan
Buku Pembantu Komersial

SPT Tahunan PPh Terutang; Laporan Rekonsiliasi ke LK


PPh Badan/OP PPh Ps 28A/29 Keuangan Fiskal
Fiskal (Koreksi Fiskal)
Setorkan;
PPh pasal 4 (2)/Final media SSP
Pemotong/ PPh pasal 21/26 Setiap Bulan
Pemungut PPh PPh pasal 22
PPh pasal 23/26
Laporkan;
media SPT
Masa
PKP Penjual BKP/JKP
PPN Keluaran

Setiap Bulan
WP PPN KB/LB/Nihil

PKP Pembeli BKP/JKP


PPN Masukan

SPT Tahunan
PPh pasal 4 (2)/Final PPh OP/Badan
PPh pasal 21
Terpotong/Terpungut PPh PPh pasal 22
oleh pihak lain PPh pasal 23
PPh pasal 24
Di-
kreditkan

PPh pasal 25
Membayar sendiri PPh pd tahun berjalan STP PPh 25 PPh KB/LB/Nihil
FLN
PPh 29/28A/Nihil
Penghitungan PPh
akhir tahun
Pajak2 PBB & BPHTB Lap. Keu Pajak Kini
Lain PPhPHTB; BM (Fiskal) (PPh Terutang)
Pajak2 Daerah
 Cash basis
28 DES No Entries
8 JAN Kas 1.000.000
Pendapatan 1.000.000

 Accrual basis
28 DES Piutang Usaha 1.000.000
Pendapatan 1.000.000

8 JAN Kas 1.000.000


Piutang Usaha 1.000.000
Tercatat::
Tercatat
Piutang Usaha 1.000.000
Pendapatan 1.000.000

Seharusnya::
Seharusnya
Kas 10.000.000
Pendapatan 10.000.000

Koreksi//Reklasifikasi:
Koreksi Reklasifikasi:
Kas 10.000.000
Piutang Usaha 1.000.000
Pendapatan 9.000.000

Anda mungkin juga menyukai