Anda di halaman 1dari 8

HUKUM ISLAM/SYARIAT ISLAM

Syariat Islam (Arab: Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang
mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat
Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan
kehidupan dunia ini.

Sumber Hukum Islam


Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab

suci umat

Islam

adalah

firman Allah yang

diturunkan

kepada Nabi

Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman. [1] Selain
sebagai sumber ajaran Islam, Al Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama
syara'.
Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah
diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al Qur'an dari waktu ke waktu telah
berkembang tafsiran tentang isi-isi Al Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.

Al-Hadist
Hadits terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, diantaranya adalah:

Shaheh

Hasan

Dhaif (lemah)

Maudu' (palsu)

Hadits

yang dijadikan acuan hanya

hadits

dengan derajat shaheh dan hasan, kemudian

hadits dhaif dan maudu wajib ditinggalkan oleh umat Muslim.


Perbedaan al-qur'an dan al-Hadist adalah al-qur'an, merupakan kitab suci yang berisikan
kebenaran, hukum hukum dan firman Allah, yang kemudian dibukukan menjadi satu bundel, untuk
seluruh umat manusia. Sedangkan al-hadist, merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber
hukum Islam setelah al Qur'an berisikan aturan pelaksanaan, tata cara akhlak, ucapan yang
dinisbatkan kepada Rasulullah. Walaupun ada beberapa pertentangan di dalamnya tapi merupakan
kebenaran yang hanya orang orang yang diberikan izin oleh Allah untuk bisa memahaminya dan
semua ini atas kehendak Allah.

Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam,
berdasarkan al Qur'an dan al Hadist. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad wafat sehingga tidak
bisa langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum. Namun, ada hal-hal ibadah tidak
bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :

Ijma', kesepakatan para-para ulama

Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya

Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat

'Urf, kebiasaan

Terkait dengan susunan tertib syariat, al Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa
sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak
diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika
terdapat suatu perkara yang Allah dan rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat
Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat al
Qur'an dalam Surat Al Maidah[2] yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya
sudah dimaafkan Allah.
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada
Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang
termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

Asas Syara'

Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam al Qur'an atau al Hadits.
Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana al Qur'an itu asas pertama Syara` dan al
Hadits itu asas kedua syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia
dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan
darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan
umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang
membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau
tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak
berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang
berlaku.

Furu' Syara'

Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam al Quran dan al Hadist.
Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat
Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang
berlaku dalam wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga
disebut sebagai perkara ijtihadiyah.

SISTEMATIKA SUMBER HUKUM ISLAM


Agama Islam memiliki pedoman yang sangat penting dalam menghadapi hidup. Setiap muslim diwajibkan
agar berpedoman dengan sumber-sumber tersebut. Sumber-sumber tersebut terdapat beberapa bagian.
Sumber yang paling penting, sempurna, tidak diragukan, berlaku sepanjang zaman dan diwajibkan pula
setiap muslim atas pemahamannya yaitu Al-Quran. Sumber lainnya cukup penting dalam pengaplikasian
dari Al-Quran ke kehidupan sehari-hari yaitu Hadits dan ijtihad yang diambil berdasarkan kedua sumber
tersebut.
A. Al-Quran al-karim

Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan bahasa Arab
dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai hujjah (argumentasi) bagi-Nya dalam mendakwahkan
kerasulan-Nya dan sebagai pedoman hidup bagi manusia yang dapat dipergunakan untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta sebagai media untuk bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Tuhan dengan membacanya. Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ini
terwujud
dalam
bahasa
arab
dan
secara
autentik
terhimpun
dalam
mushaf.1
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau banyak juga yang
membulatkannya menjadi 23 tahun.
2Keistimewaan yang di miliki Al-Quran sebagai wahyu Allah ini ada banyak sekali, di antaranya yaitu:
a. Lafadh dan maknanya berasal dari Tuhan. Lafadh yang berbahasa Arab itu dimasukkan ke dalam dada
Nabi Muhammad, kemudian beliau membaca dan terus menyampaikannya kepada umat. Sebagai bukti
bahwa Al-Quran itu datang dari sisi Allah ialah ketidaksanggupan (kelemahan) orang-orang membuat
tandingannya walaupun mereka sastrawan sekalipun.
b. Al-Quran sampai kepada kita secara mutawatir, yakni dengan cara penyampaian yang menimbulkan
keyakinan tentang kebenarannya, karena disampaikan oleh sekian banyak orang yang mustahil mereka
bersepakat bohong.
c. Tidak ada yang bisa memalsukan Al-Quran karena ia terjaga keasliannya.

Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran,
dan sungguh Kami yang memeliharanya. Hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Quran ada 3 yaitu
hokum Itiqadiyah, hukum akhlaq, hukum amaliah.
1. Hukum Itiqadiyah yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban para mukallaf untuk
mempercayai Allah, malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah dan hari pembalasan.
2. Hukum akhlaq yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kewajiban orang mukallaf untuk
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela.
3. Hukum amaliah yaitu yang bersangkutan dengan perkataan, perbuatanperbuatan, perjanjianperjanjian, dan muamalah (kerja sama) sesama manusia.
Hukum amaliah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu hukum ibadat, seperti shalat, puasa, zakat, dan lainlain dimana hukum ini diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan hamba dengan Tuhan serta
hukum muamalat seperti segala macam perikatan, transaksi-transaksi kebendaan, jinayat dan uqubat
(hokum
pidana
dan
sanksi-sanksinya)
dan
lain
sebagainya.
Menafsirkan Al-Quran ada beberapa cara, yang pertama adalah penafsiran dengan cara lama yaitu,
menafsirkan dengan satu per satu ayat yang turun tanpa mengumpulkan atau menghimpun terlebih
dahulu. Metode ini dianggap memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah menghabiskan waktu
secara percuma, meninggalkan gagasan tertentu dalam sebuah ayat tertentu yang mengandung gagasan
tersebut, dan memperlakukan Al-Quran secara atomistis, parsial, dan tidak integral.
3 Kedua, penafsiran dengan cara menghimpun dalam tema-tema. Cara yang kedua ini dianggap cara
yang termodern karena dengan menghimpun terlebih dahulu, kita dapat membandingkan dan mengambil
kesimpulan yang tepat.
B. Al-Hadits
Tarif tentang Hadist
As-Sunnah menurut bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi.
4 Kebiasaan mencakup kehidupan sehari-hari dan yang baik dan buruk. Seperti sabda Nabi SAW,
barangsiapa membuat sunnah yang terpuji maka baginya pahala sunnah itu dan pahala sunnah yang
buruk maka padanya dosa sunnah buruk itu dan dosa yang mengamalkan sampai hari kiamat.
5 Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi SAW yang terdiri dari
ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada sebelum kenabian ataupun
sesudahnya.

6 Menurut istilah para ahli pokok agama (al-ushuliyyudin), sunnah ialah sesuatu yang diambil dari Nabi
SAW, yang terdiri dari sabda, perbuatan dan persetujuan saja.
7 Sesuai dengan tiga hal tersebut di atas yang disandarkannya kepada Rasulullah saw. maka Sunnah
dapat dibedakan kepada 3 macam:
a. Sunnah qauliyah (perkataan), yaitu sabda yang beliau sampaikan dalam beraneka tujuan dan
kejadian . Misalnya hadits yang berbunyi: tidak ada kemudharatan dan tidak pula memudharatkan
Adalah suatu Sunnah qauliyah yang bertujuan memberikan sugesti kepada umat Islam agar tidak
membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan orang lain.
b. Sunnah filiyah (perbuatan), yaitu segala tindakan Rasulullah saw. Sebagai Rasul. Misalnya tindakan
beliau mengerjakan shalat 5 waktu dengan menyempurnakan cara-cara, syarat-syarat dan rukun-rukun
melaksanakan, menjalankan ibadah haji, memutuskan perkara berdasarkan bukti atau saksi dan
mengadakan penyumpahan terhadap seorang pendakwa.
c. Sunnah taqririyah (persetujuan) perkataan atau perbuatan sebagian sahabat yang telah disetujui oleh
Rasulullah saw. secara diam-diam atau tidak di bantahnya atau disetujui melalui pujian yang baik.
Persetujuan beliau terhadap perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu dianggap sebagai perbuatan
yang dilakukan oleh beliau sendiri. Sebagai contoh misalnya periwayatan seorang sahabat yang
menceritakan bahwa: Ada dua orang sahabat bepergian, kemudian setelah datang waktu shalat mereka
bertayammum karena mereka tidak mendapatkan air. Setelah mereka melanjutkan perjalanan kembali, di
tengah jalan mereka mendapatkan air, sedang waktu shalat masih ada. Lalu salah seorang dari mereka
berwudhu dan mengulang shalatnya kembali, sedang yang satunya tidak melakukan yang demikian.
Ketika kedua orang tersebut melaporkan kepada rasulullah saw. apa yang telah mereka lakukan, maka
beliau membenarkan tindakan yang telah mereka lakukan masingmasing. Beliau berkata kepada orang
yang tidak mengulang shalatnya:perbuatanmu adalah sesuai dengan sunnah, karena itu shalat yang
sudah kamu kerjakan itu sudah cukup. Kepada orang yang mengulang shalatnya beliau berkata:kamu
akan memperoleh pahala dua kali.
Nisbah (hubungan) sunnah dengan Al-Quran:
1. Menguatkan (muakkid) hukum suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya di dalam Al-Quran.
Jadi, Al-Quran sebagai penetap hukum dan sunnah sebagai penguatnya.. Misalnya saja kewajiban
shalat yang tercantum dalam Al-Quran, maka dalam sunnah mempertegas kewajiban itu ketika Nabi
ditanya oleh malaikat Jibril untuk menerangkan tentang Islam, Nabi menjawab Islam itu ialah suatu
persaksianmu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, tindakanmu
mendirikan shalat..
2. Memberikan keterangan (bayan) ayat-ayat Al-Quran, artinya memberikan perincian ayat-ayat Quran
yang masih umum. Misalnya dalam Quran hanya dicantumkan kewajiban shalat dan sunnah
menerangkan waktu-waktu shalat, jumlah rakaatnya, syarat-syarat dan rukunnya dengan
mempraktekkannya langsung melalui perbuatan beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Pembagian Sunnah
Di tinjau dari sedikit atau banyaknya orang-orang yang meriwayatkan, sunnah dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Sunnah mutawatirah, yaitu sunnah yang diriwayatkan oleh sekian banyak sahabat Nabi, dan dari
sahabat-sahabat tersebut diriwayatkan pula oleh para tabii dan orang berikutnya dalam jumlah yang
seimbang dengan jumlah sahabat yang meriwayatkan pertama. Sunnah ini banyak ditemukan pada
sunnah amaliah (yang langsung dikerjakan oleh Rasul) misal cara melakukan shalat, puasa, haji dan lainlain dimana perbuatan-perbuatan Rasul tersebut disaksikan sendiri secara langsung oleh para sahabat
dengan tidak ada perubahan sedikitpun pada waktu disampaikan kepada para tabii dan orangorang pada
generasi berikutnya.
2. Sunnah masyhurah, yakni sunnah yang diriwayatkan oleh seorang sahabat atau dua orang atau lebih
yang tidak sampai mencapai derajat mutawatirah , kemudian dari sahabat tersebut diriwayatkan oleh
sekian banyak tabii yang mencapai derajat mutawatirah dan dari sekian banyak tabii ini diriwayatkan
oleh sekian banyak rawi yang mutawatir pula.

3. Sunnah ahad, sunnah yang diriwayatkan oleh seorang sahabat, dua orang atau lebih yang tidak
sampai derajat mutawatir, kemudian diriwayatkan lagi oleh seorang tabii, dua orang atau lebih dan
seterusnya diriwayatkan oleh perawiperawi dalam keadaan tidak mutawatir juga. Sunnah ahad ini yang
paling banyak dijumpai dalam kitab-kitab sunnah. Sunnah ahad terbagi menjadi tiga:
a) Hadits shahih, ialah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil dan sempurna ketelitiannya,
sanadnya
bersambung
kepada
Rasulullah,
dan
tidak
mempunyai
cacat
(illat)
.
b) Hadits hasan, ialah hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang adil tetapi kurang ketelitiannya,
sanadnya
bersambung
sampai
kepada
Rasulullah
dan
tidak
mempunyai
cacat.
c) Hadits dhaif, ialah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits ahahih dan hadits hasan. Jumhur
ulama sepakat dalam membolehkan hadits dhaif untuk menerangkan fadhailul amal, bukan untuk
menetapkan hukum-hukum yang pokok, seperti untuk menghalalkan atau mengharamkan suatu
perbuatan apalagi untuk menetapkan soal-soal aqidah.
C. Ijtihad
Ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil
syara, yaitu Al-Quran dan hadits. Orang-orang yang mampu menetapkan hukum suatu peristiwa dengan
jalan ini disebut mujtahid. Peristiwa-peristiwa yang dapat diijtihadkan yaitu:
a. Peristiwa-peristiwa yang ditunjuk oleh nash yang zhaniyulwurud (haditshadits ahad) dan zhaniyud
dalalah (nash Al-Quran dan hadits yang masih dapat ditafsirkan dan ditawilkan)
b. Peristiwa yang tidak ada nashnya sama sekali. Peristiwa-peristiwa semacam ini dapat diijtihadkan
dengan leluasa baik dengan perantaraan qiyas, istihsan, istishab, maslahat mursalah atau dengan jalan
lainnya.
c. Peristiwa yang sudah ada nashnya yang qathiyuttsubut dan qathiyud dalalah. Yang terakhir ini adalah
khusus dijalankan oleh Umar bin Khattab r.a. beliau meneliti nash-nash tersebut tentang tujuan syari
dalam mensyariatkan hukum. Kemudian beliau menerapkan ijtihadnya pada peristiwa sekalipun sudah
ada nashnya yang qathi.
Metode-metode Ijtihad
Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad dilakukan sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain. Dia antara metode atau cara berijtihad adalah:

a) Ijma adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu masalah pada suatu
tempat di suatu masa.. Menurut H.M. Rasjidi, Ijma adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat d suatu
tempat mengenai tafsiran ayat-ayat hukum tertentu dalam Al-Quran.
b) Qiyas adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam Al-Quran dan
As-Sunnah dengan hal lain yang hukumnya di sebut dalam Al-Quran dan Sunahrosul karena persamaan
illatnya (penyebab atau alasan)nya.
c) Istidal adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan.
d) Masalih al-Mursalah adalah cara menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
baik di dalam Al-Quran ataupun Sunnah, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau
kepentingan umum.
e) Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang sudah ada
demi keadilan dan kepentingan social.
f) Istishab adalah melangsungkan berlakunya hukum yang telah ada karena belum ada ketentuan lain
yang membatalkannya.
g) Urf (adat-istiadat) yang tidak bertentangan dengan hukum islam dapat di kukuhkan tetap terus berlaku
bagi masyarakat yang bersangkutan.
METODE ISTIDLAL DARI EMPAT MAZHAB

ISTIDLAL Secara bahasa kata berasal dari kata Istadalla artinya : minta petunjuk, memperoleh dalil,
menarik kesimpulan. Imam al-Jurjani, memberi arti istidlal secara umum, yaitu menentukan dalil untuk
menetapkan sesuatu keputusan bagi yang ditunjukan. Imam Al-Syafi'i memberikan pengertian terhadap
Istidlal dalam arti, menetapkan dalail dari nash ( Alquran dan al-Sunnah) atau dari ijma dan selain dari
keduanya.
Terdapat arti istidlal yang lebih khusus, seperti yang dikemukakan oleh Imam Abdul Hamid Hakim, yaitu
mencari dalil yang tidak ada pada nash Alquran dan al-Sunnah, tidak ada pada Ijma dan tidak ada pada
Qiyas. Definisi di atas menunjukan bahwa seorang mujtahid dalam memutuskan sesuatu keputusan
hukum hendaklah mendahulukan Alquran, kemudian al-Sunnah, lalu al-Ijma selanjutnya Alqiyas. Dan jika
Ia tidak menemukan pada Alquran , al-Sunnah, Al-Ijma dan Qiyas, maka hendaklah mencari dalil lain.
( Istidlal ).
Dalam aliran fikih, dikenal 4 mazhab yang paling populer, yaitu:
1) Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi dibawa oleh Imam al AZham Abu Hanifah, Al-Numan bin Thabit bin Zuwataal-Kufi.
Dilahirkan pada tahun 80H dan telah meniggal dunia pada tahun 150H. Beliau hidupdalam dua zaman
pemerintahan yaitu zaman pemerintahan Bani Umaiyah dan Bani Abassiyah.Imam Abu Hanifah adalah
imam al-rayu dan ahli fiqah Iraq, beliau sangat berhati-hati dalammenerima hadis. beliau menggunakan
Qias dan Istihsan.
Metode Istidlal Imam Hanafi
Kaidah pengambilan hukum yang digunakan oleh Imam Hanafi ialah beliau akan lebih mengutamakan alQuran dan Sunnah setelah itu beliau akan mengambil pendapat sahabat dan sekiranya masih tidak
dijumpai, beliau akan beralih pula pada ijma dan Qias. Kaedah terakhir yang akan digunakan sekiranya
masih tiada penyelesaian ialah menggunakan Istihsan dan al- urf (kebiasaan). Abu Hanifah sangat
menghormati para sahabat dan menganggap pendapat mereka satu perkarayang wajib diikuti, lebih-lebih
lagi dalam perkara yang mencapai kata ijma dikalangan mereka.Dalam perkara-perkara yang
dipertikaikan, beliau menggunakan fikirannya memilih suatupandangan yang bersesuaian atau lebih
hampir kepada dasar-dasar am dalam syariat ini.
2) Mazhab Maliki Imam Malik bin Anas bin Abu Amir al-Asbahi ialah penggasas mazhab ini dan beliau
jugamerupakan seorang imam fiqah dan Hadis Darul Hijrah (Madinah). Beliau dilahirkan padazaman alWalid bin Abdul Malik dan meninggal di Madinah pada zaman pemerintahan al-Rasyid.Imam Malik
merupakan seorang tokoh dalam bidang hadis dan fiqh. Kitab beliau al-Muwattamerupakan penyumbang
besar dalam bidng hadis dan fiqh. Imam As-Syafii pernah berkata ,Malik adalah guru saya, saya
menuntut ilmu darinya. Beliau adalah hujah diantara saya denganAllah SWT. tidak ada seorang pun
lebih daripada Malik.Kaedah
Metode Istidlal Maliki
Kaedah pertama yang dilaksanakan oleh Imam Malik dalam menyimpulkan sesuatu hukum ialah dari alQuran dan As-sunnah. Jika tidak didapati dari kedua-dua sumber hukum utama ini maka beliau akan
beralaih pula dengan kaedah Ijma serta Qias dan kemudian beliau akan menggunakan pula kaidah
Mashalih al-Mursalah. Imam Malik senantiasa mengutamakan al-Quran dalam menyusun dalil-dalilnya
dengan terang. Beliau mengutamakn nas-nasnya, kemudian zahirnya, kemudian pengertiannya yang
difahami darinya. Kemudian beliau akan beralih pula kepada Assunnah dengan mendahulukan yang
mutawatir, kemudian yang mashur,dan kemudiannya yang ahad, kemudiannya mengikut susunansusunan nasnya zahirnya danpengertian-pengertian yang difahami darinya. Kemudian beliau akan
beralih pula kepada Ijma. Apabila semua sumber pokok ini tidak ada maka barulah beliau menggunakan
qias sertamenyimpulkan yang berjasa kepada saya hukum-hukum daripadanya
3) Mazhab SyafiI Mazhab ini digagas oleh Al-Imam Abu Abdullah, Muhammad bin Idris al-Qurasyi alHasyimial-Muttalibi bin al- ialah al-Risalah yang merupakan penulisan pertamanya dalambidang ilmu usul
fiqah dan kitab al-umm di bidang fiqh berdasarkan mazhab jadidnya. Imam As-Syafie adalah seorang
mujtahid yang mutlak. Beliau merupakan imam dalam bidang fiqah, Hadis dan usul. Beliau telah berjaya
mencantumkan ilmu fiqah ulama hijaz dengan ulama Iraq. ImamAhmad pernah menyebut bahawa Imam
Syafie adalah orang paling alim Abbas bin Othman bin Syafii,(rahimahullah) masih senasab dengan
Rasulullah SAW. Beliau dilahirkan di Ghazzah Palestin pada tahun 150H. Imam Syafie diasuh dan
dibesarkan dalam keadaan anak yatim. Beliau telah menghafal al-Quran sejak kecil.Imam Ahmad bin

Hanbal telah bertemu dengan Imam Syafie di Makkah pada tahun 187H dan diBaghdad pada tahun
195H. Beliau mengajar Imam Ahmad ilmu fiqah dan usul fiqah serta ilmu nasikh dan mansukh alQuran.Di antara hasil karya beliau Metode Istidlal Imam SyafiI Sumber Mazhab Imam Syafie ialah alQuran dan sunnah. kemudian diikuti pula oleh ijmadan qias. Beliau tidak mengambil pendapat sahabat
karena merupakan ijtihad yang berkemungkinan salah. melainkan mengambil apa yang jadi ijma' para
sahabat Beliau juga beramal dengan istihsan yang diterima dalam mazhab Hanafi dan Maliki.
kecenderungan fleksibel imam syafi'i atas dasar rohmatan lil alamin dan mufaqot
4) Mazhab Hambali Penggasasnya yaitu Imam Abu Abdullah, Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad alZuhaili al-Shaibani. Beliau telah dilahirkan dan dibesarkan di Baghdad dan beliau juga telah wafat di sana
pada bulan Rabiulawal. Imam Ahmad telah mempelajari ilmu fiqah dari Imam Syafii ketika di Baghdad.
Akhirnya Imam Ahmad menjadi seorang mujtahid mustaqil. Beliau merupakan imam dalam bidang Hadis,
Sunnah dan fiqh. Imam Syafii berkata pada masabeliau meninggalkan Baghdad menuju ke Mesir, aku
keluar dari Baghdad dan tidak meninggalkan orang yang lebih taqwa dan alim dalam bidang fiqah selain
ibnu Hanbal.
Metode Istidlal Imam Hambali Imam Ahmad bin Hanbal sebagaimana imam-imam yang lain meletakkan
al-Quran dan Assunnah sebagai sumber utama dalam perundangan Islam. Beliau juga beramal dengan
Ijmadan qias, kalau terdapat nas yang nyata dalam al-Quran dan hadis mutwatir, tidak harus berpegang
kepada sumber-sumber lain seperti pendapat sahabat atau qias, tetapi terdapat jugaperbedaan antara
beliau dan imam-imam mujtahid yang lain dalam menyimpulkan sesuatuhukum seperti penggunaan
Istishab dan Sad al-dzarai

Hukum Syara adalah seperangkat peraturan yang berupa ketentuan Allah tentang tingkah laku
manusia yang diakui dan diyakini berlaku yang bersifat mengikat untuk semua umat yang beragama
Islam. Hukum Syara di sebut juga Hukum Islam. Macam-macam hukum Islam terbagi menjadi 5,
yaitu:
1. Wajib
2. Sunnah
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah

kata Shahih (( dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari


kata as-saqim ( ( =orang yang sakit jadi yang dimaksud hadits
shahih adalah hadits yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan
cacat.
Secara bahasa, hasan berarti al-jamal, yaitu indah. Hasan juga dapat juga
berarti sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu.
Sedangkan para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis hasan
karena melihat bahwa ia meupakan pertengahan antara hadis shahih dan
hadis dhaif,

Fungsi Hukum Islam Tujuan ditetapkannya Hukum Islam ada lima, yaitu:
1. Memelihara kemaselahatan Agama Agama islam harus dipelihara dari ancaman
orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang hendak merusak akidah, ibadah
akhlaknya. Agama islam memberi perlindungan dari kebebasan bagi penganut
agama lain untuk meyakini dan melaksanakan ibadah menurut agama yang
dianutnya.
2. Memelihara Jiwa, Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam
hukuman qishash (pembalasan yang seimbang), sehingga diharapkan agar sebelum
orang mau melakukan pembunuhan, dia berpikir dua kali, karena apabila orang
dibunuh meninggal, maka pembunuh juga akan menerima hal serupa.
3. Memelihara Akal, Akal sangat penting peranannya dalam kehidupan di dunia ini.
Dengan akal, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dengan itu manusia dapat mengelola dan memakmurkan dunia dengan sebaikbaiknya.
4. Memelihara keturunan Islam mengatur pernikahan dan mengharamkan zina. Islam
menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh dikawini. Hal ini dilakukan sebagai upaya
pemurnian dan pemeliharaan keturunan.
5. Memelihara harta benda Pada hakikatnya semua harta benda itu kepunyaan Allah,
namun islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena manusia itu sangat
tamak pada harta benda, maka islam mengatur supaya jangan sampai terjadi
bentrokan antara satu sama lain. Islam mensyariatkan peraturan-peraturan
mengenai jual beli, sewa menyewa, gadai dan sebagainya. Islam melarang penipuan,
pencurian, dan riba.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Konsepsi
Hukum Islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai