Anda di halaman 1dari 9

SUMBER HUKUM ISLAM bentuk makna dan dilafazkan oleh Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah

disebut Al-Qur’an.
2. Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab
2.1 Pengertian Sumber Hukum Islam 3. Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4. Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir
Pengertian sumber hukum ialah segala sesuatu yang melahirkan
atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat Ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
mengikat,yaitu peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan beberapa cara dan keadaan,antara lain, yaitu :
sanksi yang tegas dan nyata.Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu 1. Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan pedoman atau yang menjadi sumber syari’at islam yaitu Al- 2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW
Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad (Sunnah Rasulullah SAW).Sebagian berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-katanya
besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa pada prinsipnya sumber 3. Wahyu datang seperti gemirincing lonceng
utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.Disamping itu terdapat 4. Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW benar-
beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan sumber hukum islam benar sebagaimana rupanya yang asli
yaitu : ijma’, ijtihad, istishab, istislah, istihsun, maslahat mursalah,
Ayat-ayat yang diturunkan tadi dibagi menjadi dua bagian/jenis,yaitu :
qiyas,ray’yu, dan ‘urf.
1. Ayat-ayat Makkiyah
2.2 Al-Qur’an 2. Ayat-ayat Madaniyah

Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari Di dalam ajaran islam terdapat ketentuan-ketentuan untuk membentuk
semua ajaran dan syari’at islam. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an sesuatu hukum,yaitu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Ushul
yaitu 105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu Fiqih.Pengertian bahasa arab “Ushul Fiqih” secara harfiah adalah akar
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia pikiran,dan secara ibarat (tamsil) adalah sumber hukum atau prinsip-
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu prinsip tentang ilmu fiqih.Pada umumnya para fuhaka sepakat
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang- menetapkan dan Qiyas.
orang yang khianat[347],
2.3 Kandungan Hukum dalam Al-Qur’an
Definisi tentang Al-Qur’an telah banyak dirumuskan oleh beberapa
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
ulama’,akan tetapi dari beberapa definisi tersebut terdapat empat unsur
pokok,yaitu : Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan
yang berhubungan dengan-Nya
1. Bahwa Al-Qur’an itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa
apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam
Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari 2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan
kepercayaan ajaran tauhid sesama manusia dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum
muamalat adalah sebagai berikut:
Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau
mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang • Hukum munakahat (pernikahan).
mengingkari.
• Hukum faraid (waris).
Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran
• Hukum jinayat (pidana).
syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang
yang mengingkari kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran. • Hukum hudud (hukuman).
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut: • Hukum jual-beli dan perjanjian.
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan • Hukum tata Negara/kepemerintahan
rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan
akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang • Hukum makanan dan penyembelihan.
mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam. • Hukum aqdiyah (pengadilan).
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah • Hukum jihad (peperangan).
hubungan manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama
manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini • Hukum dauliyah (antarbangsa).
tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun
ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
2.4 Sunnah Nabi/Hadist
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku
normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang
makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu berkaitan dengan kehidupan manusia atau tentang suatu hal,atau disebut
yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf. pula sunnah Qauliyyah.Hadist merupakan bagian dari sunnah
Rasulullah.Pengertian sunnah sangat luas,sebab sunnah mencakup dan
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, meliputi:
yakni: 1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia 2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah
dengan Allah SWT,misalnya salat, puasa, zakat, dan haji
3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah · Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian
taqririyah tersebar luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.

Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an sebagai penganut · Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga
hukum yang ada dalam Al-Qur’an.Sebagai penganut hukum yang ada sampai kepada nabi muhammad.
dalam Al-Qur’an,sebagai penjelasan/penafsir/pemerinci hal-hal yang
· Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-
masih global.Sunnah dapat juga membentuk hukum sendiri tentang suatu
tengah,se hingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.Dalam sunnah terdapat unsur-
unsur sanad (keseimbangan antar perawi),matan (isi materi) dan rowi Sunan berkedudukan sebagai dalil hukum islam. Hal ini
(periwayat). didasarkan kepada nash Al-quran yaitu: Apa saja nikmat yang kamu
peroleh adalah dari allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka
Dilihat dari segi jumlah perawinya sunnah dapat dibagi kedalam tiga
dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul kepada
kelompok yaitu :
segenap manusia. Dan cukuplah allah menjadi saksi.(QS.annisa’:79)
1. Sunnah Mutawattir : sunnah yang diriwayatkan banyak perawi
2. Sunnah Masyur : sunnah yang diriwayatkan 2 orang atau lebih yang Surat Al-Arab ayat 158 sebagai berikut katakanlah : “ hai manusia
tidak mencapai tingkatan mutawattir sesungguhnya aku adalah utusan allah kepadamu semua yaitu allah yang
3. Sunnah ahad : sunnah yang diriwayatkan satu perawi saja. mempunyai kerjaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain dia. Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada allah dan
Pembagian hadist dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan
rasulnya, nabi ysng ummi yang beriman kepada allah dan kepada kalimat-
rawinya dan berdasarkan sifat perawinya.
kalimatnya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
1. Matan, teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan
petunjuk,” (QS. Al-a’rab : 158)
kalimat yang tertentu.
2. Sanad, bagian yangg menjadi dasar untuk menentukan dapat di Di dalamnya memahami hadist terdapat dari kutub yang harus
percaya atau tidaknya sesuatu hadist. Jadi tentang nama dan keadaan diperhatikan, yaitu:
orang-orang yang sambung-bersambung menerima dan menyampaikan 1. Hadist shahih
hadist tersebut, dimulai dari orang yang memberikannya sampai kepada 2. Hadist dhaif
sumbernya Nabi Muhammad SAW yang disebut rawi.
Ciri-ciri hadist yang shahih itu ialah yang kata- katanya bebas dari bahasa
Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan yang rendah (tidak pantas) serta maksudnya tidak bertetangga dengan
ke dalam empat tingakatan yaitu: ayat atau kabar (hadis) yang mutawir atau ijma’(yang gamblang), dan
· Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum yang yang meriwayatkannya orang-orang yang pantas dipercaya.
lain hingga sampai pada Nabi Muhammad SAW.
Adapun ciri-ciri hadist dhaif sebagaimana diungkapkan K.H.E 1. Ijma’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa
abdurrohman ialah bertentangan dengan nash al-quran sunnah yang ahli ijtihad atau mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-
mutawir, atau bertentangan dengan putusan akal yang gamblang. masing secara tegas dan jelas.

Didalam ilmu hadist dikenal adanya ulama hadist yang masykur. 2. Ijma’ sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad
Keenam ulama tersebut, ialah : atau sejumlah mujtahid mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya
1. Al-Bukhari (194 - 256 H/810 - 870 M) secara jelas.
2. Muslim (204 - 261 H/817 - 875 M)
Apabila ditinjau dari segi adanya kepastian hukum tentang suatu hal,
3. Abu Daud (202 - 275 /817 - 889 M)
maka ijma’ dapat digolongkan menjadi :
4. An-Nasai (225 - 303 H/839 - 915 M)
1. Ijma’ qathi yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian hukum
5. At-Turmudzi (209 - 272 / 824 - 892 M)
( tentang suatu hal)
6. Ibnu Majah 9207 - 273 / 824 - 887 M)
2. Ijma’ dzanni yaitu ijma’ yang hanya menghasilkan suatu ketentuan
2.5 Al-Ijma’ hukum yang tidak pasti.

Pada hakikatnya ijma’ harus memiliki sandaran, danya keharusan tersebut


Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan
memiliki beberapa aturan yaitu :
beberapa ahli istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa
- Pertama: bahwa bila ijma’ tidak mempunyai dalil tempat sandarannya,
rasulullah tentang hukum atau ketentuan beberapa masa yang berkaitan
ijma’ tidak akan sampai kepada kebenaran.
dengan syariat atau suatu hal. Ijma merupakan salah satu upaya istihad
- Kedua: bahwa para sahabat keadaanya tidak akan lebih baik keadaan
umat islam setalah qiyas.
nabi, sebagaimana diketahui, nabi saja tidak pernah menetapkan suatu
Kata ijma’ berasal dari kata jam’ artinya maenghimpun atau hukum kecuali berdasarkan kepada wahyu.
mengumpulkan. Ijma’ mempunyai dua makna, yaitu menyusun mengatur - Ketiga: bahwa pendapat tentang agama tanpa menggunakan dalil baik
suatu hal yang tak teratur,oleh sebab itu berarti menetapkan kuat maupun lemah adalah salah.kalau mereka sepakat berbuat begitu
memutuskan suatu perkara,dan berarti pula istilah ulama fiqih (fuqaha). berati mereka sepakat berbuat suatu kesalahan yang demikian tidak
Ijma berati kesepakatan pendapat di antara mujtahid, atau persetujuan mungkin terjadi.
pendapat di antara ulama fiqih dari abad tertentu mengenai masalah - Keempat: bahwa pendapat yang tidak didasarkan kepada dalil tidak
hukum. dapat diketahui kaitannya dengan hukum syara’ kalau tidak dapat
dihubungkan kepada syara’ tidak wajib d2kuti
Apabila di kaji lebih mendalam dan mendasar terutama dari segi cara
melakukannya, maka terdapat dua macam ijma’ yaitu :
2.6 Al-Ijtihad Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam
nash kepada kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena
Mencurahkan seluruh potensi pikiran untuk mengambil suatu hukum adanya kesamaan dua kejadian dalam illat hukumnya.Seterusnya dalam
dari dalil-dalil syara’ perkembangan hukum islam kita jumpai qiyas sebagai sumber hukum
( Al-quran dan sunnah).Menurut definisi bahasa arab ijtihad ialah yang keempat. Arti perkataan bahasa arab “Qiyas” adalah menurut
mencurahkan segala kemampuan di dalam mendapatkan hukum syara’ bahasa ukuran, timbangan. Persamaan (analogy) dan menurut istilah ali
dengan cara istimbat dari Al-Quran dan hadist.Mujtahid adalah seseorang ushul fiqih mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua peristiwa
yang melakukan ijtihad. Para mujtahid pada zaman sahabat hingga zaman dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction). Yaitu
tabi’in mengambil hukum-hukum suatu masalah langsung dari Al-Quran menciptakan atau menyalurkan atau menarik suatu garis hukum yang
dan hadist muhammad SAW. baru dari garis hukum yang lama dengan maksud memakaiakan garis
hukum yang baru itu kepada suatu keadaan, karena garis hukum yang
Mujtahid dapat dikelompokkan ke dalam 4 klasifikasi: baru itu ada persamaanya dari garis hukum yang lama.Sebagai contoh
1. Mujtahid yang bekemampuan berijtihad seluruh amsalah hukum dapat dihadirkan dalam hal ini yaitu surat Al-Maidah ayat 90,yakni :
islam dan hasilnya d2kuti oleh orang-orang yang tidak sanggup berijtihad.
Mereka berusaha sendiri, tanpa memungut pendapat orang lain. “ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
2. Mujtahid filmadzhab atau mujtahid yang di dalam berijtihad berjudi, (berkorban untuk berhala) mengundi nasb dengan panah, adalah
mengikuti pendapat salah satu madzhab dengan beberapa perbedaan. perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
Misalnya abu yusuf yang mengikuti pendapat madzhab manafi. perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”(QS.Al-Maidah : ayat
3. Mujtahid fil masail atau mujtahid yang hanya membidangi dalam 90)
masalah-masalah tertentu. Ciri mujtahid kelas ini yaitu: Menurut ketentuan nash, khamar dilarang karena memabukkan da
a. Dalam berijtihad mengikuti pendapat imam madzhab tertentu. dampak negatifnya akan menyebabkan rusaknya badan, pikiran dan
b. Lapangan ijtihadnya terbatas pada soal-soal tertentu dan pergaulan. Dengan demikian sifat memabukkan dimiliki sebagai sebab
menyangkut hal-hal yang cabang saja. bagi ketentuan hukum haram. Hal ini dapat diqiyaskan bahwa setiap
4. Mujtahid yang mengikatnya diri muqoyyad ciri-ciri mujtahid yang minuman yang memabukkan haram hukumnya jadi dilarang di dalam
termasuk dalam kelas muqoyyad: hukum islam.
a. Mengikuti pendapat-pendapat ulama’ salaf
b. Mengetahui sumber-sumber hukum dan masalahnya Qiyas sebagai salah satu hukum islam yang tdak dapat dikesampingkan
c. Mampu memilih pendapat yang di anggap lebih baik dan benar. keberadaannya di dalam menetapkan beberpa ketentuan hukum islam
memiliki 4 hukum yaitu:
2.7 Al-Qiyas 1. Sesuatu yang hukumnya tidak terdapat dalam nash atau hukum
islam.
2. Sesuatu yang hukumnya tidak terdapat dalam nash (far’u : cabang) dengan qiyas sebab dalamqiyas tentang sesuatu belum ada baik berupa
3. Hukm syara’ yang terdapat dalam nash berdasar unsur pokok. nash atau ijma’ karena adanya hukum, maka peristiwa atau hal
4. Illat, yaitu sebab dipersamakn dengan peristiwa yang sudah ada hukumnya. Karena adanya
persamaan illat sedangkan dalam istihsan hukumnya sudah ada bahkan
2.8 Al-istikhsan ada dua hukum yang harus dipilih.
Al-istikhsan adlah meninggalkan hukum yang diperoleh melalui qiyas yang Dalam istihsan ada dua aspek penting yaitu:
jelas (jali) untuk menjalankan hukum yang tidak jelas (khafi) karena 1. Aspek yang ditinggalkan dan dalil yang dipakai
adanya dalil syara’ atau logika yang membenarkan atau meneruskan 2. Aspek dalil yang dijadikan landasan dasar istihsan.
meninggalkannya. Pada prinsipnya adalah meninggalkan hukum yang
bersifat umum untuk melaksanakan istisna oleh karena aa atau terdapat Meninggalkan dalil yang umum dan menggunakan dalil yang khusus
dalil tertentu. Perbedaan pendapat tentang istihsan pada penggunaanya karena adanya darurat.
sebagai dalil sebenarnya prbedaan dalam memberi arti kepada istihsan
Contoh : kasus seperti tersebut dalam (QS. Al-Maidah : 38) tentang
itu dari banyak istilah yang dikemukakan tntang istihsan maka yang paling
pengecualian potong tangan bagi pencuri karena keadaan yang tidak
tepat dan sesuai dengan maksud penolakan imam syafi’i menurut yang
memungkinkan seerti dalam keadaan atau musim kelaparan. Hal ini
sering di nukilkan itu adalah “ sesuatu cara yang cenderung dan senang
pernah diperatekkan umar bin khatab yang berati menyalahi dari
perasaan manusia melakukannya sedangkan pihak lain
kandungan surat Al-Maidah ayat : 38 yaitu :
menganganggapnya baik” atau “ petunjuk atau dalil yang muncul pada
diri seseorang mujtahid sedangkan dia tidak mampu melahirkannya. “ 38.” Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah
tangan kedua saya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
Disamping itu ditegaskan pula bahwa imam syafi’i berpendapat bila
dan sebagai siksaan dari allah. Dan allah maha perkasa lagi maha
seseorang dibenarkan menggunakan istihsan ia akan berpendapat orang
bijaksana (QS. Al-Maidah : 38).
lain pun bebas menggunakan istihsan, tentu akan dapat menimbulkan
beberapa putusan yang benar atau beberapa fatwa dalm kasus yang 2.9 Al-Maslahah Mursalah
sama. Oleh karena itu imam syafi’i menetapkan tidak boleh memutuskan
berdasrkan istihsan. Yang dibenarkan hanya menggunakan ijtihad dengan Maslahah mursalah atau lengkapnya “ al-masalihul mursalah berarti
qiyas, bila dalam suatu kejadian tidak ditemukan nash dalam bentuk al- kemaslahatan yang dilepaskan. Maslahah mursaah adalah kebaikan atau
quran maupun al-sunnah. kemaslahatan yang tidak disinggung-singgung syara’ mengenai
hukumnya, baik di dalam mengerjakan atau meninggalkannya akan tetapi
Dalam istihsan pada suatu peristiwa terdapat dalil untuk dipilih. Untuk itu dikerjakannya, akan tetapi dikerjakan akan membawa manfaat dan
seorang mujtahid salh satu dalil yang jelas atau kuat untuk menjalankan menjauhkan kemudhoratannya, bahkan kemudhorotan tersebut dapat
dalil yang tidak jelas disebabkan adanya sesuatu hal. Istihsan berbeda hilang sama sekali.
Syarat maslahat mursalah yaitu : diluar dua dalil tersebut,diantara ‘urf atau adat. Kebanyakan ulama
1. Hanya berlaku dalam bidang muamalah jadi tidak berlaku dibidang menggunakan dalil ‘urf atau adat sebagai dalil takhsin. Karena fungsi dari
aqidah dan ibadah. takhsis itu adalah menjelaskan, maka ini berarti bahwa nash (teks) yang
2. Tidak bertentangn dengan maksud hukum islam atau salah satu umum dalam al-quran atau sunnah dapat dijelaskan atau dipahami
dalilnya yang sudah dikenal ( dalam hal ini Al-Quran dan hadist nabi) menurut pemahaman ‘urf atau adat. Sehingga tidak perlu heran jika
3. Ditetapkan karena kepentingan yang jelas dan sangat banyak ayat-ayat yang maksudnya umum berlaku universal di pahami.
diperlukanmasyarakat yang luas.
Sedangkan madzhab hanafi meletakkan ‘urf sebagai salah satu hukum
Menurut A. Hanafi di dalam pengantar dan sejarah hukum islam madzhabnya. Yang disimpulkan oleh abdullah siddik yang menegaskan
ditegaskan bahwa: bahwa:
1. Qur’an
“maslahat mursalah ialah pembinaan (penetapan hukum berdasarkan
2. Sunnah rasul atau hadist. Hadist yang diterima adalah hadit mutawir
maslahat (kebikan,kepentingan) yang tidak ada ketentuannya dari syara’
dan hadist masyhur. Hadist ahad(sanad tunggal) di tolak,mereka lebih
baik ketentuan secara umum atau secara khusus.”
abik mendahulukan qiyas daripada menggunakan hadist ahad.
Oleh karena itu maka maslahat tersebut di namai “ mursal” artinya 3. Fatwa-fatwa para sahabat didahulukan dari qiyas
terlepas dengan tidak terbatas. Akan tetapi jika sesuatu maslahat telah 4. Qiyas
ada ketentuan dari syara’ yang menujuk kepadanya secara khusus, seperti 5. Istihsan (menjalankan keputusan pribadi, yang tidak didasarkan pada
penulisan Qur’an karena dikhawatirkan akan tersia-sia atau seperti qiyas, tetapi didasarkan kepada kepentingan umum atau kepentingan
membrantas buta huruf (mengajarkan menulis dan membaca), atau ada keadilan. Contoh maslah musyatarakah dalm hukum waris (fara’id) tidak
nash umum yang menunjukkan macamnya maslahat yang harus memberikan pusaka kepada para saudara lelaki sekandung dengan jalan
dipertimbangkan, seperti wajibnyamencari dan menyiarkan ilmu berserikat dengan para saudara lelaki seibu adalh atas dasar qiyas.
pengetahuan pada umumnya, atau seperti amar ma’ruf dan nahi Sedangkan memberi pusaka kepada para saudara lelaki dengan jalan
mungkar, maka maslahat-masahat trsebut tidak lagi disebut maslahat menerima faraidh sudara-saudara lelaki seibu yang sepertiga itu apabila
mursalah, dan penetapan hulkumannya didasarkan atas nash bukan dhu-faraid menghabisi harta peninggalan, hingga tak ada yang tinggal
didasrkan atas aturan maslaht mursalah. untuk saudara lelaki saudara sekandung sebagainashabah adalah atas
dasr istihsan.
2.10 Al-‘Urf 6. Adat yang telah berlaku di dalam masyarakat, apabila tidak
“urf diakui keberadaannya di dalamenentukan hukum, terutama dalam bertentangan dengan Quran dan sunnah rasulnya.
menghadpi lafal-lafal yang bersifat umum. Untuk maksud tersebut,
mujtahid harus berusaha mendapatkannya. Billa tidak mungkin
mendapatkannya daklam al-quran dan sunnah dapat di tempat cara lain
2.11 Al-istihab haram. Lain halnya hukum wadh’I yaitu hukum yang mengandung sebab,
syarat, halangan yang akan terjadi atau terwujud sesuatu ketentuan
Istilah istihab memiliki arti tersendiri, sedangkan dalam ilmu ushul sendiri, hukum. Al-ahkam al-khamsahakan dijelaskan sebagai berikut:
menetapkan hukum sesuatu menurut keadaan yang terjadi sebelumnya
sampai ada dalil yang merubahnya. Pada dasarnya istihab adalah 1. Jaiz atau mubah
menjadikan hukum tentang sesuatu hal yang telah ada sejak semula tetap
Jaiz atau mubah adalah sesuatu perbuatan yang dibolehkan untuk
berlaku sampai adanya peristiwa berikutnya, kecuali ada dalil yang
memilih oleh Allah SWT atau Rasul-Nya kepada manusia mukallaf (aqil-
mengubah hukum itu.
baligh) untuk mengerjakan atau meninggalkan (sesuatu yang boleh
Istihab merupakan salah satu cara dari istidlal,istihab dapat dibagi ke dikerjakan dan boleh ditinggalkan kalau ditinggalkan tidak dapat pahala
dalam dua jenis yaitu: dan tidak berdosa ). Hal ini dalam pembahasan asas hukum Islam (ushul
1. Istihab kepada hukum akal dalam predikat”boleh” istihab ini fiqh) disebut hukum takhyiri. Ketentuan mubah biasanya dinyatakan
berdasarkan atas prinsip bahwa asal sesuatu itu boleh. Karena itu kalau dalam tiga bentuk, yaitu meniadakan dosa bagi sesuatu perbuatan,
tidak ada dalil pelarangan atau suruhan, maka sesuatu itu di hukumi pengungkapan halal bagi suatu perbuatan dan tidak ada pernyataan bagi
boleh atau mubah. sesuatu perbuatan.
2. Istihab kepada hukum syara’ yang sudah ada dalilnya dan tidak ada
Contohnya:melakukan gerak badan di pagi hari, seorang laki-laki boleh
sesuatu dalil yang merubahnya.
menikahi dua orang,tiga dan empat orang perempuan sebagai istrinya
B. Al-ahkam al-khamsah selama ia mampu berbuat adil.

Istilah Ahkam berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata 2. Sunnah (mandub)
hukum Khamsah artinya lima. Adapun arti ‘’al-hukmu’’ adalah
Sunnah (mandub) adalah sesuatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah
menetapkan suatu hal atau perkara terhadap suatu hal atau perkara.
SWT atau Rasul-Nya kepada manusia mukallaf (aqil-baligh). Namun
Ahkamul khamsah artinya ketentuan atau lima ketentuan. Pada dasarnya
bentuk anjuran itu d2mbangi dengan pahala kepada orang mukallaf yang
‘’ahkamul khamsah erat kaitannya dengan perbuatan manusia. Oleh
mengerjakannya dan tidak mendapat dosa bagi yang meninggalkannya.
karena itu, gabungan kedua kata dimaksud (Al-ahkam Al-khamsah) atau
biasa juga disebut hukum taklifi. Hukum taklifi adalah ketentuan hukum Sunnah (mandub) ini terbagi menjadi tiga yaitu: sunnah muakkad, sunnah
yang menuntut para mukallaf atau orang yang dipandang oleh hukum zaidah, dan sunnah fadhilah. Ketiga bentuk sunnah dimaksud akan
cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam bentuk hak, kewajiban, diuraikan sebagai berikut
maupun dalam bentuk larangan. Hukum taklifi di maksud, mencakup lima
· Sunnah muakkad yaitu suatu ketentuan hukum islam yang tidak
macam kaidah atau lima kategori penilaian mengenai benda dan tingkah
mengikat tetapi penting. Karena Rasulullah saw. senantiasa
laku manusia dalam hukum islam yaitu jaiz, sunnah, makruh, wajib, dan
melakukannya, dan hampir tidak pernah meninggalkannya atau dengan
ketentuan kalau perintah sunnah itu dikerjakan, ia dapat pahala 5. Wajib
sebaliknya kalau tidak dikerjakan tidak berdosa.
Wajib menurut hukum islam adalah sesuatu yang diperintahkan oleh
Contohnya: azan sebelum salat, member sedekah, salat jamaah untuk Allah SWT kepada manusia mukallaf (aqil-baligh) untuk mengerjakannya,
salat fardhu, dan dua salat hari raya yakni idhul fitri dan idhul Adha. mesti dikerjakannya ia mendapat pahala, sebaliknya bila ditinggalkan ia
berdosa atau dikenakan hukuman.
· Sunnah zaidah yaitu ketentuan hukum islam yang tidak mengikat
dan tidak sepenting sunnah muakkad. Sebab, Nabi Muhammad biasa Contohnya: melaksanakan salat 5 waktu yang telah diperintahkan oleh
melakukannya dan sering juga meninggalkannya. Allah, puasa di bulan ramadhan dll.

Contohnya: puasa senin dan kamis, bersedekah kepada fakir miskin.

· Sunnah fadhilah yaitu ketentuan hukum yang mengikuti tradisi Nabi


Muhammad dari segi kebiasaan-kebiasaan budayanya.

Contohnya: tata cara makan, minum, dan tidur dan sebagainya.

3. Makruh

Makruh (tercela) adalah sesuatu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT
atau Rasul-Nya kepada manusia mukallaf (aqil-baliqh). Namun bentuk
larangan itu tidak sampai kepada yang haram.

Contohnya: masuk rumah orang dengan tidak mengucapkan salam, ketika


melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan memperlambat berbuka
puasa.

4. Haram

Haram adalah larangan keras dengan pengertian kalau dikerjakan akan


berdosa atau dikenakan hukuman dan jika ditinggalkan akan mendapat
pahala

Contohnya: berzina, minum yang memabukkan, mencari, menipu dan


sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai