Anda di halaman 1dari 11

BAB I

SUMBER HUKUM ISLAM

Pengertian Sumber Hukum Islam


Sumber hukum Islam yaitu suatu dasar yang menjadi petunjuk bagi seluruh
umat manusia. Sumebr hukum Islam ini member petnjuk kepada mujtahid atas
hukum syara’ yang ada.
Sumber hukum Islam dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu, sumber hukum
Islam yang disepakati dan sumber hukum Islam yang diperselisihkan.
Sumber hukum Islam yang disepakati, yaitu:
- Al-qur’an
- Al-hadits (As-sunnah)
- Al-Ijma’
- Al-qiyas
Sedangkan sumber hukum Islam yang masih berselisih yaitu:
- Al-istishab
- Al-istihsan
- Al-masholih Al-Mursalah
- Al-‘Urf
- Madzhad Sahabat
- Syaddudz darai’
- Syari’at ummat sebelum kita
- Dalalah iqtiran
- Ra’yun nabi

1
A. Al-qur’an
a. Pengertian Al-qur’an
Al-qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca/ isim masdar yang
bermakna isim maful yaitu maqru’. Sedangkan menurut istilah, Al-qur’an adalah
firman Allah yang berbahasa arab, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.
Melalui malaikat jibril yang diriwayatkan secara mutawatir dan apabila dibaca dan
dipahami isi kandungannya akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah SWT.
Al-qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam
menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al-
qur’an dan tidak boleh bertentangan dengan Al-qur’an. Al-qur’an yang disalin
kedalam berbagai bahasa disebut terjemah Al-qur’an, sedangkan yang lebih luas
menguraikan pengertian beserta aspeknya disebut tafsir Al-qur’an. Tafsir inilah yang
akan menjelaskan kepada kita kandungan Al-qur’an. Di dalam tafsir al-qur’an sebagai
petunjuk bagi orang yang bertaqwa.
Firman Allah SWT

Artinya : Kitab (Al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa (Q.S. Al-baqarah [2]: 2)

Artinya : (Al-qur’an) ditujukan pada malam 17 Ramadhan (disebut malam, nuzul


qur’an) digua hira surah yang pertama diturunkan yaitu surah Al-Alaq ayat
1-5. Al-quran terdiri dari 30 Juz, 114 surah dan 6666 ayat.

2
b. Isi kandungan Al-Qur’an
Isi kandungan Al-qur’an antara lain:
1. Tuntutan yang berkaitan dengan akidah, yakni ketetapan tentang wajib
beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul dan
qadha dan qadar.
2. Tuntutan yang berkaitan dengan akhlak yaitu ajaran agar orang muslim
memiliki sifat-sifat mulia.
3. Tuntutan yang berkaitan dengan ibadah yakni shalat, puasa, zakat dan gaji.
4. Tuntutan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, dalam
bermasyarakat.

c. Pembagian Hukum dalam Al-Qur’an


Hukum-hukum yang terkandung dalam Al-qur’an terbagi atas tiga kelompok,
yaitu :
a. Hukum-hukum I’tiqadiyah (Hukum-hukum yang berkenaan dengan
keimanan).
b. Hukum-hukum khuluqiyah (Hukum-hukum yang berkenaan dengan
akhlak).
c. Hukum-hukum amaliyah (Hukum-hukum yang berkenaan denga
npelaksanaan syariah).

d. Kedudukan/ fungsi Al-qur’an

Kedudukan/ fungsi Al-qur’an antara lain :


a. Al-qur’an adalah sumber hukum yang utama
b. Al-qur’an sebagai penegas bidang akidah
c. Al-qur’an sebagai penegas bidang ibadah

3
d. Al-qur’an memberikan pelajaran kepada kita dengan pengelaman kisah-
kisah masa silam.
e. Al-qur’an sebagai pembawa kabar gembira
f. Al-qur’an menjadi pedoman hidup bagi setiap mu’min
g. Al-qur’an sebagai obat bagi segala penyakit rohani
h. Al-qur’an memberikan motivasi/ dorongan untuk kemajuan teknologi.
i. Al-qur’an menjawab segala problem kehidupan manusia.

B. AS-SUNNAH (Al-Hadits)
1. Pengertian As-Sunnah
As-sunnah menurut bahasa berarti ketetapan, Al-hadis ialah segala tingkah
laku Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan
atau diamnya Nabi. Al-hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-
Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan
perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya.
Sabda rasulullah SAW:

Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian, “kalian tidak akan sesat
selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu kitabullah (Al-qur’an) dan
sunah rasul-Nya” (Hadis Riwayat Imam Malik).

2. Pembagian sunnah
Sunnah dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Sunnah qauliyah, yaitu perkataan langsung dari Rasulullah SAW.

4
b. Sunnah Fi’liyah, yaitu perbuatan Rasulullah SAW yang dapat disimpulkan
sebagai perintah ataularangan melalui contoh atau teladan beliau.
c. Sunnah Taqririyah, yaitu pengakuan/ penetapan Rasulullah SAW.

3. Kedudukan Sunnah
Al-hadis sebagai sumber hukum Islam yang kedua, dapat dilihat dari:
a. Dalil Al-qur’an
Firman Allah SWT.

Artinya : Barang siapa yang mentaati rasul, maka sesungguhnya dia telah mentaati
Allah (An-Nisa: 80).

b. Al-Hadits
c. Kesepakatan ulama
d. Sesuai dengan petunjuk akal
e. Hubungan Al-qur’an dan sunnah

4. Fungsi hadis sebagai sumber hukum Islam yang kedua, antara lain:
a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-qur’an, sehingga
kedua-duanya (Al-qur’an dan Al-hadis) menjadi sumber hukum.
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-qur’an yang masih
bersifat umum.
c. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al-qur’an.

5. Sunnah yang dapat dijadikan hujah antara lain:


a. Sunnah mutawatir

5
b. Sunnah masyur dan
c. Sunnah ahad

C. Ijma’
1. Pengertian Ijma’
Menurut bahasa ijma’ berarti berkumpul, sedangkan menurut istilah syara’
ijma’ telaa kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa setelah watfatnya
Rasulullah atas suatu hukum syara’ tentang suatu masalah. Berpegang kepada hasil
ijma’ dibolehkan, bahkan menjadi keharusan.
Kesepakatan ulama dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:
1. Degnan ucapan (qauli),
2. Dengan perbuatan (Fi’li),
3. Dengan diam (sukut).
Kedudukan ijma’ sebagai sumber hukum Islam terdapat dalam firman Allah
SWT:

“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri
diantara kamu” (An-nisa: 59).

Sabda Rasulullah SAW.

6
Artinya: “Apabila seseorang hakim menerapkan hukum dengan jalan ijtihad,
kemudian ia benar, maka ia mendapatkan dua pahala, namun bila ia
menetapkan hukum degnan jalan ijtihad dan salah, maka ia mendapatkan
satu pahala.

2. Macam-camam Ijma’
Ijma’ terbagi dua yaitu:
1. Ijma’ Sharih, yaitu: apabila semua mujtahid menyatakan persetujuan atas
hukum yang mereka putuskan, dengan lisan maupun tulisan.
2. Ijma’ Sukuti, yaitu: apabila sebagian mujtahid yang memutuskan hukum itu
tidak semuanya menyatakan setuju baik dengan lisan maupun tulisan,
melainkan mereka hanya diam.

3. Sebab-sebab dilakukan Ijma’


Sebab-sebab dilakukan ijma’ antara lain:
1. Karena adanya persoalan-persoalan yang harus dicarikan status hukumnya,
sementara di dalam nas Al-qur’an dan Al-sunnah tidak ditemukan hukumnya.
2. Karena nas baik yang berupa Al-qur’an maupun Al-hadis sudah tidak turun
lagi atau telah terhenti.
3. Karena pada masa itu jumlah mujtahid tidak terlalu banyak dan karenanya
mereka mudah dikoordinir untuk melakukan kesepakatan dalam menentukan
status hukum persoalan permasalahan yang timbul pada saat itu.
4. Diantara para mujtahid belum timbul perpecahan dan kalaulah ada
perselisihan pendapat masih mudah dipersatukan.

7
D. Qiyas
1. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan atau
mempersatukan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedangkan
menurut istilah qiyas telah menetapkan hukum suatu masalah/ kejadiann yang belum
ada ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu masalah kejadian yang sudah ada
ketentuan hukumnya.
Kedudukan qiyas sebagai salah satu sumber hukum yang keempat setelah
ijma’ disepakati oleh jumhur ulama.
Firman Allah SWT.

Artinya : “Jika kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalilah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) (Q.S An-
Nisa: 59).

Firman Allah SWT.

Artinya : “Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri diantara
mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dan mereka (Rasul dan ulil amri) An-Nisa:83.
2. Rukun qiyas
Rukun qiyas ada empat, yaitu:

8
a. Asal (pokok), yaitu masalah yang menajdi ukuran atau tempat menyerupakan.
b. Far’un (cabang), yaitu masalah yang diukur, atau yang diserupakan.
c. Hukum asal yaitu hukum syara’ yang terdapat pada asal
d. Illat, yaitu sebab ang menghubungkan pokok dengan asal

3. Macam-macam Qiyas
Macam-macam qiyas terdiri dari :
a. Qiyas Aulawi, yaitu mengqiyaskan sesuatu dengan sesuatu yang hukumnya
telah ada namun sifatnya/ iliatnya lebih tinggi dari sifat hukum wajib telah
ada.
b. Qiyas Musawi, yaitu Illat qiyas suatu hukum sama, seperti halnya kasus
kesamaan keharaman hukum membakar harta anak dengan memakan
hartanya.
c. Qiyas Dilalah, yaitu menetapkan hukum karena ada persamaan dilalat al-
hukum, seperti kesamaan kewajiban zakat untuk harta anak yatim dan harta
orang dewasa.
d. Qiyas Syibh, yaitu terjadinya keraguan dalam mengqiyaskan, ke asal mana
illat ditujukan, kemudian harus ditentukan salah satunya dalam rangka
penetapan hukum padanya.

4. Sebab-sebab Dilakukan Qiyas


Diantara sebab-sebab dilakukannya qiyas antara lain:
a. Munculnya persoalan-persoalan yang tidak ada status hukumnya.
b. Karena adanya kesamaan illat antara masalah-masalah yang belum ada
hukumnya dengan masalah yang hukumnya telah ditentukan oleh nas.
c. Nash Al-qur’an dan sunah tidak turun lagi.

9
KESIMPULAN

1. Al-qur’an adalah firman Allah yang berbahasa arab, yang ditunrunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Melalui perantaraan malaikat Jibril yang
diriwayatkan secara mutawatir. Apabila dibaca dan dipahami isi
kandungannya akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah SWT.
2. Isi kandungan Al-qur’an meliputi akidah yakni beriman kepada gaib, akhalak
yakni tentang sifat-sifat terpuji, ibadah yakni kewajiban umat Islam, dan amal
perbuatan manusia terhadap lingkungan masyarakat.
3. Ayat Al-qur’an selain berkaitan dengan hukum, ada juga yang berkaitan
dengan masalah dakwah, nasihat, tamsil, sejarah dan lainnya.
4. As-sunnah adalah segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW. baik berupa
perkataan, perbuatan, amupun ketetapan atau diamnya Nabi. Al-Hadis adalah
sumber hukum Islam kedua setelah Al-qur’an.
5. Sunnah terbagi atas tiga yaitu sunnah Qauliyah, sunnah fi’liyah dan sunnah
taqririyah.
6. Ijma’ adalah kebulatan pendapat semua ahli ijtihat pada masa setelah wafat
Rasulullah SAW. atas suatu hukum syara’ tentang suatu masalah.
7. Ijma’ ada dua macam yaitu, ijma’ sharih dan ijma’ sukuti.
8. Qiyas adalah menetapkan suatu masalah/ kejadian yang belum ada ketentuan
hukumnya.
9. Rukun Qiyas yaitu asal, far’un, hukum asal, dan illat.
10. Macam-macam qiyas yaitu qiyas Anlawi, qiyas musawi, qiyas dilalah, dan
qiyas syibh.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, M.S. 2005. Fiqih Madrasah Aliyah Kelas Tiga. Jakarta: PT.
Listafariska Putra.

Hari Sukoco, Drs. 2011. Fiqih untuk Madrasah Aliyah Kelas XII. Klaten: Sinar
Mandiri.

H. Husni Rahim, Dr. 2001. Pendidikan Agama Islam untuk siswa SMK kelas 1.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama.

11

Anda mungkin juga menyukai