Anda di halaman 1dari 10

IJTIHAD KUNCI RELEVANSI DAN APLIKASI ISLAM

Suryan A. Jamrah
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email : suryan_aj@ymail.com

Abstrak
Islam, demikian keyakinan teologis Islami, adalah agama wahyu akhir zaman, sempurna,
dan universal, berlaku dan cocok untuk seluruh umat manusia di segala tempat dan sepanjang
masa. Keyakinan teologis ini meniscayakan ajaran Islam yang terkandung di dalam al-Qur‘an
dan al-Sunnah harus dipahami dan diamalkan dalam kehidupan manusia di sepanjang zaman.
Keyakinan teologis ini juga meniscayakan relevansi dan aplikasi Islam di sepanjang
perkembangan zaman yang sarat dinamika dan perubahan.
Media atau alat memahami sumber Islam al-Qur‘an dan al-Sunnah tersebut adalah akal.
Aktifitas mengerahkan kemampuan akal untuk memahami dan mengambil kesimpulan hukum
dari sumber Islam ini disebut al-ijtihad.Hanya dengan aktifitas ijtihad, Islam dirasa hadir di
tengah-tengah kehidupan umat di segala masa dan tempat-tempat yang berbeda. Aktifitas
ijtihad adalah abadi bersama perkembangan dan perubahan yang terus terjadi di dalam
kehidupan. Tanpa aktifitas ijtihad sangat mungkin Islam dipandang ketinggalan zaman,
dianggap tidak relevan dengan kebutuhan manusia kekinian.Dengan demikian, ijtihad adalah
kunci bagi terjaminnya relevansi dan aplikasi Islam di segala zaman dan perubahan.

Kata Kunci: Ijtihad, relevansi, dan aplikasi.

Pendahuluan Maka Islam, dengan kesempurnaan dan


Dalam perspektif teologi Islam, agama Allah universalitasnya, adalah agama wahyu terakhir,
hanya satu, yakni agama tauhid, yang yang eksis sampai akhir zaman dan dan berlaku
diturunkanmelalui para Nabi dan RasulNya, sejak untuk semua generasi umat manusia. Dengan kata
dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad lain, Islam adalah agama abadi (khalidun) dan
SAW.Agama tauhid ini diturunkan melalui cocok (laiqun) untuk segala tempat dan zaman,
rentang zaman yang sangat panjangdan untuk semua generasi manusia dan ras di seantero
berprosessecara berangsur-angsur, tadarruj, dari dunia. tidak ada lagi Nabi dan agama wahyu
yang sangat sederhana, sederhana, sampai kepada setelah Muhammad SAW dan Islam.
tingkat sempurna; dari yang bersifat lokal dan Kini muncul berbagai pertanyaan di sekitar
berakhirpada yang bersifat universal.
Kesempurnaan dan universalitas agama Allah ini
pemikiran dan budaya umat, mulai dari yang sederhana menuju
ada pada kerasulan Muhammad SAW (Q.S.5:3).1 sempurna. Sedangkan dalam aspek teologi tidak ada proses
evolusi, bahwa semua para Nabi sejak Nabi Adam sampai kepada
Nabi Muhammad membawa akidah tauhid. Jadi dalam aspek
1
Para ulama sepakat, bahwa proses evolusi atau tadarruj ini akidah, Islam tidak mengenal adanya proses dari polytheisme
berlaku pada aspek syariat, bahwa Allah menurunkan syariat menuju monotheisme, sejak Nabi Adam agama Allah adalah
secara berangsur-angsur disesuaikan dengan perkembangan monotheisme murni.

69|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

aplikasi dan relevansi, apakah Islam yang henotheisme, dan berakhir pada monotheisme.
diturunkan kepada Nabi Muhammad di tanah Sejak awal, masa Nabi Adam, agama Allah adalah
Arab15 abad silam, dengan sumber utamanya al- monotheistik atau akidah tauhidiah.Akidah
Qur‘an dan al-Sunnah, mampu merespon setiap tauhidiah, monotheisme, murni ini seumur dengan
persoalan yang dihadapi oleh manusia dari zaman awal keberadaan manusia di muka bumi.2
ke zaman, dari generasi ke generasi, yang hidup Kecuali aspek syariah yang diturunkan secara
di berbagai belahan bumi dan perkembangan berangsur-angsur, tadarruj, atau melalui proses
budaya yang berbeda-beda? Mampukah Islam evolusi, disesuaikan dengan perkembangan
menjelaskandan membimbing umat dalam pemikiran, situasi dan kondisi sosial umat masing-
menghadapi berbagai perubahan signifikan di masing para Nabi, berkembang dari yang
setiap perubahan era dan zaman? Apakah sederhana menuju yang sempurna. Kesempurnaan
penjelasan generasi pertama Islam masih relevan syariah agama Allah ini, demikian teologi Islam,
dengan perkembangan persoalan hidup umat berada pada Islam yang diwahyukan kepada Nabi
manusia kekinian?Maksud dari berbagai Muhammad SAW:
pertanyaan ini tidak lain adalah berhubungan …Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
dengan keniscayaan aplikasi dan relevansi Islam kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
di tengah-tengah perjalanan dan perubahan zaman nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
dalam spektrum situasi dan kondisi yang berbeda- agama bagimu...(Q.S.5:3)
beda.Jauh sebelum pertanyaan di atas muncul,
Islam sudah mempersiapkan langkah antisipatif Sebagai agama wahyu yang terakhir, yang
melalui institusi ijtihad. sempurna dan bersifat universal, maka Islam
Makalah atau tulisan singkat ini mencoba mesti hadir untuk segala tempat dan zaman,
memaparkan perihal institusi Ijtihad dalam fungsi untuk merespon dan menjelaskan setiap
sentralnya menjamin apalikasi dan relevansi Islam perkembangan danperubahan yang muncul dalam
dari masa ke masa, di setiap peralihan generasi, panggung kehidupan . Sehingga terbukti secara
yang sarat dengan berbagai perubahan signifikan praktis bahwa Islam adalah agama abadi dan
dan munculnya problema kehidupan yang belum aplikatif di sepanjang masa, cocok untuk segala
pernah terjadi pada zaman yang telah dilalui. situasi dan kondisi kehidupan umat manusia.
Adalah salah satu keunikan al-Qur‘an sebagai
Islam Agama Wahyu Akhir Zaman sumber utama bagi Islam, bahwa bahasanya yang
Agama Allah, demikian teologi Islam, pada mengatur kehidupan manusia lebih menonjol
hakekatnya satu, yakni Islam, yang diturunkan dengan bentuk global, tidak rigit dan saklek, ada
oleh Allah dalam kurun waktu bersamaan dengan yang berbentuk ‘am dan khas, mutlaq dan
kehadiran manusia di muka bumi, diturunkan muqayyad, muhkam dan mutasyabih, mujmal dan
secara berangsur melalui para Nabi dan Rasul, mufashshal. Semnetara itu, al-Sunnah sebagai
mulai dari Nabi Adam dan berakhir pada Nabi yang menjelaskan al-Qur‘an, tidak selalu pula
Muhammad SAW. Kesatuan dan kesamaan agama memberikan penjelasan yang detil bahkan tidak
Allah ini terletak pada sistem akidah yang sama, sedikit yang belum dijelaskan oleh sumber kedua
yakni akidah tauhidiah. Semua para Nabi dan ajaran Islam ini. Keadaan yang demikian memberi
Rasul Allah membawa dan mengajarkan akidah peluang dan wewenang kepada akal manusia untuk
tauhidiah kepada umatnya. Dalam hal akidah,
demikian Islam, tidak dikenal perkembangan 2
Bandingkan A. Mukti Ali, Ke-Esaan Tuhan dalam al-Qur‘an,
yang disebut evolusi, dari politheisme, Jogjakarta: Yayasan Nida, 1972, hal. 9-11.

70|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

melakukan telaah yang lebih jauh dan mendalam, sendiri, agar umat tidak salah langkah dalam
komprehensif, dan berkesinambungan. Pola bahasa menyikapi setiap perubahan dan hal baru, tidak
dan sifat penjelasan al-Qur‘an dan al-Sunnah yang apriori menerima atau menolak setiap fenomena
demikian, sudah barang tentu, dapat dipahami perubahan yang ada.
sebagai langkah antisipatif terhadap segala Dalam menghadapi berbagai perubahan dan
perkembangan dan perubahan yang terus pasti kasus baru yang dimunculkan oleh perkembangan
terjadi. Wahyu, al-Qur‘an, dan al-Sunnah sudah zaman tersebut, meniscayakan para ulama
berakhir, tetapi perkembangan dan perubahan kembali kepada al-Qur‘an dan al-Sunnah, mencari
dalam kehidupan tidak pernah berakhir, terus penjelasan dari pendapat para sahabat dan tabi‘in,
terjadi di sepanjang peralihan masa dan generasi. membanding-bandingkan pendapat para ulama
Adalah kewajiban para mujtahid dari masa ke terdahulu. Ketika penjelasan al-Qur‘an dan al-
masa untuk membuktikan keabadian dan Sunnah yang pasti atau qath‘iy tidak ditemukan,
universalitas Islamdi muka bumi, bahwa Islam dan pendapat para sahabat dan tabi‘in serta para
selalu hadir di setiap titik kehidupan manusia yang ulama terdahulu dirasa kurang relevan, maka mau
sarat dengan perubahan dalam berbagai kondisi tidak mau para ulama zaman harus melakukan
dan keadaan. Jika tidak, maka aplikasi dan amal pikir atau yang disebut ijtihad, dengan
relevansi Islam menjadi pertanyaan dan berpanduan kepada sumber-sumber dan ketentuan
dipertanyakan di era kekinian. yang telah ditetapkan dan disepakati oleh ulama
dan dari zaman ke zaman.
Dinamika Perubahan Sosial Masyarakat Demikian, perkembangan dan perubahan pasti
Alam, demikian statemen filsafat, adalah terjadi di setiap penggalan perubahan zaman, yang
kekal dalam perubahan terus menerus, fi hudutsin meniscayakan reinterpretasi dan pembaharuan
da‘imin, tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali pemahaman keagamaan, demi aplikasi dan
perubahan itu sendiri. Demikian pula di dalam relevansi Islam di sepanjang kehidupan alam.
kehidupan sosial masyarakat, perkembangan dan Antisipasi menghadapi berbagai perubahan dan
perubahan selalu terjadi dalam pusaran peredaran isyarat keniscayaan bahkan perintah ijtihad ini
zaman di tengah-tengah perubahan situasi dan telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam
kondisi, dan di sela pergantian generasi. sabdanya:
Perkembangan dan perubahan sosial ini akan
Ω˵ Ϊ͋ Π˴ ˵ϳ ΍˱ΩΪ͋ Π˴ ϣ˵ Δ˶ Ϩγ Δ˶ ˴΋Ύϣ˶ Ϟ͋ ϛ α ˸ ˵ ˷
terus terjadi dan tidak bisa dihindari, seiring ˶ ΃έ ΪϨϋ Δ˶ ϣ˷ Ϸ΍ ϩάϬϟ ΚόΒϳ ௌ ϥ·
dengan kemajuan sains dan tehnologi yang, sudah Ύ˴Ϭ˴Ϩϳ˸ Ω˶
barang pasti, berimbas kepada perkembangan dan Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk
perubahan mentalitas serta kebudayaan bani umat ini,di awal setiap seratus tahun(abad),
insani. Tidak jarang pula, perubahan tersebut seseorang mujaddid yang akan
justru membawa watak dan perilaku baru yang memperbaharui (pemahaman) agamanya.
bersinggungan langsung dengan konsep perilaku
keislaman. Ini meniscayakan Islam harus hadir Kebanaran sabda Nabi ini tidak diragukan lagi
merespon dan menjelaskan fenomena perubahan secara sosiologis, bahwa setiap pergantian abad
tersebut, baik menyangkut masalah sosial, politik, pasti membawa perubahan signifikan di dalam
ekonomi, budaya, seni dan lain sebagainya. berbagai aspek kehidupan, yang membawa
Pendek kata, setiap perubahan atau munculnya konsekuensi terjadi pergeseran nilai dan pola
hal-hal baru di seluruh aspek kehidupan manusia, kehidupan yang tidak terakomudir oleh penjelasan
Islam harus hadir dengan konsep danpanduannya dan pandangan agamis yang dilahirkan oleh para

71|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

ulama terdahulu.Maka pembaharuan pemahaman, sikap dan keputusan yang benar di hadapan setiap
tajdid, mutlak harus dilakukan melalui ijtihad para persoalan dan perubahan sosial budaya yang selalu
mujtahid anak zaman. Seorang mujaddid, muncul dari masa ke mana dan di berbagai tempat
pembaharu, haruslah bertaraf mujtahid, demi yang berbeda.
sebuah pembaharuan yang tidak bertentangan Dari pengertian di atas dipahami pula bahwa
dengan al-Qur‘an dan al-Sunnah. alat ijtihad adalah akal sehat yang tajam dan cerdas
Sampai pada uraian ini telah dipahami bahwa yang mampu melahirkan ra‘yu, pendapat rasional
keniscayaan ijtihad di kalangan muslimin berlaku yang benar menurut al-Qur‘an dan al-sunnah.
di sepanjang perjalanan zaman dan di tengah- Namun tentu saja, tidak semua orang yang berakal
tengan perubahan yang terus terjadi dalam sehat dan cerdas boleh ber-ijtihad. Kebolehan dan
kehidupan keumatan. keabsahan ber-ijtihad tergantung kepada syarat-
syarat tertentu yang telah ditetapkan oleh para
SekitarArti dan Syarat Ijtihad ulama, demi kebenaran, keabsahan dan kekuatan
Secara etimologis, Ijtihad, bahasa Arab, hasil ijtihad itu sendiri.
bentuk kata jadian (mashdar) dari akar kata Adapun syarat-syarat mujtahid atau pelaku
ijtahada- yajtahidu- ijtihadan, yang berarti ijtihad yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
kesungguhan dan kegigihan, kesusahan dan para ulama, antara lain, sebagai berikut. 1)ahli
kesulitan. Sedangkan secara terminologis atau tentang bahasa Arab dengan segala ilmunya, 2)
istilahi, ijtihad adalah: Mengetahui ulum al-Qur‘an, 3) Mengetahui ilmu
al-Sunnah, 4) Mengetahui tentang yang sudah
Ϯϫϭ ϼϴϟ˴Ω ωέΎ ˶ ˶ϟ΍ ρΎ˴ΒϨΘγ˶΍ ϰ˶ϓ Ϊ˶ Ϭ˸ Π˵ ϟ΍ ϝ˵ ά˸ ˴Α
˶ θ˷ ϟ΍ ϩήΒΘϋ΍ ΎϤ˷ ϣ˶ ϢϜΤ menjadi Ijma dan yang masih diperselisihkan, 5)
Ϫ˶ ˷ϴΒϧ ˴Δ͉Ϩγϭ ˶ௌ ΏΎΘϛ Memahami ilmu Qiyas, 6) mengetahui maksud
Ijtihad adalah mengerahkan segala hukum, 7)pemahaman yang benar dan cerdas, 8)
kemampuan pikiran untuk mengambil Niat dan akidah yang benar.4Dengan syarat-syarat
kesimpulan hukum syara dari sumber al- yang disepakati oleh para ulama salaf ini, maka
Qur‘an dan al-Sunnah.3 tidak semua orang Islam, apa pun tingkat dan gelar
akademisnya, boleh berijtihad atas nama kebebasan
Dari pengertian klasik ini dipahami bahwa ilmiah. Kiranya, yang boleh berijtihad atas nama
semula wilayah ijtihad fokus pada pengambilan hak dan kebebasan ilmiah hanya orang-orang yang
kesimpulan di bidang hukum fikih, mengenai memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan.5
masalah-masalah fiqhiyyah yang belum jelas
maksudnya dari al-Qur‘an dan al-Sunnah, karena 4
Lihat Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-
masih global dan umum, atau yang sama sekali Islamiah, juz 2, Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, tt., hal. 101-10.
Bandingkan dengan al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, juz
tidak disinggung oleh kedua sumber Islam ini. 1, Kairo: Dar al-Kutub al-Haditsah, 1976, hal. 265-69.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, wilayah 5
Ada sebagian ulama yang menjadikan peristiwa atau kasus
ijtihad meluas ke hampir seluruh aspek kehidupan sebagai prayarat ijtihad, dalam arti bahwa ijtihad boleh dilakukan
setelah adanya peristiwa atau kasus yang memang memerlukan
umat, mulai dari aspek teologis, moral sampai penjelasan atau solusi hukum. Hemat penulis prasyarat ini bukan
kepada aspek sosial politik, ekonomi, dan sesuatu yang mutlak, karena setiap mujtahid yang tengah
memahami al-Qur‘an dan al-Sunnah dan merasa suatu pesan belum
budaya.Sebagai agama, Islam tampil menjelaskan disampaikan dan atau sudah ada pesan yang pernah disampaikan
kepada umat dan membimbing mereka menuju tetapi terasa sudah tidak relevan dengan perkembangan kekinian,
maka ketika itu dia boleh berijtihad dan menyampaikannya kepada
umat. Lebih-lebih dalam hal moral, sosial, politik, dan ekonomi,
3
Lihat Muhammad Hudhari Bek, Tarikh al-Tasyri‘ al-Islami, banyak pesan-pesan al-Qur‘an dan al-Sunnah yang harus
Beirut: Dar al-Kutub, 1967, hal. 94. disampaikan sesuai dengan kondisi kekinian.

72|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

Adalah fenomena kekinian yang barang tentu, ada kalanya Rasulullah SAW
memperihatinkan, bahwa ada oknum muslim yang mengerahkan kemampuan akal atau ber-ijtihad,
begitu mudah dan lancang mengeluarkan pendapat demi jelas dan teraplikasinya pesan ayat
bercorak ijtihadi, padahal dia jauh dari syarat- dimaksud.Maka pada masa Rasulullah SAW ini
syarat ijtihad di atas. Ada oknum tokoh muslim sertamerta sumber hukum atau sumber ajaran
dengan gelar akademis yang prestisiusdan Islam menjadi dua, al-Qur‘an dan al-Sunnah.
dikagumi publik, begitu gampang dan lancang Sepeninggal Rasulullah SAW, tugas dan fungsi
berpendapat dan berfatwa Islami, pada bidang pemahaman ini dilanjutkan oleh para sahabat,
keilmuannya di luar bidang ilmu yang menjadi yang tidak hanya memahami dan menjelaskan
syarat ijtihad. Ini adalah fenomena kekinian, dan pesan al-Qur‘an tetapi juga pesan al-Hadits atau
umat harus dididik mengetahui syarat-syarat al-Sunnah. Semakin banyak kesempatan untuk
ijtihad, agar tidak mudah menerima pendapat memahami dan semakin banyak persoalan umat
oknum-oknum akademis yang bukan mujtahid. yang dihadapi, semakin gigih pula upaya para
Bentuk ijtihad yang paling awal tidak lain dan sahabat untuk memahami dan menjelaskan
tidak bukan adalah pemahaman dan penafsiran petunjuk al-Qur‘an dan al-Sunnah kepada umat.
terhadap kandungan al-Qur‘an. Hanya melalui Upaya memahami secara ijtihadi ajaran Islam
upaya pemahaman dan penafsiran, pesan-pesan yang bersumber pada al-Qur‘an dan al-Sunnah ini
al-Qur‘an dapat dilaksanakan sebagai pedoman sesungguhnya sudah dilakukan oleh para sahabat
kehidupan.Rasulullah SAW sebagai penerima ketika Sang Rasul masih bersama mereka. Sejak
wahyu adalah al-mufassir al-awwal al-wahid, itu pula biasa terjadi perbedaan pendapat di
penafsir pertama dan tunggal.6Penafsiran dan kalanngan mereka, namun setiap perbedaan yang
penjelasan Rasulullah ini kemudian dikenal terjadi di antara sahabat tersebut segera
sebagai al-hadits atau al-Sunnah. disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk
Di samping menafsirkan atau menjelaskan dijelaskan dan diklarifikasi oleh Sang Nabi.Apa
kandungan dan pesan ayat-ayat al-Qur‘an, pun yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,
Rasulullah SAW ada kalanya menyampaikan itulah yang diterima bulat oleh para sahabat dan
titahnya sendiri sebagai penguat dan atau perbedaan di antara mereka pun telah tiada. Ada
menambahkan sesuatu ajaran yang tidak kalanya pula Rasulullah SAW membenarkan dua
disampaikan secara tegas oleh al-Qur‘an. Peran pendapat yang berdeda di antara sahabat, pertanda
al-Sunnah sebagai penjelas dan penguat adalah islam mengutamakan fleksibelitas dan
disepakati oleh ulama umat, kecuali peran menghargai ijtihad.
menambah atau membawa hukum yang baru yang Bermula dari upaya pemahaman dan
masih diperselisihkan oleh mereka.7 Namun apa penafsiran para sahabat inilah muncul institusi
pun perbedaan yang ada, ulama sepakat bahwa ijtihad yang kemudian melahirkan berbagai
Rasulullah SAW tidak akan bersabda atas dasar sumberhukum dalam Islam selain al-Qur‘an dan
nafsu manusiawiahnya, melainkan sepenuhnya al-Sunnah.Selain dari pada itu, berkat ijtihadpara
atas dasar petunjuk wahyu.8Jelas, di dalam sahabat, tabi‘in dan tabi‘ tabi‘in serta ulama-ulama
menjelaskan makna suatu ayat al-Qur‘an, sudah kenamaan dari berbagai zaman nilah,dunia Islam
berkembang pesat dengan bermacam jenis ilmu
6
Lihat Q.S. 16: 44, 64. pengetahuan, baik di bidang agama mau pun
7
Lihat Muhammad Abu Zahw, al-Hadits wa al- umum. Sebaliknya, sejarah telah mencatat bahwa
Muhadditsun, ‘Inayat al-Ummat al-Islamiyyat bi al-Sunnat al-
Nabawiyyat, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1984, hal. 40. ketika aktifitas ijtihad terhenti, terhenti pula
8
Lihat Q.S. 53: 2-3. langkah kemajuan dunia Islam dan akibatnya

73|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

muslim terbelenggu dalam ke-jumud-an, pahala.Apabila dalam ketetapannya itu salah,


kebekuan pemikiran, dan terperosok dalam maka baginya tetap satu pahala (H.R. Muslim).
kemunduran.
Secara syar‘i, dasar hukum keberadaan ijtihad Dari beberapa hadits ini jelas betapa
adalah al-Qur‘an dan al-Sunnah itu sendiri. Dalam Rasulullah SAW sangat memberi apresiasi bahkan
pengertiannya sebagai usaha bersungguh dengan memerintahkan kepada umatnya agar mau dan
mengarahkan segala daya dan upaya, ijtihad selalu ber-ijtihad demi memahami dan
disebut di oleh al-Qur‘an, antara lain, dalam Q.S. menjelaskan ajaran agama Islam ini.
16:38, Q.S. 24: 53, Q.S. 35: 42. Di samping dasar nash atau alasan syar‘i di
Lebih jelas dan tegas, posisi urgen ijtihad ini atas, keniscayaan ijtihad ini lebih mudah dipahami
dipahami dari dialog Rasulullah dengan sahabat dari alasan ‘aqli atau rasional.Alasan rasional
Mu‘az bin Jabal, ketika Rasulullah mengutusnya dimaksud muncul dari realitas bahwa kehidupan
sebagai qadhi di Yaman. Rasulullah SAW bertanya manusia pasti menuju kepada berbagai
kepada Mu‘az: perkembangan dan perubahan.Setiap manusia
adalah anak zamannya.Generasi sahabat dan
Ϧ˸ Ϝ˵ ˴ϳ Ϣ˸ ˴ϟ ϥ˸ ˶Έ˴ϓ :ϝΎ˴ϗ.ௌ Ώ˶ Ύ˴Θϛ˶ ϰ˶ϓ ΎϤ˴ ˶Α ϰπ˶ ϗ˸ ˴΃ :ϝΎ˴Ϙϓ ˮϰπ ˶ Ϙ˸ ˴Η ˴ϒϳ˸ ˴ଉ tabi‘in hidup, melihat dan mengalami sitausi dan
Δ˶ ͉Ϩγ˵ ϰ˶ϓ ϦϜ˵ ϳ Ϣϟ ϥ˶Έ˴ϓ :ϝΎ ˴ ˴ϗ .ௌ ϝϮγέ Δ˶ ͉Ϩγ˵ ϰ˶ϓ:ϝΎ˴ϗ ˮௌ Ώ ˶ Ύ˴Θϛ˶ ϰ˶ϓ kondisi zamannya, dan mereka tidak merespon
ϝϮγέ
˴ ϖ˴ ͉ϓϭ˴ ϯά˶ ϟ΍ ˶Ϳ ΪϤΤϟ΍ :ϝΎ˴ϗ .ϰ˶ϳ΃˸ ή˴ ˶Α Ϊ˵ Ϭ˶ ˴Θ ˸Ο˴΃ :ϝΎ
˴ ˴ϗ ˮௌ ϝϮ˵γέ˴ kecuali yang terjadi di zaman mereka.Begitu
generasi-generasi berikutnya yang hidup dalam
(ϯάϣήΘϟ΍ ϩ΍ϭέ) ௌ ϝϮ˵
˶ γέ situasi dan kondisi yang berbeda dengan generasi
 Rasulullah bertanya: Bagaimana cara kamu sebelumnya, mereka hanya melihat dan merespon
menghakimi? Mu‘az: Aku menghukumi kejadian di zamannya.Demikian seterusnya,
dengan apa yang ada di dalam Kitab Allah. masing-masing generasi menghadapi
Nabi: Kalau tidak ada dalam Kitab Allah? perkembangan dan fenomena kehidupan yang
Mu‘az: dengan yang ada dalam sunnah berbeda.
Rasulullah. Nabi: Kalau tidak ada di dalam Maka dapat dikatakan secara rasional bahwa
sunnah Rasulullah? Mu‘az: Aku menghukumi konteks historis-sosiologis telah meniscayakan
dengan pendapatku sendiri tanpa melampaui ijtihadulama dari zaman ke zaman. Lebih-lebih
batas. Nabi: Segaja puji bagi Allah yang telah di zaman kekinian yang telah berjarak 15 abad
memberi petunjuk kepada utusan dari utusan dari masa Rasulullah dan generasi sahabat, pasti
Allah (H.R. al-Turmuzi).9 banyak muncul fenomana kehidupan baru yang
berbeda bahkan bertolak belakang dari sebagian
Di dalam sabdanya yang lain, Rasulullah fenomena masa silam tersebut. Setiap terjadi
SAW memberikan dorongan positif kepada umat perubahan dan munculnya hal-hal yang baru di
agar mau ber-ijtihad: tengah-tengah kehidupan, umat menunggu suara
dan bimbingan Islam, dan tugas menyampaikan
˶ ή˴ ˸Ο˴΃ ˵Ϫ˴Ϡ˴ϓ ΏΎ
Ϣ͉ ˵Λ Ϊ˴ ˴Ϭ˴Θ ˸ΟΎ˴ϓ Ϣ˴ Ϝ˴ Σ˴ ΍Ϋ˴ ˶·ϭ ϥ΍ ˴ λ˴ ˴΄˴ϓ Ϊ˴ ˴Ϭ˴Θ ˸ΟΎ˴ϓ Ϣ˵ ϛ˶ ΎΤ˴ ϟ΍ Ϣ˴ Ϝ˴ Σ˴ ΍Ϋ˴ ˶·
suara dan bimbingan Islam ini ada pada
˶ ϭ˴ ή˲ ˸Ο˴΃ ˵Ϫ˴Ϡ˴ϓ ˴΄˴τΧ˸ ˴΃
.Ϊ˲ Σ΍ tanggungjawab para ulama, khususnya yang
Apabila seorang hakim menetapkan hukum bermaqam mujtahid, yang memiliki kapasitas ber-
dengan ber-ijtihad dan benar, maka baginya dua ijtihad.
Demikian, keberadaan institusi ijtihaddalam
9
Lihat Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, juz 1, Islam adalah sah secaranaqli dan ‘aqli, absah
Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986, hal. 1067. secara rasional dan kontekstual. Aktifitas ijtihad

74|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

tidak hanya sekadar kebolehan melainkan menjadi tidak rinci, dan ada pula dalam maksud yang ‘am
keniscayaan sebagai kebutuhan untuk mencari dan khas (umum dan khusus), muthlaq dan
solusi Islami di setiap munculnya perubahan dan muqayyad, mujmal dan mufashshal, muhkam dan
persoalan baru dalam kehidupan keumatan. mutasyabih, yang memerlukan penelaahan dan
pemahaman rasional berkesinambungan. Sifat
Kedudukandan Peran Ijtihad bahasa al-Qur‘an dan al-Sunnah yang demikian,
Sebagai mana dimakalumi bahwa Kitabullah demikian para ulama, salah satu tanda bahwa
al-Qur‘an al-Karim adalah firman Allah yang Islam mengutamakan fleksibelitas dan elastisitas,
harus dibaca, dipahami maknanya, diketahui tidak kaku dan mampu merespon berbagai
maksudnya, dan diaplikasikan di berbagai aspek perkembangan dan perubahan yang terjadi di
kehidupan muslimin, kapan pun dan di mana pun berbagai situasi dan kondisi. Adalah benar bahwa
juga.Upaya pemahaman dan penafsiran tersebut salah satu fungsi al-sunnah adalah menjelaskan
hanya dapat dilakukan oleh orang berakal. Upaya makna dan maksud al-Qur‘an, namun
pemahaman dan penelaahan yang dilakukan kenyataannya tidak semua ayat al-Qur‘an telah
dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan dijelaskan oleh al-Sunnah secara rinci, bahkan
segala kemampuan akal inilah yang, dalam sistem dalam banyak hal penjelasan Rasulullah SAW
Islam, disebut Ijtihad. Aktifitas ijtihad ini sudah tersebut justru memerlukan penalaran dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dan lebih kentara pemahaman rasional manusia lebih lanjut. Maka
lagi oleh para sahabat, dan terus berlanjut oleh ijtihad tidak hanya usaha nalar secara sungguh-
generasai tabi‘in dan seterusnya. sungguh untuk memahami al-Qur‘an melainkan
Oleh para ulama,ijtihad memang tidak juga untuk memahami al-Sunnah.
diposisikan sebagai sumber hukum dalam Islam, Selain dari sifat nash di atas, bahwa dalam
melainkan, lebih dari itu, diposisikan sebagai setiap peralihan zaman dan generasi, di setiap
media yang melahirkan berbagai sumber hukum perkembangan dan situasi di berbagai tempat di
selain al-Qur‘an dan al-Sunnah. Dari gerbang belahan bumi selalu diiringi perubahan pola hidup
Ijtihadlahir sumber hukum seperti ijma‘, qiyas, bani insani, berbagai masalah baru selalu muncul
mashlahah, istihsan, istishab, dan ‘urf. Maka di tengah-tengah kehidupan manusia, lebih-lebih
dapat disimpulkan bahwa sumber hukum Islam di era modern yang dipacu oleh temani kemajuan
itu pada intinya dapat diklasifikasi kepada tiga sains teknologi dan keterbukaan informasi. Di
sumber ytama, yakni al-Qur‘an, al-sunnah, dan antara perubahan dan masalah-masalah yang
ijtihad. Al-Qur‘an dan al-Sunnah sebagai sumber muncul tersebut tidak sedikit yang meniscayakan
material ajaran Islam dan al-ijtihad sebagai alat tanggapan dan solusi agamis Islami.Demikian,
atau untuk menggali dan memahami pesan-pesan setiap peralihan zaman dan perubahan tempat
dari kedua sumber tersebut, sehingga suatu ajaran pasti terjadi perubahan dan tidak sedikit muncul
dapat dipahami dan diamalkan.Demikian, ruh kasus yang sama sekali baru, tidak pernah ada
Islam, pada intinya, adalah al-Qur‘an, al-Sunnah, pada era dan genarasi sebelumnya. Ini semua
dan ijtihad. Dengan ijtihad, al-Qur‘an dan al- meniscayakan kehadiran suara Islam.
Sunnah selalu hidup fungsional dan aplikatif Allah yang Maha Tahu dan Rasulnya yang
dalam kehidupan manusia. paling mengerti perihal hidupan dan kehidupan
Keberadaan institusi ijtihad jelas sebuah duniawi, dan Allah pula yang paling berkuasa
keniscayaan dalam Islam. Al-Qur‘an sebagai memberikan solusi bagi setiap persoalan yang
sumber utama lebih banyak menyampaikan dihadapi dan dialami oleh manusia. Dalam
ketentuan-ketentuan hukum dengan bahasa global, konteks inilah dipahami bahwa ketentuan al-

75|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

Qur‘an dan al-Sunnah yang lebih dominan bersifat barang tentu selamanya harus relevan dan aplikatif
garis besar, global dan bersifat umum, salah satu di segala zaman, di setiap perubahan, di seluruh
hikmahnya, adalah sebagai antisipasi atas segala tempat dan keadaan.
perubahan dan persoalan baru yang sering terjadi Mengenai wilayah dan materi ijtihad, para
di dalam kehidupan manusia. Dengan gaya ulama salaf semula membatasi wilayah ijtihad
ketetapan yang demikian, Islam menjadi ketentuan pada masalah fiqhiyyah atau masalah hukum
Islam menjadi elestis dan fleksibel untuk segala semata, namun dalam perkembangan selanjutnya
situasi dan kondisi. Tidak ada kesulitan melainkan wilayah ini meluas kepada hampir seluruh
selalu ada kemudahan bagi manusia. aspekkeislaman, terutama bidang
Dalam situasi terjadinya berbagai perubahan, mu‘amalah.Demikian pula, materi ijtihad dibatasi
kaum muslimin, khususnya para ulama, harus pada ketentuan hukum yang zhanny, bukan pada
tampil di hadapan umat dengan pesan-pesan hal-hal yang sudah dijelaskan oleh al-Qur‘andan
Islam, yang terkandung dalam al-Qur‘an dan al- al-Sunnah secara qath‘iy atau tegas dan rinci.
Sunnah dan mencari penjelasan yang mungkin Selanjutnya, masalah akidah dan ibadah mahdlah
telah ada di kalangan sahabat Rasulullah, kalangan juga bukan termasuk materi atau objek ijtihad.
tabi‘in dan tabi‘ tabi‘in dan generasi ulama Karena materi atau objek ijtihad adalah
berikutnya. masalah-masalah yang zhanny, tidak pasti, dan
Dalam menghadapi penjelasan yang telah ada kapasitas akal manusia adalah relatif, maka hasil
dan jelas, ulama mujtahid lebihlanjut harus atau pemikiran ijtihadi selamanya zhanny atau
menelaah apakah penjelasan tersebut masih relatif pula. Setiap hasil ijtihad selalu dalam
relevan dengan suasana dan kasus kekinian.Jika kategori: Benar tetapi mengandung kekeliruan
tidak relevan, maka harus dilakukan reinterpretasi atau keliru tetapi mengandung kebenaran.
atau review demi relevansi dan aplikasi. Ketika Relatifitas kebenaran hasil ijtihad ini semakin
perubahan atau kasus baru tidak dapat sangat kentara karena perbedaan kapasitas dan
disandarkan kepada pendapat para sahabat dan spesialisasi keilmuan yang ditekuni, serta
ulama mujtahidin masa silam, maka mujtahidin perbedaan zaman dan lingkungan yang dihadapi
kontemporer dituntut ber-ijtihad demi relevansi oleh para mujtahid.
dan aplikasi Islam. Ini harus dilakukan sebagai Demikian, hasil penalaran atau pemikiran
kewajiban seorang mujtahid membuktikan dan manusia dalam ijtihad selamanya relatif, nisbi, dan
menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah zhanny. Dapat dipastikan pula, bahwa ketika satu
agama akhir zaman, agama yang universal, agama ayat atau satu masalah dipikirkan, dianalisis, dan
yang cocok dan mampu membimbing manusia di ditafsirkan oleh beberapa orang ulama mujtahid
segala tempat dan zaman, di segala situasi dan dari latar belakang keilmuan yang berbeda, meski
keadaan. semuanya memenuhi syarat, maka hasilnya sangat
Demikian, ijtihad mempunyai peran penting mungkin lebih banyak yang berbeda ketimbang
memberikan solusi hukum kepada umat ketika yang sama atau serupa.
muncul persoalan baru yang belum ada ketentuan Sebagai yang bersifat zhanny dan relatif, maka
pasti sebelumnya.Ijtihad berperan dapat etika ijtihad tidak membolehkan klaim
menyesuaikan hukum dengan perkembangan dan “kebenaran mutlak” dari seorang mujtahid.
perubahan zaman, sehingga tidak ada kekosongan Kebenaran mutlakatau yang qath`iy hanya milik
hukum dan Islam selamanya aplikatif dalam Allah dan rasulNya. Betul, kebenaran al-Qur`an
kehidupan umatnya. Sebagai agama yang terakhir, dan al-Sunnah adalah mutlak atau qath`iy, tetapi
sempurna, dan bersifat universal, Islamsudah yang mengetahui kebenaran mutlak ini hanya

76|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

Allah dan RasulNya. Ketika sumber al-Qur`an dan Qur‘an dan al-Sunnah yang menjadi ruh eksistensi
al-Sunnah yang mengandung kebenaran mutlak Islam di muka bumi.Tanpa institusi ijtihad,
ini dipahami oleh manusia yang menjadi khazanah rasionalitas, universalitas, dan kontinuitas Islam
tafsir, menjadi hukum fikih, menjadi hukum sosial sulit ditunjukkan kepada dunia dalam status dan
dan lain sebagainya, maka kebenarannya menjadi posisinya sebagai agama wahyu terakhir bagi
zhanny atau relatif bersama keterbatasan dan manusia di seantero alam.
perbedaan kapasitas nalar, dan karena perbedaan Tanpa ijtihad yang berkenimambungan, sangat
sudut pandangdan watak keilmuan para mujtahid mungkin banyak pesan-pesan al-Qur‘an dan al-
itu sendiri. Sunnah belum terungkap dan tidak teraplikasi
Karena hasil pemahaman atau hasil ijtihad itu dalam kehidupan umatkekinian, dan sangat
zhanny, maka suatu pemikiran fikih, tafsir, dan banyak perilaku mereka yang tidak mempunyai
lainnya seyogianya dinamis, dan tidak aib bahkan status hukum dan tidak mempunyai nilai moral
harus dikembangkan bahkan diperbaharui sesuai Islami.
dengan dinamika dan konteks zamannya.Adalah Hanya dengan aktifitas ijtihad Islam dapat
sangat mungkin bahkan menjadi suatu kepastian menunjukkan universalitas dan petunjuknya di
bahwa suatu pendapat dipakai di suatu masa dan sepanjang umur dunia. Dengan ijtihad pula, Islam
tempat, tetapi akanditinggalkan di masa dan tidak pernah tertinggal dan terasing dari
tempat yang lain. Demikianungkapan yang pernah perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi
disampaikan oleh Imam Malik: “Pendapat kehidupan umat manusia.Dengan aktifitas dan
seseorang itu diambil untuk ditinggalkan karya ijtihad, umat merasakan kehadiran petunjuk
kemudian, kecuali perkataan Rasulullah SAW”.10 Islam bagi kehidupan mereka, yang menjamin
Sebagai yang zhanny atau relatif, hasil ijtihad tidak mereka hidup selamat dunia akhirat.Kemukjizatan
mempunyai kekuatan hukum mengingat harus al-Qur‘an dan keunggulan al-Sunnah, antara lain,
diikuti oleh umat. Hasil ijtihad lebih berupa tawaran terletak kepada fungsinya membimbing manusia
solusi ketimbang mempunyai nilai hukum di sepanjang zaman dan di segala keadaan.Dengan
instruksi. Suatu hasil ijtihad mungkin hanya relevan ijtihad pula, Islam tidak pernah ditinggalkan oleh
dan berlaku untuk kurun waktu dan di wilayah perkembangan zaman, tidak dikucilkan oleh
tertentu, dan tidak dipandang tidak relevan dan berbagai perubahan, dan tidak diasingkan oleh
tidak berlaku pada waktu dan tempat lain tertentu. berbagai peradaban dan kebudayaan.Dengan
Ini meniscayakan semangat dan aktifitas ijtihad ijtihad khazanah ilmiah Islam semakin
yang abadi sepanjang umur dunia, selagi perkembangan berkembang, dan peran Islam membangun
dan perubahan selalu ada.Adalah sebuah kecelakaan kehidupan manusia semakin terasa.
sejarah, ketika umat ini pernah menganggap pintu Dengan demikian dapat ditarik sebuhan
ijtihad telah tertutup.Pintu ijtihad tidak boleh ditutup kesimpulan, bahwa ijtihad adalah kunci bagi
dan harus dibuka selalu, kecuali kalau pikiran umat relevansi dan aplikasi Islam di sepanjang zaman,
ini yang tertutup tidak mau ber-ijtihad. di segala tempat, di berbagai situasi dan kondisi,
dan di setiap lingkungan sosial budayaserta
Kesimpulan peradaban umat manusia.Terbuktilah Islam agama
Ijtihad adalah institusi terpenting di dalam yang kekal abadi, universal untuk seluruh manusia
usaha umat memahami dan mengamalkan al- di bumi, dan selamanya hadir menjadi petunjuk
jalan hidup dan kehidupan manusia, kapan pun
10
Lihat Muhammad Hudhari Bek, Tarikh al-Tasyri‘ al-Islami, dan di belahan bumi mana pun mereka berada.
Mesir: Maktabah al-Tijariah al-Kubra, 1970, hal. 236.

77|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015
Suryan A Jamrah: Ijtihad Kunci Relevensi dan Aplikasi Islam

DAFTAR KEPUSTAKAAN Mufassirun, juz 1, Kairo: Dar al-Kutub al-


Haditsah, 1976.
A. Mukti Ali, Ke-Esaan Tuhan dalam al-Qur‘an, Al-Hudhari Bek, Muhammad, Tarikh al-Tasyri‘
Jogjakarta: Yayasan Nida, 1972. al-Islami, Beirut: Dar al-Fikr, 1967.
Abd al-Rahman Ibn Nashir al-Sa‘di, Thariq al- Ma‘ruf Amin, K.H, Fatwa Dalam Sistem
Wushul ila al-‘Ilm al-Ma‘mul, Dar al- Hukum Islam, Jakarta: elSAS, 2011.
Ma‘ali, 1997. M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‘an,
Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh al-Mazdahib al- Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Islamiyah, juz 2, Kairo: Dar al-Fikr al- Kehidupan, Bandung: Mizan, 1992.
‘Arabi, t.th. Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, juz
Abu Zahw, Muhammad, al-Hadits wa al- 1, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
Muhadditsun, Beirut: Dar al-Kitab al- 1986.
‘Arabi, 1984. ————, al-Wasith fi Ushul al-Fiqh al-Islami,
Al-Dzahabi, Muhammad Husain, al-Tafsir wa al- Beirut: Dar al-Kutub, 1978.

78|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.40,No.1


Januari - Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai