Anda di halaman 1dari 13

Sumber Hukum Islam

Mata Kuliah: Pendidikan Agama


Dosen Pengampu:.

Disusun oleh :
1. Berliana Dewi Maharani (NIM: 22020119130048)
2. Vanesa Nur Arianti (NIM: 22020119140084)
3. Nida Uljanah (NIM: 22020119130065)
4. Meita Khoirur Rosita (NIM: 22020119130083)
5. Irma Afrilia (NIM: 22020119130060)
6. Dina Rohmatunnisa (NIM: 22020119130082)
7. Aviana Cintia Prana (NIM: 220201191300)
8. Aulia Meisaroh (NIM: 220201191300)
9. Destriana Putri Amalia (NIM: 22020119130036)

Kelas A.19-1
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
2020
Pengertian Islam
A. Dari segi epitemologi
1. Islam dari bahasa Arab, aslama yuslimu yang berartiberserah diri, patuh,
taat, tunduk. (QS. Ali Imran:83 dan QS. An Nisa: 125)
2. Islam juga berasal dari kata Arsilm, yang artinya perdamaian, kerukunan,
keamanan. Agama Islam menganjurkan dapat mewujudkan perdamaian
dan keamanan dalam kehidupan lahir maupun batin. (QS. Al-Anfal: 61
dan QS. Muhammad: 35)
3. Islam juga diambil dari kata assalam, artinya selamat, sejahtera,bahagia.
(QS. Az-Zumar: 73 dan QS. Yasin:58)
4. Islam juga diambil dari kata Saliman yang artinya suci dan bersih. Agama
islam yang menganjurkan pemeluknya untuk menjaga kesucian diri
(kehormatan) dan kebersihan. (QS. Asy-Syu’ara:89 dan QS. As-Shoffat:
84).
B. Dari segi terminologis
 Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia
melalui Rasul-Nya, yang beriri hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan hubungan
manusia dengan alam semesta.
 Islam adalah agama yang berisi ajaran lengkap(holistik), menyeluruh
(comprehensive) dan sempurna (kamil). Islam datang untuk
menyempurnakan ajaran yang dibawa nabi-nabi Allah sebelum Nabi
Muhammad SAW.
Pengertian Sumber Hukum Islam
Suatu pedoman atau dasar utama dalam pengambilan buku Islam. Sumber hokum
Islam bersifat dinamis, benar dan mutlak.
Sumber-sumber Hukum Islam yaitu:
1. Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an
Wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman umat manusia
b. Kedudukan Al-Qur’an
 Al-Qur’an sebagai asy-syifa merupakan obat pencahar yang dapat
menenangkan dan menentramkan batin
 Al-Qur’an sebagai An-Nur merupakan cahaya yang menerangi
manusia dalam kegelapan
 Al-Qur’an sebagai Al-Furqan merupakan sumber hukum yang
dapat membedakan antar hak dan batil
 Al-Qur’an sebagai Al-Huda yang artinya sebagai petunjuk ke jalan
Allah SWT
Surah An Nisa (4) ayat 59
c. Macam-macam hukum di dalam Al-Qur’an
 Hukum-hukum I’tiqodah
Hukum yang mengatur untuk mempercayai Allah SWT, malaikat-
malaikat, rasul-rasul dan hari akhir
 Hukum-hukum Akhlak
Hukum yang mengatur tingkah laku dan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan diri dari sifat tercela
 Hukum-hukum Amaliah
Hukum yang bersangkutan dengan perkataan, perbuatan,
perjanjian dan muamalah (kerja sama) sesame manusia.

2. Hadits
a. Pengertian Hadits
 Menurut para ahli
Hadits merupakan segala perkataan, perbuatan, takrir (ketetapan),
sifat, keadaan, takbiyat (watak) dan sirah (perjalanan hidup) Nabi
Muhammad SAW
 Menurut bahasa
Hadits merupakan ucapan atau perkataan.
 Menurut istilah
Hadits adalah ucapan atau perbuatan atau takrir Rasulullah SAW
b. Kedudukan
Kedudukan hadits setingkat dibawah Al-qur’an. Allah SWT berfirman
dalam surat Al Hasyr (59) ayat 57
c. Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
1. Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum contohnya:
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat tentang sholat. Ayat tersebut dijelaskan
pada haidts sebagai berikut:
“shalatlah kamu sebagaimana aku shalat”
2. Memperkuat pernyataan yang ada di Al-Qur’an
Contohnya:
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat :
“Barang siapa diantara kamu yang melihat bulan maka berpuasalah”.
Ayat tersebut diperkuat oleh hadits “Berpuasalah karena melihat bulan
dan berbukalah karena melihat bulan”.
3. Menerangkan maksud dan tujuan ayat
Contohnya :
Dalam surat At Taubah (9) ayat 34
Artinya : “orang-orang menyimpan emas dan perak, kemudian tidak
membelanjakannya dijalan Allah SWT, gembirakanlah mereka dengan
azab yang pedih.”
Dijelaskan hadits: “Allah SWT tidak mewajibkan zakat melainkan
supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah di zakati”
4. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak disebutkan secara zahir
(kelihatan dalam Al-Qur’an)
d. Macam-macam hadits
1. Ditinjau dari banyak sedikitnya dari orang yang meriwayatkan.
Hadits dibagi menjadi 3 sebagai berikut :
a. Hadits Mutawatir
Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat.
b. Hadits Masyhur
Hadits yang diriwayatkan oleh dua sahabat atau lebih tetapi tidak
mencapai derajat mutawatir.
c. Hadits Ahad
Hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang sehingga tidak
mencapai derajat mutawatir
2. Ditinjau dari segi kualitas yang meriwayatkan
a. Hadits Sahih
Hadits sahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
adil, kuat hafalannya, tajam penelitiannya, sanad yang
bersambung, tidak cacat., dan tidak bertentangan dengan riwayat
orang yang lebih terpercaya.
b. Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
adil, tetapi kurang kuat ingatannya, sanad-nya bersambung, tidak
cacat, dan tidak bertentangan.
c. Hadits Dai’f
Hadits dai’f adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
dipenuhi hadits sahih atau hasan.
d. Hadits Maudu
Hadits maudu adalah hadits palsu yang dibuat orang atau dikatakan
orang sebagai hadits, padahal bukan hadits.

3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahad yang artinya berusaha keras/ berusaha
sekuat tenaga. Kata ijtihad secara harfiah mengandung arti yang sama, ini
secara teknis diterapkan bagi seorang ahli yang dengan kemampuan akalnya
berusaha keras untuk menentukan pendapat dilapangan hukum mengenai hal
yang pelik-pelik dan meragukan. Dasar ijtihad berasal dari hadits riwayat Abu
(Daud 23:11) yang bunyinya: “Pada waktu mu’adh ditetapkan sebagai
gubernur suatu petunjuk di Yaman, beliau ditanya nabi suci, bagaimana beliau
akan mengadili jika suatu perkara diajukan kepada beliau. Beliau menjawab:
“Aku akan mengadili dengan undang-undang Qur’an.” Tetapi jika engkau
tidak menemukan suatu petunjuk didalam al-qur’an suci? tanya nabi suci.
“Maka aku akan mengadili menurut sunnaah nabi-nabi.” Jawab beliau.”Tetapi
jika engkau tidak menemukan suatu petunjuk dalam sunnah nabi,” Tanya nabi
lagi. “Maka aku akan menggunakan pertimbangan akal ku (ajtahidu) dan
mengadili menurut itu”, jawab beliau. Nabi suci lalu menepuk lengan beliau
sambil berkata: “Segala puji bagi Allah, yang telah memberi petunjuk kepada
utusan-Nya seperti yang ia kehendaki.
 Kedudukan
Ijtihad merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah al-qur’an dan hadits.
 Bentuk Ijtihad
a. Ijma
Ijma merupakan kesepakatan para ulama dalam memutuskan suatu
perkara atau hukum.
b. Qiyas
Qiyas merupakan mempersamakan hukum suatu masalah yang
belum ada kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang
pernah …ada alasan yang sama.
c. Maslahah mursalah
Maslahah Mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum
yang berdasarka atas pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.
d. Istihsan dan Istishlah
Istihsan merupakan menjalankan keputusan pribadi yang tak
didasarkan atas qiyas, melainkan didasarkan pada kepentingan
umum atau keadilan.
Istidlal merupakan menarik kesimpulan dari suatu perkara dari
sesuatu yang lain yiatu kesimpulan dari adat dan kebiasaan.
Pembagian Hukum Islam
Ulama Usful fiqh membagi hukum menjadi dua bagian besar yaitu hukum
taklifi dan hukum wad’i.
Hukum taklifi adalah tuntunan Allah SWT yang berkaitan dengan perintah atau
larangan melakukan suatu perbuatan.
Hukum Taklifi dibagi menjadi lima yaitu :
1. Wajib
Wajib merukapan aturan yang harus dikerjakan dengan ketentuan jika
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan akan
mendapatkan dosa.
Contoh : sholat fardu , jika melaksanakan mendapat pahala dan jika
meninggalkan mendapat dosa.
2. Sunah
Sunah merupakan aturan yang bersifat anjuran. Jika orang mealksanakan
anjuran tersebut maka akan mendapatkan pahala dan jika tidak dilaksanakan
tidak berdosa.
Contoh : puasa senin kamis.
3. Haram
Haram merupakan aturan untuk meninggalkan suatu perbuatan karena hal
tersebut di larang. Jika ia meninggalkan maka mendapat pahal tetapu jka
melaksankan akan mendapatkan dosa.
Contoh : minum-minuman keras, memakan daging babi dan berzina.
4. Makruh
Makruh merupakan aturan untuk menjauhi atau meninggalkannya. Jika
meninggalkan akan mendapat pahala dan jika melakukan tidak berdosa.
Contoh : menjauhi makanan yang berbau keras atau kuat (petai atau jengkol)
5. Mubah
Mubah merupakan sesuatu yang boleh atau tidak dilakukan. Jika seseorang
melakukan atau menjauhinya maka tidak mendapat pahala atau dosa.
Hukum wad’i terdiri atas lima unsur yaitu :
1. Sebab, misalnya terbenamnya matahari menjadi sebab wajibnbya sholat
maghrib.
2. Syarat , misalnya wudhu adalah syarat sah sholat.
3. Penghalang, misalnya hubungan waris dapat terhalang ahli waris membunuh
seorang yang di wariskan.
4. Sah, mengerjakan sholat dzuhur setelah matahari tergelincir (sebab, trelah
berwudhu (syarat), dan tidak haid (penghalang))
5. Batal, misalnya berbicara ketika mengerjakan sholat.

Misi kehadiran Islam


Islam sebagai agama Rahmatan Lil ‘alamin (Al-Anbiya/21: 107)

Terjemahan : Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam.
1. Mendakwahkan Islam (Ali Imran/ 3: 104/110)

Terjemahan : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Memakmurkan bumi surah hud/11:61
3. Menyeimbangkan dunia akhirat surah Al Qasas/28:77

4. Peringatan bagi manusia surah Al Qiyamah/29:36


Metode pembelajaran Islam
a. Metode diakronis (metode sosiohistoris)
Metode ini menonjolkan aspek sejarah, serta metode pemahaman
terhadap kepercayaan atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu
kenayatan yang memiliki kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat,
kebudayaan, golongan dan lingkungan tempat kepercayaan atau kejadian
itu muncul.
b. Metode sinkronis-analitis
Metode yang memberi kemampuan analisis teroritis yang sangat
berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek serta teknik
pengajaran yang meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok,
resensi buku, lomba karya ilmiah, dan lain sebagainya.
c. Metode problem solving (Hill al-musykilat)
Metode ini dikembangkan melalui teknik simulasi, micro-teaching,
dan critical incident (tanqibiyah) dengan menghadapkan peserta didik
pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.
d. Metode empiris (Tajribiyah)
Metode yang memungkinkan peserta didik mempelajari ajaran Islam
melalui proses realisasi aktualisasi, serta internalisasi norma-norma
dan kaidah Islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan interaksi
sosial
e. Metode induktif ( al-Istiqraiyah)
Metode pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mengenal
kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum dengan cara mengajarkan
materi yang khusus (juz’iyah) menuju kesimpulan yang umum.
f. Metode deduktif
Metode pembelajaran dengan menampilkan kaidah yang umum
kemudian menjabarkannya dengan berbagai contoh masalah sehingga
menjadi terurai.
Kesalahpahaman Dalam Berislam

Kesalahpamahan dalam berislam pada umumnya terjadi pada non muslim yang
memiliki pandangan atau persepsi berbeda tentang islam. Pesepsi negatif tentang
agama Islamlah yang menimbulkan adanya kesalahpahaman dalam berislam. Adapun
penyebab adanya kesalahpahaman dalam berpersepsi kepada agama Islam
diantaranya:

1. Adanya pandangan negatif terhadap islam yang tidak dapat dibuktikan


kebenarannya.
2. Adanya distorsi informasi terkait islam

1. Adanya pandangan negatif terhadap islam yang tidak dapat dibuktikan


kebenarannya

Di beberapa negara seperti Indonesia, Islam memiliki pengaruh besar, sehingga


segala tindakan yag dilakukan warga negaranya sering kali dikaitkan dengan agama
islam. Ketika seseorang melakukan tindakan krimial yang merugikan suatu pihak atau
banyak pihak, orang akan dengan mudahnya berasumsi bahwa pelaku tersebut adalah
seorang muslim. Padahal tidak dapat dipungkiri adanya kemungkinan bahwa pelaku
bukanlah muslim yang seharusnya, hanya menyandang status islam pada KTPnya
saja1.

Terdapat beberapa kelompok islam tertentu yang menyimpang yang menggunakan


jalan kekerasan dalam berdakwah. Hal ini merupakan kesalahan dalam pelaksanaan
kaidah keislaman. Seseorang yang akan menjadi muslim harus dengan keinginan hati
nurani sendiri, bukan dengan paksaan. Segelintir orang ini yang menyebabkan adanya
pandangan yang buruk terhadap ke eksistensi keislaman, padahal sebenarnya hal ini
tidak dibenarkan dalam islam2.
Bagi seorang muslim yang baik, seharusnya sudah dapat memahami bahwa membuat
kerusakan di muka bumi adalah hal yang di larang menurut QS Al-A’raf: 56 yang
artinya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam berislam bukanlah


karena ajarannya atau kaidahnya yang diasumsikan menyesatkan, tetapi bagaimana
pemeluknya mengamalkan kadiah islam dalam kesehariannya.

2. Adanya distorsi informasi terkait Islam

Distorsi terhadap agama islam sering kali terjadi di media sebagai perantara
perburukan nama islam. Saat ini media barat dominan mendistorsi citra islam,
terutama media di Jerman. Seorang sosiolog menjelaskan studinya kepada Deutsche
Welle tentang study terbarunya yang meneliti bahwa setengah dari warga Jerman
menganggap Islam sebagai ancaman dan tidak cocok berdampingan dengan dunia
barat 3.

Adapun hasil studi yang menggambarkan negara yang menganggap agama islam
sebagai ancaman. Aadalah:

a. Jerman 51%
b. Spanyol berkisar 60%
c. Swiss 50%
d. Amerika serikat 42%
e. India 30%
f. Korea selatan 6 %

Hasil studi tersebut membangun asumsi bahwa agama islam adalah agama yang tidak
menimbulkan perdamaian. Khususnya di Jerman, agama islam dianggap sebagai
instrumen eksploitasi dan penghamban dalan kepentingan baik pemuka agama,
penguasa, hingga rakyat jelata yang beragama islam2.

Dalam hal ini, orang-orang yang berkuasa sangat berpengaruh dalam penentuan
pandangan terhadap agama. Dengan demikian, agama islam harus memiliki
kedudukan yang tinggi sebagai agama yang benar. Hal ini juga akan mengurangi
peluang terkenanya efek doktrinisasi dari pihak tidak bertanggung jawab. Selain itu,
diperlukan adanya media Islam yang dapat mentransformasikan nilai-nilai Islam serta
reputasi dan citra Islam dengan media-media yang proporsional4.
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar MH. Otoritarianisme hukum islam: kritik atas hierarki teks al-kutub as-sittah.
Yogyakarta: LkiS Yogyakarta; 2014.
2. Motgan JH, Manan A, Madung OG, et all. Distorsi terhadap islam: analisis
pemberitaan media barat. Jurnal Ilmiah Peuradeun. 2014 May 02;2(2): 191-209.
3. Pollack D. Memantau agama. Jerman: Yayasan Bertelsmann; 2012.
4. Sembiring T. The second international conference on islamic media. In: Konferensi
Media Islam Internasional (KMII) II.

Anda mungkin juga menyukai