3) Faktor yang memungkinkan ditetapkannya suatu hukum dengan syarat dan ketentuan berlaku.
a. Menghasilkan hukum syara’.
b. Menyangkut peristiwa atau hal-hal yang tidak ada dalilnya yang qath’i atau tanpa dalil sama
sekali.
c. Mujtahid memenuhi persyaratan untuk melakukan ijtihad. Di antaranya adalah:
۔ Menguasai bahasa Arab
۔ Menguasai al-Qur’an beserta ilmu-ilmunya
۔ Menguasai Hadits beserta ilmu-ilmunya
۔ Menguasai ilmu Ushul Fiqih
۔ Mengetahui alasan dan hikmah hukum syara’ yang digunakan sebagai dasar penetapan hokum
d. Bentuk-bentuk Ijtihad
Gb.2
Ijma’ salah satu sandaran hukum islam
1. Ijma’
Kesepakatan semua mujtahid muslim pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam atas hukum syara’ mengenai suatu kejadian. Seperti haramnya KB dengan
menggunakan spiral, fasektomi, tubektomi dan membatasi kelahiran.
2. Qiyas
Menyampaikan suatu hukum dari suatu peristiwa yang tidak memiliki nas hukum dengan peristiwa
yang sudah memiliki nas hukum, sebab sama dalam illat hukumnya. Seperti zakat fitrah dengan
beras yang mestinya dengan gandum karena dikiyaskan dengan makanan pokok
3. Istihsan
Beralihnya seorang mujtahid dari qiyas yang jelas kepada qiyas yang samar atau dari umum
kepada pengecualian karena ada dalil yang menghendaki perpindahan itu. Contoh; menurut qiyas
sisa makanan atau minuman dari binatang buas adalah najis, sedengkan menurut istihsan adalah
suci.
4. Istishab
Tetap berlakunya hukum yang telah ada karena adanya dalil hingga adanya dalil lain yang
merubahnya.
5. Maslahah
Mursalah Penetapan hukum berdasarkan kemaslahatan atau menolak terjadinya kerusakan atau
keburukan. Contoh ; demi keselamatan dan lancarnya arus lalu lintas, maka menghendaki adanya
rambu-rambu lalulintas
6. Al ‘Urf
Apa yang dikenal oleh manusia dan menjadi tradisi baginya baik ucapan, perbuatan atau
pantangan-pantangan. Contoh pelamar (calon suami) memberikan sesuatu kepada calon istri adalah
sebagai tali asih atau hadiah, bukan sebagai mahar.
7. Syar’u Man Qablana
Hukum syara’ yang ditetapkan oleh Allah bagi umat sebelum kita melalui para rasul mereka dan
ditetapkan pula bahwa hukum itu juga untuk kita. Seperti disyari’atkannya puasa sebagaimana
disyari’atkan atas umat-umat terdahulu.
8. Saddudz Dzara’i
Melarang perkara-perkara yang lahiriyahnya boleh karena ia membuka jalan dan menjadi pendorong
kepada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Seperti main kartu, karena mendorong
perjudian.
9. Madzhab Shahabi
Fatwa-fatwa para sahabat mengenai berbagai masalah yang dinyatakan setelah Rasulullah wafat.
Seperti fatwa Umar bin Khathab tentang syahnya talak tiga dalam satu majlis
10. Dalalatul Iqtiran
Dalil-dalil yang menunjukkan kesaman hukum terhadap sesuatu yang disebutkan bersamaan dengan
sesuatu yang lain. Contoh ; Imam Syafi’I menyamakan hukum umrah dengan haji, yaitu wajib.
Alasannya karena keduanya disebutkan dalam satu ayat.