Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

SEMESTER 1 (X)
Sumber Hukum Islam 1
Tatacara (Kaifiyah) Thaharah 2
Berpakaian Sesuai Syariat Islam 1
Tata Cara (Kaifiyah) Shalat 2
SEMESTER 2 (X)
Zakat, Infaq, Shadaqah dan Hibah 1
Wakaf 1
Puasa Wajib dan Puasa Sunnah 1
Haji dan Umrah 1
SEMESTER 1 (XI)
Kesiapan Menghadapi Kematian 1
Perawatan Jenazah 2
Shalat Berjama’ah 2
Shalat Jum’at 1
SEMESTER 2 (XI)
‘Ariyah dan Luqathah 1
Perekonomian dalam Islam 1
Jual Beli Sesuai Syari’at Islam 2
SEMESTER 1 (XII)
Pernikahan dalam Islam 5
Mawaris dalam Islam 6
Hudud dan Diyat 5
SEMESTER 2 (XII)
Jihad Fii Sabilillah 5
Tabligh dan Dakwah 3
Madzhab dalam Fikih Islam 6
SUMBER HUKUM ISLAM

A. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam Pertama dan Utama


Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat dinamis, benar,
dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an dapat berlaku di mana saja,
kapan saja, dan kepada siapa saja, karena Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk umat
tertentu dan juga tidak hanya berlaku pada satu zaman. Benar artinya Al-Qur’an
mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya.
Mutlak artinya Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan. Bahkan kejadian kejadian yang akhir-akhir mi muncul semakin
membuktikan tentang kebenaran Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw. Secara bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan yang membacanya termasuk
ibadah.
1. Isi dan Kandungan Al-Qur’an, meliputi lima hal sebagai berikut:
a. Tauhid (pengesaan Allah Swt)
b. Ibadah (aktivitas yang menghidupkan tauhid)
c. Janji dan ancaman
d. Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
e. Kisah dan cerita (kisah-kisah tentang orang-orang shalih dan ingkar atau
membangkang).
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah sebagai
sumber hukum yang pertama dan utama. Sedangkan al-Qur’an berfungsi sebagai
pedoman kehidupan serta petunjuk bagi umat manusia.

B. Al-Hadits sebagai Sumber Kedua


Menurut bahasa, Al-Hadits mempunyai beberapa arti, yaitu: jaded berarti baru;
qorib berarti dekat; khabar berarti berita. Menurut istilah Al-Hadits ialah segala berita
yang bersumber dan Nabi Muhammad saw. balk berupa ucapan, perbuatan maupun
pengakuan (taqrir) Nabi Muhammad saw.
1. Kedudukan dan Fungsi Al-Hadits
Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Semua persoalan hukum pertama-tama dikembalikan kepada Al-Qur’an.
Apabila tidak ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur’an, maka dicari dalam Al-
Hadits. Adapun fungsi Al-Hadits mencakup tiga hal, yaitu:
a. Sebagai pengukuh/penguat dan hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al-
Qur’an.
b. Sebagai penjelasan dan hal-hal yang sudah disebutkan Al Qur’an.
c. Sebagai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicanakan dalam Al-Qur’an.
2. Macam Hadits
Ditinjau dan segi banyak atau sedikitnya jumlah orang yang meriwayatkan
(sanad), Hadits terbagi menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad.
a. Hadits Mutawatir (berurutan/berlanjut)
Hadits mutawatir merupakan hadits yang diriwayatkan oleh segolongan orang
yang menurut kebiasaan tidak mungkin berbuat dusta.
b. Hadits Ahad
Hadits ahad merupakan hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang, akan
tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. Dilihat dan segi banyak atau
sedikitnya orang yang meriwayatkan, Hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Hadits masyhur, merupakan hadits yang diriwayatkan oleh tiga
orang/lebih.
2. Hadits aziz, merupakan hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu
tingkatan, walaupun sesudah itu diriwayatkan banyak orang.
3. Hadits gharib, merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang
perseorangan.
Dari segi mutu periwayatan, hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Hadits sahih, merupakan hadits yang periwayatannya (sanad) tidak
terputus dan awal sampai akhir dan diriwayatkan oleh orang-orang yang
adil dan teliti.
2. Hadits hasan, merupakan hadits yang tidak terputus periwayatannya serta
diriwayatkan orang-orang adil, tetapi kurang teliti (meskipun tidak
mengandung keganjilan dan kecacatan).
3. Hadits dlaif/hadits yang lemah, merupakan hadits yang kurang dari
tingkatan hadits hasan.

C. Ijtihad sebagai Metode Penetapan hukum Islam


Kata ijtihad berasal dan kata ijtahada, yajtahidu, ijtihadan, yang berarti
mengerahkan segala kemampuan. Secara istilah berarti usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan untuk mencapai putusan hukum yang belum ada dalam Al-Qur’an maupun Al-
Hadits.
1. Dasar-dasar Ijtihad
 Lihat Qur’an surat An-Nisa: 105
 Hadits Bukhari dan Muslim
2. Macam-macam Ijtihad
Yusuf al-Qardawi membagi ijtihad menjadi dua yaitu ijtihad iintiqa’i/tarjihi dan
ijtihad insya’i.
a. Ijtihad intiqa’i/Tarjihi
Merupakan ijtihad yang dilakukan oleh seseoang atau kelompok untuk memilih
pendapat ahli fikih terdahulu dalam masalah tertentu, dengan menyeleksi
pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih relevan untuk kondisi terkini.
b. Ijtihad Insya’i (Ijtihad Kreatif atau Ijtihad Kolektif)
Ijtihad ini dilakukan dengan cara mengambil konklusi (kesimpulan) hukum baru
dalam suatu permasalahan yang belum pernah dikemukakan oleh ulama fikih
terdahulu.
TATACARA (KAIFIYAH) THAHARAH

HADATS DAN NAJIS

A. Pengertian Hadats dan Najis


Hadats adalah keadaan tidak suci yang mengenai seorang muslim sehingga menyebabkan
terhalangnya orang itu melakukan shalat/thawaf. Sedangkan Najis adalah apa saja yang
dipandang kotor dan menjijikan yang dapat menghalangi sahnya shalat dan thawaf.
B. Dasar Hukum Hadats dan Najis
1. Hadats Kecil
“Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri
karena sisa air wudhu, barangsiapa diantara kalian bisa memperpanjang cahayanya
hendaklah ia lakukan.” (HR. al-Bukhari)
“dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: “Allah swt tidak menerima shalat salah
seorang diantara kalian jika berhadats hingga ia berwudhu.” (HR. al-Bukhari)
2. Hadats Besar
“apabila kamu melihat madzi, maka basuhlah kemaluanmu, kemudian berwudhulah
seperti kamu berwudhu untuk mengerjakan shalat. Apabila kamu mengeluarkan air
mani, maka mandilah.” (HR. Abu Daud)
3. Najis
“Jika darah haid mengenai pakaian seorang dari kalian, maka hendaklah ia
bersihkan darah yang mengenainya (mencucinya), lalu hendaklah ia percikkan air
padanya (menyiramnya), kemudian dipakai shalat.” (HR. al-Bukhari)
C. Hal-hal yang menyebabkan hadats besar
Yang menyebabkan seseorang dihukumkan karena hadats besar sebagai berikut:
1) Mengeluarkan mani/sperma
2) Hubungan suami isteri
3) Terhentinya haid dan nifas
D. Tatacara mensucikan diri dari hadats
Hadats kecil cara mensucikannya dengan berwudhu. Adapun hadats besar cara
mensucikannya dengan mandi wajib.
E. Tatacara mensucikan diri dari najis
Tatacara mensucikan diri dari najis dikelompokan menjadi 3 macam cara, yaitu:
1. Najis ringan (mukhaffafah), yaitu najis yang cara menghilangkannya cukup dengan
cara memercikan air pada tempat yang terkena najis. Misalnya, air kencing anak laki-
laki yang belum makan/minum apa-apa selain ASI.
2. Najis Sedang (mutawasithah) adalah najis yang cara mensucikannya harus dicuci
sampai bersih. Contohnya: bangkai binatang darat, darah, daging babi, potongan
daging dari anggota badan binatang yang masih hidup, Utah-utahan, air kencing,
kotoran manusia/binatang.
3. Najis berat (mughalladhah) yaitu najis yang cara mensucikannya harus dicuci dengan
menggunakan air 7 kali, dan salah satunya harus dicampur dengan debu/tanah yang
suci. Contoh: air liur anjing dan keturunannya.

WUDHU, TAYAMUM DAN MANDI WAJIB

1. Wudhu
Wudhu dalam ajaran Islam mempunyai nilai tersendiri. Wudhu, disamping ikut
serta menentukan sah atau tidaknya shalat atau thawaf seseorang, juga akan menjadikan
penghapus dosa dan meninggikan derajat.
Dalil tentang wajibnya wudhu terdapat dalam QS. Al-maidah/5:6: Dalam ayat ini
menerangkan bahwa wudhu bersuci dengan menggunakan air, dengan niat berwudhu,
membasuh muka, kedua tangan sampai siku, menyapu kepala, dan kedua mata kaki.
Tatacara berwudhu
a. Mengucapkan basmalah dengan niat ikhlas karena Allah swt
b. Membasuh kedua telapak tangan dan membersihkannya dengan menyela-nyela
jari tangan sebanyak 3 kali
c. Berkumur dengan menghirup air ke dalam hidung sebanyak 3 kali
d. Membasuh wajah secara merata sebanyak 3 kali
e. Membasuh tangan sampai siku 3 kali
f. Mengusap kepala dengan air
g. Membasuh kaki kanan sampai mata kaki 3 kali
h. Kemudian membaca doa : asyhadu anla ilaah illallohu wahdahu laa
syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuuluhu.
2. Tayamum
Tayamum secara bahasa “sengaja”. Menurut Istilah tayamum berarti sengaja
menggunakan debu/tanah yang suci untuk menyapu muka dan kedua tangan agar suci dan
dapat melakukan shalat/thawaf.
Dasar ayat tayamum terdapat dalam QS. An-Nisa/4: 43
Tayamum dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam keadaan:
a. Sakit/luka yang bertambah parah jika menggunakan air
b. Tidak mendapatkan air atau sudah ada air tetapi sangat sedikit (untuk minum)
c. Musim dingin yang akan berakibat fatal jika menggunakan air untuk bersuci
d. Sedang dalam bepergian/musafir
Tatacara Tayamum
a. Mengucapkan basmalah dengan niat ikhlas karena Allah swt
b. Meletakkan kedua telapak tangan pada tempat yang berdebu atau ke tanah
c. Meniup kedua telapak tangan
d. Mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah kemudian mengusap punggung
telapak tangan sampai pergelangan dengan mengusap yang sebelah kanan,
kemudian kiri
3. Mandi Wajib
Tatacara mandi wajib:
a. Mengucapkan basmalah dengan niat ikhlas karena Allah swt
b. Membersihkan kemaluan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan tangan kiri
c. Berwudhu seperti wudhu ketika akan melakukan shalat
d. Memasukan jari-jari tangan pada pangkal rambut dengan wangi-wangian
e. Menyiram kepalanya 3 kali kemudian diratakan ke seluruh tubuh sambil digosok,
dimulai dari bagian tubuh sebelah kanan
f. Membasuh kedua kaki dengan mendahulukan yang kanan
g. Tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air

BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM

A. Aurat Dalam Syari’at Islam


Menurut bahasa, aurat berarti segala sesuatu yang harus ditutupi/segala sesuatu yang
menjadikan malu apabila dilihat. Menurut istilah, aurat adalah anggota badan manusia
yang wajib ditutupi dan haram dilihat oleh orang lain, kecuali mahramnya.
B. Batasan-batasan Aurat
a. Aurat laki-laki terhadap laki- laki
Menurut jumhur ulama, aurat laki-laki terhadap laki ialah antara pusat perut hingga
lutut.
b. Aurat perempuan terhadap perempuan
Jumhur ulama berpendapat bahwa aurat perempuan terhadap perempuan adalah sama
dengan aurat laki-laki terhadap laki-laki.
c. Aurat laki-laki terhadap perempuan
Jumhur ulama berpendapat bahwa aurat laki-laki terhadap perempuan adalah dari
pusat perut hingga lutut, baik terhadap mahram maupun bukan mahram.
d. Aurat perempuan terhadap laki-laki
Ada dua pendapat yang cukup banyak diikuti orang, yakni :
1) Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa seluruh tubuh
wanita adalah aurat.
2) Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah
aurat kecuali wajah dan dua telapak tangan.
Adapun Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah berpendapat bahwa alasan bagi
pendapat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
adalah Iebih kuat dan pendapat tersebut menurut kami lebih pas bagi muslimah
Indonesia.
C. Dasar Hukum Kewajiban Menutup Aurat
1. QS. an-Nuur /24: 30-31
2. (QS. al-Ahzab /33: 59)
D. Cara Berpakaian Sesuai Syar’i
1. Hendaklah pakaian itu menutupi seluruh aurat
2. Hendaklah pakaian itu tebal, tidak tipis dan menerawang.
3. Hendaklah pakaian tersebut longgar, tidak sempit sehingga tidak menggambarkan
bentuk tubuh dan tidak menampakkan aurat serta tempat tempat yang menimbulkan
fitnah.
4. Janganlah pakaian itu menyerupai pakaian lawan jenis.
E. Hikmah Berpakaian Sesuai Syar’i
1. Seseorang yang berpakaian Islami akan terjaga kehormatannya.
2. Terjaga dan perilaku yang menyimpang.
3. Menjaga pandangan
4. Terhindar dan penyakit tertentu
5. Terhindar dan adzab Allah Swt
TATACARA (KAIFIYAH) SHALAT

A. MAKNA IBADAH KEPADA ALLAH


Ibadah secara bahasa berarti taat (‫)الَّطاَع ُة‬, tunduk (‫)الُخ ُض ْو ع‬, hina (‫ُّذ ل‬G‫)ال‬, dan
pengabdian ( ‫)الَّتَنُّسُك‬. Ibnu Tamiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan
ketundukan yg di dalamnya terdapat cinta (al-hubb). Akhir dari perasaan cinta adalah
yang sangat tinggi adalah penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan.
Menurut Tarjih Muhammadiyah, ibadah dapat didefinisikan sbb:

‫ْالِع بَاَد ُة ِهَي الَّتَقُرُب ِالَى ِهللا ِباْمِتَثاِل َاَو اِم ِر ِه َو اْج ِتَناِب َنَو اِهْيِه َو اْلَع َم ُل ِبَم ا َاِذ َن ِبِه الَّش اِر ُع‬

“Ibadah ialah mendekatkan diri kepada Allah, dengan jalan menaati segala
perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya dan mengamalkan segala yang diizinkan
Allah SWT.”
Agar ibadah diterima Allah SWT, Islam memberikan prinsip-prinsip Ibadah sbb:
1. Hanya menyembah kepada Allah (QS. Al-Fatihah: 1-5)
2. Tanpa perantara (QS. Al-Baqarah: 186)
3. Harus ikhlas yakni hanya mengharap Ridha Allah SWT (QS. Al-Bayinah: 5)
4. Harus sesuai dengan tuntunan (QS. Al-Kahfi: 110)
5. Seimbang antara unsur jasmani dan rohani (QS. Al-Qashash: 77)
6. Mudah dan meringankan (QS. Al-Hajj: 78)
Manusia ditugaskan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi tugasnya adalah
memakmurkan bumi. Tugas kekhalifahan ini harus didasarkan pada semangat pengabdian
(ibadah) yang murni hanya karena Allah SWT semata (lihat QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dengan beribadah kepada Allah maka manusia bisa menjadi manusia yang bertakwa
(lihat QS. Al-Baqarah: 21)
B. KETENTUAN SHALAT FARDLU
1. Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat berarti do’a, menurut Istilah adalah suatu ibadah yang terdiri
dari ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.
Arti penting dan kedudukan shalat dalam Islam:
a. Shalat ibadah pertama kali yg diwajibkan oleh Allah
b. Shalat merupakan tiang agama
c. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
d. Perintah shalat (QS. Al-Baqarah: 43)
2. Syarat sahnya shalat
a. Sudah masuk waktu shalat (QS. An-Nisa: 103 dan QS. Al-Isra: 78)
b. Suci dari hadats
c. Menutup aurat
d. Suci badan, pakaian, dan tempat shalat
e. Menghadap kiblat
3. Hal-hal yang membatalkan shalat
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat
b. Tidak terpenuhi salah satu syarat sahnya shalat
c. Mengucapkan sesuatu di luar bacaan shalat
d. Tertawa
4. Tatacara Shalat
Rakaat Pertama
o Berdiri tegak
o Takbiratul ihram
o Membaca do’a iftitah

‫الَّلُهَّم َباِع ْد َبْيِني َو َبْيَن َخ َطاَياَي َك َم ا َباَع ْدَت َبْيَن الَم ْش ِرِق َو الَم ْغ ِر ِب الَّلُهَّم َنِّقِني ِم َن الَخ َطاَيا َك َم ا‬
‫ُيَنَّقى الَّثْو ُب اَألْبَيُض ِم َن الَّدَنِس الَّلُهَّم اْغ ِس ْل َخ َطاَياَي ِباْلَم اِء َو الَّثْلِج َو الَبَر ِد‬
o Membaca ta’awudz
o Membaca surat al-Fatihah
o Membaca ‘Aamiin” setelah membaca surat al-Fatihah
o Membaca surat atau ayat Al-Qur’an.
o Ruku’

‫ُسْبَح اَنَك الّلُهَّم َر َّبنَا َو ِبَحْمِد َك َالّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى‬


o I’tidal

‫َر َّبَنا َو َلَك ْالَح ْم ُد َح ْم ًدا َك ِثْيًرا َطِّيًبا ُمَباَر ًك ا ِفْيِه‬


o Sujud pertama

‫ُسْبَح اَنَك الّلُهَّم َر َّبنَا َو ِبَحْمِد َك َالّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى‬


o Duduk antara dua sujud

‫َالّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى َو اْر َحْمِنى َو اْج ُبْر ِنى َو اْهِدِنى َو اْر ُز ْقِنى‬
o Sujud kedua
Rakaat Kedua
o Berdiri (qiyam). Gerakan dan bacaan yang dibaca secara umum sama dengan
rakaat pentama. Akan tetapi, pada rakaat kedua do’a iftitah tidak perlu dibaca
o Ruku’, i’tidal, sujud pentama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua: Gerakan
dan bacaan sama dengan rakaat pertama
o Duduk awal: membaca tasyahud awal

‫ َالَّس َالُم َع َلْينَا‬.‫ َالَّس َالُم َع َلْيَك َأُّيهَا الَّنِبُّي َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر كَاُت ُه‬. ‫َالَّتِح َّياُت ِهّلِل َو الَّص َلَو اُت َو الَّطِّيبَاُت‬
‫َو َع َلى ِع بَاِدِهللا الَّصاِلِح ْيَن َأْش َهُد َاْن َالِاَلَه ِاَّال ِهللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
o Dilanjutkan membaca shalawat Nabi

‫َالّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّم ٍد َو َع َلى اِل ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْب َر اِهْيَم َو اِل ِإْب َر اِهْيَم َو َب اِر ْك َع َلى‬
. ‫ ِإَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬. ‫ُمَح َّمٍد َو اِل ُم َحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو اِل ِإْبَر اِهْيَم‬
o kemudian berdiri lagi untuk rakaat ketiga

Rakaat Ketiga
o Berdiri (qiyam). pada rakaat ketiga tidak perlu membaca ayat atau surat lain
(hanya membaca surat al-Fatihah saja)
o Ruku’, i’tidal, sujud pertama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua. Gerakan
dan bacaan sama dengan rakaat pertama dan kedua
o Duduk akhir membaca tasyahud dan shalawat Nabi
o Salam: memalingkan (menoleh) muka ke kanan dan ke kiri
5. Fungsi Dan Hikmah Shalat
a. Untuk mengingat Allah Swt. (QS. Thaha/20: 14)
b. Akan mendidik dan melatih seseorang menjadi tenang dalam menghadapi
kesusahan dan tidak bersikap kikir saat mendapat nikmat Allah Swt. (QS. aI-
Ma’arij/70: 19-23)
c. Mencegah perbuatan keji dan munkar. (QS. al-Ankabut/29: 45)
d. Sebagai penolong bagi orang yang beriman (QS. al-Baqarah/2: 45)
Untuk mendapatkan hikmah shalat seperti di atas, maka seseorang harus menjaga
kualitas/kekhusyu’an dan intensitas/continyuitas shalatnya.
6. Sanksi Akibat Meninggalkan Shalat
a. Islam sangat menentang orang yang melalaikan meninggalkan shalat. Orang yang
meninggalkan shalat dijelaskan dalam QS. Maryam/19: 59-60
b. “dari Abu Sufyan dia berkata, saya mendengar Jabir berkata, “Saya mendengar
Nabi Saw bersabda: “Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan
kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat’.” (HR. Muslim)
c. Dari dua dalil di atas dapat dipahami bahwa sanksi bagi orang yang meninggalkan
shalat adalah sesat dan keluar dan agama Islam (kafir)

C. SHALAT SUNAH/TATHAWWU
Shalat Sunah (Tathawwu’) sangat dianjurkan untuk dikerjakan, yang melakukan
akan mendapatkan pahala sedangkan bagi yang tidak melakukan akan rugi karena tidak
mendapatkan apa-apa.
Shalat Sunah yang diajarkan oleh Rasulullah meliputi:
1. Shalat sesudah wudlu
2. Shalat tahiyatul masjid
3. Shalat rawatib
Adapun pembagian shalat rawatib, sebagai berikut:
- Shalat sunah qabliyah shalat subuh 2 rakaat
- Shalat sunah qabliyah dhuhur 2 rakaat dan ba’diyah 2 rakaat
- Shalat sunah qabliyah magrib 2 rakaat (bagi yang menghendaki)
- Shalat sunah ba’diyah maghrib dan ba’diyah isya’
4. Shalat tahajud/shalat lail/shalat witir/shalat tarawih
5. Shalat Dhuha
6. Shalat safar
7. Shalat Istikharah
8. Shalat Idain/shalat dua hari raya
9. Shalat gerhana matahari (kusuf) atau bulan (khusuf)
10. Shalat istisqa’
Hikmah Shalat Sunah/Tathawwu’
1. Sebagai sarana yang efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
2. Allah Swt menyayangi orang yang melaksanakan shalat tathawwu’secara berkesinambungan
(terus-menerus).
3. Allah Swt akan melindungi orang yang secara terus-menerus melaksanakan shalat
tathawwu’.
4. Allah Swt akan mengabulkan do’a orang yang secara terus-menerus melakukan.

ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH, DAN HIBAH


A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Menurut bahasa, zakat berarti suci, tumbuh, barakah dan terpuji. Semua istilah itu
digunakan dalam AI-Qur'an dan Al-Hadits. Zakat dalam pengertian suci meliputi kesucian
lahir dan batin orang yang berzakat. Pengertian ini diisyaratkan dalam firman Allah Swt.
Yang tersebut dalam QS. at-Taubah/9: 103. Menurut Istilah (syara'), zakat ialah nama suatu
ibadah wajib yang dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik
sendiri kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) menurut yang ditentukan oleh
syari'at Islam.
Dalam Al-Qur'an digunakan berbagai istilah yang berarti zakat. Istilah-istilah tersebut
adalah disebutkan diantaranya dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah/2:43:
‫َو َأِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َوَء اُتوْا ٱلَّز َكٰو َة َو ٱۡر َكُعوْا َم َع ٱلَّٰر ِكِع يَن‬
“Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama orang-orang yang
ruku.”

2. Klasifikasi Zakat
Zakat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu “zakatun nafsi”, dan “zakatul mal”,
Zakatun nafsi lazim disebut zakatul fitri, atau zakat fitrah, sedang zakatul mal disebut juga
zakat mal, atau zakat harta benda.
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib ditunaikan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadlan
dikeluarkan sebelum shalat 'ledul fitri. Jumlah zakat fitrah yang harus dilaksanakan
adalah sebanyak 2,5 kg dari bahan makanan pokok, yaitu bahan makanan yang dimakan
sehari-hari.
b. Zakat Maal (Zakat Harta)
1) Pengertian Maal
Maal (harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia
untuk menyimpan dan memilikinya. Maal menurut syara' (hukum Islam) adalah
segala yang dapat dimiliki dan dapat digunakan (dimanfa'atkan) menurut kebiasaan
atau kelaziman.
Sesuatu dapat disebut maal (harta/kekayaan) bila memenuhi dua syarat:
a) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dan dikuasai
b) Dapat diambil manfa'atnya, misalnya; rumah, mobil, ternak, hasil pertanian,
uang, emas, perak dll.
Secara umum perintah untuk zakat, infaq atau shadaqah, antara lain disebutkan dalam
AI-Qur'an surat al-Baqarah/2: 267
Orang yang berkewajiban zakat harus memenuhi tiga syarat, yaitu: muslim, berakal,
dan memiliki harta yang mencapai nishab.
Di samping syarat-syarat yang berlaku bagi orang yang wajib zakat, terdapat pula
persyaratan atas harta yang wajib dizakati, yaitu:
 Milik penuh (almilkuttam). Almilkuttam artinya pemilik harta tersebut
memungkinkan untuk menggunakan dan mengambil manfaatnya secara penuh.
Harta tersebut juga berada di bawah kekuasaannya.
 Berkembang (an-namaa') An-Namaa' berarti harta yang dapat bertambah atau
berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang
Misalnya, pertanian dan perdagangan.
 Sisa hutang. Orang yang mermpunyai hutang sebesar uang atau harta yang
dimilikinya, maka harta orang tersebut terbebas dari zakat.
 Berlalu satu masanya tahun (al haul), maksudnya adalah kepemilikan harta
tersebut sudah berlalu masanya selama dua belas bulan Oomariyyah. Persyaratan
satu tahun ini hanya berlaku bagi ternak, uang, harta benda yang diperdagangkan,
ernas dan perak.
3. Harta yang wajib Dizakati
Jenis harta, nishab, dan jumlah zakat yang harus dikeluarkan adalah sebagai berikut:
a. Binatang Ternak
Binatang ternak wajib dizakati apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sampai nishab
2) Telah dimiliki 1 (satu) tahun (haul)
3) Digembalakan, yaitu sengaja diurus sepanjang tahun untuk memperoleh susu, daging,
serta hasil perkembangbiaknya
4) Tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak,
mengairi tanaman, alat transportasi
Perhitungan nishab dan zakat binatang ternak yang wajib dizakati sebagaimana tertera pada
tabel berikut:

No Jenis Ternak Nishab Zakat (ekor)


(ekor)
1 Unta 5-9 1 kambing
berumur ≥ 2
tahun
10-14 2 kambing
15-19 3 kambing
20-24 4 kambing
25-35 1 unta betina ≥ 1
tahun
36-45 1 unta betina ≥ 2
tahun
46-60 1 unta betina ≥ 3
tahun
61-75 1 unta betina ≥ 4
tahun
76-90 2 unta betina ≥ 2
tahun
91-120 2 unta betina ≥ 3
tahun
2 Lembu, kerbau, 30-39 1 kambing ≥ 1
kuda tahun
40-59 1 kambing ≥ 2
tahun
60-69 2 kambing ≥ 1
tahun
70-79 1 lembu, kerbau,
kuda ≥ 1 tahun
80-89 2 anak lembu,
kerbau, kuda
3 Kambing/domba 40-120 1 kambing 2 th/
domba 1 th
121- 2 kambing/
200 domba
201- 3 kambing /
300 domba
Setiap 100 ekor, zakatnya bertambah 1 eko
4 Unggas: ayam, Setara 2,5 %
bebek, burung dengan
dan sejenisnya 85
gram
emas
b. Perniagaan/Perdagangan
Harta perniagaan yaitu semua yang dapat diperjual-belikan, baik berupa barang, seperti
alat-alat, pakain, makanan, hewan ternak, mobil, dan perhiasan. Harta perniagaan atau
perdagangan wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nisab dan masa satu
tahun (haul). Batas nishab harta perniagaan ialah sama dengan nishab emas, yaitu 85
gram emas murni, atau senilai dengan 85 gram emas. Nishab harta perniagaan meliputi
keuntungan dan modal dikurangi hutang.
c. Hasil Pertanian
Termasuk jenis harta yang wajib dizakati ialah hasil pertanian, seperti padi, kentang,
jagung dan sejenisnya yang merupakan bahan makanan pokok dan mencapai nishab.
Untuk harta hasil pertanian, waktu membayar zakatnya ialah pada saat dipanen.
Ketentuan ini didasarkan pada AI-Qur'an surat al-An'am/2: 141
Presentase jumlah zakat yang harus dibayarkan dari hasil pertanian diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1) Hasil tanaman yang diairi dengan air hujan, sungai dan mata air, maka kadar
zakatnya adalah 10 %
2) Hasil tanaman yang diairi dengan system irigasi, (dengan mengeluarkan biaya) maka
kadar zakatnya adalah 5 %
d. Emas, Perak serta Harta Simpanan
Kewajiban zakatnya yaitu:
1) Masa kepemilikannya telah mencapai 1 tahun
2) Nishab zakat emas adalah 20 dinar, setara dengan 85 gram emas murni
3) Nishab zakat perak adalah 200 dirham, setara dengan 595 gram perak
4) Jenis harta simpanan seperti uang tunai, tabungan, deposito, saham atau bentuk
lainnya, maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas atau perak
5) Jika seseorang memiliki berbagai macam bentuk harta dengan akumulasi senilai 85
gram emas maka terkena kewajiban zakat
6) Zakat yang harus dikeluarkan atas emas dan perak serta harta simpanan yang masa
kepemilikannya mencapai 1 tahun maka wajib dikeluarkan zakatnya 2,5%
e. Hasil Profesi
Yaitu segala harta yang diperoleh dari hasil kerja professional. Penetapan zakat hasil
profesi oleh para ulama modern didasarkan pada hasil ijtihad. Ketentuan nishabnya
disetarakan dengan ketentuan zakat emas dan zakat yang dibayarkan 2,5%
f. Zakat Harta Temuan
Yaitu harta yang terpendam, termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada
pemiliknya, baik berupa emas, perak atau lainnya dengan jumlah mencapai nishab
seharga 85 gram emas murni. Zakat harta temuan adalah sebesar 20%. Dibayarkan
langsung pada saat menemukan.

4. Pembagian Zakat
Dalam QS At Taubah : 60 disebutkan 8 golongan/asnaf yang berhak menerima zakat :
1) Fakir
2) Miskin
3) Amil Zakat (petugas pengumpulan zakat)
4) Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
5) Hamba Sahaya (riqab/budak belian)
6) Orang yang sedang terlilit hutang (gharim)
7) Fissabilillah (orang yang jihad di jalan Allah)
8) Ibnu Sabil (musafir)
5. Tugas Amil Zakat
Amil zakat adalah orang atau kelompok orang yang bertugas mengumpulkan, mengatur, dan
membagikan zakat kepada para orang atau kelompok yang berhak menerima zakat. Secara
umum tugas amil zakat baik amil perorangan maupun kelompok atau organisasi mencakup
tiga kegiatan, yaitu pengumpulan zakat, pengelolaan zakat, dan pendayagunaan zakat.
6. Syarat-Syarat dan Bagian Amil Zakat
Untuk menjadi amil zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Muslim yang amanah
b. Mukallaf (telah dewasa-jiwa dan akalnya sehat)
c. Memahami hukum-hukum dan ketentuan zakat
d. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan zakat.
Adapun bagian amil zakat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Bagian Amil, maksimal 1/8 (seperdelapan) atau 12,5 %,jika dana yang terhimpun dibagi
rata dengan semua kelompok penerima zakat (ashnaf).
b. Tidak hanya diperuntukkan gaji, tetapi untuk biaya operasional lembaga atau badan amil
zakat tersebut.
c. Karena profesinya, amil berhak menerima gaji sesuai pekerjaannya diambilkan dan
bagiannya itu secara wajar.
7. Tata Cara Pembagian Zakat
a. Harta zakat dibagikan kepada semua mustahiq, apabila zakat itu banyak (mencukupi) dan
terdapat semua asnaf penerima zakat.
b. Apabila semua asnaf ada, maka tidak wajib mempersamakan pembagiannya antara asnaf
satu dengan asnaf yang lain.
c. Diperbolehkan memberikan semua harta zakat kepada asnaf tertentu saja, jika kenyataan
menuntut demikian.
d. Diperbolehkan melebihkan yang satu dan yang lain, sesuai dengan perbedaan kebutuhan
antara seseorang dengan orang lain.
e. Golongan fakir dan miskin merupakan sasaran zakat yang harus diprioritaskan, karena
meringankan beban mereka, merupakan tujuan zakat.
B. Infaq
Infaq berasal dan kata nafaqa berarti sesuatu yang telah berlalu/ habis. Infaq menurut istilah
para ulama’ adalah perbuatan atau sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk menutupi
sebagian kebutuhan orang lain yang dilakukan dengan ikhlas hanya mengharap ridla Allah Swt
semata. Orang yang berinfaq tidak akan jatuh miskin, tetapi sebaliknya rizki akan semakin
bertambah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah/2 : 261:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti
sebutir gabah/benih yang menumbuhkan 7 batang/tangkai, setiap tangkai ada loo butir gabah.
Allah melipat gandakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha
Mengetahui.”
C. Shadaqah
Shadaqah berasal dan kata shadaqa yang berarti benar. Shadaqah menurut istilah berarti
pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak menerimanya. Bentuk-bentuk shadaqah
dapat dilihat dalam Hadits Rasulullah saw. sebagai berikut:
“Kepada setiap muslim dianjurkan bershadaqah. Para sahabat bertanya: Bagaimana orang-
orang yang tidak mendapatkan sesuatu yang akan dishadaqahkan? Rasulullah saw. menjawab:
Hendaklah berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh keuntungan bagi dirinya alu ía
bershadaqah (dengannya). Mereka bertanya lagi : Jika ía tidak memperoleh sesuatu? Jawab
Rasulullah saw.: Hendaklah ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, karena hal
itu merupakan shadaqahnya.” (diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal).
Berinfaq dan bershadaqah amat dianjurkan dalam Islam sebagaimana Allah Swt berfirman
(QS. aI-Munafiqun/63 : 10)
D. Hibah
Hibah adalah akad pembenian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup
tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang. Pemberian harta semacam itu hukumnya
mubah. Sebagaimana firman Allah Swt berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 177
Rukun-rukun hibah, yaitu:
1. Pemberi Hibah (Wahib)
2. Penerima Hibah (Mauhub Lahu).
3. Barang yang dihibahkan (Mauhub).
4. Akad (ijab dan Qabul)
E. Hikmah Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Hibah
1. Hikmah Zakat
a. Mensucikan din dan kotoran dosa, memurnikanjiwa (menumbuhkan akhlaq muhia
menjadi murah hati, mengikis sifat bakhil), sehingga dapat merasakan ketenangan batin
karena terbebas dari tuntutan Allah Swt dan tuntutan kewajiban kemasyarakatan.
b. Mengikis dan mehepaskan sifat kekikiran dan ketergantungan terhadap aspek materi yang
sering membelenggu jiwa seseorang
c. Menolong, membina dan membangun kaum yang lemah dengan materi, untuk memenuhi
keperluan pokok hidupnya, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban-
kewajibannya kepada Allah Swt.
d. Memberantas sifat iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika melihat orang-orang
di sekitarnya berkehidupan cukup, sedang yang lain kekurangan.
e. Mempersatukan umat Islam, menuju terwujudnya system masyarakat Islam sebagai
ummatan wahidatan (ummat yang satu), musawah (persamaan derajat, hak dan
kewajiban), ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) dan takaful ijtima’i (tanggung
jawab bersama).
f. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang rukun, damai dan harmonis sehingga
tercipta ketenteraman dan kedamaian lahir dan batin.
2. Hikmah Shadaqah
a. Dapat menumbuhkan ukhuwah Islamiyah
b. Menghindarkan dari berbagai bencana.
3. Hikmah hibah
a. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
b. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong dan mempererat tali silaturahmi.
F. Mengenal Lazismu Sebagai Salah Satu Lembaga
LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan
masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana
kedermawanan lainnya baik dan perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Lembaga ini didirikan oleh PP Muhammadiyah pada tahun 2002, selanjutnya dikukuhkan oleh
Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No.
457/21 November 2002.
Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta Indonesia yang
berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia
yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang
lemah.
Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial,
pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang
cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal
sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen
modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dan penyelesai masalah (problem
solver) social masyarakat yang terus berkembang. Dengan budaya kerja amanah, professional dan
transparan, LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya.

WAKAF
A. Pengertian Wakaf
Wakaf dalam bahasa Arab berarti menahan (habs), sedang menurut istilah yaitu
menyerahkan sesuatu benda yang kekal zatnya guna diambil manfaatnya bagi kepentingan ibadah
kepada Allah Swt, maupun kemaslahatan umum sesuai ajaran Islam. Dalam ajaran Islam sangat
dianjurkan untuk wakaf, dan wakaf merupakan sadaqah yang berpahala tinggi dan akan terus
mengalirkan pahala kepada orang yang berwakaf meskipun ia telah meninggal dunia. Dalam
salah satu Hadits, Nabi saw., bersabda:
Dari Abu Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “bila manusia mati, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak saleh
yang mendo’akan kepadanya.” (HR. Muslim)
B. Rukun Wakaf
Wakaf merupakan shadaqah jariyah yang diatur dalam ajaran Islam dengan ketentuan
tertentu. Dalam wakaf terdapat unsur-unsur tertentu yang merupakan rukun wakaf, yaitu:
1. Waqif yaitu orang, kelompok atau badan hukum yang mewakafkan harta kekayaanya.
2. Nadhir yaitu orang, kelompok atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf.
3. Mauquf yaitu barang atau harta yang diwakafkan.
4. Iqrar yaitu pernyataan dan waqif untuk mewakafkan harta kekayaannya. Seseorang yang
berwakaf tidak diperlukan penerimaan (qabul) dan pihak lain atau nadhir.
C. Syarat Wakaf
Dalam wakaf juga ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh orang
yang berwakaf (wakif), yaitu:
1. Barang yang diwakafkan tidak boleh dibatasi waktu pemanfaatannya.
2. Barang yang diwakaf tidak melanggar larangan Allah Swt, seperti gedung perjudian atau
barang yang dapat menimbulkan fitnah.
3. Diserahkan kepada badan atau lembaga yang dapat mendatangkan kemaslahatan umum.
4. Barang yang diwakafkan apabila berdAshar wasiat tidak boleh lebih dan sepertiga dan harta
yang ditinggalkan.
D. Kewajiban Pengelola
Penerima wakaf yang disebut nadhir baik perorangan, kelompok atau persyarikatan yang
berbadan hukum seperti Muharnmadiyah berfungsi sebagai pengelola wakaf yang diserahi tugas
pemeliharaan dan pengurusan termasuk pemanfaatan wakaf. Di antara tugas pokok pengelola
wakaf adalah:
1. Merawat dan mempergunakannya dengan baik, serta berusaha memperbanyak kemanfaatan
yang dapat diambil dan wakaf
2. Manakala barang wakaf dipandang sudah rusak dapat ditukarkan dengan barang yang Iebih
bermanfaat guna menjaga kemaslahatan.
3. Apabila dalam merawat atau mengelola barang wakaf diperlukan anggaran biaya dapat
diambilkan dari sebagian hasil wakaf secukupnya
E. Wakaf Tunai dan Wakaf Produktif
Wakaf tunai yaitu wakaf dalam bentuk uang tunai. Wakaf ini lebih bersifat fleksibel
daripada wakaf tanah/bangunan dan pendistribusiannya tidak mengenal batas wilayah.
Mekanismenya wakif (orang berwakaf) membeli sertifikat wakaf tunai. Sertifikat ini dapat di
atasnamakan dirinya sendiri, anggota keluarga yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.
Sewaktu wakif membeli sertifikat dapat mensyaratkan agar keuntungan pengelolaan dana wakaf
tunai untuk tujuan yang telah ditunjuk seperti pendanaan pendidikan, kesehatan, pendirian
fasilitas agama. Wakaf tunai ini semacam wakaf produktif karena dapat dikelola dan
dikembangkan untuk kemaslahatan. Contoh wakaf produktif lainnya adalah wakaf hotel, wakaf
tanah, dan lain-lain.
F. Penggunaan Wakaf Bagi Umat
Barang wakaf wajib dipelihara oleh nadhir (pengelola) sesuai dengan maksud orang yang
berwakaf, serta mempergunakan sebagaimana mestinya dengan bertaat kepada Allah Swt dan
berusaha memperbanyak manfaat dari barang wakaf itu. Jika barang wakaf itu sudah lapuk atau
rusak maka boleh dijual dan dibelikan barang lain untuk meneruskan wakafnya atau
dipergunakan yang serupa.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, harta
benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Adapun yang dimaksud benda
tidak bergerak meliputi;
1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar
2. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
3. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
4. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
5. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Adapun wakaf benda bergerak adalah harta benda yang tidak bisa habis karena
dikonsumsi, meliputi: uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan
intelektual, hak sewa, benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 melakukan beberapa hal, diantaranya;
1. Pengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
peruntukannya.
2. Dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.
3. Dilakukan secara produktif.
4. Diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.
Menurut Undang Undang Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:
1. Dijadikan jaminan
2. Disita
3. Dihibahkan
4. Dijual
5. Diwariskan
6. Ditukar atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
G. Sejarah Wakaf dalam Islam
Rasulullah saw. merupakan perintis wakaf berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh
‘Umar binmSyaibah dan ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’az yang bermaksud wakaf: “Kami bertanya
tentang wakaf yang terawal dalam Islam? Orang orang Ansar mengatakan adalah wakaf
Rasulullah saw.”.
Orang Jahiliyyah tidak mengenali akad wakaf yang merupakan sebahagian daripada akad-akad
tabaru’, lalu Rasulullah saw. memperkenalkannya kerana beberapa ciri istimewa yang tidak
wujud pada akad-akad shadaqah yang lain. Institusi terawal yang diwakafkan oleh Rasulullah
saw. ialah Masjid Quba’ yang diasaskan sendiri oleh Baginda saw. apabila tiba di Madinah pada
622M atas dasar ketaqwaan kepada Allah Swt. Ini diikuti pula dengan wakaf Masjid Nabawi
enam bulan selepas pembinaan Masjid Quba’. Diriwayatkan bahawa Baginda saw. membeli tanah
bagi pembinaan masjid tersebut daripada dua saudara yatim piatu yaitu Sahl dan Suhail dengan
harga 100 dirham. Pandangan masyhur menyatakan individu pertama yang mengeluarkan harta
untuk diwakafkan adalah Saidina ‘Umar ra. dengan mewakafkan 100 bahagian daripada tanah
Khaibar kepada umat Islam. Anaknya Abdullah bin ‘Umar ra. menyatakan bahwa ayahnya telah
mendapat sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Rasulullah saw. untuk meminta
pandangan tentang tanah itu. Maka katanya:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, dimana aku
tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku selain daripadanya, (walhal aku bercita-cita
untuk mendampingkan Diri kepada Allah Swt) apakah yang engkau perintahkan kepadaku
dengannya?.” Maka sabda Rasulullah saw.:
“Jika engkau berkehendak, tahanlah (bekukan) tanah itu, dan shadaqahkan manfaatnya.”
“Maka ‘Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu, sesungguhnya tanah ¡tu tidak boleh dijual,
tidak boleh dihibah (diberi) dan diwarisi kepada sesiapa.” Katanya lagi: “‘Umar telah
menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba yang baru merdeka,
pejuang-pejuang di jalan Allah Swt, ibn Sabil dan para tetamu. Tidaklah berdosa sesiapa yang
menyelia tanah wakaf itu memakan sebahagian hasilnya sekadar yang patut, boleh juga ia
memberi makan kawan-kawannya, tetapi tidaklah boleh ia memilikinya.”
Sejak itu amalan wakaf berkembang sehingga menjadi tulang belakang kepada menjadi
teras kepada pembangunan umat Islam terdahulu dan berkekalan sehingga ke hari ini.
H. Dasar Hukum Wakaf
Berkaitan dengan wakat terdapat suatu Hadits sebagai berikut:
Dari Ibnu ‘Umar yang berkata bahwa sahabat ‘Umar r.a memperoleh sebidang tanah di
Khaibar, lalu menghadap Nabi saw. seraya berkata: “Aku telah memperoleh sebidang tanah di
Khaibar yang belum pernah kudapati seindah itu, maka apa yang akan engkau perintahkan
kepadaku?” sabda Rasulullah saw.: “Jika suka, engkau tahan pokoknya dan engkau gunakan
untuk shadaqah (jadikanlah wakaf)”. Kata Ibnu Umar: “Kemudian sahabat ‘Umar
menshadaqahkannya, tidak dijual pokoknya, tidak diwarisi dan tidak pula diberikan kepada
orang-orang lain”. Berkata Ibnu Umar: “Maka ‘Umar menshadaqahkan kepada orang fakir, kaum
keluarga, budak belian, pada jalan Allah Swt dan Ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal).”
I. Manfaat/Hikmah Wakaf
Hikmah disyariatkannya wakaf, antara lain sebagai berikut:
1. Menanamkan sifat zuhud dan melatih menolong kepentingan orang lain.
2. Menghidupkan lembaga-lembaga sosial maupun keagamaan demi syi’ar Islam dan
keunggulan kaum muslimin.
3. Memotivasi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam beramal karena pahala wakaf akan
terus mengalir sekalipun pemberi wakaf telah meninggal dunia.
4. Menyadarkan umat bahwa harta yang dimiliki itu ada fungsi social yang harus dikeluarkan.
PUASA WAJIB & PUASA SUNAH
A. Pengertian dan Dasar Hukum Puasa
Puasa menurut bahasa bermakna menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu. Menurut
arti istilah syara’ adalah menahan diri dari makan, minum dan bersenang-senang dengan istri
mulai dari fajar hingga magrib karena mengharap ridha Allah Swt dan menyiapkan diri untuk
bertakwa kepada-Nya.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberi definisi puasa menurut
istilah Syar’i adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual dan segala hal yang
membatalkan puasa dari sejak terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari yang disertai
niat. Puasa dalam ajaran Islam terbagi menjadi tiga macam, yaitu puasa wajib, puasa sunah, dan
puasa yang diharamkan.
B. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dikerjakan oleh seseorang berdasarkan perintah Allah Swt
dalam Al-Qur’an maupun perintah dari contoh yang dilakukan oleh Nabi saw. Secara garis besar,
puasa wajib meliputi puasa Ramadlan, puasa kafarat, dan puasa nadzar.
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadlan merupakan salah satu dan rukun Islam yang dilaksanakan selama bulan
Ramadlan. Puasa ini wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang mukallaf (orang yang sudah
terbebani hukum Islam). Perintah puasa Ramadlan terdapat pada QS. Al-Baqarah/2: 183-184
dan Al-Hadits.
Terdapat berbagai amal ibadah utama yang dianjurkan untuk dilakukan pada bulan
Ramadlan, diantaranya adalah bershadaqah, tadarus, qiyamu ramadlan (shalat tarawih),
i‘tikaf.
2. Puasa Kafarat (tebusan)
Ada tiga orang yang dikenai puasa Kafarat (tebusan) yaitu: Pertama, seorang muslim yang
membunuh muslim lainnya tanpa sengaja. Kedua, seorang suami yang mendzihar istrinya
kemudian menarik kembali ucapannya, apabila tak mampu membebaskan seorang budak
mukmin maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut. Ketiga, jika seorang melanggar
sumpah dan tidak sanggup memberikan makan kepada sepuluh orang fakir miskin maka
wajib berpuasa tiga hari.
3. Puasa Nadzar
Puasa nadzar ialah puasa yang wajib dilakukan oleh seseorang karena adanya nadzar untuk
berpuasa, misalnya seorang siswa bernadzar kalau diterima di Sekolah Muhammadiyah akan
berpuasa 3 (tiga) hari. Nadzar berpuasa tersebut menjadikan berpuasa selama 3 hari bagi
siswa tersebut hukumnya wajib
C. Puasa Sunnah
1. Puasa 6 hari di bulan syawal
2. Puasa senin kamis
3. Puasa arafah, puasa tanggal 9 dzulhijah bagi muslim yang sedang tidak berhaji
4. Puasa asyura, puasa pada hari ke-10 (tgl 10) bulan muharam
5. Puasa putih/bidl, puasa yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan
Qomariyah
6. Puasa Daud (sehari puasa dan sehari berbuka)

D. Puasa yang diharamkan


1. Puasa pada dua hari raya (idul fitri dan ‘idul adha)
2. Puasa pada hari tasyrik, puasa yang dilakukan pada 11, 12, dan 13 dzulhijah
3. Puasa abad (puasa sepanjang masa), puasa sepanjang tahun tanpa berhenti
4. Puasa sunah seorang isteri yang tidak mendapat izin suaminya
5. Puasa khusus hari jum’at

E. Syarat dan ketentuan berpuasa


Syarat wajib puasa:
1. Muslim (lihat al-Baqarah: 183)
2. Mumayyiz (orang yang sudah dewasa/baligh dan berakal)
3. Kuat berpuasa (qadir) yang tidak kuat seperti, sedang sakit, bepergian jauh, tua renta,
ibu hamil atau baru melahirkan
Syarat sah puasa:
1. Muslim
2. Mumayyiz
3. Bagi wanita harus suci dari haid, nifas, dan wiladah
4. Dikerjakan pada hari yang diperbolehkan berpuasa
Apabila syarat wajib dan syarat sah puasa telah terpenuhi, maka berdasarkan hukum
Islam puasa sudah sah dilaksanakan.
F. Hal-hal yang dapat membatalkan puasa dan merusak pahala puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja (pada siang hari) lihat QS. Al-Baqarah: 187=
artinya tidak diperbolehkan makan dan minum pada siang hari sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari
2. Muntah dengan sengaja
3. Hubungan persebadanan, wajib qadha dan membayar kafarat
4. Keluar darah haid dan nifas (perempuan sedang haid dan nifas haram berpuasa)

G. Orang yang dibolehkan tidak berpuasa


1. Sakit
2. Safar (sedang dalam perjalanan) wajib menggantinya pada hari lain
3. Berusia lanjut. Menggantinya dengan membayar fidyah, yaitu memberi makan
seorang miskin sebanyak 1 mud (6 ons) untuk setiap hari yang ditinggalkan puasanya
4. Hamil dan atau menyusui. Menggantinya dengan membayar fidyah
5. Bekerja berat. Orang yang bekerja berat, dan tidak bisa memberi nafkah jika tidak
bekerja berat, maka boleh tidak berpuasa dan sebagai gantinya dengan membayar
fidyah.

H. Hikmah puasa
1. Orang yang berpuasa satu hari di jalan Allah akan dijauhkan dari api neraka sejauh
perjalanan 70 hari
2. Pahala puasa langsung diberikan oleh Allah
3. Pahala puasa dilipatgandakan dibandingkan dengan berinfaq di jalan Allah
4. Puasa merupakan perisai untuk membentengi diri
5. Orang yang berbuka puasa mendapatkan 2 kegemberiaan. 1. ketika berbuka, 2. ketika
menghadap Allah
6. Orang yang berpuasa dengan penuh iman dan intropeksi diri akan diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu
7. Puasa ramadhan menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu
8. Orang yang berpuasa mendapatkan keistimewaan di surga
9. Puasa membentuk manusia yang bertakwa
10. Puasa membentuk kekuatan pengendalian diri dalam hal menghilangkan sifat dengki,
dusta, dorongan berbuat seksual.
HAJI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Haji


Menurut bahasa, kata haji berarti "qasdu" atau "sengaja", dan "ziyarah" atau berkunjung.
Menurut istilah, haji ialah sengaja berkunjung ke Baitullah yaitu Ka'bah untuk mengamalkan
rangkaian manasik haji sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah. Hukum mengerjakan ibadah haji
adalah wajib satu kali dalam seumur hidup bagi orang Islam yang telah aqil baligh dan memiliki
kemampuan (istitha’ah) untuk pergi ke Makkah. Ketentuan kewajiban haji disebutkan dalam Al-
Qur'an Surat Ali Imran/3: 97:

‫…َو ِهَّلِل َع َلى ٱلَّن اِس ِح ُّج ٱۡل َبۡي ِت َمِن ٱۡس َتَطاَع ِإَلۡي ِه َس ِبيۚاٗل َو َم ن َك َف َر َف ِإَّن ٱَهَّلل َغ ِنٌّي َع ِن‬
٩٧ ‫ٱۡل َٰع َلِم يَن‬
“…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
B. Syarat Wajib Haji
Syarat-syarat wajib haji adalah:
1. Beragama Islam (tidak wajib dan tidak sah haji orang kafir)
2. Baligh dan berakal sehat (tidak wajib haji bagi anak-anak yang masih berada di bawah usia baligh,
atau usianya sudah memasuki baligh, tetapi ada kelainan jiwa/gila)
3. Merdeka (tidak wajib haji bagi budak)
4. Kuasa/mampu (yang dimaksud mampu, atau istitha'ah adalah ada bekal dan kendaraan untuk
berangkat dan pulang serta biaya hidup selama menunaikan ibadah haji, ada persediaan biaya yang
cukup untuk keluarga yang ditinggalkan selama berhaji, sehat jasmani dan rohani, perjalanan dalam
kondisi aman.
C. Rukun Haji
Kewajiban yang termasuk rukun haji adalah: Ihram, Wuquf di 'Arafah, Thawaf Ifadlah, Sa'i,
Tahallul, dan Tertib. Rukun-rukun haji tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ihram
Ihram ialah berniat untuk memulai melaksanakan ibadah haji atau umrah dan meninggalkan
perbuatan lain di luar ibadah haji atau umrah, dengan mengenakan pakaian ihram.
Tata cara melakukan ihram adalah sebagai berikut:
a. sebelum ihram mandi terlebih dahulu
b. sesudah mandi, memakai wangi-wangian
c. menyisir rambut agar rapi
d. shalat sunah 2 raka'at. Pada raka'at I membaca surat al-Kafirun dan raka'at kedua membaca surat
al-Ikhlash
e. memulai ihram dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt sesudah memakai pakaian ihram dan
memulai ihram, memperbanyak ucapan kalimah talbiyah, yaitu :
‫ ِإَّن اْلَح ْم َد َو الِّنْع َم َة َلَك َو اْلُم ْلَك َال َش ِرْيَك َلَك‬، ‫ َلَّبْيَك َال َش ِر ْيَك َلَك َلَّبْيَك‬، ‫َلَّبْيَك الَّلُهَّم َلَّبْيَك‬
“Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah Swt, aku sambut, aku sambut panggilan-Mu, tidak ada
sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu sungguh segala puji dan ni'mat adalah kepunyaan-Mu,
juga kerajaan, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Selama melaksanakan ihram terdapat larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan, yaitu:
a. Memotong rambut
b. Mengenakan wangi – wangian
c. Berbuat kotor, berkata cabul dan bertengkar
d. Meminang, meminangkan, menikah dan menikahkan
e. Membunuh binatang buruan
f. Mencabut atau menebang pohon
g. Khusus bagi laki-laki dilarang:
1) Memakai pakaian berjahit
2) Memakai sepatu yang menutup kedua mata kaki
3) Memakai penutup kepala.
h. Khusus bagi kaum perempuan dilarang:
1) Memakai cadar
2) Memakai kaos tangan
2. Wuquf di 'Arafah
Menurut bahasa, wuquf berarti berdiam diri/ berhenti/ menetap. Maksudnya adalah jama'ah
haji berada di 'Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari / waktu dhuhur)
tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbenamnya matahari pada hari dan tanggal itu juga. Wukuf adalah
puncak ibadah haji yang tidak boleh ditinggalkan / diwakilkan. Maka walaupun jama'ah dalam
keadaan sakit, tetap harus dibawa untuk melakukan ibadah wukuf ini.

3. Thawaf Ifadlah
Thawaf ialah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 (tujuh) kali putaran, dimulai dan diakhiri di
Hajar Aswad (batu hitam) dengan posisi Baitullah di sebelah kiri. Thawaf Ifadlah merupakan salah
satu rukun haji yang harus dilaksanakan sendiri, dikerjakan sesudah wuquf di 'Arafah.
Selain Thawaf Ifadlah, ada lagi thawaf yang lain, yaitu:
a. Thawaf Qudum, yaitu thawaf yang dilakukan waktu seseorang baru tiba di Makah atau
Masjidil Haram dari negerinya.
b. Thawaf Tathawwu (thawaf sunah) adalah thawaf yang dikerjakan kapan saja
c. Thawaf Wada adalah thawaf pamitan atau thawaf perpisahan atau thawaf selamat tinggal
4. Sa’i
Sa’i ialah berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah, dimulai dari bukit Shafa dan
diakhiri di bukit Marwah, dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali.
5. Tahallul
Tahallul ialah perbuatan sebagai tanda dihalalkannya hal-hal yang diharamkan karena ihram.
Bagi laki-laki, tahallul dengan memotong rambut/mencukur gundul. Bagi perempuan, cukup
menggunting beberapa helai saja.
6. Tertib
Tertib berarti urut. Yang dimaksud tertib dalam ibadah haji ialah melaksanakan kelima rukun haji
itu sesuai dengan urutan-urutan yang dituntunkan oleh Rasulullah saw, yaitu mulai dari ihram,
kemudian wukuf, thawaf, sa’i dan diakhiri dengan tahallul.
D. Wajib Haji
Wajib haji ialah rangkaian kegiatan yang wajib dilakukan dalam Ibadah haji. Jika salah satu
kegiatan tidak dilakukan, maka dikenakan denda/dam. Wajib haji tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ihram/niat dari miqat
Miqat adalah ketentuan batas kapan dan di mana Ihram dimulai dengan mengenakan pakaian
ihram. Miqat berhubungan dengan waktu, kapan ihram dimulai dan mengenakan pakaian ihram,
disebut Miqat Zamani, sedang yang berhubungan dengan tempat di mana ihram dimulai dan
mengenakan pakaian ihram, disebut Miqat Zamani.
2. Mabit/bermalam di Muzdalifah
Para jamaah haji, setelah melaksanakan wukuf di Arafah menuju Muzdalifah untuk
melakukan mabit (bermalam) di Muzdalifah. Dari Arafah menuju Muzdalifah dilakukan setelah
matahari terbenam. Setelah sampai di Muzdalifah, mendirikan shalat Maghrib dan Isya dilakukan
dengan jama' ta'khir. Di samping shalat Maghrib dan Isya, di Muzdalifah jamaah haji mengambil
batu kecil (kerikil) untuk melempar jumrah.
3. Melempar Jumrah 'Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah
Setelah mabit di Muzdalifah, para jama'ah haji menuju Mina untuk melempar Jumrah
'Aqabah. Batu kecil (kerikil) yang digunakan untuk melempar Jumrah tersebut disunahkan diambil
ketika bermalam di Muzdalifah. Setelah melempar Jumrah Aqabah, jama’ah haji bermalam di Mina
pada hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Selama hari Tasyriq, kewajiban haji yang
harus dilakukan adalah melempar 3 (tiga) Jumrah (ula, wustha dan 'aqabah).
4. Thawaf Wada' ( thawaf perpisahan)
Cara melaksanakan Thawaf Wada' sama dengan thawat-thawaf lainnya.
UMROH
Umrah merupakan ibadah yang wajib sebagaimana ibadah haji. Ibadah umrah merupakan
rangkaian dari ibadah haji. Secara umum, ibadah umrah sarma dengan ibadah haji, kecuali dalam
beberapa rukun dan wajib haji, yaitu wuquf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melempar Jumrah
Secara rinci, ibadah umrah dibahas dalam uraian di bawah ini:
1. Pengertian
Menurut bahasa, umrah berarti berziarah atau berkunjung. Menurut istilah, umrah adalah
ziarah ke Baitullah untuk melakukan Thawat Sa'i dan Tahallul demi mengharap ridla Allah Swt.
Umrah hukumnya wajib seperti haji, berdasarkan firman Allah Swt:
‫َو َأِتُّم وْا ٱۡل َح َّج َو ٱۡل ُعۡم َر َة ِۚهَّلِل‬
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah Swt.” (QS. al Baqarah/2:196)
2. Rukun Umrah
Syarat-syarat umrah sama dengan syarat-syarat haji, akan tetapi rukun umrah berbeda
dengan rukun haji, yaitu meliputi, niat ihram, thawaf umrah, sa'i, tahallul, dan tartib (dilaksanakan
secara berurutan).
3. Wajib Umrah
Wajib umrah juga berbeda dengan wajib haji, yaitu berihram dari miqat dan menjauhkan diri
dari hal-hal yang diharamkan pada waktu umrah. Jenis dan bentuk larangan dalam umrah sama
dengan hal-hal yang diharamkan pada waktu haji.
Miqat zamani umrah adalah sepanjang tahun, tidak ditentukan artinya tidak ada waktu
tertentu untuk melaksanakan umrah. Umrah dapat dilaksanakan kapan saja selama syarat-syarat
umrah terpenuhi.
Miqat makani umrah adalah tempat yang sudah ditentukan untuk memulai ihram yaitu sama
dengan miqat makani haji. Khusus bagi orang yang berada di Makkah, miqat makani mereka
adalah daerah di luar kota Makkah (di luar tanah haram). Bagi orang yang berada di Madinah,
Miqatnya di Dzul Hulaifah (masjid Bir All), sedang bagi orang yang berada di Makkah, Miqatnya
di Masjid Ji’ranah atau Masjid Tan'im.
4. Tata cara Umrah
Setelah memahami rukun dan wajib umrah, perlu dipahami tentang tata cara melakukannya,
yaitu sebagai berikut:

 Mandi (seperti hanlnya mandi wajib)


 Memakai pakaian ihram untuk umrah dari miqat masing-masing
 Mengucapkan niat umrah dari miqat : labbaik umrotan
 Menuju Makkah sambil memperbanyak membaca talbiyah
 Setelah sampai di Makkah, menuju Masjidil Haram melaksanakan thawaf umrah
 Selesai thawaf kemudian mengerjakan sa'i
 Selesai sa'i, melaksanakan tahallul yaitu mencukur rambut. Dengan demikian telah selesai
umrah dan kembali berpakaian biasa.

Anda mungkin juga menyukai