Anda di halaman 1dari 5

A.

Asal usul penciptaan manusia dalam al-qur’an


1. Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an

Pada penciptaan manusia, ada orientalitas yang bingung mengenai


dengan sejumlah rumusan yang berbeda-beda menyangkut penciptaan
manusia didalam Al- Qur’an. Ada ayat yang menyatakan bahwa manusia
diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah, saripati air yang hina, air
yang tertumpah dan mani yang terpancar.

B. Ruang lingkup ajaran islam aqidah, syariat ibadah mualamah, dan akhlak
1. Aqidah
Aqidah berhubungan erat dengan keimanan. Islam membagi enam
pilar utama keimanan yang disebut sebagai Rukun Iman, yang mencakup:
a. Iman Kepada Allah
b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
d. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
e. Iman Kepada Hari Kiamat
f. Iman Kepada Qadha dan Qadar

2. Syariah
Ruang lingkup dari syariah meliputi aspek ibadah dan aspek muamalah.
a. Ibadah
Ibadah secara harfiah berarti ketaatan manusia kepada Allah karena
didorong oleh aqidah tauhid.
Adapun jenis-jenis ibadah khusus (Mahdhah) adalah sebagai berikut:
 Thaharah
 Shalat
 Puasa
 Zakat
 Haji
b. Muamalah
Ruang lingkup muamalah ini mencakup pada memberi kepada
sesama, nasihat dan wasiat dalam kebaikan, dan menuntut ilmu,
mengajarkan, dan mengamalkannya.
3. Akhlak
Akhlak dalam pendidikan Islam memiliki tiga ruang lingkup, di antaranya:
a. Akhlak Terhadap Allah
b. Akhlak Terhadap Makhluk
c. Akhlak Terhadap Alam
C. Hakikat manusia dan asal usul penciptaan manusia

a. Hakekat manusia bersumber pada dua hal. Pertama ashal al ba’id [asal yang
jauh], Kedua: ashal al-qarib [asal yang dekat]

b. Selain itu Al-Qur’an juga mengatakan bagaimana Allah menciptakan Adam:

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.” (al-Mu’minuun: 12-14)
D. Al Qur'an, hadits, dan ijtihad Sbagai sumber hukum Islam
1. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam Pertama dan Utama
Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat
dinamis, benar, dan mutlak. Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
a. Isi dan Kandungan Al-Qur’an, meliputi empat hal sebagai berikut:
 Tauhid (pengesaan Allah Swt)
 Janji dan ancaman
 Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
 Kisah dan cerita (kisah-kisah tentang orang-orang shalih dan ingkar
atau membangkang).

b. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an


Kedudukan Al-Qur’an dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah
sebagai sumber hukum yang pertama dan utama.
Adapun fungsi dari Al-Qur’an yaitu sebagai :
 Al-Huda (Petunjuk)
 Al-Furqon (Pemisah)
 Al-Asyifa (Obat)
 Al-mau'izah (Nasihat)
2. Al-Hadits sebagai Sumber Kedua
a. Kedudukan dan Fungsi Al-Hadits
Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Adapun fungsi Al-Hadits mencakup tiga hal, yaitu:

 Sebagai pengukuh/penguat dan hukum-hukum yang telah ditetapkan


dalam Al-Qur’an.
 Sebagai penjelasan dan hal-hal yang sudah disebutkan Al Qur’an.
 Sebagai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicanakan dalam Al-
Qur’an.

b. Macam Hadits
Hadits terbagi menjadi dua, yaitu Hadits mutawatir dan Hadits ahad.
 Hadits Mutawatir (berurutan/berlanjut)
 Hadits Ahad
Hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu :
 Hadits masyhur,
 Hadits aziz,
 Hadits gharib,
3. Ijtihad sebagai Metode Penetapan hukum Islam
a. Dasar-dasar Ijtihad
Dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
Rasulullah saw., bersabda:
“Apabila hakim akan mengadili lalu ia berjtihad, kemudian dapat
mencapai kebenaran, maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia
berjtihad dan tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu
pahala.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
b. Macam-macam Ijtihad
Yusuf al-Qardawi membagi ijtihad menjadi dua yaitu ijtihad
iintiqa’i/tarjihi dan ijtihad insya’i.
 Ijtihad intiqa’i/Tarjihi
 Ijtihad Insya’i (Ijtihad Kreatif atau Ijtihad Kolektif)
E. Karateristik ajaran islam adalah rahmatan lil alamin

Ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin sebenarnya bukan hal baru, basisnya


sudah kuat di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, bahkan telah banyak
diimplementasikan dalam sejarah Islam, baik pada abad klasik maupun pada
abad pertengahan. Secara etimologis, Islam berarti “damai”, sedangkan
rahmatan lil ‘alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”. Maka yang
dimaksud dengan Islam Rahmatan lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya di
tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih
sayang bagi manusia maupun alam.

Anda mungkin juga menyukai