Disusun Oleh :
Nama :Lutfiyah Mardatillah
Nim :K011221172
B. Kodrat Manusia
1. Sifat Ketergantungan sebagai Kodrat Manusia
Di antara ayat yang relevan dengan sifat ketergantungan manusia sebagai salah wujud
kodratinya adlah Q.S. al-Alaq (96); 2.
Manusia memiliki kodrat ketergantungan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Kodrat
ketergantungan ini tidak akan pernah terlepas pada diri manusia sekalipun manusia dengan
sekuat tenaga ingin melepaskan diri darinya karena Tuhan adalah tempat menggantungkan
segala sesuatu (Allah ash-shamad ‘Allah tempat bergantng). Bentuk kodrat ketergantungan
manusia kepada rububiyah (pemeliharaan) Tuhan dapat dibagi dua, yaitu: pertama,
pemeliharaan Tuhan lewat alam raya beserta isinya termasuk kepada sesama manusia.
Dengan kata lain pemeliharaan Tuhan lewat hukum-hukum alam. Kedua adalah
pemeliharaan Tuhan lewat risalah yang diturunkannya lewat pengutusan para nabi dan rasul-
Nya beserta kitab-kitab suci yang diturunkan Allah lewat rasul-rasul tersebut.
2. Kodrat Manusia Berupa Sifat Keutamaannya
Dari beberapa ayat al-Quran, seperti dalam Q.S. at-Thin (95): 4 dan Q.S. al-Isra (17)
dapat diketahui sifat keutamaan manusia antara lain adalah manusia diciptakan dalam
sebaik-baiknya bentuk. Manusia telah dimuliakan oleh Allah dengan memberi mereka
kemampuan melakukan perjalanan di daratan dan di lautan. Mereka pun diberi rezeki yang
baik. Selanjudnya Allah tegaskan bahwa mereka telah dilebihkan dengan kelebihan yang
sempurna dibanding dengan kebanyakan makhluk yan diciptakan termasuk malaikat dan
iblis sekalipum.
Berdasarkan informasi ayat 5-6 surah at-Thin yang dikuatkan oleh kandungan Q.S. al-
Asri (103): 1-3, dapat ditegaskan bahwa faktor utama yang menjadi tolak ukur kemuliaan
dan keutamaan manusia adalah kwalitas reliqius-spiritualnya.
3. Kodrat Manusia Menjadi Hamba Allah
Q.S. al-Zariyat, (51): 56 artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dalam kitab maqayis lughat, kata hamba ‘abdun’ menunjuk dua makna pokok yaitu
“kelemahan dan kerendahan” dan “kekerasan dan kekasaran.” Dari makna pertama
diturunkan makna ‘abdun’ yang berati ‘dimiliki’. Tujuan penciptaan manusia sebagai abdun
menunjuk makna-makna berikut:
a) Manusia menjadi abdun karena ia diciptakan oleh Tuhan.
b) Manusia menjadi abdun karena ia dimiliki oleh Tuhan.
c) Manusia menjadi hamba krena pendekatan dirinya kepada Allah dengan cara
merendekan dirinya di hadapat Allah.
d) Jika abdun pada poin (c) telah mencapai pendekatan (taqarrub) yang setinggi-tingginya
kepada Allah, maka pada maqam (halte) ini, manusia telah menjadi hamba sahaya
(budak-budak) Allah.
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan patuh. Jadi Islam
adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan
kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua makhluk Allah pada umumnya.
2. Ajaran sempurnah.
3. Kebenaran mutlak.
7. Sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya.
8. Inti ajarannya “Tauhid” dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan Allah tersebut.
Kerangka dasar ajajran Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad saw. bersifat
multidimensional, universal, abadi dan fithri. Dikatakan multi dimensional karena ajarannya
mencakup dimensi-dimensi yang menyangkut hubungan manusia dengan khaliqnya (hablu
minallah) dan hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesamanya, maupun dengan makhluk
lainnya (hablu minannas) (QS. Ali-Imran/3:112).
Kerangka dasar atau pokok-pokok ajaran Islam yang membentuk kepribadian yang utuh pada
setiap diri manusia muslim, yaitu:
Pengembangan dari ketiga kerangka dasar melahirkan bidang keilmuan Islam, yaitu:
1. Theologi Islam : kata theologi terdiri dari perkataan theos = Tuhan dan logos = ilmu.
Theologi Islam (ilmu kalam) belum dikenal pada masa nabi dan sahbatnya, melainkan baru
dikenal pada masa kemudiannya. Adapun faktor-faktor lahirnya Theologi Islam dipengaruhi
oleh faktor dalam (al-Quran yang menyerukan pemakaian akal pikiran dan membantah
golongan kafir, musyrik, dan munafik yang tidak percaya dengan nabi) dan faktor luar
(banyak pemeluk Islam yang sebelumnya telah menganut agama Yahudi dan Nasrani).
Syiah, yaitu golongan umat Islam yang terlampau mengagumkan keturunan nabi
Muhammad saw.
Mu’tazilah, pendirinya adalah Wasil bin Atha’. Aliran ini dikelan sebagai aliran yang
sangat menjunjung tinggi filsafat dan menunjukkan corak kebebasan dan keberanian
dalam berfikir, menganalisan dan mengkritik.
Asy’ariyah, pendirinya Abdul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari. Aliran ini menentang
pemakaian akal secara bebas (berlebihan).
2. Fiqih Islam, Fiqih merupakan salah satu keilmuan Islam yang lahir dari adanya penafsiran
terhadap syariat Islam. Fiqih secara etimologi berarti mengetahui sesuatu, memahaminya dan
menanggapinya dengan cerdas.
Madzhab Hanafi.
Madzhab Maliki.
Madzhab Syafi.
Madzhab Hambali.
3. Tasawuf, merupakan salah satu keilmuan Islam yang lahir pada abad ke-2 Hijriah dari
adanya penafsiran terhadap akhlak Islam. Namun jauh sebelumnya madrasah tasawuf telah
didirikan oleh sahabat nabi yaitu Huzaifah bin al-Yamani.
Tasawuf adalah upaya spritual bagaiman agar manusia dapat memiliki akhlak al-karimah.
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan jiwa sesuci
mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan.
Iman dan taqwah adalah sikap mental orang-orang mukmin dari kepatuhannya dalam
melaksanakan perintah-perintah Allah swt. serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya atas
dasar kecintaan semata.
D. Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.
3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyiban).
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
7. Iman memberi keberuntungan.
8. Iman mencegah penyakit.
Modul 6
b. Masalihul Mursalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan sesuai dengan
tujuan syari’at. Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan konsiderasi
hukum-hukum universal dari al-Quran dan As-Sunnah atau dalil-dalil umum, sedangkan
masalihul mursalan menitik beratkan kepada pemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan
tujuan universal syri’at Islam
Manusia sebagai makhlluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar
yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan hak asasi tersebut,
manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, sumbangannya bagi kesejahteraab hidup
manusia. HAM merupakan suatu hak dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
Ada perbedaan prinsip antara hak hak asasi manusia dilihat dari sudut pandangan Islam dan
Barat.
HAM menurut pandangan Islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada
Tuhan. Dengan demikian Tuhan sangat dipentingkan.
HAM menurut pandangan orang Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala
sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan.
Pemikiran Barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi
tolak ukur segala sesuatu, maka di dalam Islam melalui firman-firman-Nya, Allah lah yang
menjadi tolak ukur segala sesuatau, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi
kepada-Nya.
Menurut ajaran Islam, manusia mengakui hak-hak dari manuisa lain, karena hal ini
merupakan kewajiban yang dibebankan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah.
Kewajiban yang diperintahkan kepada manusia dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:
Huquuqullah (hak-hak Allah) adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT. yang
diwujudkan dalam berbagai ritual ibadah.
Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang diminta oleh Allah karena bermanfaat
bagi Allah, tetapi hak-hak Allah adalah bersesuaian dengan hak-hak makhluk-Nya
(Syaukat Husain, 1996:54).