PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Al-Qur’an digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis
langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan
yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri.
Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali
dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau
alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan
memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta
menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur‟an yang pada umumnya merupakan
garis-garis besar saja. Dari dulu perbincangan pendapat tentang penciptaan langit
dan bumi menimbulkan munculnya bebagai teori tentang proses terciptanya bumi
dan langit ini.
Dan keberagaman dalam beragama menjadi fakta sosial yang terus
mengalami guncangan konflik belakangan ini. Bukan tanpa alasan, konflik
tersebut terjadi dengan alasan sentimen terhadap agama lain. Hal ini berdampak
pada terganggunya stabilitas hubungan antar umat beragama. Wacana pluralisme
agama menjadi alternatif dalam mengatasi masalah tersebut. Membumikan
pluralisme agama merupakan upaya yang tepat dengan tidak menciderai nilai-
nilai agama. Islam sejatinya hadir memberikan penjelasan yang gamblang di
dalam Alquran tentang membangun hubungan yang toleran dalam beragama.
Tulisan ini akan memaparkan sekaligus memberikan penjelasan nilai-nilai
keislaman yang ada dalam Alquran sebagai upaya mengembangkan pluralisme
agama yang perlu direpresentasikan dalam konteks sosial yang plural.
Diharapkan dengannya, akan terwujud kerukunan antar umat beragama. Selain
itu, sebagai tindak lanjut yang konkrit dibutuhkan proses edukasi tentang
pentingnya toleransi dalam beragama.
2
Maka dalam Makalah Ini kami akan membahas keterkaitan “Keterkaitan Al-
Qur’an dan Hadits Dengan Manusia Alam Semesta Dan Agama Lain.”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik bebrapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Saja Ayat dan Hadits yang membahas tentang manusia/ Konsep Manusia
dalam Islam ?
2. Apa Fungsi Manusia Dan tujuan Hidup Manusia?
3. Apa saja Ayat dan Hadits tentang Alam semesta dan Penciptaan Alam
semesta?
4. Bagaimana hubungan Al-Qur’an dan Hadits dengan Agama Lain ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Hadits yang membahas tentang manusia Konsep Islam tentang
manusia
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua dimensi. Dimensi pertama
adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia. Dimensi kedua adalah
kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia. Konsep manusia dalam
perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Qur-an surat At-Tiin ayat 4,
"Manusia adalah makhluk terbaik." Oleh karena manusia harus selalu melakukan
kebaikan (amal Shaleh). Menurut Al-Qur-an manusia terbagi dua.
Pertama: sebagai makhluk Religi sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-
Ruum ayat 30; "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui."Manusia harus senantiasa mejalankan
Dimensi Ubudiyah dalam arti seluruh aspek kehiduan dan kegiatan manusia itu
harus bernuansa ibadah (dilandaskan kepada Allah SWT).
Kedua: Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Jauh sebelum
Aristoteles memaparkan teori Zoon Politicon Allah sudah menjelaskan dalam
dalam Al-Qur-an sebagai mana tertera dala surat Ali Imran ayat 110; "kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
Sebagai makhluk sosial seorang manusia harus mengutakan kepentingan bersama
(masyarakat) diatas kepentingan pribadi.
Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-
Arabi, Allah menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan
4
memperlihatkan diriNya. Tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia,
karena manusia adalah roh bagi alam, dan alam adalah jasad. Alam tanpa
manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.
Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan
istilah (al-An’am : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mu’min :67)
Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal
manusia. Ini diungkapkan Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan
ungkapan lempung tembikar (al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang
kering. Pada ayat lain dengan ungkapan lumpur hitam (al-Hijr/15 : 26, 28), yaitu
lempung busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah (al-Mu’minun/23 :12)
yang juga berarti lempung.
Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak
diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya
secara pasti. Al-Quran menyinggung proses reproduksi manusia secara global
dalam beberapa surat secara terpencar (al-Hajj : 5; Faathir : 11; al-Zumar : 6; al-
Mu’min : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian ayat-ayat tersebut
menimbulkan berbagai penafsiran.
Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan
tanah endapan lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung.
Dan manusia dapat meningkat dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan
sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, dan semua manusia selalu ingin
maju. Kedua sifat yang berlawanan dari manusia memungkinkannya untuk
mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang kemudian akan
menentukan nasibnya.
Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut :
1. Basyar
Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata
Mubasyir berarti pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar
sebanyak 37 kali. Salah satunya al-Kahfi: 110
5
2. Insan
Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah
SWT. Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya
(al-alaq : 5), yaitu:
٥ َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم
Artinya: “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
3. An-nas
Kata an-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu:
٢٧ َو َلَقْد َض َر ْبَنا ِللَّناِس ِفْي ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن ِم ْن ُك ِّل َم َثٍل َّلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َۚن
Artinya: “Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran
ini setiap macam perumpamaan”.
Konsep al-nas menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk
social atau secara kolektif.
4. Bani Adam
Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang
mengandung pengertian basyar, insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang
sebanyak 8 kali. Diantaranya dalam surat al-A’raf/7:26,27, dan 31.
C. Ayat dan Hadits tentang Alam semesta dan Penciptaan alam Semesta
Alam semesta yang misterius, yang terdiri dari bintang, planet, nebula,
komet, meteor dan angkasa, begitu luas diameternya, sehingga luasnya hanya
10
bisa diungkapkan dalam angka-angka yang memukau imajinasi kita, itu pun
tanpa mampu menggambarkan kesan sebenarnya dari keluasan tersebut.
penciptaan langit dan bumi, yang dibicarakan al quran dalam enam ayat. Ayat-
ayat itu menceritakan proses penciptaannya penghancuran dan pengembalian
kebentuk semula secara sempurna, indah, teliti, dan menganggumkan.
Dalam al-Qur‟an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan
alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-
Qur‟an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di
langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang
paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta,
al-Qur‟an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari‟, al-
Mushawwir, dan al-Badi‟. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah
adalah pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq).
Di antara ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang proses penciptaan
alam semesta ini adalah sebagai berikut:
1. QS. Hud/11: 7
َو ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِفْي ِس َّتِة َاَّي اٍم َّو َك اَن َع ْر ُش ٗه َع َلى اْلَم ۤا ِء ِلَيْبُل َو ُك ْم َاُّيُك ْم
َاْح َس ُن َع َم اًل ۗ َو َلِٕىْن ُقْلَت ِاَّنُك ْم َّم ْبُعْو ُث ْو َن ِم ْۢن َبْع ِد اْلَم ْو ِت َلَيُق ْو َلَّن اَّل ِذ ْيَن َكَف ُر ْٓو ا ِاْن ٰه َٓذ ا ِااَّل
٧ ِس ْح ٌر ُّم ِبْيٌن
Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar
Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan
jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang
kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
2. QS. al-Anbiya‟/21: 30
11
َاَو َلْم َيَر اَّلِذ ْيَن َكَفُر ْٓو ا َاَّن الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َك اَنَتا َر ْتًقا َفَفَتْقٰن ُهَم ۗا َو َج َع ْلَنا ِم َن اْلَم ۤا ِء ُك َّل َش ْي ٍء
٣٠ َح ٍّۗي َاَفاَل ُيْؤ ِم ُنْو َن
Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia.
Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang terbaik, lalu
merendahkannya ke tingkat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang
beriman dan beramal shaleh (QS. al-Tin/95: 5-6).
Semakin kita menelusuri luasnya alam semesta, semakin banyak hal
menakjubkan yang kita temukan, semakin menyadari kalau di alam ini masih
banyak rahasia yang belum kita ketahui, semakin manusia menyadari betapa
kecilnya bumi yang kita tinggali ini, jika di lihat dari luar angkasa sana, ibarat
sebutir debu di tengah lautan.
Dengan mengkaji alam semesta berdasarkan keterangan yang bersumber
dari Al-Qur'an, Tafsir, dan juga Hadits, serta membandingkannya dengan
penelitian astronomi, maka kita bisa menilai bahwa keduanya hampir memiliki
banyak kesamaan. dan hal ini menjadikan kita semakin yakin, bahwa apa yang
disampaikan oleh Nabi kita Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu, itu adalah
kebenaran wahyu dari Allah yang Maha Menciptakan. Hal ini mendorong kita
untuk semakin mempelajari Al-Qur'an dan Hadits, agar pengetahuan kita
semakin luas dan semakin bertambah keimanan akan kekuasaan dan kebesaran
Allah, dengan memikirkan penciptaan langit, sebagaimana Allah SWT
menggambarkan dalam banyak ayat, yang salah satunya bisa kita baca dalam
surat Ali Imran ayat: Allah SWT berfirman;
اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا
١٩١ َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (Qur'an Surat Ali Imran ayat 191)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abdullah ibnu Amr ibnul As
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
14
َو َك اَن،"إَِّن َهَّللا َقَّد َر َم َقاِد يَر اْلَخ اَل ِئ ِق َقْب َل َأْن َيْخ ُل َق الَّس َم َو اِت َو اَأْلْر َض ِبَخ ْمِس يَن َأْل َف َس َنٍة
" َع ْر ُش ُه َع َلى اْلَم اِء
Artinya: “dari Abu Razin bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,
"Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum Dia menciptakan
makhluk-Nya?" Rasulullah Saw. bersabda: Dia berada di awan yang di
bawahnya tidak ada udara dan di atasnya tidak ada
udara (pula), kemudian sesudah itu Dia menciptakan 'Arasy
Artinya: Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga
serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar
meliputi segala sesuatu.
َو اْلُك ْر ِس ِّي،"َم ا السماواُت الَّسْبُع َو َم ا ِفيِهَّن َو َم ا َبْيَنُهَّن ِفي اْلُك ْر ِسِّي ِإاَّل َك َح ْلَقٍة ُم ْلَقاٍة ِبَأْر ِض َفالة
ِفي اْلَع ْر ِش َك ِتْلَك اْلَح ْلَقِة ِفي ِتْلَك اْلَفاَل ِة
15
Artinya: “Tiadalah ketujuh langit beserta apa yang ada di dalamnya dan semua
yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan Al-Kursi kecuali seperti
sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir.
Dan (tiadalah) Al-Kursi bila dibandingkan dengan 'Arasy yang agung,
melainkan seperti gelang itu yang berada di padang pasir.
Disebutkan dari sebagian ulama Salaf bahwa jarak antara 'Arasy sampai ke
bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun, dan jarak di antara kedua sisinya
adalah perjalanan lima puluh ribu tahun. 'Arasy berupa yaqut merah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-
lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa langit itu mempunyai pilar penyangga,
tetapi kalian tidak dapat melihatnya. Lain pula halnya dengan Iyas ibnu
Mu'awiyah, ia mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah,yakni tanpa
tiang penyangga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah melalui riwayat
yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih sesuai dengan konteks ayat
dan makna lahiriah dari firman Allah Swt. yang mengatakan:
٦ ........ َو ُيْمِس ُك الَّس َم ۤا َء َاْن َتَقَع َع َلى اَاْلْر ِض ِااَّل ِبِاْذ ِنٖۗه......
Artinya: “Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan
dengan izin-Nya”….. (QS Al-Hajj ayat 65)
kepercayaan dapat memancing emosi seseorang, di mana hal itu telah menjadi
tabiat sebagai seorang manusia, karena pada dasarnya agama (keyakinan)
bersemi dan bersumber dari dalam hati, sedangkan hati telah menjadi sumber
emosi. Tentunya berbeda dengan pengetahuan yang mengandalkan akal dan
pikiran, sehingga pengetahuan tidak mudah memancing emosi didalam hati.
Pola kehidupan manusia dan interaksinya sangat variatif dan heterogen
dalam konstruksi sosial. Kehidupan manusia tidaklah akan selalu sama dalam hal
apapun. Karena manusia diciptakaan di atas perbedaan. Pada dasarnya
penciptaan manusia yang berbeda-beda telah menjadi kehendak Allah Swt.
Sebagaimana firman-Nya. Q.s. alHujurat/49: 13 sebagai berikut:
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕى َل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا
١٣ َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر
Islam. Hal itu sebagaimana firman-Nya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat....” (Q.s. al-Baqarah/2: 256). Menurut Ibn ‘Abbas Asbabun Nuzul ayat di
atas turun berkenaan dengan seorang Anshar yang memiliki dua anak beragama
Nasrani yang menginginkan kedua anaknya masuk Islam, kemudian turunlah
ayat tersebut pasca menyampaikanya kepada Nabi Saw.
Menurut Quraish Shihab tidak adanya paksaan tersebut demi menjaga rasa
aman yang hakiki melalui iman didalam hati.19 Dalam konteks ini, jikalau
seseorang dipaksa untuk masuk Islam tanpa keikhlasan nuraninya, tentu tidak
akan terwujud rasa aman. Hal inilah yang menjadi fungsi utama agama.
Disurat lain Allah Swt. juga menjelaskan perlunya toleransi (tasamuh) atau
sikap lapang dada untuk tidak memaksakan kepercayaannya kepada orang lain.
Hal itu sebagaimana firman-Nya: “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya ?.” (Q.s. Yunus/10: 99) Ayat di atas mengafirmasikan bahwa
kepercayaan teologis (agama) hendaknya tidak perlu didapatkan dengan cara
yang memaksa. Hal itu justru akan menciderai nilai-nilai agama itu sendiri.
Dengan cara memaksa tentunya fungsi agama tidak akan dapat dirasakan, tetapi
justru sebaliknya dapat menimbulkan hal yang negatif. Dalam konteks ini
tentunya mengindikasikan urgensi dari sikap toleransi dalam beragama menjadi
perlu dilaksanakan.
Disisi lain, mengenai adanya perbedaan antara manusia memang sejatinya
sudah menjadi kehendak Allah Swt, sebagaimana firman-Nya: “Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
Senantiasa berselisih pendapat.” (Q.s. Hud/11: 118) Seandainya Allah Swt.
menghendaki kesatuan, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi,
sehingga pastilah bersatu. Akan tetapi, Allah Swt. memberikan akal budi sebagai
bentuk pemberian yang terbaik diantara makhluknya. Pemberian akal berfungsi
18
A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua dimensi. Dimensi pertama
adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia. Dimensi kedua adalah
kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia
2. Konsep manusia dalam Al-Quran pertama, Basyar Mengandung arti
semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti
pembawa kabar gembira. Kedua, Insan, Yaitu makhluk yang mampu memikul
beban amanat risalah dari Allah SWT. Ketiga, An-nas Konsep an-nas
menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk social atau secara
kolektif. Bani Adam, Adam mempunyai pengertian manusia dengan
keturunannya yang mengandung pengertian basyar, insan, dan an-nas.
3. Manusia diciptakan sebagai khalifah yaitu wakil, atau duta atau tempat
pelimpahan wewenang dari Allah. Allah menugaskan pemegang dan
pengemban amanah kepada semua makhluk ciptaannya (Al-Ahzab:72), hanya
manusia yang secara suka rela menerima tugas mulia tersebut.
4. Toleransi merupakan awal adanya kerukunan, tanpa adanya toleransi tidak
mungkin terjalin sikap saling menghormati, saling mengasihi, dan gotong
royong antar umat beragama. Adanya sikap saling memberikan ruang untuk
mengekspresikan keberagamaan setiap umat beragama akan memberikan
wajah kesejukan toleransi dalam beragama. Hal itu yang secara berkelanjutan
memberikan kesejukan ajaran agama yang dalam interaksi kehidupan sosial.
Ilmu pengetahuan sangat penting bagi setiap individu bahkan dapat
meningkatkan martabat manusia. Dalam Islam, menuntut ilmu juga merupakan
suatu ibadah kepada Allah dan terdapat beberapa matlamat tertentu dalam proses
menuntut ilmu. Pentingnya mempunyai ilmu adalah untuk membuktikan
kekuasaan Allah SWT. Dengan adanya ilmu, manusia dapat membaca Al Quran
yang mana memuat segala permasalahan yang nyata di muka bumi ini. Ilmu juga
mebolehkan manusia mengkaji alam semesta ciptaan Allah ini.
20
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekuranganyang kami miliki , baikdari
tulian maupun bahasan yang kami sajikan ,oleh karena itu mohon diberikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.