Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam Al-Qur’an digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis
langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan
yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri.
Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali
dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau
alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan
memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta
menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur‟an yang pada umumnya merupakan
garis-garis besar saja. Dari dulu perbincangan pendapat tentang penciptaan langit
dan bumi menimbulkan munculnya bebagai teori tentang proses terciptanya bumi
dan langit ini.
Dan keberagaman dalam beragama menjadi fakta sosial yang terus
mengalami guncangan konflik belakangan ini. Bukan tanpa alasan, konflik
tersebut terjadi dengan alasan sentimen terhadap agama lain. Hal ini berdampak
pada terganggunya stabilitas hubungan antar umat beragama. Wacana pluralisme
agama menjadi alternatif dalam mengatasi masalah tersebut. Membumikan
pluralisme agama merupakan upaya yang tepat dengan tidak menciderai nilai-
nilai agama. Islam sejatinya hadir memberikan penjelasan yang gamblang di
dalam Alquran tentang membangun hubungan yang toleran dalam beragama.
Tulisan ini akan memaparkan sekaligus memberikan penjelasan nilai-nilai
keislaman yang ada dalam Alquran sebagai upaya mengembangkan pluralisme
agama yang perlu direpresentasikan dalam konteks sosial yang plural.
Diharapkan dengannya, akan terwujud kerukunan antar umat beragama. Selain
itu, sebagai tindak lanjut yang konkrit dibutuhkan proses edukasi tentang
pentingnya toleransi dalam beragama.
2

Maka dalam Makalah Ini kami akan membahas keterkaitan “Keterkaitan Al-
Qur’an dan Hadits Dengan Manusia Alam Semesta Dan Agama Lain.”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik bebrapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Saja Ayat dan Hadits yang membahas tentang manusia/ Konsep Manusia
dalam Islam ?
2. Apa Fungsi Manusia Dan tujuan Hidup Manusia?
3. Apa saja Ayat dan Hadits tentang Alam semesta dan Penciptaan Alam
semesta?
4. Bagaimana hubungan Al-Qur’an dan Hadits dengan Agama Lain ?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat dan Hadits yang membahas tentang manusia Konsep Islam tentang
manusia
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua dimensi. Dimensi pertama
adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia. Dimensi kedua adalah
kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia. Konsep manusia dalam
perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Qur-an surat At-Tiin ayat 4,
"Manusia adalah makhluk terbaik." Oleh karena manusia harus selalu melakukan
kebaikan (amal Shaleh). Menurut Al-Qur-an manusia terbagi dua.
Pertama: sebagai makhluk Religi sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-
Ruum ayat 30; "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui."Manusia harus senantiasa mejalankan
Dimensi Ubudiyah dalam arti seluruh aspek kehiduan dan kegiatan manusia itu
harus bernuansa ibadah (dilandaskan kepada Allah SWT).
Kedua: Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Jauh sebelum
Aristoteles memaparkan teori Zoon Politicon Allah sudah menjelaskan dalam
dalam Al-Qur-an sebagai mana tertera dala surat Ali Imran ayat 110; "kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
Sebagai makhluk sosial seorang manusia harus mengutakan kepentingan bersama
(masyarakat) diatas kepentingan pribadi.
Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-
Arabi, Allah menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan
4

memperlihatkan diriNya. Tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia,
karena manusia adalah roh bagi alam, dan alam adalah jasad. Alam tanpa
manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.
Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan
istilah (al-An’am : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mu’min :67)
Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal
manusia. Ini diungkapkan Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan
ungkapan lempung tembikar (al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang
kering. Pada ayat lain dengan ungkapan lumpur hitam (al-Hijr/15 : 26, 28), yaitu
lempung busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah (al-Mu’minun/23 :12)
yang juga berarti lempung.
Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak
diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya
secara pasti. Al-Quran menyinggung proses reproduksi manusia secara global
dalam beberapa surat secara terpencar (al-Hajj : 5; Faathir : 11; al-Zumar : 6; al-
Mu’min : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian ayat-ayat tersebut
menimbulkan berbagai penafsiran.
Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan
tanah endapan lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung.
Dan manusia dapat meningkat dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan
sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, dan semua manusia selalu ingin
maju. Kedua sifat yang berlawanan dari manusia memungkinkannya untuk
mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang kemudian akan
menentukan nasibnya.
Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut :
1. Basyar
Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata
Mubasyir berarti pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar
sebanyak 37 kali. Salah satunya al-Kahfi: 110
5

١ ‫ُقْل ِاَّنَم ٓا َاَن۠ا َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم‬


Artinya: “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”

2. Insan
Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah
SWT. Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya
(al-alaq : 5), yaitu:
٥ ‫َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬
Artinya: “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

3. An-nas
Kata an-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu:
٢٧ ‫َو َلَقْد َض َر ْبَنا ِللَّناِس ِفْي ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن ِم ْن ُك ِّل َم َثٍل َّلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َۚن‬
Artinya: “Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran
ini setiap macam perumpamaan”.
Konsep al-nas menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk
social atau secara kolektif.

4. Bani Adam
Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang
mengandung pengertian basyar, insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang
sebanyak 8 kali. Diantaranya dalam surat al-A’raf/7:26,27, dan 31.

B. Fungsi Manusia Dan Tujuan Hidup Manusia


1. Fungsi Manusia
6

Manusia diciptakan sebagai khalifah yaitu wakil, atau duta atau


tempat pelimpahan wewenang dari Allah. Allah menugaskan pemegang dan
pengemban amanah kepada semua makhluk ciptaannya (Al-Ahzab:72),
hanya manusia yang secara suka rela menerima tugas mulia tersebut. Karena
manusia memiliki, keyakinan dan kemampuan untuk menjadi pengemban
amanah Allah dan menjaga karunia-Nya yang paling berharga, maka
manusia mau menerima tugas suci tersebut.
Dengan diterimanya tugas amanah Allah oleh manusia, berarti
manusia dianugrahi kepercayaan, keberanian dan keutamaan serta kebijakan
dan kekuasaan dialam semesta ini. Jadi manusia bukan sekedar khalifah
Allah dibumi ini melainkan juga pemegang amanah Allah. Amanah Allah
adalah kehendak bebas manusia, menemukan hukum alam, dan menguasai
alam. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Adam menguasai nama-nama
semuanya (Al-Baqarah:33) dan kemudian menggunakannya, dengan inisiatif
moral manusia, untuk menciptakan tatanan dunia yang baik. Termasuk
amanah Allah adalah berfirman dan menaati Allah serta bertanggung jawab
akan nasibnya. Manusia yang memiliki keabsahan sebagai khalifah Allah
adalah manusia yang beriman kepada Allah. Sebagai khalifah Allah di bumi,
manusia dilengkapi Allah dengan berbagai hidayah seperti intstink, indra,
agama, dan hidayah taufik.
Selain berfungsi sebagai khalifah, manusia juga berfungsi sebagai
penyampai atau penerus risalah Rasul, pengemban tugas da’wah kepada
sesama umat manusia. Sebagimana firman Allah :
‫ٰۤل‬
‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر ۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم‬
١٠٤ ‫اْلُم ْفِلُحْو َن‬
Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari munkar.” (Ali-Imran:104)
7

Fungsi manusia yang lain adalah sebagai hamba Allah. Sebagai


seorang hamba, manusia harus tunduk, patuh dan ta’at kepada Allah.
Sebagai seorang hamba Allah, ia bertugas mengabdi atau menghambakan
dirinya kepada Allah, yaitu dengan menyembah kepada Allah.
٥٦ ‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepadaku” ( Al-Dzaariyaat : 56 ).

Manusia sebagai hamba Allah, manusia tdak pantas menhambakan diri


kepada apapun dan siapapun juga selain Allah. Manusia yang
menghambakan diri pada sesuatu selain Allah, berarti menyekutukannya,
dan juga berarti merendahkan dirinya dihadapan makhluk lain. Manusia
yang hanya mengabdi kepada Allah berarti tidak akan menghambakan
dirinya kepada sesama makhluk. Manusia sebagai hamba Allah, memiliki
karakter ingin melaksanakan penyembahan. Penyembahan itu ada persamaan
dengan adanya kehidupan manusia dibumi. Dengan kata lain manusia punya
dorongan atau keinginan untuk menyembah Tuhan.
٢١ ‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
Artinya: “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang – orang yang sebelum mu, agar kamu bertakwa” ( Al-
Baqarah : 21).

Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi atau


tugas manusia teerhadap Allah baik ibadah dalam bentuk umum maupun
dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk khusus, seperti mencari nafkah,
belajar, berdagang, mengajar, berpolitik, dsb. Sedangkan ibadah dalam
bentuk khusus yaitu berbagai macam pengabdian dan ketaatan kepada Allah
yang cara dan ketentuan melakukannya sesuia dengan ketentuan syara.
8

Agama yang dapat membantu manusia melaksanakan tugasnya sesuai


dengan fungsi-fungsinya itu adalah agama Islam. Agama Islam dikatakan
agama dua dimensional karena dapat dibuktikan dengan memperhatikan
unsure-unsur yang ada pada agama tersebut. Unsu-unsur itu adalah Tuhan,
Kitab Suci dan Nabi atau Rasul.
Kitab suci al-Qur’an adalah kitab yang mengandung dua dimensi,
yaitu satu dimensi kitab tersebut berisikan ketentuan-ketentuan social, politik
dan militer dan pada dimensi lain Kitab tersebut berisikan petunjuk tentang
cara bagaimana memperhalus jiwa, mensucikan batin serta
menyempurnakan akhlak manusia.
Nabi umat Islam adalah nabi Muhammad SAW juga dua dimensional,
yang bagi manusia biasa kedua dimensi ini dapat menjadi aspek-aspek yang
berlawanan, tetapi dalam diri Nabi Muhammad terjalin menjadi satu paduan
semangat. Pada diri Muhammad terwujud perpaduan sempurna antara
ubudiyah dan khilafah, sehingga dia adalah manusia sempurna yang paling
sempurna. Kesempurnaan Muhammad dinyatakan dalam bagian kedua
syahadat yang lengkap, Muhammad adalah hamba dan Rasul (utusan)-Nya.

2. Tujuan Hidup Manusia


Tujuan hidup manusia adalah bertemu (liqo’) dengan Allah SWT.
Karena tujuan hidup manusia adalah Allah, maka arti dan makna hidup
ditemukan dalam usaha manusia bertemu dan mencari wajah Allah dengan
harapan memperoleh ridha Allah. Keridhaan Allah itu menimbulkan
kepuasan bagi manusia. Apabila manusia sudah mendapatkan kepuasan,
dengan sendirinya akan menemukan kebahagiaan. Agar tujuan itu tercapai,
haruslah segala aktifitas manusia dalam hidupnya mengacu dan atau sesuai
dengan petunjuk dan aturan Allah.
Tujuan hidup manusia yang disebutkan diatas adalah tujuan hidup
manusia secara vertikal. Sedangkan tujuan hidup manuasia secara horizontal
9

adalah rahmat bagi segenap alam, dalam al-Qur’an disebutkan: tiadalah


Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.
Rahmat bagi semesta alam adalah karunia, kasih dan bermanfaat bagi
semesta alam, yaitu diri sendiri, orang lain dan alam lingkungannya. Jadi
tujuan hidup manusia secara horizontal bukan jadi bencana dan mala petaka
bagi semesta alam tetapi menjadi ketenangan dan kebahagiaan bagi dirinya,
orang lain dan lingkungan sekitarnya didunia.
Untuk mencapai kebahagiaan ada dua cara yang harus ditempuh
manusia:
a. Manusia harus menjalankan syari’at, Syari’at adalah perwujudan
kehendak Allah, karena melalui syari’atlah manusia mengetahui
bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan Allah Yang Maha
Pencipta yang telah menciptakannya dan bagaimana seharusnya ia
berhubungan dengan sesama manusia di atas dunia ini
b. Manusia tidak hanya dituntut memiliki ilmu dan pengetahuan serta
menguasai teknologi semata tetapi harus diimbangi dengan
keimananyang tebal dan kuat dengan iman, ilmu pengetahuan dan
teknologi digunakan sebagai alat untuk bermanfaat bagi manusia.
Dengan kata lain, imanlah yang mengendalikan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia berhasil guna dan tepat guna. Iman menerangi hati
manusia dan membimbingnya kea rah kebenaran serta memberikan
harapan akan hasil-hasil yang baik dari suatu amal perbuatan yang baik.
Iman memberikan kebahagiaan jiwa dan rohani dalam diri manusia
karena iman berfungsi memperbaiki hubungan-hubungan sosial seperti
saling menghargai, menghormati dan mengasihi.

C. Ayat dan Hadits tentang Alam semesta dan Penciptaan alam Semesta
Alam semesta yang misterius, yang terdiri dari bintang, planet, nebula,
komet, meteor dan angkasa, begitu luas diameternya, sehingga luasnya hanya
10

bisa diungkapkan dalam angka-angka yang memukau imajinasi kita, itu pun
tanpa mampu menggambarkan kesan sebenarnya dari keluasan tersebut.
penciptaan langit dan bumi, yang dibicarakan al quran dalam enam ayat. Ayat-
ayat itu menceritakan proses penciptaannya penghancuran dan pengembalian
kebentuk semula secara sempurna, indah, teliti, dan menganggumkan.
Dalam al-Qur‟an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan
alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-
Qur‟an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di
langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang
paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta,
al-Qur‟an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari‟, al-
Mushawwir, dan al-Badi‟. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah
adalah pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq).
Di antara ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang proses penciptaan
alam semesta ini adalah sebagai berikut:
1. QS. Hud/11: 7
‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِفْي ِس َّتِة َاَّي اٍم َّو َك اَن َع ْر ُش ٗه َع َلى اْلَم ۤا ِء ِلَيْبُل َو ُك ْم َاُّيُك ْم‬
‫َاْح َس ُن َع َم اًل ۗ َو َلِٕىْن ُقْلَت ِاَّنُك ْم َّم ْبُعْو ُث ْو َن ِم ْۢن َبْع ِد اْلَم ْو ِت َلَيُق ْو َلَّن اَّل ِذ ْيَن َكَف ُر ْٓو ا ِاْن ٰه َٓذ ا ِااَّل‬
٧ ‫ِس ْح ٌر ُّم ِبْيٌن‬

Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar
Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan
jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang
kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”

2. QS. al-Anbiya‟/21: 30
11

‫َاَو َلْم َيَر اَّلِذ ْيَن َكَفُر ْٓو ا َاَّن الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َك اَنَتا َر ْتًقا َفَفَتْقٰن ُهَم ۗا َو َج َع ْلَنا ِم َن اْلَم ۤا ِء ُك َّل َش ْي ٍء‬
٣٠ ‫َح ٍّۗي َاَفاَل ُيْؤ ِم ُنْو َن‬

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak
juga beriman?.”

3. QS. Fushshilat/41: 9-12


‫۞ ُقْل َإِىَّنُك ْم َلَتْكُفُرْو َن ِباَّل ِذ ْي َخ َل َق اَاْلْر َض ِفْي َي ْو َم ْيِن َو َتْج َع ُل ْو َن َل ٓٗه َاْن َداًداۗ ٰذ ِل َك َر ُّب‬
‫ َو َجَعَل ِفْيَها َر َو اِس َي ِم ْن َفْو ِقَها َو ٰب َر َك ِفْيَها َو َقَّد َر ِفْيَه ٓا َاْقَو اَتَه ا ِفْٓي َاْر َبَع ِة َاَّي اٍۗم‬٩ ۚ ‫اْلٰع َلِم ْيَن‬
‫ ُثَّم اْسَتٰو ٓى ِاَلى الَّس َم ۤا ِء َو ِهَي ُدَخ اٌن َفَقاَل َلَها َو ِلَاْلْر ِض اْئِتَي ا َطْو ًع ا َاْو‬١٠ ‫َس َو ۤا ًء ِّللَّس ۤا ِٕىِلْيَن‬
‫ َفَقٰض ىُهَّن َس ْبَع َس ٰم َو اٍت ِفْي َي ْو َم ْيِن َو َاْو ٰح ى ِفْي ُك ِّل َس َم ۤا ٍء‬١١ ‫َكْر ًهۗا َقاَلَتٓا َاَتْيَنا َط ۤا ِٕىِع ْيَن‬
١٢ ‫َاْمَر َهاۗ َو َز َّيَّنا الَّس َم ۤا َء الُّد ْنَيا ِبَم َص اِبْيَۖح َو ِح ْفًظاۗ ٰذ ِلَك َتْقِد ْيُر اْلَع ِز ْيِز اْلَعِلْيِم‬
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”
dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa” keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
12

Allah menyebutkan proses penciptaan bumi terlebih dahulu, setelah itu


disebutkan penciptaan langit dengan segala isinya. Sedangkan pada ayat-ayat
lain, biasanya terlebih dahulu diceritakan penciptaan langit, kemudian penciptaan
bumi. Menurut al-Maraghi, pengungkapan dalam bentuk demikian karena
manusia memperhatikan keadaan bumi yang ada di sekelilingnya, maka
penyebutan tentang bumi didahulukan.25 Sedangkan menurut Hasbi ash-
Shiddieqy, dalam rencananya Allah lebih dahulu membuat rencana bumi
daripada rencana pembuatan langit, akan tetapi dalam pelaksanaannya kemudian
lebih dahulu menciptakan langit (termasuk matahari) dari bumi.
Di antara ayat al-Qur‟an yang menjelaskan tentang penciptaan bumi adalah
pada; QS. al-Sajdah/32: 4
‫ُهّٰللَا اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َو َم ا َبْيَنُهَم ا ِفْي ِس َّتِة َاَّياٍم ُثَّم اْس َتٰو ى َع َلى اْلَع ْر ِۗش َم ا َلُك ْم ِّم ْن‬
٤ ‫ُد ْو ِنٖه ِم ْن َّو ِلٍّي َّو اَل َش ِفْيٍۗع َاَفاَل َتَتَذَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun
dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?.”

Kata samawat yang diartikan dengan langit, penyebutan kata samawat


dalam bentuk jamak karena langit diciptakan dalam tujuh tingkat atau tujuh
lapis.Tujuh lapis ini diulang dalam lima ayat (QS. al-Baqarah/2: 29, QS. al-
Mukminun/23: 17, QS. al-Thalaq/65: 12, QS.al-Mulk/67: 3, dan al-Naba‟/78: 12)
dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiak tentang matahari dan bulan, dan
bintang-bintang yang indah dan menjadi alat pelempar setan (QS. al-Mulk/67:
5).27
Adapun ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempat berkembang
biak, dan tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Bumi inilah yang
diperintah Allah untuk dimakmurkan dan dilarang merusaknya, yang diberi
beban tanggungjawab untuk memimpin dan memakmurkannya adalah khalifah-
13

Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia.
Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang terbaik, lalu
merendahkannya ke tingkat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang
beriman dan beramal shaleh (QS. al-Tin/95: 5-6).
Semakin kita menelusuri luasnya alam semesta, semakin banyak hal
menakjubkan yang kita temukan, semakin menyadari kalau di alam ini masih
banyak rahasia yang belum kita ketahui, semakin manusia menyadari betapa
kecilnya bumi yang kita tinggali ini, jika di lihat dari luar angkasa sana, ibarat
sebutir debu di tengah lautan.
Dengan mengkaji alam semesta berdasarkan keterangan yang bersumber
dari Al-Qur'an, Tafsir, dan juga Hadits, serta membandingkannya dengan
penelitian astronomi, maka kita bisa menilai bahwa keduanya hampir memiliki
banyak kesamaan. dan hal ini menjadikan kita semakin yakin, bahwa apa yang
disampaikan oleh Nabi kita Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu, itu adalah
kebenaran wahyu dari Allah yang Maha Menciptakan. Hal ini mendorong kita
untuk semakin mempelajari Al-Qur'an dan Hadits, agar pengetahuan kita
semakin luas dan semakin bertambah keimanan akan kekuasaan dan kebesaran
Allah, dengan memikirkan penciptaan langit, sebagaimana Allah SWT
menggambarkan dalam banyak ayat, yang salah satunya bisa kita baca dalam
surat Ali Imran ayat: Allah SWT berfirman;
‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا‬
١٩١ ‫َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (Qur'an Surat Ali Imran ayat 191)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abdullah ibnu Amr ibnul As
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
14

‫ َو َك اَن‬،‫"إَِّن َهَّللا َقَّد َر َم َقاِد يَر اْلَخ اَل ِئ ِق َقْب َل َأْن َيْخ ُل َق الَّس َم َو اِت َو اَأْلْر َض ِبَخ ْمِس يَن َأْل َف َس َنٍة‬
" ‫َع ْر ُش ُه َع َلى اْلَم اِء‬

Artinya:Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir semua makhluk


sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh
ribu tahun, dan saat itu 'Arasy-Nya berada di atas air.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan bahwa:


Imam Ahmad mengatakan,
‫ "َك اَن ِفي‬: ‫ َأْيَن َك اَن َرُّبَن ا َقْب َل َأْن َيْخ ُل َق َخ ْلَق ُه؟ َق اَل‬،‫ َيا َرُس وَل ِهَّللا‬: ‫ ُقْلُت‬: ‫َعْن َأِبي َر ِزين َقاَل‬
"‫ ُثَّم َخ َلَق اْلَعْر َش َبْعَد َذ ِلَك‬، ‫ َم ا َتْح َتُه َهَو اٌء َو َم ا َفْو َقُه َهَو اٌء‬،‫َع َم اء‬

Artinya: “dari Abu Razin bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.,
"Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum Dia menciptakan
makhluk-Nya?" Rasulullah Saw. bersabda: Dia berada di awan yang di
bawahnya tidak ada udara dan di atasnya tidak ada
udara (pula), kemudian sesudah itu Dia menciptakan 'Arasy

Allah Swt. telah berfirman:


‫ُهّٰللَا اَّلِذ ْي َخ َلَق َس ْبَع َس ٰم ٰو ٍت َّو ِم َن اَاْلْر ِض ِم ْثَلُهَّۗن َيَتَن َّز ُل اَاْلْم ُر َبْيَنُهَّن ِلَتْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل‬
١٢ ࣖ‫َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ۙە َّو َاَّن َهّٰللا َقْد َاَح اَط ِبُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْلًم ا‬

Artinya: Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga
serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar
meliputi segala sesuatu.

Di dalam sebuah hadis disebutkan:

‫ َو اْلُك ْر ِس ِّي‬،‫"َم ا السماواُت الَّسْبُع َو َم ا ِفيِهَّن َو َم ا َبْيَنُهَّن ِفي اْلُك ْر ِسِّي ِإاَّل َك َح ْلَقٍة ُم ْلَقاٍة ِبَأْر ِض َفالة‬
‫ِفي اْلَع ْر ِش َك ِتْلَك اْلَح ْلَقِة ِفي ِتْلَك اْلَفاَل ِة‬
15

Artinya: “Tiadalah ketujuh langit beserta apa yang ada di dalamnya dan semua
yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan Al-Kursi kecuali seperti
sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir.
Dan (tiadalah) Al-Kursi bila dibandingkan dengan 'Arasy yang agung,
melainkan seperti gelang itu yang berada di padang pasir.

Di dalam riwayat yang lain disebutkan:


‫ َع َّز َو َج َّل‬،‫"َو اْلَع ْر ُش اَل ُيَقِّدُر َقْد َر ُه ِإاَّل ُهَّللا‬
Artinya: 'Arasy tidak dapat diperkirakan luasnya kecuali hanya oleh Allah Swt.

Disebutkan dari sebagian ulama Salaf bahwa jarak antara 'Arasy sampai ke
bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun, dan jarak di antara kedua sisinya
adalah perjalanan lima puluh ribu tahun. 'Arasy berupa yaqut merah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-
lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa langit itu mempunyai pilar penyangga,
tetapi kalian tidak dapat melihatnya. Lain pula halnya dengan Iyas ibnu
Mu'awiyah, ia mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah,yakni tanpa
tiang penyangga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah melalui riwayat
yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih sesuai dengan konteks ayat
dan makna lahiriah dari firman Allah Swt. yang mengatakan:
٦ ........ ‫َو ُيْمِس ُك الَّس َم ۤا َء َاْن َتَقَع َع َلى اَاْلْر ِض ِااَّل ِبِاْذ ِنٖۗه‬......
Artinya: “Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan
dengan izin-Nya”….. (QS Al-Hajj ayat 65)

D. Hubungan Al-Qur’an dan Hadits dengan Agama Lain


Agama dianggap sebagai identitas suci dibandingkan dengan identitas
sosial lainnya. Artinya, agama yang dipeluk seseorang dianggap sebagai sesuatu
yang sakral, sehingga tidak seorangpun berhak merusak ataupun menciderai dan
mengotori kesuciannya. Selain itu, dalam pandangan Quraish Shihab, agama dan
16

kepercayaan dapat memancing emosi seseorang, di mana hal itu telah menjadi
tabiat sebagai seorang manusia, karena pada dasarnya agama (keyakinan)
bersemi dan bersumber dari dalam hati, sedangkan hati telah menjadi sumber
emosi. Tentunya berbeda dengan pengetahuan yang mengandalkan akal dan
pikiran, sehingga pengetahuan tidak mudah memancing emosi didalam hati.
Pola kehidupan manusia dan interaksinya sangat variatif dan heterogen
dalam konstruksi sosial. Kehidupan manusia tidaklah akan selalu sama dalam hal
apapun. Karena manusia diciptakaan di atas perbedaan. Pada dasarnya
penciptaan manusia yang berbeda-beda telah menjadi kehendak Allah Swt.
Sebagaimana firman-Nya. Q.s. alHujurat/49: 13 sebagai berikut:
‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕى َل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا‬
١٣ ‫َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.s. alHujurat/49: 13)

Asbabun Nuzul turunnya ayat di atas menurut Abu Dawud sebagaimana


dikutip Ibnu ‘Asyur berkaitan dengan perintah Nabi Saw. kepada Bani Bayadah
yang berkulit putih agar menikahkan dengan sosok perempuan berkulit hitam,
tetapi mereka menolaknya.17 Disisi lain, adanya perbedaan tersebut tentu bukan
tanpa maksud. Artinya, dengan perbedaan diharapkan dapat terjalinnya kerja
sama dan perlombaan dalam mencapai kebaikan bersama. Oleh sebab itu,
perbedaan tidak sepatutnya dijadikan alasan untuk menimbulkan perselisihan
yang dapat menimbulkan konflik berkepanjangan.
Dalam persoalan teologis antar sesama, Alquran memberikan penjelasan
untuk tidak melakukan pemaksaan atas kepercayaan untuk memeluk agama
17

Islam. Hal itu sebagaimana firman-Nya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat....” (Q.s. al-Baqarah/2: 256). Menurut Ibn ‘Abbas Asbabun Nuzul ayat di
atas turun berkenaan dengan seorang Anshar yang memiliki dua anak beragama
Nasrani yang menginginkan kedua anaknya masuk Islam, kemudian turunlah
ayat tersebut pasca menyampaikanya kepada Nabi Saw.
Menurut Quraish Shihab tidak adanya paksaan tersebut demi menjaga rasa
aman yang hakiki melalui iman didalam hati.19 Dalam konteks ini, jikalau
seseorang dipaksa untuk masuk Islam tanpa keikhlasan nuraninya, tentu tidak
akan terwujud rasa aman. Hal inilah yang menjadi fungsi utama agama.
Disurat lain Allah Swt. juga menjelaskan perlunya toleransi (tasamuh) atau
sikap lapang dada untuk tidak memaksakan kepercayaannya kepada orang lain.
Hal itu sebagaimana firman-Nya: “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya ?.” (Q.s. Yunus/10: 99) Ayat di atas mengafirmasikan bahwa
kepercayaan teologis (agama) hendaknya tidak perlu didapatkan dengan cara
yang memaksa. Hal itu justru akan menciderai nilai-nilai agama itu sendiri.
Dengan cara memaksa tentunya fungsi agama tidak akan dapat dirasakan, tetapi
justru sebaliknya dapat menimbulkan hal yang negatif. Dalam konteks ini
tentunya mengindikasikan urgensi dari sikap toleransi dalam beragama menjadi
perlu dilaksanakan.
Disisi lain, mengenai adanya perbedaan antara manusia memang sejatinya
sudah menjadi kehendak Allah Swt, sebagaimana firman-Nya: “Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
Senantiasa berselisih pendapat.” (Q.s. Hud/11: 118) Seandainya Allah Swt.
menghendaki kesatuan, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi,
sehingga pastilah bersatu. Akan tetapi, Allah Swt. memberikan akal budi sebagai
bentuk pemberian yang terbaik diantara makhluknya. Pemberian akal berfungsi
18

sebagai penalaran atas makna kehidupan. Maka, perselisihan dan perbedaan


pendapat musykil untuk ditolak dalam kehidupan sosial.
Pada dasarnya, kesatuan pendapat dalam segala hal memang mustahil
terjadi. Meskipun hakikatnya manusia itu sama. Bahkan, Allah Swt. telah
memberikan penjelasan dalam firman-Nya: “Manusia itu adalah umat yang satu
(setelah timbul perselisihan). Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi
peringatan....” (Q.s. al-Baqarah/2: 213) Ayat yang cukup populer dalam
membicarakan perbedaan agama sekaligus bersikap tepat dalam beragama adalah
surat al-Kafirun ayat 6, yakni: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
(Q.s. al-Kafirun/109: 6) Pada dasarnya Asbabun Nuzul surat al-Kafirun berkaitan
dengan permintaan kaum Quraish untuk melakukan ibadah secara bergantian,
tetapi Nabi Saw. menolak melakukannya. Dalam hal ini, Islam memberikan
gambaran bahwa keimanan telah menjadi sesuatu yang pasti, di mana tidak boleh
dipermainkan.
Dalam pandangan Quraish Shihab hal keimanan yang ada didalam hati
bersifat absolut, tetapi tidak menuntut pernyataan atau kenyataan di luar bagi
yang tidak menyakininya. Ayat ini sejatinya memberikan gambaran toleransi
dalam beragama, dengan tidak mencampurkan urusan keimanan antara agama
yang satu dan yang lain. Namun, tetap memberikan sikap dan ruang untuk
menghargai perbedaan keyakinan, sehingga tidak saling menimbulkan
perselisihan yang dapat mengganggu stabilitas sosial. Toleransi merupakan awal
adanya kerukunan, tanpa adanya toleransi tidak mungkin terjalin sikap saling
menghormati, saling mengasihi, dan gotong royong antar umat beragama.
Adanya sikap saling memberikan ruang untuk mengekspresikan keberagamaan
setiap umat beragama akan memberikan wajah kesejukan toleransi dalam
beragama. Hal itu yang secara berkelanjutan memberikan kesejukan ajaran
agama yang dalam interaksi kehidupan sosial.
BAB II
PENUTUP
19

A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua dimensi. Dimensi pertama
adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia. Dimensi kedua adalah
kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia
2. Konsep manusia dalam Al-Quran pertama, Basyar Mengandung arti
semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti
pembawa kabar gembira. Kedua, Insan, Yaitu makhluk yang mampu memikul
beban amanat risalah dari Allah SWT. Ketiga, An-nas Konsep an-nas
menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk social atau secara
kolektif. Bani Adam, Adam mempunyai pengertian manusia dengan
keturunannya yang mengandung pengertian basyar, insan, dan an-nas.
3. Manusia diciptakan sebagai khalifah yaitu wakil, atau duta atau tempat
pelimpahan wewenang dari Allah. Allah menugaskan pemegang dan
pengemban amanah kepada semua makhluk ciptaannya (Al-Ahzab:72), hanya
manusia yang secara suka rela menerima tugas mulia tersebut.
4. Toleransi merupakan awal adanya kerukunan, tanpa adanya toleransi tidak
mungkin terjalin sikap saling menghormati, saling mengasihi, dan gotong
royong antar umat beragama. Adanya sikap saling memberikan ruang untuk
mengekspresikan keberagamaan setiap umat beragama akan memberikan
wajah kesejukan toleransi dalam beragama. Hal itu yang secara berkelanjutan
memberikan kesejukan ajaran agama yang dalam interaksi kehidupan sosial.
Ilmu pengetahuan sangat penting bagi setiap individu bahkan dapat
meningkatkan martabat manusia. Dalam Islam, menuntut ilmu juga merupakan
suatu ibadah kepada Allah dan terdapat beberapa matlamat tertentu dalam proses
menuntut ilmu. Pentingnya mempunyai ilmu adalah untuk membuktikan
kekuasaan Allah SWT. Dengan adanya ilmu, manusia dapat membaca Al Quran
yang mana memuat segala permasalahan yang nyata di muka bumi ini. Ilmu juga
mebolehkan manusia mengkaji alam semesta ciptaan Allah ini.
20

Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat menopang


kehidupan dunia untuk persiapan di akhirat. Kita juga memerlukan ilmu yang
sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebahagiaan di
dunia dan di akhirat sebagai tujuan hidup insya Allah akan tercapai.
Islam adalah agama yang memuliakan orang berilmu. Derajat orang-
orang yang berilmu lebih tinggi dibandingkan orang yang tak berilmu. Dengan
ilmu, seseorang tidak mudah sesat dalam kehidupan karena ilmu ibarat cahaya
yang akan mengeluarkannya dari kegelapannya keabadian. Orang yang berilmu
juga lebih mungkin menggapai cita-cita, keinginan, dan harapan. Kita sebagai
orang muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda : Artinya :
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224).
Menuntut ilmu merupakan hal yang wajib dilakukan oleh kita sebagai
umat muslim. Karena dengan mempelajari ilmu dapat memperluas wawasan kita
tentang ilmu pengetahuan dan dapat meningkatkan kemampuan diri kita. Selain
itu, ilmu juga menuntut salah satu bentuk ibadah yang diwajibkan dalam Islam.
Ada beberapa keutamaan yang kita dapat dalam menuntut ilmu :
1. Dimudahkan jalan menuju surga
2. Diberi derajat yang lebih tinggi
3. Diberikan pahala seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah
4. Orang berilmu diberi kebaikan di dunia dan di akhirat
5. Dicintai Rasulullah

B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekuranganyang kami miliki , baikdari
tulian maupun bahasan yang kami sajikan ,oleh karena itu mohon diberikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai