Anda di halaman 1dari 21

KONSEP MANUSIA BERDASARKAN MAKNA INSAN,

BASYAR, ABDULLAH, ANNAS DAN KHALIFAH FIL ARDHI

Kelompok 1
Sitti Hardiyanti Abdullah (2104026121)
Nur Azizah Lubis (2104026130)
Zella Vesaliana (2104026132)
Lidia Nur Hidayah (2104026134)
Rizka Saleh Irawan (2104026136)
Frisca Vidya Ningrum (2104026137)
Kelas : Apoteker 37 Pagi
Konsep Manusia berdasarkan Al-
Quran

01 Al-Insan 02 Al-Basyar

03 Abdullah 04 Annas

05 Khalifah Fil Ardhi


Konsep manusia
berdasarkan makna
al-insan
Konsep Al-Insan
Secara umum, kata al-Insan berarti manusia. Dalam Al-Quran, kata al-Insan disebutkan sebanyak 331 kali dengan
bentuk kata yang berbeda. Beberapa ahli bahasa arab menyatakan bahwa asal kata al-insan adalah insiyan yang berakar
kata ins yang berarti sesuatu yang tampak dan jinak. Makna sesuatu yang tampak ditemukan konteksnya di dalam Al-
Quran, kata tersebut untuk menghadapkannya dengan kata jin yang berarti makhluk halus atau tidak tampak seperti yang
tercantum dalam Q.S. Al-Zariyat ayat 6.

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

Sedangkan makna jinak relevan dengan makna kejiwaan seperti keramahan, kesenangan dan pengetahuan.
Katagori Al- Insan Menurut Jalaludin
Rahmat
keistimewaan manusia predisposisi negative yang
1 sebagai khalifah dan
pemikul amanah.
2 inheren dan laten pada diri
manusia.
hubungannya dengan

3 proses penciptaan
manusia.

Kecuali kategori ketiga, semua konteks Al-Insan menunjuk kepada sifat-


sifat psikologis dan spiritual
Konsep Al-Insan
Al-Insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah, yang dapat dipahami
melalui:

1. Manusia dipandang sebagai makhluk unggulan.


2. Manusia adalah makhluk yang mengetahui hukum alam dan menguasainya serta menggunakannya dengan inisiatif
moral insani untuk menciptakan tatanan dunia yang baik.
3. Karena manusia memikul amanah, maka insan dalam Al-Quran juga dihubungkan dengan konsep tanggungajawab.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya(berat), lalu dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh” (Q.S. Ahzab: 72)
4. Dalam menyembah Allah, manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Bila ia ditimpa musibah, ia cenderung
menyembah Allah dengan ikhlas, namun apabila ia mendapat keberuntungan, ia cenderung sombong, takabur,
bahkan musyrik.
Konsep manusia
berdasarkan makna
al-basyar
Konsep Al-Basyar
Al-Basyar berasal dari huruf ba, syin dan ra yang berarti nampaknya sesuatu dengan baik dan indah.
Dari makna tersebut terbentuk kata kerja basyara yang berarti gembira, menggembirakan, memperhatikan dan
mengurus sesuatu.

Kata Basyar dalam al-Quran secara khusus merujuk kepada tubuh dan bentuk lahiriah manusia.
Penggunaan kata-kata yang berakar huruf ba, sy, ra dalam Al-Quran (123 kali) pada umumnya bermakna
kegembiraan. Hanya 37 kali bermakna manusia. Kata basyar (tanpa menggunakan alif-lam) sebanyak 31 kali, al-
basyar (dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali dan basyarain (tanpa alif-lam dalam bentuk dual)
sebanyak 1 kali.
Konsep Al-Basyar

Khususnya basyar dan al-basyar dapat diklasifikasikan menjadi 7 bagian, yaitu:

1. Menggambarkan dimensi fisik manusia. Dalam Q.S. Al-Muddassir : 27-29, menyebutkan basyar dalam pengertian
kulit manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan membakar kulit manusia.
2. Menyatakan kesamaan Nabi dan Basyar yaitu secara lahiriah mempunyai ciri yang sama yaitu makan dan minum
dari bahan yang sama.
3. Menyatakan tentang kenabian. “Tidak mungkin bagi seseorang yang Allah berikan kepadanya Kitab, hikmah
dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembahku bukan penyembah
Allah,” tetapi (dia berkata), ‘Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan Kitab dan
karena kamu mempelajarinya!” (Q.S. Al-Imran: 79)
Konsep Al-Basyar

4. Menunjukkan Persentuhan Laki-laki dan Perempuan. “Dia (Maryam) berkata: “Bagaimana mungkin akan ada
bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia (wa lam yamsasni basyar) pun
menyentuhku, dan aku bukan pula seorang pezina” (Q.S. Maryam: 20).

5. Menggambarkan manusia pada umumnya. “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia” (In hadza illa qawl al-
basyar) (Q.S. Al-Muddassir: 25)

6. Menyatakan proses penciptaan dari tanah. “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak/basyar”. (Q.S. Ar-Rum:
20).

7. Menunjukkan manusia akan menemui kematian. “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun
sebelum kamu (wa ma ja’alna li basyar min qablik al-khuld), maka jikalau kamu (Muhammad) mati, apakah
mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Q.S. Al-Anbiyah: 34-35)
Konsep Al-Basyar
Bila dilihat secara keseluruhan ayat-ayat Alquran yang mengungkapkan tentang kata basyar, semuanya
menunjukkan pada gejala umum yang nampak pada fisiknya atau lahiriahnya, yang secara umum antara satu dengan
yang lainnya mempunyai persamaan, terutama anatomi-anatomi yang tampak kelihatan oleh yang lain.
Konsep manusia
berdasarkan makna
abdullah
Konsep Abdullah

Kata abd sendiri dalam Al-Qur’an pertama kali ditemukan dalam Q.S. al-Alaq ayat 10, kemudian dalam bentuk
kata kerja ditemukan dalam QS. al-Fatihah ayat 5. Dari dua penggunaan kata ‘abd tersebut, terlihat bahwa konsep yang
terkandung meliputi dua aspek, yaitu subjek yang menyembah yaitu manusia dan objek yang disembah.
Ibnu Katsir memberikan definisi ibadat dengan menunjuk sifatnya sebagai perbuatan yang menghimpun rasa
kecintaan, penyerahan diri yang sempurna dari seorang hamba kepada Tuhan dan rasa khawatir yang mendalam terhadap
penolakan Tuhan.
Rasyid Ridha mengemukakan bahwa ibadat adalah kesadaran jiwa akan keagungan yang tidak diketahui
sumbernya. Kekuatan, hakikat dan wujud sumber tersebut tak terjangkau oleh manusia.
Muhamad Syaltout mengemukakan pengertian yang sama bahwa ibadat adalah kesadaran akan adanya kekuasaan
yang tak terbatas. Oleh karenanya tanpa kesadaran tersebut ibadat tidak akan terwujud.
Konsep Abdullah
Sebagai hamba Allah, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling kecil dan tak memiliki
kekuasaan. Tugas Abdullah hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya sebagaimana tercantum dalam
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Menyembah Allah dengan arti sempit mengerjakan sholat, puasa, zakat dan lain sebagainya. Namun, dalam arti
luas sebagai hambah mempunyai kewajiban atas habluminannas (hubungan muamalat atau sosial antar manusia) dan
habluminallah (hubungan baik manusia dengan Allah SWT).
Konsep manusia
berdasarkan makna
Annas
Konsep Annas

Konsep an-nas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Dalam Al-Quran
kata an-nas dipakai untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan
(aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Penyebutan manusia dengan kata an-nas tampak lebih menonjolkan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tanpa bantuan manusia lainnya (Tedy,
2017).
Sebagaimana dalam Al-Quran Allah SWT berfirman, tepatnya pada surat Al-Hujrat ayat 13 yang berbunyi:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ST ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha mengenal.
Konsep manusia
berdasarkan makna
Khalifa Fil Ardhi
Konsep Khalifa Fil Ardhi
Pengertian khalifah jika dilihat dari akar katanya berasal dari kata khalafa, yang berarti menggantikan tempat
seseorang sepeninggalannya, karena itu khalif atau khalifah berarti seorang pengganti. Fungsi dan kedudukan manusia
di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 30

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di
bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui”.
Konsep Khalifa Fil Ardhi

Pada firman Allah dalam surat Q.S. Shad ayat 26 :

Artinya : “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalîfah, maka berilah keputusan di antara manusia
dengan adil; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allâh.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allâh akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan” (Qs. 38/Shâd: 26)
Sebagaimana kita ketahui Nabi Daud AS selain menjadi nabi juga menjadi seorang raja bagi kaumnya. Hal ini
dapat disimpulkan tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah, sedangkan tujuan hidup manusia di dunia
ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di bumi ini di jadikan sebagai
khalifah, yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah untuk mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
KESIMPULAN
Basyar merujuk pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang butuh makan, minum, sex,
dan kebutuhan pemenuhan fisik secara umum dan annas pada umumnya dihubungkan dengan
fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan Abdullah bermakna manusia sebagai hambah
Allah yang dituntut untuk beribadah dan sebagai pemenuhan fungsi kehambaan manusia yang
bersifat individual dan khalifah fil ardhi bermakna manusia sebagai pengganti Allah di muka
bumi, dalam hal ini manusia berfungsi sebagai penguasa dan pengatur di bumi dengan jalan
menerapkan hukum-hukum Allah.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai