Anda di halaman 1dari 22

Memahami Pentingnya Agama

Bagi Manusia Sebagai Basis Etik

Kelompok 3 :
1. Rahmawati Ningsi (2104026154)
2. Rizka Septiana (2104024153)
3. Deny Rahmayani (2104026155)
4. Anisa Nur Fahri (2104026156)
5. Selli Miatun (2104026161)
6. Siti Rahma (2104026160)

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi Dan Sains
Universitas Muhammdiyah Prof. DR. Hamka
Jakarta
ETIKA
1. Etika dan agama merupakan dua hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Meskipun manusia dilahirkan terpisah dari
individu lain. Namun ia tidak dapat hidup sendiri terlepas dari yang
lain, melainkan selalu hidup bersama dalam kelompok atau
masyarakat yang oleh para filosof diartikan sebagai al-Insanu
Madaniyyun bi ath-Thab’i (Zoon Politicon)
Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek).
Artinya sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang yang
tersusun dari sebuah sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala
alamiah masyarakat atau kelompok tersebut.Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu: pertama, Ilmu tentang apa
yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kedua,
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Ketiga, Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
K. Bertens mengatakan etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan
normanorma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini disebut juga sistem nilai
dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya,
etika orang Jawa. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral
yang biasa disebut kode etik. Kemudian etika dipakai dalam arti ilmu tentang
yang baik dan buruk. Arti etika di sini sama dengan filsafat moral
Amsal Bakhtiar mengemukakan bahwa etika dipakai dalam dua
bentuk arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan mengenai
pengetahuan, mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia.
Kedua, suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia yang lain. Secara
spesifik, Ahmad Amin mengatakan etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian orang kepada lainnya,
mengatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia,
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran dan hati nurani manusia
AGAMA
Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan masyarakat, sejak dulu
ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah dikenal oleh
mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana sesuai dengan
tingkat kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat yang paling
sederhana sampai kepada tingkat masyarakat yang modern, agama tetap
dikenal dan dianut dengan variasi yang berbeda. Dengan demikian agama tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, kapan dan dimanapun.
Agama berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari
suku kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Secara lengkapnya, agama
adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut
maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata religion (Inggris), religie
(Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio yaitu dari akar kata religare
yang berarti mengikat. Dalam bahasa arab dikenal dengan kata “dien” yang
berarti menguasai, menunduka, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada
Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Sementara itu, Syaikh Muhammad
Abdullah Bardan berupaya menjelaskan arti agama dengan merujuk pada Al-Qur’an dengan
melalui pendekatan kebahasaan. Emmanuel Kant mengatakan bahwa agama adalah perasaan
tentang wajibnya melaksanakan perintahperintah Tuhan. Harun Nasution berpandangan
agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan sebagai suatu kekuatan gaib yang memengaruhi
kehidupan manusia sehingga melahirkan cara hidup tertentu. Sejalan dengan itu, Endang
Saifuddin Ansari mengatakan agama adalah sistem kredo (tata ritus, tata peribadatan), sistem
norma yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya berdasarkan
sistem keimanan dan sistem peribadatan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah kebiasaan atau
tingkah laku manusia yang didasarkan pada jalan peraturan atau hukum Tuhan yang telah
ditetapkan oleh Allah. Dengan demikian, relasi antara etika dengan agama sangat erat
kaitannya yakni adanya saling isi mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang
lainnya. Keduanya terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan
menentukan ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika
mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran dan hati nurani.
Sedangkan agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan wahyu
(kitab suci) yang kebenarannya absolut (mutlak) dan dapat diuji dengan akal pikiran.
Etika mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup membantu
manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah.
Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional sedangkan agama
mendasarkan pada wahyu Tuhan. Dalam agama ada etika dan sebaliknya.
Agama merupakan salah satu norma dalam etika. Berdasarkan kedua
fungsi tersebut di atas, manusia dapat meningkatkan dan mengembangkan
dirinya menjadi manusia yang memiliki yang peradaban yang tinggi.
Pentingnya Agama Bagi Manusia
Sebagai Basis Etik
● Pertama, agama memberikan manfaat menjadikan hidup menjadi lebih terarah telah
dijelaskan oleh Argyle (2000); Jalaludin (2012); Hommel dan Colzato (2015) yang
merupakan salah satu peran dari agama adalah memberikan bimbingan atau arahan bagi
kehidupan manusia sebagai individu.
● Menurut para ahli yaitu Beck (2004); Kirkpatrick (2005); Ramayulis (2007);
Loewenthal (2008); Jalaludin (2012) keberadaan agama yang dapat memberikan
ketenangan dalam hidup individu mengarahkan pada fungsi agama yang dapat menjadi
pengobat akan ketakutan maupun frustrasi yang menjadi stressor dalam kehidupan
sehari-hari. Individu menggantungkan dirinya pada agama sebagai sebuah pengharapan
serta bentuk dukungan sosial di dalam menghadapi ketakutan dan frustasi tersebut
Ketiga, meningkatkan keyakinan dalam beragama. Peran agama dalam peningkatan
keyakinan dalam beragama ini dipaparkan oleh para ahli diantarnya oleh Argyle (2000);
Beck (2004); Loewenthal (2008); Nelson (2009) dengan konsep religious belief.
Konsep tersebut dijelaskan sebagai keyakinan individu yang berkaitan dengan konten-
konten yang ada dalam agama. Keyakinan ini pada dasarnya tidak hanya terhadap
keberadaan Tuhan, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal yang bersifat spiritual maupun
pengetahuan umum yang ada di dalam agama seperti penciptaan, surga dan neraka,
keberadaan iblis, kehidupan setelah kematian serta konten keagamaan yang lainnya.
Dalam ajaran agama Islam sendiri, keberadaan akan keyakinan tersebut tergambarkan
dalam konsep rukun iman (Beg, 2005; Subandi, 2009)
Keempat, menghindarkan diri dari perilaku buruk. Manfaat agama yang terkait
dengan kondisi tersebut telah dipaparkan oleh para ahli yaitu diantaranya Geyer
and Baumeister (2005); Ramayulis (2007) Loewenthal (2008); (Hood Jr, Hill &
Spilka, 2009); Nagel (2010); Jalaludin (2012). Menghindarkan dari perilaku buruk
yang dipaparkan oleh para ahli tersebut secara umum mengarahkan pada peran
agama yang menjadi dasar nilai etika dan moral. Keberadaan etika dan moral
tersebut akan memberikan panduan bagi para individu untuk berperilaku yang
benar dan menghindari perilaku-perilaku yang dinilai tidak baik. Keberadaan akan
etika dan moral ini pada dasarnya tidak hanya dikaitkan dengan peran individu
dalam suatu komunitas atau masyarakat
Jangan berkata kasar (QS 3 – Ali Imran : 159)
Jangan melakukan penyuapan (rasuah) (QS 2 – Al Baqarah : 188)
Kelima, meningkatkan toleransi. Keberadaan agama yang terkait dengan konteks
toleransi terhadap individu lain yang memiliki perbedaan telah dijelaskan oleh beberapa
ahli yaitu diantaranya Beit-Hallami and Argyl (1997); Donahue and Nielsen (2005);
Loewenthal (2008); Hood Jr, Hill and Spilka (2009). Dalam penjelasannya, secara umum
para ahli menyepakati bahwa ajaran agama pada dasarnya mengarahkan individu untuk
bisa menghargai perbedaan dan memahami keberadaan individu lain yang berbeda
sehingga tercipta toleransi. Keberadaan toleransi ini bisa terlihat dengan banyaknya
ajaran dalam agama yang mengarahkan untuk saling tolong menolong, menghormati satu
sama lain hingga tidak boleh melakukan kekerasan terhadap individu lain
Pentingnya Agama Dan Etika Untuk Ilmu Pengetahuan
Etika dalam konteks ilmu adalah nilai (value). Dalam perkembangan ilmu sering digunakan metode trial and
error, dan dari sinilah kemudian sering menimbulkan permasalahan eksistensi ilmu ketika eksperimentasi ternyata
seringkali menimbulkan fatal error sehingga tuntutan etika sangat dibutuhkan sebagai acuan moral bagi pengembangan
ilmu. Dalam konteks ini, eksistensi etika dapat diwujudkan dalam visi, misi, keputusan, pedoman perilaku, dan
kebijakan moral.
Menurut pandangan Islam penulis kutip dari buku M.Arifin bahwa keberadaan agama Islam menjadi sumber
motivasi pengembangan ilmu. Agama Islam yang bersumberkan Al-Qur‟an dan Hadis, mengajar dan mendidik manusia
untuk berpikir dan menganalisis tentang unsur kejadian alam semesta beserta isinya. Dengan demikian, agama telah
memberikan ruang lingkup bagi pengembangan ilmu dan teknologi dan pemikiran bahwa kemajuan dan teknologi
jangan sampai menjauhkan apalagi menghapuskan peran agama
Dalam suatu hadis disebutkan, “Barang siapa menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa
menginginkan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan keduanya maka dengan ilmu”. Hadis
tersebut mempertegas bahwa ilmu menjadi pengendali dari perkembangan peradaban. Akan tetapi, keterbatasan akal
manusia dalam eksperimentasi ilmu pengetahuan seringkali berlandaskan trial and error. Oleh karena itu, etika selalu
dibutuhkan untuk menjaga kenetralan ilmu. Akan lebih sempurna, jika ilmu yang dilaksanakan dengan pertimbangan
etika diperkuat dengan nilai-nilai religiusitas. Mengapa? Karena kebenaran ilmu adalah kebenaran ilmiah yang
temporal, sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran absolut. Ibarat pepatah: “science without religion is blind,
religion without science is lame” yang berarti ilmu tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.
Prinsip dasar etika dalam Islam
Ada lima prinsip yang mendasari etika dalam Islam yaitu :
1. Unity (kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek kehidupan
baik ekonomi, sosial, politik dan budaya menjadi keseluruhan yang homogen,
konsisten dan teratur.

2. Equilibrium (keseimbangan)
keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip etis yang
harus diterapkan.

3. Free will (Kebebasan berkehendak)


Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika atau
sebaliknya. Dan katakanlah Muhammad kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu,
barang siapa yang mengehendaki (beriman) hendaklah ia beriman dan barang
siapa mengehendaki (kafir) biarlah ia kafir (QS 18; 29).
4. Responsibility (Tanggung Jawab)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap Tindakan yang dilakukan.

5. Benevolence (kebenaran)
kebenaran disini juga meliputi kebijakan dan kejujuran, maksud dari
kebenaran adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan segala
sesuatu.

Tujuan mempelajari etika antara lain agar tertanam nya kesadaran akan
adanya dimensi etis dalam kehiudupan, memperkenalkan argumentasi
argiumentasi moral di dalam kehidupan sosial.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai