Oleh Kelompok : 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHUUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Agama
Agama adalah suatu sistem kepercayaan, peribadatan, dan tata
kaidah yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, budaya, serta
pandanga dunia yang berhubungan dengan tatanan kehidupan. Berikut
adalah beberapa pengertian agama menurut para ahli :
Edward Burnet Tylor (1996) : Agama adalah kepercayaan
seseorang terhadap hal yanng berkuasa atas segala sesutu dan
memiliki kekuatan kendali.1
Sutan Takdir Alisyahbana (1992) : Agama adalah sistem
kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada
perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan.2
Harun Nasution : Agama adalah suatu sistem kepercayaan
dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang
ghaib.3
Daradjat (2005) : Agama adalah proses hubungan manusia
yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa
sesuatu yang lebih tinggi dari pada manusia.4
Glock dan Stark : Agama adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembaga,
1
Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama 13 (1), 97-110, 2018
2
Tribakti: Jurnal Pemikiran Islam 31 (1), 103-122, 2020
3
Reflektika 13 (2), 153-179, 2018
4
Konferensi Gunung Djati Seri 24, 511-522, 2023
2
yang kesemuanya mengacu pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi.5
2. Fungsi Agama
Memberikan makna dan tujuan dalam kehidupan
Agama memberikan pandanga yang lebih postif tentang dunia dan
diri sendiri, serta memahami peran dan tanggung jawab manusia
dalam msyarakat. Dengan mengikut agama, seseorang akan
memperoeh pemahaman tentang hakikat kehidupan dan tujuan
hidup yang lebih besar daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik
semata.7
Mengatur perilaku moral dan etika
Agama mengajarkan nlai-niai baik dan buruk, serta memberikan
pedoman tentang hak dan kewajiban moral yang harus dijalankan
oleh umatnya. Agama membantu individu menentukan apa yang
benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Agama membantu
menjaga norma-norma sosial dan kontrol dalam masyarakat. Para
penganut agama akan terikat batinnya pada ajaran agama yang
dipeluknya, baik secara moral maupun etika.8
Menawarkan traktat tentang kehidupan setelah kematian
Traktat tentang kehidupan setelah kematian adalah pandangan atau
keyakinan agama tentang keberadaan jiwa manusia setelah
5
Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2), 199-208, 2015
6
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
7
Sari, D. A. (2019). Makna Agama dalam Kehidupan Modern. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 14(1),
16-23.
8
Imelda, A. (2017). Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam. Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 227-247.
3
kematian. Berbagai agama memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang kehidupan setelah kematian, seperti keberadaan jiwa dalam
dunia lain, reinkarnasi, atau kehidupan abadi.9
Memfasilitasi komunitas dan persataun sosial
Agama membantu membentuk komunitas beragama yang memiliki
kesamaan keyakinan dan praktik keagamaan. Komunitas beragama
ini dapat mmbantu individu untuk merasa lebih terhubung dengan
sesama penganut agama dan memperkuat persatuan sosial. Agama
juga berperan sebagai kontrol sosial dalam masyarakat. Agama
membantu menjaga norma-norma sosial dan kontrol dalam
masyarakat. Para penganut agama akan terikat batinnya pada ajaran
agama yang dipeluknya, baik secara moral maupun etika. Hal ini
dapat membantu menjaga persatuan sosial dalam masyarakat.10
3. Tujuan Agama
Mendekatkan manusia kepada tuhan
Tujuan agama dalam mendekatkan manusia kepada Tuhan yaitu
untuk memberikan arah spiritual pada kehidupan manusia dan
membantu manusia dalam mencari arti hidup yang lebih dalam dan
bermakna. Agama membantu manusia untuk mengembangkan
hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, seperti Tuhan atau
alam semesta. Agama membantu manusia memperoleh
pemahaman tentang keberadaan Tuhan, dan hubungan mereka
dengan Tuhan. Hal ini memberikan keyakinan dan kekuatan bagi
pengikut agama, dalam menghadapi berbagai tantangan dan
permasalahan hidup.11
Membentuk karakter moral yang baik
9
Lubis, H. R. (2017). Agama dan perdamaian: Landasan, tujuan, dan realitas kehidupan. Gramedia
Pustaka Utama.
10
Digdoyo, E. (2018). Kajian isu toleransi beragama, budaya, dan tanggung jawab sosial media.
JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan), 3(1), 42-59.
11
Putra, AA (2016). Konsep Pendidikan Agama Islam Perspektif Imam Al-Ghazali. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah , 1 (1), 41-54.
4
Agama membantu membentuk karakter individu dengan
mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang baik. Agama
membantu individu untuk mengembangkan hubungan dengan
Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, sehingga dapat membentuk
karakter yang kuat dan bertanggung jawab.Agama memberikan
motivasi bagi umatnya untuk melakukan perbuatan yang baik dan
bermanfaat bagi sesama. Agama memberikan kekuatan dan
penghiburan bagi orang-orang yang merasa lemah atau tertekan,
sehingga dapat memotivasi mereka untuk melakukan perbuatan
yang baik.12
Membantu individu mengatasi pederitaan dan krisis
Tujuan agama dalam membantu individu mengatasi penderitaan
dan krisis adalah untuk memberikan dukungan emosional dan
spiritual, serta memberikan panduan moral dan etika yang baik.
Agama memberikan kekuatan dan penghiburan bagi orang-orang
yang merasa lemah atau tertekan. Agama membantu individu
merasakan kehadiran Tuhan dan membantu mereka mencari
keintiman dengan Tuhan. Hal ini dapat membantu individu
mengatasi penderitaan dan krisis dengan lebih baik.13
Membangun masyarakat yang adil dan harmonis
Tujuan agama dalam membangun masyarakat yang adil dan
harmonis adalah untuk meningkatkan dan memantapkan kerukunan
hidup antarumat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan
yang harmonis dan saling menghormati. Agama membantu
meningkatkan kerukunan hidup antarumat beragama dengan
mengajarkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan saling
12
Choli, I. (2019). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(2), 35-52.
13
Prasetyo, A. (2016). Aspek spiritualitas sebagai elemen penting dalam kesehatan. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad, 18-24.
5
memahami. Hal ini dapat membantu menciptakan suasana
kehidupan yang harmonis dan adil bagi seluruh umat beragama.14
14
Mukzizatin, S. (2019). Relasi Harmonis Antar Umat Beragama dalam Al-Qur'an. Andragogi:
Jurnal Diklat Teknis Pendidikan Dan Keagamaan, 7(1), 161-180.
15
Gramedia, Al Quran QS An-Nahl/16:51
16
Gramedia, Al Quran QS Adz-Dzariyat/51:56
17
Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4).
6
baik sesuai dengan tuntutan Islam. Siapa pun yang ingin berilmu,
raihlah pendidikan dengan benar, bijak, dan dengan pengajaran
yang baik. Mempelajai ajaran agama dan ilmu pengetahuan begitu
penting dalam kehidupan.18
2. Larangan Dalam Agama19
Syirik
Syirik adalah dosa besar dalam agama Islam dan dianggap sebagai
dosa yang paling besar. Syirik adalah tindakan atau keyakinan
menyekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang lain dalam
ibadah atau pengabdian. Syirik dapat membatalkan amal baik yang
telah dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, penting bagi umat
Muslim untuk menghindari tindakan atau keyakinan yang
menyekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang lain. Syirik
dapat menyebabkan seseorang keluar dari agama Islam dan kekal
di dalam neraka. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk
memahami makna syirik dan menghindari tindakan atau keyakinan
yang menyekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang lain.
Dosa besar
Dosa besar dalam agama Islam dianggap sebagai dosa yang paling
besar dan dapat membatalkan amal baik yang telah dilakukan oleh
seseorang. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk
menghindari tindakan atau keyakinan yang menyebabkan dosa
besar. Dalam Al-Quran, Allah SWT mengatakan bahwa dosa syirik
tidak akan diampuni dan menyebabkan seseorang keluar dari
agama Islam. Selain itu, dosa besar juga dapat menyebabkan
kerusakan dan bahaya bagi umat Muslim. Oleh karena itu, umat
Muslim harus memahami makna dosa besar dan menghindari
tindakan atau keyakinan yang dapat menyebabkan dosa besar.
Sikap negatif
18
Gramedia, Al Quran QS An-Nahl/16:125
19
Pai, A. P. P. A. I. (1997). Pendidikan agama islam. Jurnal, diakses pada, 18(10), 2018.
7
Sikap negatif dalam larangan agama dapat merusak kehidupan
individu dan masyarakat. Berikut adalah beberapa sikap negatif
dalam larangan agama:
a) Hasad (dengki): Hasad adalah sikap batin yang tidak
senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk
menghilangkannya dari orang tersebut. Hasad dapat
merusak hubungan sosial dan mengganggu keharmonisan
hidup.
b) Kritik yang bersifat negatif: Kritik yang bersifat negatif
terhadap agama atau orang lain dapat merusak hubungan
sosial dan mengganggu keharmonisan hidup. Kritik yang
bersifat negatif dapat menimbulkan perpecahan dan
konflik.
c) Syirik: Syirik adalah tindakan atau keyakinan
menyekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang lain
dalam ibadah atau pengabdian. Syirik dapat menyebabkan
kerusakan dan bahaya bagi umat Muslim.
d) Tidak memiliki rasa malu: Tidak memiliki rasa malu dapat
menyebabkan seseorang merasa biasa saja ketika
melakukan kesalahan atau dosa walaupun banyak orang
lain yang mengetahui apa yang telah dilakukannya. Hal ini
dapat merusak hubungan sosial dan mengganggu
keharmonisan hidup.
e) Buruk sangka: Buruk sangka adalah sikap negatif yang
menilai orang lain tanpa bukti. Buruk sangka dapat
menimbulkan perpecahan dan konflik dalam hubungan
sosial.
Keserakahan
Keserakahan adalah salah satu sikap negatif dalam larangan agama
yang harus dihindari. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai
keserakahan dalam larangan agama:
8
a. Keserakahan adalah hasrat egois yang menginginkan lebih
banyak dari sesuatu, yang pada umumnya adalah kekuasaan
atau harta.
b. Keserakahan dapat merusak hubungan sosial dan
mengganggu keharmonisan hidup.
c. Keserakahan dapat menyebabkan seseorang melakukan
berbagai cara untuk memenuhi keinginannya, seperti
membunuh, merampas, menipu, dan mengambil barang
yang bukan menjadi hak milik.
d. Keserakahan dapat menyebabkan penderitaan bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
e. Keserakahan dapat menghalangi seseorang untuk mencapai
kebahagiaan sejati dan kepuasan hidup.
Dalam agama Islam, keserakahan disebut tamak dan dianggap
sebagai salah satu dari penyakit hati. Tamak adalah cinta kepada
dunia (harta) terlalu berlebihan. Untuk menghindari keserakahan,
umat Muslim dapat melakukan beberapa cara, seperti
membiasakan diri dengan sifat pemurah dan jujur, hidup
sederhana, hemat, qana’ah dan zuhud, meminta pertolongan
kepada Allah agar dijauhkan dari sifat serakah, menghindari sifat
iri jika melihat orang lain banyak harta, dan sadar bahwa materi
hanya hiasan hidup dan perantara menuju akhirat.
9
2.3 Relevansi Dalam Kehidupan Beragama
1. Menerapkan Perintah Agama
Menunaikan kewajiban ibadah dengan penuh kesadaran
Mengamalka etika dan moral agama dalam setiap aspek
kehidupan
Menyebarkn ajaran agama secara positif kepada orang lain
2. Menghindari Larangan Agama
Memahami dampak negatif tindakan melanggar perintah agama
Berusaha keras untuk menghindari dosa-dosa besar dan sikap
negatif
Menerima koreksi dan taubat ketika melakuka kesalahan
3. Mengembangkan kehidupa spiritual
Berdoa dan meditasi untuk mendekatkan diri kepada tuhan
Membangun karakter yang kuat dan bemoral
Mengikuti ajaran agama sebagai pedoman hidup
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehidupan beragama merupakan aspek penting dalam
kehidupann manusia. Agama memberikan pedoman moral, nilai-niai,
dan prinsip-prinsip yang membantu individu dalam menjalani
kehidupan yang bermakna.
Agama juga berperan dalam membentuk identitas individu dan
kelompok, serta mempengaruhi tindakan dan sikap mereka dalam
berbagai aspek kehidupan.
Konsep agama yang toleran dan menghormati pebedaan
keyakinan sangat penting dalam menjaga kerukunan antar umat
bergama.
3.2 Saran
Bagi pembaca, diharapkan selalu usahakan untuk memiliki
pemahaman yang mendalam tentang agama Anda. Baca kitab suci,
pelajari sejarah dan kaji ajaran-ajaran utama agama Anda.
Hargai keyakinan agama orang lain. Dunia memiliki beragam
agama dan pandangan. Menghormati perbedaan adalah penting untuk
menjaga perdamaian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, E. H. (2016). Hubungan antara moral dan agama dengan hukum. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2).
12