Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KELOMPOK 13

NILAI-NILAI FUNDAMENTAL, DIALOG AGAMA, BUDAYA,


PANCASILA, DAN THK

Disusun untuk memenuhi tugas : Tri Hita Karana atau THK

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Drs.I Wayan Rasna ,M.Pd

Disusun Oleh :

1.D.A Naila Sati Mahalika (2012021152)


2.Fitriani Lestari (2012021180)
3. Gede Widnyana Putra (2011011021)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


Tahun ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi

Singaraja, 2 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Manfaat...............................................................................................................................2
BAB 2..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Nilai Fundamental.......................................................................................................... 3
2.2 Hubungan Nilai Fundamental Dengan Tri Hita Karana.....................................................3
2.3. Pengertian Dialog Agama..................................................................................................5
2.4 Pengertian Budaya..............................................................................................................5
BAB 3..............................................................................................................................................5
PENUTUP....................................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................5
3.2 Saran...................................................................................................................................5
Daftar Pustaka................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan terutama
di India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran di
antaranya Saiwa, Waisnawa, dan  Sakta serta suatu pandangan luas akan hukum dan
aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma,
dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan
filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam Agama Hindu
diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga
kini, dan umat Hindu seringkali menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-
dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal
mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh
umatnyatanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian
diri.
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut
tersurat secara jelas dalam kitab suci veda dinyatakan sebagai berikut: Moksartham Jagathita ya
ca iti dharmah. Tujuan agama Hindu yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam kehidupan ini
adalah pasti, yaitu Moksa dan Jagathita dan jalan yang akan ditempuh dalam rangka
mencapainya adalah melalui jalan dharma. Moksa adalah berupa sebuah kebahagiaan batin,
sedangkan Jagathita adalah kesejahteraan lahir dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan
petunjuk ajaran agama Hindu / Dharma. Kata “Dharma” berasal dari bahasa Sanskerta dari akar
kata “dhr” (baca: dri) yang artinya menjinjing, memangku, memelihara, mengatur, atau
menuntun. Akar kata “dhr” ini kemudian berkembang menjadi kata dharma yang mengandung
arti hukum yangmengatur dan memelihara alam semesta beserta segala isinya.
Agama Hindu memiliki sebuah konsep yang menjadi dasar yang melandasi adanya harmoni di
dunia ini yaitu konsep Tri Hitta Karana yang merupakan pengajaran terhadap penyebab
terciptanya kebahagiaan. Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh.
Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka
ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada
dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan
di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan
alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan
memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus
seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup
dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram,
dan damai.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian dan maknandari nilai fundamental?
2) Bagaimana hubungan nilai fundamental pancasila dengan THK?
3) Apa pengertian dari makna dari dialog agama?
4) Apa pengertian dari budaya?
1.3 Manfaat
1) Untuk mengetahui pengertian dari nilai fundamental
2) Untuk mengetahui makna dari nilai fundamental
3) Untuk memahami hubungan nilai fundamental Pancasila dengan THK
4) Untuk mengetahui pengertian dialog agama
5) Untuk mengetahui pengertian dari budaya
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Fundamental

Pengertian dari nilai fundamental adalah sesuatu yang mendasar, asasi, sangat penting,
atau merupakan suatu prinsip, dan hal pokok yang dijadikan pedoman atau dasar di dalam hal-
hal tertentu. Dalam setiap sila yang berada di dalam pancasila, memiliki sifat yang mutlak dan
harus dilakukan. Serta tidak boleh ada perubahan apapun di dalam sila-sila tersebut. nilai yang
berikutnya yaitu nilai instrumental, yang merupakan adanya wujud dan pelaksanaan dari nilai
fundamental pada pancasila.
Wujud dari nilai instrumental ini biasanya berupa norma yang ada di dalam kehidupan
masyarakat. Entah yang berupa norma sosial, norma hukum, norma agama, dan norma-norma
yang lainnya. Yang nantinya norma-norma tersebut akan diterapkan kepada sebuah lembaga
yang sesuai. Nilai ini cukup penting dalam menjadikan pancasila menjadi relevan di setiap
perkembangannya.
2.2 Hubungan Nilai Fundamental Dengan Tri Hita Karana
Dalam konsep Tri Hitta Karana juga memiliki keselaran dengan penerapan nilai
fundamental dan pancasila. Hal ini dikarenakan dalam Konsep Tri Hitta Karana juga
mengajarkan bahwa hubungan yang baik sesama manusia akan mendatangkan kebahagian,
sesuai dengan HAM yang merupakan pengamalan Sila kedua Pancasila yang berbunyi
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Ketika sesama manusia sudah bisa saling mengharagai
satu sama lain serta hidup dalam keadaan yang rukun dan damai niscaya kebahagian akan selalu
mendampingi.
Diketahui penjabaran Tri Hita Karana ada dalam tiga dimensi hubungan yakni;
Parhyangan, Palemahan dan Pawongan. Dalam kontekstasi ini hubungan hubungan yang menjadi
konsep ajaran Tri Hita Karana tersebut ternyata mampu mencerminkan penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat atau dapat dikatakan konsep Tri Hita Karana
bersinergi dengan nilai-nilai Pancasila yang mengandung lima nilai yakni, nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, Nilai Persatuan Indonesia, Nilai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini tercermin dari penerapan konsep Tri
Hita Karana tersebut dalam kehidupan masyarakat dalam tiga demensi hubungan tersebut, yang
dapat diperinci sebagai berikut;
1. Refleksi konsep Parhyangan dengan Pancasila
Hubungan ini menunjukkan bagaimana keyakinan manusia kepada Sang Pencipta
sesuai dengan ajaran Agama atau keyakinan masing-masing, hubungan ini bersifat
pribadi (personal). Diharapkan dari konsep keyakinan ini akan dapat meningkatkan
kualitas keimanan seseorang, sehingga akan melahirkan insan berakhlak serta memiliki
iman yang baik.
Penerapan hubungan parhyangan dalam konsep Tri Hita Karana sangat
merefleksikan pengamalan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Pertama) dalam
Pancasila, yang dalam konstitusi dasar negara Indonesia diatur dalam pasal 29 UUD 1945
yang menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu. Oleh karena itu konsep Parhyangan dalam Tri Hita Karana
merupakan sebuah cerminan penerapan nilai Ketuhanan di Bali yang mampu terlaksana
dengan baik dan ajeg (lestari) dengan kebebasan dan kenyamanan penerapannya karena
telah dipayungi dengan aturan, hukum adat, serta kebiasaan masyarakat hindu di Bali
(dresta).

2. Refleksi konsep Palemahan dengan Pancasila

Dalam hubungan ini menunjukkan bagaimana manusia tersebut memiliki suatu


kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar mereka, dalam konsep palemahan
hubungan ini terjalin karena diyakini suatu kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari
alam atau lingkungan.

Konsep palemahan dalam Tri Hita Karana sangat erat kaitannya dengan berbagai
upacara yang dilaksanakan oleh umat hindu di Bali sebagai bagian dari kepekaan dan
kepedulian terhadap alam dan lingkungan, seperti misalnya upacara tumpek bubuh
(wariga) bentuk apresiasi umat hindu akan hasil yang mereka dapatkan dari tumbuh-
tumbuhan atau pepohonan yang ada di sekeliling mereka, kemudian ada upacara tumpek
kandang sebagai bagian dari bentuk ucapan terima kasih dan kepedulian terhadap
binatang atau hewan-hewan ternak yang telah mendatangkan kesejahteraan bagi
kehidupan mereka.

Penerapan hubungan palemahan dalam konsep Tri Hita Karana sangat


merefleksikan berbagai pengamalan nilai dalam Pancasila, karena dalam konsep
palemahan Tri Hita Karana ini mengandung dan mengajarkan nilai nilai cinta tanah air
yang merupakan cerminan nilai sila ketiga dalam Pancasila, mengajarkan nilai
keseimbangan antara hak dan kewajiban (apa yang ditanam itu yang dipetik) yang
merupakan cerminan sila kelima, serta nilai tenggang rasa, peduli yang merupakan
cerminan yang sangat kental dari sila kedua dalam Pancasila.

3. Refleksi konsep Pawongan dengan Pancasila

Hubungan ini menunjukkan bagaimana rasa persaudaraan, kepedulian manusia


terhadap sesamanya, baik antara umat sedarma, antara umat beda keyakinan, maupun
umat beda asal daerah. Konsep pawongan dalam Tri Hita Karana tidak dapat dipisahkan
dari kodrat manusia selaku makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, pastinya dalam
melaksanakan kehidupan ataupun pemenuhan kebutuhan sehari-hari memerlukan bantuan
sesama lainnya. Terlaksananya ajaran pawongan dalam konsep Tri Hita Karana di Bali
diperkuat dengan adanya organisasi-organisasi sosial (sekaa) yang semakin mempererat
ikatan
Hubungan dalam konsep pawongan ini di Bali, tidak saja dikhususkan kepada
umat se-agama semata, namun juga hubungan sosial yang baik dengan umat agama lain
yang dalam tatanan struktur masyarakat adat di Bali sering disebut dengan membina
hubungan dengan wong sunantara atau krama tamiu (masyarakat di luar Bali). Hubungan
sosial ini dapat dilihat dengan adanya budaya mejenukan (mendatangi warga yang
berbahagia ataupun terkena musibah), ngejotin (memberikan sesuatu seiklasnya,
umumnya berupa bahan pangan) yang dapat dilakukan dengan sesame manusia lainnya
tanpa batas agama ataupun daerah.

Penerapan hubungan pawongan dalam konsep Tri Hita Karana juga sangat
merefleksikan berbagai pengamalan nilai dalam Pancasila, karena dalam konsep
pawongan ini selain mengajarkan nilainilai cinta kasih dan kemanusiaan yang tinggi
sebagai cerminan sila kedua dalam Pancasila, juga menunjukkan adanya nilai-nilai
demokrasi sebagai cerminan sila keempat dalam Pancasila, yang terbentuk dari
hubungan-hubungan sosial yang oleh masyarakat.

2.3 Pengertian Dialog Agama


Dialog agama merupakan sebuah solusi bagi timbulnya klaim-klaim kebenaran dari para
penganut agama yang berbeda di masyarakat. Agama seharusnya dipahami sebagai fenomena
sosial-budaya karena agama ditemukan pada semua bentuk masyarakat, mulai yang sangat
primitif sampai yang sangat modern.
Dialog agama umumnya akan terjadi pada saat-saat tertentu contohnya adalah saat ada
ceramah dari tokoh agama (orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu agama) atau bisa
disebut dharma wacana dalam agama hindu, pada saat tersebut akan terjadi interaksi antara
tokoh agama maupun penganut agama dengan cara tanya jawab, dari kegiatan tersebut para
penganut agama yang tadinya memiliki pemahaman yang kurang benar akan dibenarkan, bagi
yang tidak tau akan menjadi tau perihal agama maupun kegiatan keagamaan.
Dalam hubungannya dengan Tri Hita Karana, dialog agama sangat penting dilakukan
guna terbentuknya pemahaman dari khalayak umum mengenai nilai nilai fundamental Tri Hita
Karana yang tidak hanya berlaku bagi umat Hindu saja, namun dapat pula menjadi landasan
keharmonisan daripada seluruh masyarakat baik umat Hindu maupun bukan. Dialog agama yang
di dalamnya terdapat pembenaran berbagai macam teori keagamaan sebenarnya sedikit banyak
memiliki hubungan dengan Tri Hita Karana. Karena seperti yang kita tau Tri Hita Karana adalah
salah satu landasan dari hubungan antar Tuhan, manusia dan makhluk lainnya yang ada di dunia
ini.
2.4 Budaya 
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang
rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta
karya seni. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Budaya berfungsi sebagai sebagai penentu batas-batas, yang artinya
budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya
dengan organisasi lainnya. Dalam penerapannya, budaya bertindak sebagai mekanisme pembuat
makna serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap serta perilaku individu.
Tri Hita Karana juga merupakan suatu bentuk kebudayaan di Bali. Tri Hita Karana
merupakan sebuah konsep spiritual, konsep kearifan lokal, dan kosmologi sekaligus falsafah
hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk membentuk keselasaran hidup manusia.
Budaya Tri Hita Karana sebenarnya dapat dipergunakan sebagai suatu tata nilai atau kebiasaan
bagi masyarakan di Bali, baik itu umat Hindu maupun yang beragama lain. Karena Tri Hita
Karana merupakan konsep yang sangat mendasar terkait dengan kerukunan masyarakat. Dengan
menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis akan terwujudlah kehidupan
harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pengertian dari nilai fundamental adalah sesuatu yang mendasar, asasi, sangat penting,
atau merupakan suatu prinsip, dan hal pokok yang dijadikan pedoman atau dasar di dalam hal-
hal tertentu. Dalam setiap sila yang berada di dalam pancasila, memiliki sifat yang mutlak dan
harus dilakukan. Dalam konsep Tri Hita Karana juga memiliki keselaran dengan penerapan nilai
fundamental dan pancasila. Hal ini dikarenakan dalam Konsep Tri Hita Karana juga
mengajarkan bahwa hubungan yang baik sesama manusia akan mendatangkan kebahagian,
sesuai dengan HAM. Diketahui penjabaran Tri Hita Karana ada dalam tiga dimensi hubungan
yakni; Parhyangan, Palemahan dan Pawongan.
Dialog agama merupakan sebuah solusi bagi timbulnya klaim-klaim kebenaran dari para
penganut agama yang berbeda di masyarakat. Agama seharusnya dipahami sebagai fenomena
sosial-budaya karena agama ditemukan pada semua bentuk masyarakat, mulai yang sangat
primitif sampai yang sangat modern. Dalam hubungannya dengan Tri Hita Karana, dialog agama
sangat penting dilakukan guna terbentuknya pemahaman dari khalayak umum mengenai nilai
nilai fundamental Tri Hita Karana yang tidak hanya berlaku bagi umat Hindu saja, namun dapat
pula menjadi landasan keharmonisan daripada seluruh masyarakat baik umat Hindu maupun
bukan. Tri Hita Karana juga merupakan suatu bentuk kebudayaan di Bali. Tri Hita Karana
merupakan sebuah konsep spiritual, konsep kearifan lokal, dan kosmologi sekaligus falsafah
hidup masyarakat Hindu Bali yang bertujuan untuk membentuk keselasaran hidup manusia.

3.2 Saran
Tri Hita Karana merupakan hal yang paling mendasari berlangsungnya keharmonisan
yang dapat menimbulkan kebahagiaan, sehingga, dalam hubungannya dengan kebudayaan dan
nilai fundamental Pancasila, Tri Hita Karana sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,I Made,2020. “REFLEKSI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KONSEP AJARAN
AGAMA HINDU TRI HITA KARANA” diakses tanggal 11 Mei 2021.
Kusuma, Wira ,2020. “DIALOG SEBAGAI KRITISISME BERAGAMA” diakses pada 12 Mei
2021.
Lilik, I Komang Mertayasa,2019. “ESENSI TRI HITA KARANA PERSPEKTIF PENDIDIKAN
diakses pada 11 Mei 2021.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/6495 .
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/fundamental-adalah.html

Anda mungkin juga menyukai