PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta
peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral yang sangat penting.
Ajaran agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal
dengan tiga kerangka dasar Agama Hindu. Antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya saling mengisi dan merupakan satu kesatuan yang bulat,
sehingga patut dihayati dan diamalkan untuk mencapai tujuan yang disebut
Moksa. Tiga kerangka dasar Agama Hindu, yaitu: tattwa, susila, dan upacara.
Tattwa merupakan inti ajaran Agama, sedangkan susila sebagai pelaksana
ajaran dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai bentuk rasa syukur
kepada Ida Sang Hyang Widhi, maka dilaksanakan pengorbanan suci yaitu
berupa upacara atau ritual.
Etika atau Susila yang merupakan unsur kedua dari kerangka
dasar Agama Hindu, sering juga disebut dengan Dharmasastra. Dharma
artinya menuntun atau membimbing, juga berarti hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban manusia. Sedangkan sastra berarti ilmu
pengetahuan. Dengan demikian Dharmasastra atau etika dapat diartikan
sebagai pedoman atau hukum yang menuntun manusia dalam kehidupan
bermasyarakat dan kehidupan sosial lainnya. Tanpa pedoman yang jelas untuk
menuntun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, boleh jadi akan mudah
sekali timbul kekacauan.
1.2.4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagao berikut:
1.3.1
1.3.4
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
Memperoleh
pengetahuan
tentang
implementasi
kebenaran,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Etos yang mempunyai
bentuk jamak sebagai etika. Etos merupakan suatu kebiasaan dan kelakuan
yang bersifat nyata dan berasal dari motivasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika mempunyai tiga arti, antara lain:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang membahas mengenai benar dan salah yang dianut oleh
suatu golongan masyarakat.
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata
moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masingmasing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika
sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai
arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral sama
dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Secara sederhana, etika merupakan sebuah
kajian tentang moralitas (the study of morality).
Jadi, etika merupakan pengetahuan tentang kesusilaan yang
berbentuk perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengandung suatu
nilai serta menjadi pedoman dalam tingkah laku seseorang . Setiap perbuatan
itu berdasarkan atas kehendak atau buddhi seseorang. Sehingga manusia
dihadapkan pada dua pilihan yaitu baik dan buruk.
4
pemberian makanan,
minuman, dan lain-lain; ijya yaitu pujaan kepada dewa, kepada leluhur
dan lain-lain sejenis itu; tapa yaitu pengekangan nafsu jasmaniah, badan
yang seluruhnya kurus-kering, layu, berbaring di atas tanah, di atas air,
dan di atas alas-alas sejenis itu; dhyana yaitu tepekur, merenungkan
Dewa Ciwa; swadhyaya yaitu mempelajarai Weda; upasthanigraha yaitu
pengekangan upastha, singkatnya pengendalian nafsu seks; brata yaitu
puasa, pengekangan nafsu terhadap makanan/minuman; mona yaitu
wacangyama, berarti menahan, tidak mengucapkan kata-kata, sama sekali
tidak bersuara; snana yaitu trisandhya sewana, mengikuti Trisandhya,
mandi membersihkan diri pada waktu pagi, tengah hari dan petang hari.
Selain itu, terdapat pula beberapa pedoman etika dalam Agama
Hindu untuk menuju manusia yang ideal (Manava-Madhava). Salah satunya
adalah Tri Kaya Parisuda yang berasal dari kata tri artinya tiga, kaya berarti
tingkah laku dan parisuda mulia atau bersih. Tri Kaya Parisuda dengan
demikian berarti tiga tingkah laku yang mulia (baik).
Adapun tiga tingkah laku yang baik termaksud adalah:
a. Manacika (berpikir yang baik dan suci). Seseorang dapat dikatakan
manacika apabila ia:
1. Tan egin tan adengkia ri drywaning len. Artinya, tidak
menginginkan sesuatu milik orang lain.
2. Tan kroda ring sarwa satwa. Artinya, tidak berpikir buruk terhadap
semua makhluk
3. Manituhwa ri hananing karma phala. Artinya, yakin dan percaya
terhadap hukum karma.
b. Wacika (berkata yang baik dan benar). Seseorang dapat dinyatakan
sebagai wacika, apabila ia:
Kebenaran
Sabda suci weda mengatakan bahwa kebenaran/kejujuran
(satyam) merupakan prinsip dasar hidup dan kehidupan. Bila seseorang
senantiasa mengikuti kebenaran maka hidupnya akan selamat, sejahtera,
terhindar dari bencana, memperoleh kebijaksanaan dan kemuliaaan.
Kebenaran/kejujuran dapat dilaksanakan dengan mudah, bila seseorang
10
Kebajikan
Dalam ajaran Hindu kata Dharma mempunyai arti yang luas,
antara lain: kebenaran, bebajikan, pengabdian, tugas suci, budi luhur dan
sebagainya.
Dalam Rgveda VII.32.8
Prnan itprnate mayah
Artinya:
11
Tuhan Yang Maha Esa yang pemurah memberkahi orang yang penuh
kebajikan
Sara Samuccaya Sloka 12.13
Pada hakekatnya jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya
Dharma hendaknya dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti; tidak akan ada
artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari
Dharma.
Bagi sang pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang
yang bijak yang melaksanakan Dharma, dipuji dan disanjung
olehnya, karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan, beliau
tidak menjunjung orang yang kaya dan orang yang selalu birahi
cinta wanita, sebab orang itu tidak sungguh berbahagia, karena
adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan
dan hawa nafsu itu.
2.4.3
13
14
yang
tidak
mengantarkan
orang
kepada
15
bahwa sex bebas itu adalah perbuatan yang tidak mengantarkan orang
pada kerahayuan, bahkan dampaknya bisa membawa malu kita dan
keluarga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Nah, disinilah peran
seorang pacar sangat diperlukan. Seorang pacar hendaknya dapat
mengendalikan dirinya sendiri bahkan kalau bisa mengendalikan nafsu
pasangannya agar hal-hal demikian tidak terjadi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ,
etika merupakan sebuah kajian tentang moralitas (the study of morality).
Sehingga etika merupakan pengetahuan tentang kesusilaan yang berbentuk
perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengandung suatu nilai serta
menjadi pedoman dalam tingkah laku seseorang . Setiap perbuatan itu
berdasarkan atas kehendak atau buddhi seseorang. Sehingga manusia
dihadapkan pada dua pilihan yaitu baik dan buruk.
Dalam agama Hindu etika dinamakan susila, yang berasal dari dua
suku kata, su yang berarti baik, dan sila berarti kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik. Etika atau susila hendaknya selaras dengan
kedudukan dan kedudukan memerlukan nilai tertentu dari tata susila.
Sehingga tata susila merupakan peraturan tingkah laku yang baik untuk dapat
menyelaraskan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, hubungan harmonis antar manusia dan peraturan tingkah laku antara
manusia dengan lingkungan. Tata susila perlu didirikan di atas dasar yang
kuat. Dasar yang kuat itu adalah ajaran-ajaran agama.
Ajaran Etika (Moralitas), Tata Susila, serta pengendalian diri untuk
menjadikan diri serta umat manusia lainnya menjadi manusia yang
berperikemanusiaan, berbudhi pekerti dan berpribadi mulia, manusia Manava
Madhava (Dharmika), berdasarkan ajaran Agama Hindu dimuat dalam Veda,
Itihasa, Purana, Bhagawad Gita, Sara Samuccaya, Slokantara dan yang
lainnya. Kecenderungan sifat Daivi Sampat dan Asuri Sampat ada pada diri
semua orang dengan kuantitas yang berbeda-beda. Sehingga dalam diri
17
seseorang terdapat sifat baik (subha karma) dan sifat buruk (asubha karma).
Saramuscaya menyebutkan bahwa hanya manusialah yang dapat mengenal
perbuatan yang salah dan benar, ataupun baik dan buruk. Hanya manusialah
yang dapat menjadikan sesuatu yang tidak baik menjadi baik, karena manusia
diberikan kemampuan yang lebih dari makhluk hidup lainnya yaitu berupa
idep (pikiran).
Ajaran etika hendak diimplementasikan dengan kebenaran,
kebajikan, kasih sayang, kedamaian dan tanpa kekerasan dalam kehidupan
bersama sehari-hari. Komponen-komponen tersebut akan membentuk suatu
keharmonisan yang mendasari kerukunan hidup menuju manusia yang
manava madhava sehingga segala apapun halangan serta rintangan yang
dihadapi, akan bisa dilewati dengan baik. Implementasi ajaran etika juga
terdapat dalam kisah mahabaratha yang sudah tak asing lagi untuk umat
Hindu. Nilai-nilai etika banyak tersurat dan tersirat dalam cerita tersebut yang
menggugah hati manusia untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran dharma.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu, seseorang hendaknya
selalu bertindak dengan berpegangan teguh pada ajaran agamanya,
memahami serta mengerti segala sesuatu yang dilarang maupun yang patut
dilaksanakan sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
yang akan mewujudkan kehidupan yang harmonis antara semua makhluk
ciptaan Tuhan.
18