Zaman Upanisad ini muncul sebagai protes terhadap ritual keagamaan yang berkembang
pada zaman Brahmana. Kejenuhan terhadap ritual menyebabkan masyarakat mengalihkan
diri pada ajaran – ajaran Upanisad. Adapun ciri – ciri zaman Upanisad adalah :
1. Masyarakat mengedepankan hal – hal yang bersifat filosofis
2. Munculnya system berguru yang disebut Upanisad (Upa : dekat, Ni : kata Ganti
untuk Guru, Sad : duduk, Duduk dekat Guru ). Dengan sistim ini, kemudian
melahirkan berbagai system filsafat. Terdapat 9 sistem filsafat yang disebut
dengan Nawa Darsana yang kemudia dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Astika
dan Nastika.
a. Kelompok Astika
(Sad Darsana)
Nyaya
Waisasika
Mimamsa
Samkhya
Yoga
Vedanta
b. Kelompok Nastika
(Tri Darsana)
Buddha
Carwaka
Jaina
Zaman Upanishad
Istilah Upanishad sendiri berasal dari kata upa, ni dan shad:upani: dekat, di dekatnya
dan shad = duduk. Jadi Upanishad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru
untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Istilah iniselanjutnya menjadi
nama agama. Kitab Upanishad berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau
antara seorang Brahmana dengan Brahmana lainnya. Kitab Upanishad adalah salah satu
bagian saja dari kitab-kitab Aranyaka, yang isinya menekankan pada ajaran rahasia yang
bersifat mistik atau magis.
1. Brahman
Ada perbedaan yang sangat mendasar antara pengertian Brahman dalam Upanishad
dengan pengertian kata tersebut dalam agama Brahmana. Mula-mula Brahman berarti
do’a dan kemudian kekuatan goib yang terkandung dalam do’a.[11]
Brahman adalah sumberalam semesta. Brahman adalah pencipta, yang menjadikan alam
semesta ini. Brahman yang transcendent (Nirguna Brahman) yang berada di luar alam
semesta dan jauh di atas alam semesta itu, adalah juga Brahman yang immanent (Saguna
Brahman) yang berada di alam semesta dan di dalam diri manusia yang disebut Atman.
2. Atman
Atman adalah jiwa individu. Dan Brahman adalah jiwa yang universal. Atman bukan
jasmani, bukan indrawi, bukan kehidupan, bukan pikiran. Atman adalah jiwa, hakekat
terdalam dari jiwa individu itu sendiri.[12]Karena itu Upanisad mengajarkan: Tat twam asi
yang berarti: Itu (Brahman) adalah kamu (atman). Oleh karena atman setiap orang adalah
sama-sama merupakan percikan-percikan kecil dari Brahman, maka tat twam asi dapat
diartikan : saya adalah kamu.[13]
3. Karma
Upanisad mengajarkan bahwa segala sesuatu tunduk dan takluk terhadap karma, baik
manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Karma meliputi kehidupan dahulu,
sekarang dan yang akan datang. Karma berarti kehidupan atau perbuatan berikutnya
sebagai akibat dari perbuatan sebelumnya.
Hubungan antara ajaran karma dengan ajaran tentang penjelmaan atau perpindahan jiwa
merupakan hal yang penting dalam ajaran Upanisad. Vamedawa telah mengembangkan
ajaran ini. Manusia harus menanggung akibat perbuatan atau karmanya. Setelah ia mati
pengetahuan dan amal perbuatannya akan membimbing dia.
4. Reinkarnasi
5. Moksa
Zaman Upanisad berlangsung sejak tahun 800 SM. Agama Hindu yang
berkembang di dataran tinggi dekan dan lembah Sungai Yamuna, terus
meluas ke lembah sungai Gangga adalah daerah yang dihuni oleh penduduk
dengan sumber kehidupan beraneka ragam, namun yang utama adalah
berdagang. Dengan pola pikir perekonomian penduduk lembah sungai gangga
tidak menginginkan praktek kehidupan beragama secara upacara yang
berlebihan.
Kata upanisad berasal dari bahasa sanskerta dari akar kata upa yang
berarti dekat, niberarti guru/pemimpin dan sad artinya duduk. Upanisad
berarti duduk dekat guru untuk mendengarkan ajara-ajaran suci
kerohanian. Upanisad mengajarkan tentang bagaimana caranya mengatasi
kegelapan jiwa untuk akhirnya menemukan “sat cit ananda” (kesadaran dan
kebahagiaan).
Melalui Upanisad yaitu duduk dekat dengan guru untuk menerima wejangan-
wejangan suci yang bersifat rahasia. Ajaran-ajaran tersebut diberikan
kepada murid-muridnya yang setia dan patuh secara terbatas di
hutan. Ajaran Upanisad juga disebut Rhasiopadesa atau Aranyaka yang
berarti ajaran rahasia yang ditulis di hutan. Mengenai isi pokok
Upanisad adalah hakekat Panca Sradha Tattwa. Jumlah semua Upanisad ada 108
buah dan setiap weda samhita memiliki upanisad tersendiri yaitu:
Rg Weda
memiliki : Aiteria Upanisad, Kausitaki Upanisad
Sama Weda
memiliki : Candogya Upanisad, Kena Upanisad, Matreyi Upnisad
Yajur Weda
memiliki : Taittiriya Upanisad, Suetaspatara Upanisad, Ksurika
Upanisad, Brhadakanyaka Upanisad, Jabala Upanisad
Atharwa Weda
memiliki: Prasna Upanisad, Mandukya Upanisad, Atharwasira Upanisad
Mimamsa
Nyaya
Samkhya
Waisesika
Yoga
2. Kelompok Nastika adalah aliran yang tidak mengikuti kebenaran weda sebagai
sumber ajaran untuk percaya kepada Ida Sang Hyang Widhi. Yang termasuk
kelompok Nastika adalah:
Carwakas
Buddha
Jaina
Istilah Upanishad berasal dari tiga kata yaitu upa, ni dan shad: upa= dekat, ni= dibawah, dan
shad= duduk. Dengan demikian kata Upanishad berarti “duduk di bawah dekat” (dengan Dang
Acarya).[1] Maksudnya ialah duduk di bawah dekat seorang guru untuk menerima ajaran atau
pengetahuan yang lebih tinggi.[2] Dengan dekat itu seorang sisya akan dapat mendengar apa yang
disampaikan oleh acarya itu, terutama tentang isi mantra tertentu. Karena itu isi Upanishad tidak
dipisahkan dari mantra Sahimta. Dua jenis buku yang dikenal yang berfungsi sebagai Upanishad yaitu
kitab Brahmana dan kitab Upanishad itu sendiri.
Latar belakang munculnya Upanishad di awali pada zaman Brahmana dimana seseorang
menjalani (catur asrama) atau rangkaian hidup pada saat mengasingkan diri di hutan sehingga
menghasilkan kitab-kitab Aranyaka yang diantaranya adalah kitab Upanishad. Pandangan yang
menonjol dari agama Upanishad ialah suatu ajaran yang monistis dan obsoluteisme, artinya : kitab-
kitab itu mengajarkan bahwa realitas tertinggi hanya satu saja. Realitas ini tidak tampak, bebas dari
segala perhubungan, tetapi menyelami segala sesuatu. Realitas ini disebut Brahman.[3]
Kitab-kitab Upanishad mengajarkan hal yang rahasia pada alam semesta termasuk rahasia
tuhan, maka penyampaian dan sifat ilmu itupun harus disampaikan secara rahasia, dan tidak
disampaikan secara klasikal (umum). Karena sifat kerahasiaan ini kitab Upanishad juga dinamai kitab
“Rahasya”.
Tuntunan keagamaan pada Zaman Upanisad diarahkan untuk melepaskan diri dari ikatan-
ikatan duniawi dan kembali keasal untuk bersatu dengan sang pencipta (Brahman). Zaman Upanishad
berlangsung sejak tahun 750 SM. Agama Hindu yang berkembang di dataran tinggi dekan dan lembah
Sungai Yamuna, terus meluas ke lembah sungai Gangga adalah daerah yang dihuni oleh penduduk
dengan sumber kehidupan beraneka ragam, namun yang utama adalah berdagang. Dengan pola pikir
perekonomian penduduk lembah sungai gangga tidak menginginkan praktek kehidupan beragama
secara upacara yang berlebihan.[4]