Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Made Dwina Meidayanti

NPM : 2001842020009
Kelas : 2A

Agama Hindu
1. Uraikan pengertian dari Yadnya, serta uraikan sloka- sloka yang menyatakan tentang
panca yadnya yang harus di lakukan oleh umat Hindu.
Jawab :
Kata Yadnya berasal dari bahasa Sansekerta, akar-akar “Yaj” yang artinya memuja,
mempersembahkan, pengorbanan, menjadikan suci. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam
Yadnya yaitu keikhlasan, kesucian dan pengabdian tanpa pamrih. Tiga kewajiban utama Atau
hutang yang harus dilunasi manusia atas keberadaannya di dunia ini yang disebut Tri Rna yang
terdiri dari : .

 Dewa Rna, yaitu hutang jiwa kepada Sang Hyang Widhi beserta segala manifestasi-nya.
 Pitra Rna, yaitu hutang kehidupan kepada orang tua atau leluhur.
 Rsi Rna, yaitu hutang pengetahuan kepada guru, orang suci, atau para resi.

Kewajiban Agama Hindu dalam menjalankan Panca Yadnya ditegaskan dalam kitab suci
Manawadharmasastra yang bunyinya sebagai berikut :
“Rsi yajnam dewa yajnam bhuta yajnam ca sarwada,
nryajnam pitra yajnam ca yatha sakti na hapayet”
(Manawa dharmasastra IV.21)
Artinya:
Hendaknya jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah Rsi Yadnya, Dewa Yadnya, Bhuta
Yadnya, Manusa Yadnya, dan Pitra Yadnya.
2. Sahnya perkawinan menurut agama Hindu adalah minimal telah melaksanakan upacara
biyakala (pakalan- kalaan). Kenapa  upacara ini dikatakan dapat mengesahkan
perkawinan ? Jelaskan jawabannya !
Jawab :

Upacara ini mempunyai makna yang amat dalam, sesuai dengan namanya "mekalan-
kalan" yang memiliki kata dasar "kala" ini diartikan sebagai sebuah kekuatan buruk, yang penuh
dengan energi negatif yang disimbulkan dalam ujud raksasa, diadakannya upacara ini tujuannya
adalah menetralisir sifat-sifat kala yang ada dalam tubuh kedua mempelai, sehingga sedapat
mungkin bisa berubah menjadi sifat dewa, yaitu bijak sana dan dipenuhi dengan kebajikan.
Upacara ini dilaksanakan di tengah pekarangan rumah dalam istilah Balinya disebut dengan
"natah". Upacara Makala-Kalaan juga dimaknai sebagai pengesahan perkawinan kedua
mempelai melalui proses penyucian, sekaligus menyucikan benih yang dikandung kedua
mempelai yang berupa sukla (spermatozoa) dari pengantin laki dan wanita (ovum) dari pengantin
wanita. Kelengkapan upacara ini selain bebantenan seperti upacara diatas yang dijelaskan dalam
buku yang saya maksud, ada juga lainnya yang membuat upacara ini semakin sarat dengan
makna kehidupan, diantaranya adalah:

 Tikar Tandakan, sebuah tikar berukuran kecil terbuat dari janur, disimbulkan sebagai
kesucian seorang gadis yang akan menjalankan pesakapan (pernikahan).
 Kala Sepetan, suwun-suwunan yang isinya antar alain, sebuah bakul berisi batu hitam
seperti cobek, telur ayam, bebungkilan atau umbi-umbian seperti ubi, talas, bumbu dapur
dan lain-lain, daun andong, kapas, uang 25, beras, yang kesemuannya ini dimaksudkan
sebagai bekal untuk menghadapi hidup baru, disamping itu juga bakul tersebut di tutup
dengan sabut kelapa yang dipecah menjadi tiga sebagai simbul "Tri Guna" (Satyam,
Rajas, Tamas) yang merupakan sifat dasar dari manusia, kemudian sabut itu masing-
masing di ikat dengan benang tiga warna (Tri Datu) merah, hitam, putih sebagai simbul
Trimurti, Brahma, Wisnu, Siwa yang membatasi sifat triguna itu agar tercipta
keseimbangan.
 Tegen-tegenan, acara upacara ini penuh dengan makna filosofi Hindu, seperti misalnya
tegen-tegenan dengan mengunakan batang tebu sebagai tongkat pemikul, diartikan
sebagai tahapan dalam jenjang kehidupan ruas-ruas tebu menandakan tingkatan yang
diharapkan terus semakin maju, dan rasa manis merupakan harapan agar hidup yang akan
diarungi kedua mempelai ini semanis rasa tebu itu sendiri. Di tetegenan itu juga ada
besek dan periuk, pacul, semuanya itu adalah perlambang peralatan yang nantinya
digunakan oleh mempelai laki setelah bersetatus suami, untuk membangun rumah tangga
sebagai modal dasar pencari nafkah.
 Dagang-dagangan, upacara ini bermakna sebagai suatu tanda bahwa kedua mempelai
harus saling bantu membantu, dalam membina rumah tangga kelak, sama-sama
mengarungi bahtera hidup dalam susah maupun senang, sama-sama memiliki tanggung
jawab dalam menjaga keutuhan rumah tangga, dengan berdagang untuk mempersiapkan
diri menopang ekonomi dalam keluarga.
 Penegtegan, yaitu upacara yang disimbulkan dengan berdirinya sebuah tiang, yang berisi
sebilah keris, yang diartikan sebagai berikut, tiang merupakan pilar rumah tangga, yang
menopang berdirinya sebuah rumah tangga, dengan sebilah keris yang melambangkan
sebagai simbul purusha yaitu (garis utama asal usul keturunan dari pihak laki-laki).
 Pemegat, terdiri dari dua batang cabang kayu dadap ditancapkan seperti pintu gerbang
yang masing-masing dihubungkan dengan benang putih diletakan di natah (halaman)
depan rumah, pintu gerbang dan benang putih perlambang kesiapan kedua mempelai
keluar dari pintu gerbang menyongsong hidup baru dengan hati dan perasaan yang bersih
dan suci seperti lambang dari benang putih tersebut di atas.
 Tetimpugan, terdiri dara tiga ruas bambu yang pada pelaksanaanya nanti dibakar, agar
menimbulkan bunyi letusan, maksud dari bunyi letusan itu sebagai tanda untuk mengusir
pengaruh-pengaruh buruk yang diakibatkan dari energi-energi negatif, ketiga ruas bambu
itu diartikan sebagai simbul Butha, Kala, Dengen yang merupakan unsur-unsur negatif
tersebut.

3. Yadnya tidak hanya terbatas dalam bentuk ritual (sajen/banten), yadnya juga bisa dalam
bentuk sikap atau perilaku kepada  sesama umat. Bagaimana aplikasi  panca yadnya
dalam perilaku kehidupan sehari-hari, beri contoh !
Jawab :
Yadnya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata “yaj” yang memiliki arti
memuja kemudian dari kata “yaj” tersebut berubah menjadi kata “yajna” yang memiliki arti
korban suci . Panca sendiri memiliki makna lima . Jadi panca yadnya adalah lima korban suci
yang di tunjukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa .
Bagian-bagian Panca Yadnya :

 Dewa Yadnya adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dan
para manifestasinya dalam bentuk Tri M. Contohnya : Melaksanakan persembahyangan
kepada sang hyang Widhi, Mempelajari dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan
ajaran tentang ketuhanan, Berziarah ke tempat-tempat suci dan mengembangkan ajaran
Dharma, dan Membangun tempat-tempat ibadah.
 Pitra Yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci yang di tujukan kepada
roh-roh para leluhur dan bhatara-bhatara karena mereka lah yang membuat kita ada di
dunia hingga kita dewasa. Contohnya : Mendengarkan nasihat orang tua, tidak
menentang perkataan orang tua, menghormati orang tua dan rajin membantu orang tua.
 Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan kepada para rsi
, orang suci , pinandita , pandita , sulinggih , guru , dan orang suci yang berhubungan
dengan agama hindu .Rsi adalah orang-orang yang bijaksana dan berjiwa suci . Sulinggih
maupun guru juga termasuk orang suci karena beliau orang bijaksana yang memberikan
arahan kepada siswa-siswi nya. Contoh : Menghormati dan menuruti perintah guru,
mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari dan rajin belajar.
 Manusa Yadnya adalah suatu upacara suci yang bertujuan untuk memelihara hidup ,
mencapai kesempurnaan dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia selama hidupnya.
Contoh-contoh pelaksanaan Manusa Yadnya : Menolong antar sesama, saling
menghargai dan menghormati sesame manusia, saling menyayangi antar manusia satu
dengan yang lainnya.
 Bhuta yadnya adalah suatu upakara/upacara suci yang ditujukan kepada bhuta kala atau
makluk bawah . Bhuta kala adalah kekuatan yang ada di alam yang bersifat negative yang
perlu dilebur agar kembali kesifat positif agar tidak mengganggu kedamaian hidup umat
manusia yang berada di bumi dalam menjalankan aktifitasnya. Contoh :  Memelihara
hewan peliharaan dengan baik, merawat tanaman dengan baik dan menjaga kebersihan
lingkungan.

4. Dalam ajaran agama Hindu tak pernah lepas dari upacara atau ritual, mengapa hal itu
penting dilaksanakan ? bukankah dalam era globalisasi orang ingin serba simpel dan
praktis, uraikan pendapat saudara !
Jawab :
Ritual dan Agama Hindu merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Karena dalam Agama Hindu adalah sebuah kewajiban untuk menjalankan sebuah ritual yang ada
didalam kehidupan sehari-hari dengan tulus iklas.
Dizaman sekarang, masih banyak ritual dalam agama Hindu yang masih dilaksanakan
oleh umat Hindu tetapi dalam pelaksanaannya sudah terdapat beberapa perubahan atau adaptasi
yang sesuai dengan kemampuan dan perkembangan zaman. Dan tidak ada masalah jika beberapa
ritual dalam agama Hindu dilaksanakan secara sederhana selagi tidak mengurangi makna-makna
dari ritual itu sendiri.
Agama Hindu sangat fleksibel. Tidak ada kekakuan bahwa melaksanakan agama Hindu
harus seperti ini dan harus seperti itu. Agama Hindu sangat bisa menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan. Pelaksanaan agama Hindu bukan saja boleh di sesuaikan dengan kondisi
local, melainkan harus di sesuaikan. Prinsip ini secara umum dikenal dengan Desa-Kala-Patra
(menyesuaikan diri dengan tempat, waktu, dan kondisi objektif yang ada).

5. Apakah mutlak berhasilnya suatu yadnya dapat diukur dari banyak atau sedikitnya harta
benda yang dipergunakan untuk beryadnya ? Jelaskan ! agar yadnya dapat dikatakan
yadnya yang satwika !
Jawab :
Yadnya adalah korban suci yg tulus iklas,maka setelah melakukan gelaran yadnya tidak
boleh ada rasa penyesalan, untuk itu perlu suatu pertimbangan matang dalam melakukan gelaran
yadnya agar hasil yang ingin di capai bisa maksimal. Berhasilnya suatu yadnya tidaklah diukur
dari banyak atau sedikitnya harta benda yang digunakan untuk beryadnya, melainkan bagaimana
keiklasan kita dalam melakukan upacara yadnya ini. Tidak perlu beryadnya yang mahal yang
akan memberatkan kita melainkan beryadnya saja sesuai kemampuan dan keiklasan agar yadnya
yang sedang dilakukan tidak secara terpaksa melainkan dilaksanakan secara tulus iklas.
Dalam upacara yadnya yang dilaksanakan dengan keiklasan tanpa mengharapkan
hasilnya disebut sebagai Satwika Yadnya. Satwika Yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan
dengan tulus iklas, tidak bersifat pamer namun dilaksanakan karena yadnya ini sifatnya
kewajiban sehingga tidak bertujuan untuk menunjukkan harta benda yang dimiliki, serta Satwika
Yadnya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan orang-orang tanpa bermaksud mengurangi
makna dari Yadnya itu sendiri. Menurut Bhagawad Gita, dijelaskan ada tujuh syarat yang wajib
dilakasakan untuk mewujudkan sattwika yajña, yaitu:

1. Sraddhǎ, artinya melaksanakan yajña dengan penuh keyakinan.


2. Lascarya, artinya yajña yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, (Suhardi dan
Sudirga, 2015:54).
3. Sastra, artinya melaksanakan yajña dengan berlandaskan sumber sastra, yaitu Sruti,
Smrti, Sila, Acara, dan Atmanastuti.
4. Daksina, artinya pelaksanaan yajña dengan sarana upacara (benda dan uang).
5. Mantra dan gita artinya yajña yang dilaksanakan dengan melantunkan lagu-lagu suci
untuk pemujaan.
6. Annasewa, artinya yajña yang dilaksanakan dengan persembahan jamuan makan kepada
para tamu yang menghadiri upacara.
7. Nasmita, artinya yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan
kemewahan dan kekayaan.

Anda mungkin juga menyukai