Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Hindu

2.2.1 PENCIPTAAN SECARA EVOLUSI

Alam semesta ini menurut Veda tidak diciptakan secara mendadak atau secara seketika. Veda
menyatakan bahwa alam semesta ini diciptaka melalui tahap evolusi. Ternyata konsep evolusi dalam
Veda dapat diterima oleh teori-teori Sains. Veda dan Hindu mungkin dapat dikatakan sangat berani
dan jauh lebih maju berspekulasi dalam mendeskripsikan proses penciptaan alam semesta. Sains
menyatakan bahwa awal mula penciptaan adalah ledakan besar big bang, namun Hinduisme
memulai dari kehendak Tuhan untuk menciptakan alam semesta.

2.2.2 PENCIPTAAN MENURUT REGVEDA

Veda diyakini sebagai nafas-Nya Tuhan dan juga sebagai kata-kata-Nya Tuhan, karena itu
maka uraian tentang penciptaan alam semesta ini diyakini berdasarkan kata-kata atau sabda Tuhan.

Titib (2006, 168-169) menerjemahkan beberapa mantram Nasadiyasukta ‘Terjadinya Alam


Semesta’ (Rgveda X. 129. 1-7), sebagaimana akan diuraikan dibawah ini:

Pada waktu itu, tidak ada mahluk (eksistensi) maupun non mahluk

(non eksistensi); pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada

Lengkung langit diluarnya. Pada waktu itu apakah yang menutupi, dan

Dimana?. Apakah air yang tak terduga dalamnya ada disana

(Rgveda X.129.1)

Waktu itu tidak ada kematian, pun juga tak ada kehidupan

(mahluk), tidak ada tanda yang menandakan siang dan malam. Yang

Maha Esa bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas

Menurut kekuatan-Nya sendiri. Di luar Dia tidak ada apapun juga

( Rgveda X.129.2)

Pada mula pertama kegelapan ditutpi kegelapan. Semua yang

Ada ini adalah keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada pada

Waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tapas

(tenaga panas) yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

(Rgveda X.129.3)
Pada awal mulanya keinginan (Tuhan) menjadi bermanifestasi

Yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah

Meditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan

Antara eksistensi dan non eksistensi.

(Rgveda X.129.4)

Sinar-Nya terentang ke luar, apakah ia melintang, apakah ia dia di

bawah atau diatas. Kemudian ada kemampuan untuk memperbanyak diri dan kekuatan yang luar
biasa dahsyatnya, materi gaib kesini dan

energi kesana.

(Rgveda X.129.5)

Siapa yang sungguh-sungguh mengetahui dan memaparkannya

Disini, dari manakah datangnya alam semesta yang menjadi ada ini?.

Orang-orang bijaksana lebih belakang dari ciptaan alam semesta ini,

Karena itu siapakah yang mengetahui dari mana munculnya (ciptaan) ini.

(Rgveda X.129.6)

Sesungguhnya Dia yang telah menciptakan alam semesta

Ini, serta mengendalikannya (di dalam kekuasaan-Nya). Dia yang

Mengawasi alam semesta ini berada diatas angkasa yang tak terhingga,

Sesungguhnya Dia mengetahui alam semesta ini seluruhnya dan “wahai

Manusia” janganlah mengakui eksistensi lain yang maan pun sebagai pencipta alam semesta ini.

(Rgveda X.129.7)

Selanjutnya Titib ( 2006:170) mengutip pendapat Reddy, bahwa didalam Rgveda I.113.1
dinyatakan alam semesta sebagai wujud Yang Agung (Supreme Form). Selain itu Titib (2006:172)
mengakhiri srutinya dengan menghadirkan mantram berikut; ‘Pada awalnya terlahirlah
Hiranyagarba, Dia yang demikian menunjukan eksetensi-Nya menjadi raja dari semua mahluk, Dia
yang menyangga bumi dan surga’.

2.2.3 PENCIPTAAN MENURUT PANDANGAN VISNUISTIS

Untuk memahami secara luas tentang konsep penciptaan, maka hal itu memaksa untuk
mengetahui berbagai pandangan. Ini dimulai dengan pandangan Visnuitis:

Penciptaan itu tidak terjadi hanya sekali. Seperti halnya siklus musim yang tidak pernah berhenti.
Visnu menciptakan materi dan menariknya kembali kedalam eksestensi-Nya dari waktu ke waktu.
Inilah penciptaan itu:
Dimulai dengan cahaya yang abadi memancar keseluruh penjurutanpa batas. Dalam satu sudut
ruang angkasa yang tidak ada ujungnyan itu, Visnu, Tuhan dari semua kehidupan, menciptakan
awan. Ia menjadikan lautan yang megah, air laut itu tak sama dengan air lautan dunia ini.dalam
kesejukan airnya Visnu berbaring untuk tidur. Dalam ketiduran-Nya tenggelam kedalam air, Ia
memulai bernafas panjang secara teratur, maka terciptalah waktu.

Setelah itu datang suara, dari suara tersebut datanglah ether dan indera pendengaran. Dari ether
tersebut menciptakan tekstur yang akan menjadi udara dan indra perasa. Campuran antara udara
dan indra perasa menjadikan bentuk yang merupakan asal mulanya api dan indera penglihatan.
Dengan mencampurkan air dan indera pengecap terciptalah bau yang darinya terjadilah tanah dan
indera pembau. Secara bersama-sama semua elemen itu menjadi bahan untuk penciptaan. Setalah
itu , maka terjadilah penciptaan kedua dimana dari Visnu dalam setiap alam semesta lahirlah
Brahma, Brahma menciptakan planet-planet, bintang-bintang, dan ribuan Dewa-dewa, yang masing-
masing diberikan kekuasaan tertentu dalam tatanan kosmos. Brahma dan para dewa menciptakan
berjuta-juta mahluk hidup dari alam semesta ini, salah satunya adalah manusia. Begitulah dunia ini
menjadi Hidup, diisi dengan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya. Visnu mengembang diri
menjadi bentuk ketiga dan memasuki bathin semua yang hidup, untuk duduk berdampingan dengan
atma, sebagai Paramatma (Prime,2006).

2.2.4 PENCIPTAAN MENURUT UPANISAD

Selain konsep penciptaan di atas terdapat juga konsep penciptaan dalam kitab-kitab Upanisad
dan kitab-kitab lainnya. Kitab Chandogya Upanisad mengisahkan tentang seluk beluk keadaan
sebelum adanya ciptaan ini, sebagai berikut:

Sad eva, saumya idam agra asid ekam evaditiiyam, taddhaika ahuh,

Asad evedam agra asid esa ekaditiiyam, tasmad asatah saj jayata

( Candogya Upanisad VI.2.1)

satu tiada duanya. Beberapa orang berkata bahwa pada permulaannya hanyalah yang “bukan
oknum” ini, yang satu tiada duanya. Dari “bukan oknum” itu, Oknumpun diciptakan’

Dalam berbagai uraian Upanisad, Tuhan dipercaya berada dalam keberadaannya sendiri, Dia
dianggap Oknum. Oknum ini berada di atas semua pengertian dan berada di atas perbedaan-
perbedaan hasil pemikiran manusia biasa.

Dalam Tattwa Darsana (Pudja dkk, 1983) menguraikan bahwa pada waktu srsti atau masa
penciptaan,Tuhan dengan hukum kemahakuasaan-Nya mula-mula mengolah atau menggerakkan
Maya Tattwa (Acetana), sehingga dari adanya pengolahan ini maka Acetana (prakrti) itu dapta
berevolusi secara bertahap dan perlahan-lahan. Dari evolusi yang pertama ini muncullah “Praddhana
Tattwa” yaitu unsur yang berwujud lebih besar daripada Acatena (prakrti).

Dari evolusi pertama ini nampak sifat-sifat tertentu dari Maya ata Acatena. Dengan adanya
sifat-sifat ini maka Acatena Tattwa ini dapat digolongkan menjdi lima macam yang disebut “ panca
tan Mantra” yaitu lima benih yang belum berukuran. Disebut demikian karena unsur-unsur benih itu
belum daapat dilihat bentuknya secara kasat mata sehingga tidak dapat diukur.

Pudja dkk (1983:76-78) juga menjelaskan pula bahwa walaupun halusnya panca tan matra itu,
namun karena adanya interaksi antar atom panca tan matra, maka kelima benih itu pun mengalami
evolusi, dan lambat laun semakin bertambah besar, hingga akhirnya sampai menjadi sebesar atom
yang disebut ‘paramanu’. Atom ini juga terus mengalami evolusi yang makin besar hingga
membentuk panca mahabhuta. Terkait dengan evolusi materi ini dapat di telusuri pada sloka
Wrhaspati Tattwa, sebagai berikut:

“Dari panca tan mantra muncullah panca mahabhuta. Akasa muncul dari sabda tan mantra, vayu
keluar dari sparsa tan mantra, teja muncul dari rupa tan mantra, apah muncul dari rasa tan mantra,
dan prtiwi muncul dari gadha tan mantra. Itulah yang disebut panca mahabhuta”.

(Wrhaspati 3.3)

Unsur-unsur panca mahabhuta terus berevolusi serta terus berkumpul dan bertambah besar, dan
akhirnya unsur prtivi menjadi bumi, apah menjadi zat cair, teja menjadi matahari, bulan, bintang,
planet dan sejenisnya. Vayu menjadi udara, angin atau atmosfir, dan akasa menjadi ether.
Kesemuanya itu mempunyai bentuk dan gaya tarik menarik masing-masing, sehingga yang satu
sering menjadi satelit bagi yang lainnya, tergantung dari kekuatan gaya tarik menarik tersebut
( Pudja dkk. 1983:78 ). Sepadan dengan uarain beliau, Ganapati juga menyebutkan:

‘Dari unsur tanah timbullah bumi, dari unsur hidrogen muncullah zat cair, dari unsur
cahaya(panas,sinar) muncullah matahari, bulan, bintang, dari unsur udara muncullah angin, dan dari
unsur ether muncullah suara atau bunyi’.

(Ganapati Tattwa)

2.2.5 Penciptaan menurut Purana

Kitab Purana memiliki kedudukan penting dalam upaya memahami Veda, sebagaimana kitab suci
sarasamuccaya mengatakan; Veda hendaknya dipelajari secara sempurna melalui Itihasa dan Purana
(sarasamuccaya 39). Secara garis besar semua purana memuat dasalaksana sepuluh hal), yaitu;

· Sarga; Penciptaan dalam bentuk halus tidak tampak oleh mata,

· Visarga; penciptaan unsur yang kasat mata atau nyata,

· Vrrti; makanan,

· Raksa; perlindungan alam semesta,

· Manvantara; periodisasi manu

· Vamsa; dinasti para raja,

· Vamsanucarita; karya Tuhan Yang Maha Esa, devata dan dinasti raja-raja,

· Samstha; kehancuran fisik semesta,

· Hetu; dorongan untuk melakukan karma, dan

· Apasraya; dukungan terakhir atau tujuan akhir atau realitas tertinggi.

(Titib, 2003:7)

Dari kesepuluh hal yang terkandung itu yang paling terpenting ialah sarga atau penciptaan, karena
masalah proses penciptaan merupah slah satu bagian penting dari kosmologi.

2.2.5.1 Penciptaan menurut Brahmanda Purana


Didalam Bramanda Purana dijelaskan tentang proses penciptaan, yaitu

Pada awalnya tidak ada apapun. Dunia berada dalam kegelapan total dan Brahman (esensi
ilahi) ada dimana-mana. Ketika penciptaan dimulai tiga sifat(guna) mewujudkan dirinya. Dimana-
mana hanya ada air, dari dalam air muncul sebuah Telur (anda) keemasan (hiranya), dari dalam telur
itu Brahma menciptakan dirinya sendiri. Kata svayam berarti diri sendiri dan bhu berarti terjadi atau
menciptakan maka ia juga disebut svayambhu. Dan karena rahim Brahma keemasan ia juga disebut
dengan hiranyagarbha.

Brahmanda purana memperkenalkan konsep “malam” dan “siang” Brahman. Pada siang
Brahman proses penciptaan terjadi, sedangkan pada malam Brahman disebut dengan peleburan.
Setiap hari Brahman disebut dengan satu Kalpa, telah ada beberapa kalpa. Dalam setiap siklus telah
ad beberapa manvantara (era), dalam setiap manvantara dipimpin oleh seorang Manu. Narayana
merupakan nama sebenarnya dari Brahman, walaupun in i digunakan dalam penyebutan Visnu.
Mengapa Brahman juga disebut Narayana? Karena Ia tidur dalam air, ketika tidak ad apapun didalam
jagat raya ini.

Porses penciptaan dimulai, disini Visnu menjelma menjadi Varaha dan menyelam kedalam air
untuk menyelamatkan bumi yang tenggelam, sehingga mengapung kembali diatas permukaan air.
Disini mulai terjadi penciptaan Brahma membagi bumi menjadi Tujuh wilayah (dvipa) da Tujuh
lautan (samudra). Brahman mulai menciptakan mahluk-malhuk, seperti Raksasa yang lahir pada
malam hari, para Deva yang lahir dari muka Beliau pada siang hari, dan para binatang serta mahluk
lainnya.

Sembilan Rsi agung keluar dari pikiran beliau. Seperti yang telah dijelaskan, namun Brahma tidak
begitu senang dengan ciptaannya, sehingga dia membagi tubuhnya menjadi dua , yaitu sesetengah
tubuhnya menjadi wanita dan setengahnya lagi menjadi pria. Prianya disebut Manu dan Wanitanya
disebut Satarupa. Inilah manu pertama, karena ia aktif dalam menciptakan dirinya, maka ia disebut
dengan Svayambhuva Manu. Kemudian ada Manun lain yang datang pada Zaman berikutnya.

Svayambhu manu dan Satarupa menikah da memiliki beberapa anak, yaitu priyavrata, Uttanapada,
Prasuti, dan Akuti. Daksa keluar dari pikiran Brahma, dan ditunjuk sebagai majikan (pati) dari semua
yang lahir(praja) didunia ini,dan Ia disebut dengan Prajapati.

2.2.5.2 Penciptaan menurut Garuda Purana

Penciptaan menurut Garuda menyatakan bahawa segalanya adalah kosong. Yang ada hanya
esensi ilahi yaitu Brahman. Ia tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir(anandi ananta). Dari
dalam air muncul telur (anda) keemasan. Visnu berada dalam telur ini, dan mengambil wujud fisik
untuk melakukan penciptaan. Dari Visnu diciptakanlah Brahma, yang memiliki empat muka(catur
muka). Semuanya diciptakan didalam telur itu.brahma adalah pencipta, Visnu sebagai pemeliharaan,
dan Siva sebagai pelebur. Pada hakikatnya adalah Brahman mengambil wujud yang berbeda-beda
yaitu Brahma,Visnu dan Siva.

Pada mulanya Brahma menciptakan empat jenis mahluk. Mereka adalah jenis Dewa, Asura,
Pitri (luhur) dan Manava (manusia). Para Dewa memiliki kekuatan pada siang hari sedangkan para
Asura memiliki kekuatan pada malam hari. Pertama-tama dari kekuatan mentalnya, dewa Brahma
menciptakan beberapa putra dari tubuhnya sendiri, Beliau juga menciptakan manusia yang
bernama Svayambhu Manu dan yang wanita bernama Satarupa.
2.2.5.3 Penciptaan Menurut Varaha Purana

Penciptaan menurut Varaha Purana bahwa penciptaan awal dari jagat raya (sarga) yaitu saat
jagat raya ini kosong, pada akhir siang hari Brahma, semua hal mengalami kehancuran kecuali
Brahma, Visnu, Siva. Namun, ketika siang hari Brahma tiba kembali maka akan terjadi penciptaan
baru. Saat terjadi kekosongan dan hanya ada air, Visnu tertidur diatas air yang merupakan
keberadaan awal. Setelah Visnu terbangun, maka Ia mulai menciptakan sehingga Ia mulai
mewujudkan diri-Nya dalam berbagai wujud, materi, dan sifat-sifat. Tiga sifat mendasar memenuhi
objek dijagat raya ini dalam proporsi yang berbeda-beda. Tiga sifat itu yaitu, Sattva guna, Rajas
sattwa, dan Tamas sattwa.

Lima unsur ciptaan dikenal dengan Panca Mahabhuta, yang terdiri dari Pritivi (bumi,tanah),
tejas (panas,api,energi), marut atau Vayu (angin,udara), apah (air), dan vyoma atau akasa
(angkasa,langit). Demikian proses penciptaan unsur-unsur yang ada ini selanjutnya deva Visnu
menciptakan mahluk-mahluk lain dijagat raya. Diciptakan bumi ini agar ad tempat kelahiran untuk
mahluk hidup.

Dalam Vahara purana juga , dijelasakn bahwa Brahma menciptakan para Rsi (Saptarsi) dari
kekuatan mental-Nya, yaitu: Marici, Brhgu, Angira, Pulastya, Pulaha, Atri, Vasistha. Setelah itu, ia
juga menciptakan dirinya menjadi svayambhu manu yang menjadi pencipta selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai