Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

WALISONGO
SEMARANG

PENGERTIAN
ASY’ARIYAH DAN
LATAR BELAKANG
KELAHIRANNYA
Disusun Oleh: Alip Alfiandi R. M
NIM: 2004016035
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Humanisme Asy’ariyah
Dosen Pengampu: Dra. Yusriyah, M.Ag
Apa itu Asy’ariyah?
Asy’ariyah merupakan salah satu madzhab Teologi Islam yang disandarkan kepada Iman
Abu al-Hasan Al-Asy’ari (Bashrah, 260 H)

Abu al-Hasan merupakan murid sekaligus anak tiri tokoh Mu’tazilah terkemuka, yakni Abu
Ali al-Juba’i

Bersama Abu Mansur al-Maturidi (Samarkand) melakukan bantahan terhadap golongan


Mu’tazilah (abad ke-3 H)

Istilah Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah menjadi term baru sebagai reaksi terhadap golongan
Mu’tazilah
Lahirnya Asy’ariyah
Ketika berusia 40 tahun Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari
mengasingkan diri selama 15 hari dirumahnya, setelah itu
ia mengumumkan dirinya keluar dari paham Mu’tazilah
“dahulu aku berpendapat bahwa al-Quran adalah
makhluk, bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat dengan
mata, maka perbuatan–perbuatan jelek aku sendiri yang
yang membuatnya. Aku bertaubat, bertaubat dan
mencabut paham-paham Mu’tazillah dan keluar
daripadanya”
Alasan Keluarnya Imam al-
Asy’ari dari Mu’tazilah
~ Abu al-Hasan Al-Asy’ari bertanya: Bagaimana menurut pendapatmu tentang tiga orang yang
Dialog al- meninggal dalam keadaan mukmin, kafir dan anak kecil.
Asy’ari
dengan al- ~ Al-Jubai: Orang Mukmin adalah Ahli Surga, orang kafir masuk neraka dan anak kecil selamat
dari neraka.
Juba’i
~ Al-Asy’ari: Apabila anak kecil itu ingin naik pangkat masuk surga, artinya sesudah
meninggalnya dalam keadaan masih kecil, apakah itu mungkin?

~ Al-Jubai: Tidak mungkin bahkan dikatakan kepadanya bahwa surga itu dapat dicapai dengan
taat kepada Allah, sedangkan Engkau (anak kecil) belum beramal seperti itu.

~ Al-Asy’ari: Seandainya anak itu menjawab memang aku tidak taat. seandainya aku dihidupkan
sampai dewasa, tentu aku beramal taat seperti amalnya orang mukmin.

~ Al-Jubai: Allah menjawab: Aku mengetahui bahwa seandainya engkau sampai umur dewasa,
niscaya engkau bermaksiat dan engkau disiksa. Karena itu Aku menjaga kebaikanmu. Aku
mematikan mu sebelum engkau mencapai umur dewasa.
~ Al-Asy’ari: seandainya si kafir itu bertanya: Engkau telah mengetahui keadaanku
sebagaimana juga mengetahui keadaannya, mengapa engkau tidak menjaga kemashlahatanku,
sepertinya? Maka Al-Jubai diam saja, tidak meneruskan jawabannya.
Alasan Keluarnya Imam al-
Asy’ari dari Mu’tazilah
• Perjumpaan al-Asy’ari dengan Rasulullah saw., dalam mimpi.
Rasulullah saw., memerintahkan al-Asy’ari untuk meninggalkan
paham Mu’tazillah
• Al-Asy’ari merasa tidak puas terhadap konsepsi aliran Mu’tazilah
dalam soal–soal perdebatan yang telah ditulis di atas.
• Al-Asy’ari berpandangan bahwa metode rasional Mu’tazilah akan
membawa Islam kepada kehancuran, dan metode tekstualis akan
membawa Islam kepada kejumudan (kemunduran). Di samping itu, hal
ini juga telah membuat umat Islam berpecah belah.
“Alasan terakhir merupakan satu yang paling kuat di antara yang lainnya.
Karena ini merupakan salah-satu cara untuk membuat umat Islam
bersatu.”
Pendapat Ahli
• Suryan A. Jamrah mengatakan: Terlepas dari benar atau tidaknya teori
di atas, yang jelas al-Asy’ari keluar meninggalkan Mu’tazilah
• Harun Nasution ketika mengomentari proses konversi Abu al-Hasan
al-Asy’ari dari aliran Mu’tazilah ke teologi barunya, menurutnya itu
hal yang sangat mungkin sekali bagi al-Asy’ari membentuk teologi
baru karena melihat posisi Mu’tazilah yang semakin dimarginalkan
dan semakin tidak diterima oleh kalangan umum.

Wallahu a’lam …
Referensi
Harun, Hamzah. Trend Moderasi Asy’ariyah di Bidang
Ketuhanan. Makassar: Pustaka Almaida, 2012.

Hasbi, Muhammad. “Ilmu Kalam: Memotret Berbagai


Aliran Teologi Dalam Islam.” Yogyakarta:
Trustmedia Publishing (2015).

Hasibuan, Hadi Rafitra. “ALIRAN ASY’ARIYAH


(Kajian Historis dan Pengaruh Aliran Kalam
Asy’ariyah).” Jurnal Ilmiah Al-Hadi 2, no. 2
(2018): 433–441.

Jamrah, Suryan A. Studi Ilmu Kalam. Jakarta:


Kencana, 2015.

Supriadin, Supriadin. “Al-Asy’ariyah (Sejarah, Abu


Al-Hasan Al-Asy’ari dan Doktrin-Doktrin
Teologinya).” Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman 9, no. 2 (2014): 61–80.

Ngaji Filsafat ke-118 (YT)

Thank You 

Anda mungkin juga menyukai