Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

LOGIKA AL-FARABI

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah


Filsafat Islam

Dosen Pengampuh : Drs.H. M. Rafiy Rasyid, M.Hi

Oleh:

NAMA: SYAMSU RIDHA


KELAS : PAI 2 B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG
2021/2022

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan
nikmat dari-Nya sehingga makalah saya yang berjudul ‘LOGIKA AL-FARABI ’’
dapat diselesaikan, shalawat serta taslim tak lupa saya kirimkan atas junjungan kita
Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah membawa umat ini dari
alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang. Walaupun dengan usaha
maksimal telah saya lakukan, tapi sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari
kesalahan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati Akhirnya dengan segala
kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan. Kiranya
segala bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho
dari Allah Subhanahu Wataala. Aamiin….

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sengkang 1 Juli 2022

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................... 1
C.TUJUAN..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. BIOGRAFI AL-FARABI............................................................................ 2
B. EPISTIMOLOGI AL-FARABI................................................................... 3
BAB III PENUTUP......................................................................................... 6
A. KESIMPULAN......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 7

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filosofi al-Farabi adalah ulasan dan komentar pada karya-karya filosofis yang

ditulis oleh Filsuf Yunani. al farabi meskipun nuansa baru yang dibawa ke tradisi

khazanah islam. al farabi mengusung wacana filsafat dan agama, terutama dalam
mencocokkan filsafat bahasa dengan agama yang terpolarisasi ke dalam terminologi

bahasa. Agama dipandang sebagai ekspresi filosofis. kebenaran dalam bahasa populer

yang menggunakan seni, logika, retorika, dan puisi. Al-Farabi menempatkan retorika

dan puisi menjadi bagian integral dari filsafat. Puisi memiliki kemampuan dalam

menciptakan imajinasi (khayali) sebagai deskripsi data empiris. Kekuatan imajinasi

diletakkan ke dalam logika. Ini adalah konstruksi logika yang tidak biasa. Dengan

kekuatan imajinasi, al-Farabi menegaskan kebenaran kenabian. Nabi adalah bukan

hanya pemilik kemampuan intelektual seperti yang dimiliki filosof, tetapi dia

memiliki daya imajinasi yang tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Biografi Al Farabi…?

2. Pandangan Al Farabi tentang Logika…?

BAB II
PEMBAHASAN

1. BIOGRAFI AL FARABI
Nama lengkap Al-Farabi, yaitu Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan Al-
Farabi, seorang ahli logika dan metafisika, yang dalam kalangan pemikir Latin,
dikenal dengan Abu Nashr atau Abunaser. Al-Farabi lahir di Wasij, sekitar tahun 257/
870 M. Sedangkan sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota di mana ia dilahirkan,
yaitu Farab, sebuah kota di Transoxania. Menurut keterangan, Al-Farabi berasal dari
Turki, karena ayahnya seorang Jendral atau Letnan Persia yang asalnya adalah Turki,
sedangkan Al-Farabi sendiri pernah bekerja sebagai hakim.
Pada masa mudanya, Al-Farabi menempuh pendidikan tradisional. Pertama ia
belajar ilmu-ilmu agama, seperti fiqh, hadits, tafsir al-Qur’an, dan ilmu-ilmu
linguistik, seperti bahasa Arab, bahasa Turki dan Persia. Kemudian, Al-Farabi belajar
ilmu-ilmu rasional, seperti matematika dan filsafat, sekalipun pada saat itu minatnya
terhadap ilmu-ilmu rasional belumlah sebesar seperti masa-masa berikutnya. Ketika
minatnya pada ilmu-ilmu rasional meningkat, kemudian Al-Farabi meninggalkan
Negerinya untuk melakukan pengembaraan intelektual, meskipun usianya yang sudah
tidak muda lagi. Kota pertama yang dikunjunginya, yaitu Baghdad yang pada saat itu
sebagai pusat ilmu pengetahuan terbesar, karena pesonanya tidak bisa ditolak oleh
mereka yang haus akan ilmu dan kebenaran. Di kota ini, Al-Farabi merasa bahagia,
karena bisa berjumpa dengan para Sarjana dan penerjemah ilmu yang cukup terkenal.

2. LOGIKA AL-FARABI
Dengan kejelihan dan semangat untuk mencari ilmu, merupakan suatu hal
yang tidaklah sia-sia bagi Al-Farabi, sehingga ia selalu dikenang sepanjang sejarah
keilmuan filsafat bagi umat Islam, bahkan orang Barat pun mengagumi akan keluasan
pemikirannya yang sistemis, selaras dan konsisten.[14] Pemikirannyapun,
mempunyai pengaruh yang jelas terhadap pemikir dan pemikiran filsafat selanjutnya.
Hasil dari pemikiran filsafat Al-Farabi, dijadikan sebagai rujukan dan refrensi bagi
mereka (baca; pemikir Barat dan Timur). Al-Farabi merupakan tokoh filsafat Islam,
karena ia sebagai peletak dasar piramida falsafah dalam Islam, di samping Al-Kindi
sebagai filosof muslim pertama karena Al-Farabi sebagai penerus tradisi intelektual
Al-Kindi. Logika merupakan bagian dari Filsafat, dan salah satu pemikiran filsafat Al
Farabi, yaitu tentang logika.Dalam bukunya, yaitu ‘Ihsa al-Ulum’ (Katalog Ilmu
Pengetahuan), Al-Farabi menguraikan padangannya tentang logika, yaitu sebagai
kaidah-kaidah yang kalau di ikuti, bisa meluruskan pikiran dan membimbing manusia
pada jalan yang tepat, yakni menuju kebenaran dan menjauhkan diri dari atau terjebak
pada jurang kesalahan. Dari penjelasan ini, Al-Farabi memberikan pemahaman
bahwa logika menjadi unsur penting bagi manusia, yaitu untuk berfikir. Berfikir
mengunakan logika, akan memberikan kaidah-kaidah, yang akan meluruskan
pemahaman dan jalan pikiran manusia, serta membimbingnya menuju jalan
kebenaran. Sehingga, berfikir menggunakan logika itu dapat menghidari dan
menjauhkan manusia pada kesalahan yang diakibatkan karena berfikir manusia yang
keliru.Selanjutnya Al-Farabi dengan jelas mengatakan, logika itu membantu kita
dalam membedakan yang benar dari yang salah, menunjukkan cara berfikir yang
benar, dan membantunya dalam membimbing orang lain kearah itu. Untuk
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, berfikir menggunakan logika
sangat dianjurkan, karena berfikir dengan logika akan menuntun dan membimbing
diri dan orang lain ke arah kebenaran yang semestinya. Intinya, berfikir dengan
logika itu sebagai jalan mengantarkan manusia dari kebenaran subyektif menuju
kebenaran obyektif.Logika juga menunjukkan tempat beranjak pemikiran kita, dan
bagaimana melakukannya sedemikian rupa, sehingga kita mampu mencapai
kesimpulan akhir. Sebagaimana pernyataan tersebut, sehingga logika dimaknai
sebagai arah dan batas kemampuan manusia dalam menganalisa sebuah pokok
permasalahan, sehingga manusia itu mampu mencapai titik kesimpulan akhir dari
hasil proses analisa sebuah pokok masalah yang dihadapinya.Menurut Al-Farabi,
logika bukanlah barang hiasan yang tidak perlu, seperti yang sering dikatakan, karena
logika tidak akan pernah bisa tergantikan oleh bakat alamiah. Bagi Al-Farabi, logika
merupakan kaidah-kaidah yang sangat penting pada pikiran manusia, bukan sebagai
cara berfikir yang tidak perlu. Karena pentingnya cara berfikir menggunakan logika,
sehingga logika bagi Al-Farabi tidak pernah bisa tergantikan oleh bakat alamiah
manusia.Selanjutnya, Al-Farabi membandingkan antara logika dan ma’qulat (entitas-
entitas spiritual), dengan tata bahasa dan kata-kata. Bagi Al-Farabi, tata bahasa hanya
berhubungan dengan kata-kata, sedangkan logika berhubungan dengan makna.
Logika dikaitkan dengan kata-kata hanya sejauh kata-kata itu sebagai perwujudan
dari pada makna. Tata bahasa memberi perhatian pada kaidah-kaidah bahasa yang
berbeda-beda, seperti perbedaan bangsa dan ras, sedangkan logika menaruh
perhatiannya pada pikiraan manusia yang selalu sama di mana saja mereka
berbeda.Al-Farabi sangat menekankan aspek-aspek praktis dari logika dan
aplikasinya, dan memberi petunjuk bahwa ma’qulat perlu diuji melalui kaidah-kaidah
logika, seperti halnya dimensi, volume dan massa, yang diuji dengan ukuran.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Logika adalah cara berfikir manusia untuk mencapai sebuah kebenaran,
sehingga kebenaran itu dapat diterima oleh akal manusia. Sebagai kebenaran yang
dihasilkan dari cara berfikir dan pemahaman manusia, kadang benar kadang juga
salah. Oleh karenanya, kebenaran manusia itu bersifat nisbi (relativism), sehingga
manusia perlu untuk menerapkan sikap dan prinsip kenisbian ke dalam (internal
relativism), kerena hakikat kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran Tuhan.
Ini artinya, hanya kebenaran Tuhan-lah yang sifatnya mutlak, selain kebenaran Tuhan
—meskipun mengandung unsur kebenaran di dalamnya—bersifat nisbi, karenanya
kebenarannya pun nisbi belaka.[1]Sedikit untuk mengantarkan pada pembahasan ini,
bahwa logika sebagaimana dikatakan oleh  Al-Farabi, bukanlah barang hiasan yang
tidak perlu, seperti yang sering dikatakan, karena logika tidak pernah akan bisa
tergantikan dengan bakat alamiah
Logika menurut al farabi adalah gamabaran tentang daya imajinasi di
masukkan dalam ilmu logika adalah nuansa yang di bangun al farabi sebagai sebuah
bangunan yang tidak lazim

DAFTAR PUSTAKA

Nurcholish Madjid. (2005). Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta:

Paramadina.Mulyadhi Kartanegara. (2000)

Mozaik Khasanah Islam, Bunga Rampai Dari Chicago. Jakarta:

Paramadina.Sholihan. (2010).

 Pernik-Pernik Pemikiran Filsafat Islam; Dari Al-Farabi Sampai Al-Faruqi.

Semarang: Walisongo Press.Maftukhin. (2012). Filsafat Islam. Yogyakarta:

Teras.

Anda mungkin juga menyukai