Disusun Oleh:
RO’YAL AINI
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AMIN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah umum filsafat islam.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis membuat makalah ini dari kumpulan buku dan internet sebagai pedoman membuat
makalah.
Dalam filsafat islam banyak sekali pengetahuan yang harus kita pelajari untuk dapat
mengetahui tokoh filsafat islam Al Farabi dalam makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih perlu ditingkatkan lagi.Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
membangun sangat diharapkan.
6 Maret 2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................... 2
BAB lI............................................................................................................................... 3
BAB III
A. Kesimpulan................................................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dengan kebudayaannya telah berjalan selama kurang lebih 15 abad. Dalam
perjalanan yang demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang menakjubkan dalam
pemikiran filsafatnya yaitu antara abad ke-7 sampai abad ke-12. Dalam kurung waktu itu,
para filosof Islam memikirkan tentang bagaimana kedudukan manusia dengan sesama,
manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan, dengan menggunakan akal pikirannya.
Mereka berfikir secara sistematis, analitis dan kritis, sehingga melahirkan para filosof Islam
yang memiliki kemampuan tinggi karena kebijaksanaannya.
Filsafat Islam di belahan dunia bagian timur filsafat Islam di belahan dunia barat. Di
antara para filosof Islam di kedua wilayah tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang
berbagai pokok pikiran. Di Timur dikenal beberapa filosof terkemuka, seperti al-Kindi, al-
Farabi dan Ibn Sina. Sedangkan di Barat juga ada beberapa filosof yang terkenal yakni, Ibn
Bajah, Ibn Thufail, dan Ibn Rusyd.
Untuk itu, tulisan ini hanya akan mengulas secara kritis, tentang filsafat metafisika
ketuhanan, konsep akal dan jiwa yang berhubungan dengan pemikiran serta Dapat
mengetahui lebih jelas Bagaimana pemikiran dan siapa al Farabi itu Adapun tujuannya
adalah supaya kita mendapatkan pemahamanyang integral dan menyeluruh antara hubungan
akal-akal dalam filsafat al-Farabi dengan filsafat ketuhanan dan filsafat jiwa dan akal.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa i filosof Al Farabi ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui lebih jelas siapa filosof Al Farabi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara berpikir Al Farabi tentang ketuhanan
3. Kemudian untuk dapat mengetahui pendapat Al Farabi tentang jiwa
4. Dan mengetahui cara berfikir menggunakan pemikiran Al Farabi tentang akal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah geografi Al Farabi
Nama lengkap al-Farabi adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan
Ibnu auzalagh yang bisa di singkat saja menjadi Al Farabi. Dia di lahirkan di wasih Turkistan
pada tahun 257/870 M. Ayahnya adalah seorang jenderal yang berkebangsaan Persia yang
menikah dengan wanita Turkestan atau Turki. Karena itu, al-Farabi kadang dikatakan
seorang keturunan Turki dan kadang juga dikatakan keturunan Persia.Sejak kecil al-Farabi
gemar belajar bahasa, bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turki, dan
Kurdistan. Disamping mempelajari bahasa-bahasa di atas, ia juga mempelajari bahasa Arab
dan bahasa Arablah yang ia gunakan dalam pergaulan sehari-hari, sebagaimana ia belajar dan
mengamalkan ajaran Islam yang dipeluknya dengan penuh keyakinan.
Dalam selang waktu 20 tahun , beliau pergi ke Harran sejak sebelum masa Islam
sudah dikenal sebagai salah satu pusat studi ilmu yang dipelajari al-Farabi baik dengan
bimbingan guru privat atau dalam pertemuan formal di masjid, tidaklah berbeda dengan yang
diberikan kepada anak muslim sebayanya pada saat itu yang basisnya adalah Alquran.dan
filsafat.
Setelah besar, al-Farabi dalam usia 40 THN meninggalkan negerinya menuju kota
Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya. Di
Baghdad, ia belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius (Abu Basyr bin Matta bin
Yunus). Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya pada ilmu logika
(semantik). Selama kurang lebih dua puluh tahun al-Farabi tinggal di Baghdad untuk belajar
ilmu semantik yang akhirnya melebihi kemampuan gurunya dan karena kemampuannya itu
ia dijuluki sebagai “Guru Kedua” dalam ilmu logika setelah Aristoteles yang disebut “Guru
Pertama”. Dan ia juga belajar kaidah2 bahasa Arab.
Pada tahun 330 H ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif ad daulah
suktan di nasti di Aleppo Persahabatan antara al-Farabi dengan Amir Saif al-Daulah sangat
erat sehingga ia ikut mendampingi Amir Saif dalam perjalanan menuju Damaskus pada tahun
339 H/950 M. Pada bulan Rajab 339 H/Desember 950 M, al-Farabi meninggal dunia di
Damaskus pada usia 80tahun. Beliau dimakamkan di pekuburan yang terletak di luar gerbang
kecil kota (al-bab al-shaghir) bagian selatan. Dan pemakamannya dipimpin sendiri oleh Amir
Saif al-Daulah.al-Farabi telah menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap dan memiliki
peranan yang penting dalam dunia Islam .
a. Wajib Al wujud
Yang di maksud wajib Al wujud adalah wujudnya tidak boleh tidak mesti ada,ada
dengan sedirinya iya adalah wujud yang sempurna dan adanya tanpa sebab dan wujud
tidak terjadi karna lainya .ia ada selamanya dan tidak di dahului oleh tiada.iyalah
(Allah )
b. Mukmmin Al wujud
Iayalah wujud yang tidak akan berubah menjadi wujud aktual tanpa adanya wujud yang
menguatkan adanya itu bukan dirinya tetapi adala wajib Al wujud (Allah).
Contoh dari kedu dalil wajib Al wujud dan mukmin Al wujud adalah :ujud cahaya
tidak akan ada tanpa adanya wujud matahari.sedangkan cahaya menurut tabiatnya bisa wujud
dan bisa juga tidak atau di sebut dengan mukmin Al wujud . Tetapi karna matahari sudah
wujud cahaya tersebut menjadi wujud keniscayaan.wujud yang mukmin ini menjadi bukti
tentang adanya Allah (wajib Al wujud).Allah Bagi Al Farabi adalah murni dan esa adanya .
Mengenai potensi-potensi yang dimiliki jiwa manusia, tampak bahwa pandangan al-
Farabi mengikuti pandangan Aristoteles. Dalam salah satu bukunya al-Farabi menerangkan
sebagai berikut: bila telah tercipta seorang manusia maka yang pertama mengaktual pada
jiwanya adalah potensi makan , kemudian potensi indera untuk mengetahui dan merasakan
panas, dingin, rasa, bau, suara dan lain-lain dan bersamaan dengan itu menimbulkan
kecenderungan untuk menyukai atau membenci apa yang dirasakan lewat inderanya. Dan
juga timbul potensi menghayal Selanjutnya bisa teraktual potensi berfikir.dan bagi Al Farabi
jiwa manusia memiliki daya daya :
1. Daya gerak (daya ini yang mendorong untuk makan, memelihara dan berkembang.)
2.Daya mengetahui (daya ini yang mendorong untuk merasa dan berimajinasi)
3 Daya berfikir (data ini yang mendorong untuk berfikir teoritis dan praktis)
Tentang jiwa bahagiya dan sengsara menurut pandangan Al Farabi jika jiwa yang
kenal dengan Allah dan dan melaksanakan perintah Allah maka jiwa ini akan kembali ke
alam nufus (alam kejiwaan )abadi dan bahagiya.Dan jiwa yang kenal Allah, tetapi iya tidak
melaksanakan perintah Allah maka iya kembali ke alam nufus (alam kejiwaan)abadi dengan
kesengsaraan.sementara itu jiwa yang sama sekali tidak kenal Allah dan tidak pernah
melakukan perintah Allah iya akan lenyap.
1. Allah sebagai akal .yang di maksud adalah bahwa Allah yang maha sempurna dan esa.
2.Akal I sampai dengan akal X akal disebut juga oleh al-Farabi sesuatu yang
imateri/rohani), yang pada hakekatnya adalah akal-akal dan sekaligus Maqulat (obyek-
obyek pemikiran)
3.akal yang ada pada diri manusia .yang terdiri dari 3 akal
1.potensial( kemampuan dasar manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT secara
otomatis )
2.akal aktual.akal ini berfungsi untuk memperoleh pe- ngetahuan-pengetahuan yang tidak
diragukan lagi kebenarannya. yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal-hal abstrak
tanpa perlu daya upaya.
3.akal Mustafa Akal inilah yang dapat berhubungan dan menerima limpahan ilmu
pengetahuan dari Akal Aktif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ahmadi, Asmoro, Filsafat Umum. Cet. V. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003.
Ali, Yunasril. Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam. Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Filsafat dalam Islam. Cet. I. Jakarta: Djambatan, 2003.