Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM


“KONSEP KEPENDIDIKAN AL-FARABI”
DOSEN PENGAMPU : IMRON ROSYADI, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
DINA SAFITRI
MITA RAHMA RHOMADONA
NICKEN FIRLIANI PUTRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SULTAN SYARIF HASYIM
SIAK SRI INDRAPURA
T. A 2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam dengan judul “Konsep Pendidikan
Al-farabi”
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Siak, 13 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2
2.1. Riwayat Hidup Al-Farabi ......................................................... 2
2.2. Pendidikan Al-Farabi ................................................................ 3
2.3. Pemikiran Al-Farabi ................................................................. 4
2.4. Karya-Karya Al-Farabi ............................................................ 9
BAB III PENUTUP................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan ................................................................................ 11
3.2. Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Al-Farabi dikenal sebagai peletak sesungguhnya dasar piramida studi
falasafah dalam islam yang sejak ituterus dibangun dengan tekun. Ia terkenal
dengan sebutan guru kedua dan otoritas terbesar setelah panutannya Aristoteles. Ia
termasyhur karena telah memperkenalkan doktrin ”harmonisasi pendapat Plato dan
Aristoteles”. Ia mempunyai kapasitas ilmu logika yang memadai. Beberapa
potongan riwayat hidup Al-Farabi yang terselamatkan sekaligus memenuhin hasrat
intelektualnya. Kita juga mengenal beberapa guru dekatnya dibidang logika dan
filsafah yang membentuk jalinan mata rantai panjang dalam transmisi dalam ajaran
filosofis daro orang Athena sejak zaman Aristoteles hingga orang Baghdad pada
zamannya sendiri untu melengkapi sumber-sumber ini terdapat sejumlah kisah
kehidupan Al- Farabi yang ditulis para sarjana modern. Para peneliti ini, dalam
upaya mendapatkan pemahaman lebih baik tentang berbagai sisi kehidupan,
gagasan dan ajaran al-Farabi, telah melacak mulai dari awal paruh kedua abad ke-
9 guna memperbaiki biografi-biografi tradisional ini dengan menguraikan
kontradiksi tertentu yang tedapat diantara bahan-bahan itu. Mereka juga
melengkapinya dengan data dan sumber informasi baru. Berdasarka hal tersebut
maka akan diuraikan tentang biografi dan pemikiran Al-Farabi dalam makalah ini

1.2. Rumusan Masalah


1.) Bagaimana riwayat hidup al-Farabi?
2.) Bagaimana pendidikan al-Farabi?
3.) Apa saja pemikiran al-Farabi?
4.) Apa saja karya-karya al-Farabi?

1.3. Tujuan Masalah


1.) Dapat menjelaskan riwayat hidup al-Farabi.
2.) Dapat menjelaskan pendidikan al-Farabi
3.) Dapat menjelaskan pemikiran al-Farabi.
4.) Dapat menjelaskan karya-karya al-Farabi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Riwayat hidup al-Farabi


Al- Farabi mempunyai nama lain diantaranya adalah Abu Nashr
Muhammad Ibn Thorkhan Ibn Al- Uzalagh Al- Farabi, dikalangan orang-orang latin
abad pertengahan, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr. Sebenarnya nama
julukan al-Farabi diambil dari nama kota Farab, beliau dilahirkan didesa Wasij di
Distrik Farab (Utara Provinsi Transoxiana, Turkestan) pada tahun 257H (870 M),
kadang-kadang beliau mendapat sebutan orang Turki, sebab ayahnya sebagai orang
Iran menikah dengan wanita Turki. 1
Sangat sedikit yang diketahui tentang Al- Farabi, kebanyakan informasi
biografis tersebut tiga abad setelah wafatnya. Beberapa hal yang dapat kita ketahui
tentang latar belakang keluarga al- Farabi adalah bahwa ayahnya seorang Opsir
tentara pada Dinasti Samaniyyah yang menguasai wilayah Transoxiana wilayah
otonom Bani Abbasiyyah.2 Keturunan Persia (kedatipun nama kakek dan kakek
buyutnya jelas menunjukkan nama Turki). Ayahnya mengabdi pada pangeran-
pangeran Dinasti Samaniyyah.3 Al- farabi meninggal di Damaskus pada bulan
Rajab 339H/ Desember 950M pada usia 80 tahun, dan dimakamkan di luar gerbang
kecil (al-Babal-Saghir) kota bagian selatan.4
Pada masa awal pendidikannya al-Farabi belajar Al-Quran, tata bahasa,
kesusteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir, dan ilmu hadist) dan aritmatika dasar.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bughara. Setelah mendapat
pendidikan awal, al-Farabi belajat logika kepada orang kristen nestorian yang
berbahasa Suryani, yaitu Yuhanna ibn Hailan. Pada masa kekhalifahan Al-
Muta’did tahun 892-902M, al-Farabi dan Yuhanna ibn Hailan pergi ke Baghdad dan
al-Farabi unggul dalam ilmu logika. Al-Farabi selanjutnya banyak memberi
sumbangsihnya dalam penempaan filsafat baru dalam bahasa Arab.

1 A. Mustofa, Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1999, hal. 126


2 Hossein Ziai, Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi,terjemahan. Afif Muhammad. Bandung: Zaman.
1988, hal 23
3 Yamani, Antara al -Farabi dan Khomaini, Filsafat Politik Islam.Bandung : Mizan.2002, hal. 51
4 A. Khudori Sole. Wacana Baru Filasafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.2004, hal.60

2
2.2. Pendidikan Al-Farabi
Sejak kecil Al-Farabi tekun dan rajin belajar, dalam olah kata, tutur bahasa
ia mempunyai kecakapan yang luar biasa. Penguasaan terhadap Iran, Turkistan dan
Kurdistan sangat dia pahami, justru bahasa Yunani dan Suryani sebagai bahasa ilmu
pengetahuan pada masa itu belum ia kuasai. Pendidikan dasarnya ditempuh di
Farab, yang penduduknya bermazhab Syafi’i.5
Nama aslinya, Al-Farabi (Muhammad Ibn Tarkhan Abu Nasr al-Farabi)
dilahirkan di Tannsoxiana di Farab, menjelang akhir abad ke-IX. Bapaknya seorang
kapten bangsa Persia keturunan Turki. Filosof sistematika serta pendiri aliran Neo-
platoisme ini memulai studinya di Damaskus, di kota ini ia banyak membaca buku
Filsafat di malam hari sampai melewati penjaga malam, sedangkan di siang hari ia
bekerja sebagai penjaga kebun. Al-Farabi adalah seorang filosof matematika, ilmu
alam, metafisika, logika dan musik. Ia bahkan dijuluki "guru kedua".
Guru kedua setelah Aristoteles ini (al-Farabi) berhasil menyusun buku tanya
jawab tentang pendidikan tinggi, menyusun pelajaran musik, puisi, tata bahasa
Arab, sejarah, filsafat. Beberapa buku musiknya berisi model ritme dan model
melodi (nagham). Al-Farabi pun adalah seorang sufi. Tak diragukan lagi seorang
sufi adalah seorang yang jujur. Al-Farabi mengatakan bahwa dia menjadi seorang
sufi agar dia mempunyai banyak waktu untuk menulis. Pada saat ia menjadi penjaga
sebuah taman di Damaskus; kemudian juga bekerja di Bai' al-Hikmah, disanalah ia
banyak membaca kitab di bawah cahaya lampu lilin di rumah penjaga taman itu.
Sebagian besar karangannya mengomentari buku-buku karangan Aristoteles dan
Al-Magisti (Al-Magest). Dia menulis buku tentang politik berjudul "As-Siyasah al-
Madinah al-Fadhilah dan buku Al-Musiqa wal Maba fiil Insaniyah.
Karangan lain dari al-Farabi adalah Al-Aghadlu ma Ba'da at-Thabi'ah, Al-
Jam'u baina Ra'yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua Filosof;
maksudnya Plato dan Aristoteles), Tahsil as-Sa'adah (Mencari Kebahagian), Uyun
ul-Masail (Pokok-Pokok Persoalan), Ara-u Ahl-il Madinah al-FadhilahAl.
Farabi menempuh pendidikan dasar di Faryab Khurasan dan melanjutkan ke
Bukhara. Ia kemudian pindah ke Baghdad untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi. Di kota itulah ia mempelajari filsafat dan menguasai beragam cabang ilmu
pengetahuan, seperti kedokteran, sosiologi, matematika, dan sebagainya. Al Farabi
juga belajar bahasa Arab dan Yunani serta menulis sebagian besar bukunya di ibu
kota Irak tersebut.
Setelah tinggal selama 40 tahun di Baghdad, ia kembali ke Turkistan. Di
sanalah ia menghasilkan karya terkenalnya at-Ta'lim ats-Tsani yang membuatnya
mendapat julukan muallim ats-tsani, guru kedua setelah Aristoteles. Ia kemudian

5 A. Khudori Sole. Ibid. hal. 61

3
pergi ke Suriah dan tinggal di Allepo. Ia juga berkunjung ke Mesir dan negara-
negara lain.
Al-Farabi meninggal dunia di Damaskus. Jasadnya dimakamkan di Bab as-
Saghir, berdekatan dengan makam Mu'awiyah, pendiri dinasti Ummayyah. Tak
jelas penyebab kematiannya. Beberapa menyebut ia meninggal begitu saja.
Sebagian sumber lain menyebut ia meninggal karena dirampok dan dibunuh saat
melakukan perjalanan dari Damaskus ke Ascalon. 6

2.3. Pemikiran Al-Farabi


a. Kesatuan Filsafat
Menurut Al-Farabi, pemikiran para filsuf Yunani (khususnya Plato dan
Aristoteles) pada hakikatnya merupakan suatu ksatuan yang sistematik, sehingga
tidak terdapat pertentangan di antara kedua tokoh tersebut. Pemikiran ini di
tuangkan kedalam karyanya, Al-jam’u Bayna Ra’yay al-Hakimyn : Afalton wa
Aristo.
b. Ketuhanan
Menurut Al-Farabi, Tuhan memiliki kedudukan sebagai wajib al wujud (sebab
pertama dari segala wujud makhluk). Maka ke-Esaan serta kesempurnaan wujud
Tuhan tidak mungkin bisa diwujudkan sebagaimana benda atau makhluk biasa.
Karena Tuhan adalah azali yang ke-Esaannya tidak akan pernah dapat dihilangkan.
Dalam pemikirannya, beliau tidak setuju terhadap anggapan bahwa Tuhan lebih
satu dan tidak terbatas karena definisi akan membatasi kemutlakan Tuhan.
Membicaarakan ketuhanan Al-Farabi mengtakan : “Allah adalah wujud yang
tidak mempunyai hole (benda) dan tidak mempunyai form (bentuk) yang sifatnya
asli dan tanpa permulaan, serta selalu ada tiada akhir. Untuk membuktikan
kesempurnaan wujud tuhan, Al-Farabi membagi wujud dalam dua tingkatan yaitu :
Wujud yang ada atau mungkin ada karena di sebabkan yang lainnya,(al-wujud
bighairi) dan Wujud yang mengada dengan sendirinya,( al-wujud binafsihi)
c. Pemikiran Al-Farabi Tentang Konsep Negara
Menurut Al-Farabi komunitas manusia (warga negara) di sebuah negara
adalah salah satu syarat terbentuknya sebuah negara. Oleh sebab itu seorang

6
Gunaldi Ahmad, pemikiran pendidikan islam menurut al-farabi, jurnal of islamic
education: basic and applied research, Vol. 01, No.02, 2020, hlm.51

4
manusia tentunya senantiasa membutuhkan bantuan manusia lain untuk menjalani
kehidupannya.7
PEMIKIRAN FILSAFAT AL-FARABI
Bagi Al-Farabi, tujuan filsafat dan agama adalah sama, yaitu mengetahui semua
wujud. Hanya saja filsafat memakai dalil-dalil yang yakin dan ditujukan kepada
golongan tertentu, sedang agama memakai cara iqna’iy (pemuasan perasaan) dan
kiasan-kiasan serta gambaran untuk semua orang. Pemahaman ini didasarkan pada
pengertian al-farabi tentang filsafat sebagai upaya untuk mengetahui semua yang
wujud karena ia wujud (al-ilm bil maujudat bima hiya maujudah).
a. Filsafat kenabian
Filsafat kenabian dalam pemikiran al-Farabi erat hubungannya dengan
agama. Agama yang dimaksud adalah agama Samawi (langit). Dalam agama Islam
Nabi adalah manusia seperti manusia lainnya. Akan tetapi Nabi diberi kelebihan
oleh Allah akan kemuliaan berupa mukjizat yang tidak dimiliki oleh manusia
lainnya. Maka dalam agama Islam, seorang Nabi adalah utusan Allah yang
mengemban tugas keagamaan. Nabi adalah utusan Allah yang diberikan Al-Kitab
yang dipandang sebagai Wahyu Ilahi. Oleh sebab itu, apa yang diucapkan oleh Nabi
yang berasal dari Allah adalah wahyu, dengan ucapan yang tidak keluar dari
nafsunya sendiri.
Pendapat al-Farabi di atas menunjukkan bahwa antara filosof dan Nabi ada
kesamaan. Oleh karenanya, kebenaran Wahyu tidak bertentangan dengan
pengetahuan filsafat, akan tetapi jika hanya mempelajari filsafat semata tanpa
mempelajari Wahyu (al-Qur’an) ia akan tersesat, karena antara keduanya sama-
sama mendapatkan dari sumber yang sama, yakni Akal Fa’al (Jibril). Begitu pula
mengenai mukjizat yang menjadi bukti ke-Nabian, pendapat al-Farabi, mukjizat
merupakan sebuah kebenaran dari hukum alam karena sumber hukum alam dan
mukjizat sama-sama berasal dari akal Mustafad.
b. Filsafat Politik
Selain sebagai seorang filosof yang berkecimpung dalam dalam kancah
ilmiah, alfarabi juga mencurahkan pemikirannya untuk ikut berpartisipasi dalam
mengurus politik dan ketata-negaraan.Dalam konteks ini filsafat al-Farabi lebih
mengarah kepada pemikiran Plato, Aristotoles dan Ibnu Abi Rabi’, bahwa manusia

7
Al-Farabi,PemikirandanKaryanyaHidayatullah.com
https://hidayatullah.com/artikel/mimbar/2022/11/15/240141/al-farabi-pemikiran-dan-
karyanya.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023, pukul 17.09

5
adalah makhluk sosial, makhluk yang mempunyai kecenderungan alami untuk
bermasyarakat. Hal ini dikarenakan manusia tidak mampu memenuhi segala
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan pihak lain.
Menurut al-Farabi, sebuah Negara yang utama adalah, kategori yang pertama,
yaitu masyarakat yang sempurna (al-Mujtami’ al-Hikmah), yang mana jumlah
keseluruhan bahagian-bahagiannya sudah lengkap, diibaratkan seperti satu anggota
tubuh manusia yang lengkap. Jika salah satu organ tubuh sakit, maka tubuh yang
lain akan merasakannya. Demikian pula anggota masyarakat Negara yang Utama,
yang terdiri dari warga yang berbeda kemampuan dan fungsinya, hidup saling
membantu atau dengan kata lain senasib dan sepenanggungan.
Masing-masing mereka harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan
spesialisasi mereka. Fungsi utama dalam filsafat politik atau pemerintahan al-
Farabi ini adalah fungsi kepala Negara yang serupa dengan fungsi jantung (al-qalb)
di dalam tuuh manusia. Kepala negara merupakan sumber seluruh aktivitas, sumber
peraturan,berani,kuat,cerdas dan pencinta.
c. Filsafat Pendidikan
Al-Farabi dalam sebuah risalahnya menyebutkan bahwa yang pertama
dilakukan dalam pendidikan dan pengajaran adalah dimulai dengan memperbaiki
akhlak. Hal ini dikarenakan orang yang tidak memiliki kepribadian yang baik tidak
mungkin belajar ilmu baik. Alasan yang dikemukan al-Farabi ini berdasarkan
pendapat filsuf Plato “ Sesungguhnya orang yang tidak bersih dan suci tidak dekat
dengan orang yang bersih dan suci “. Menurut Al-Farabi, memperbaiki akhlak tidak
cukup hanya dengan menggunakan perkataan. Akan tetapi hal yang lebih penting
adalah dengan contoh dan perbuatan para pendidik (pendekatan akhlak praktis),
barulah kemudian guru dapat memperbaiki akhlak dan wawasan peserta didiknya. 8
Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Pendidikan al-Farabi
a. Ilmu Pengetahuan.
Al-Farabi memiliki teori tentang pengetahuan, al-Farabi berpendapat bahwa
jendela pengetahuan adalah indera, sebab pengetahuan masuk ke dalam diri
manusia melalui indera. Sementara pengetahuan totalitas terwujud melalui
pengetahuan parsial, atau pemahaman universal merupakan hasil penginderaan
terhadap hal-hal yang parsial. Jiwa mengetahui dengan daya. Dan indera adalah
jalan yang dimanfaatkan jiwa untuk memperoleh pengetahuan kemanusian. Tetapi
pengetahuan inderawi tidak memberikan kepada kita informasi tentang esensi
segala sesuatu, melainkan hanya memberikan sisi lahiriyah segala sesuatu.

8
Andi Alfian. Jurnal Filsaat Islam: Pemikiran Filsafat Al-Farabi. Hlm. 3-8

6
Sedangkan pengetahuan universal dan esensi segala sesuatu hanya dapat diperoleh
melalui akal.
b. Pemikiran Pendidikan al-Farabi.
Konsep ilmu pengetahuan al-Farabi dapat diklasifikasikan pada ranah Filsafat
Pendidikan Islam. Filsafat Pendidikan Islam itu sendiri adalah ilmu yang mengkaji
hakikat dan seluk beluk pendidikan yang bersumber dari al-Qur'an dan as-sunnah,
merumuskan berbagai proses pembelajaran, merumuskan strategi pembelajaran,
kurikulum, dan sistem evaluasi pendidikan dengan landasan yang digali dari ajaran
Islam, serta mengkaji maksud dan tujuan pendidikan Islam yang khusus maupun
yang umum, yang temporal maupun yang eternal.
Dalam Filsafat Pendidikan Islam ada tiga aliran Filsafat Pendidikan Islam.
Ketika satu persatu aliran pendidikan Islam itu di telusuri akan ditemukan ide-ide
pendidikan al-Farabi. Ada tiga aliran Filsafat Pendidikan Islam yakni: Pertama:
Konservatif, Kedua religius/rasional, ketiga aliran Pragmatis
1. Aliran pendidikan konservatif (al-muhafidz), atau aliran pendidikan dalam
rangka memahami Islam. Dalam aliran ini yang terlebih dahulu diajarkan adalah al-
Qur'an dengan memahami tafsirnya serta sekalian ilmu yang berkaitan dengan al-
Qur'an. menegaskan kembali pendapat Muhammad al-Jawad Ridha tentang aliran
pendidikan Islam koservatif ini bahwa, ilmu al- Qur'an merupakan induk segala
ilmu, kemudian dilanjutkan belajar hadits, ulumul hadits, ushul fiqih, nahwu ‘dan
syaraf .
Dalam aliran konservatif ini mereka membagi ilmu itu kepada fardhu ain dan
fardhu kifayah. Yang dimaksud ilmu yang fardhu 'ain adalah ilmu dalam perkara
melaksanakan kewajiban Islam. Dalam hal ini ulama yang menempatkan ilmu itu
guna memelihara agama. Adapun ilmu yang sifatnya fhardu kifayah antara lain
ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran merupakan hal pokok guna kesehatan tubuh.
Begitupun dengan ilmu sosial, ilmu hitung dan lainnya. Sekiranya di dalam satu
wilayah ada seorang saja yang memahami, gugurlah kewajiban menuntut ilmu
tersebut.
Menanggapi mazhab pendidikan ini al-Farabi menjelaskan bahwa manusia
mengalami masa pertumbuhan ,pendidikan agama diikuti dengan pertumbuhan
anggota tubuh dan pikiran. Karena itu dalam pembelajaran harus memperhatikan
fase pertumbuhan tersebut dengan tahap-bertahap jika tidak pemberian pelajaran
yang tidak sesuai masanya akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan
jiwa. Aliran ini dianut beberapa tokoh ahli pendidikan Islam diantaranya Imam al-
Ghazali, Nasir ad-Din At-Thusi ,Ibnu Jama'ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan
Al-Qabisi.

7
2. Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-'Aqlany)
Pada aliran pendidikan ini ilmu tidak saja sebagai pengetahuan namun juga
sebagai terapan jika ilmu sebagai pengetahuan mereka baru menyebut sebagai ilmu
menunjukkan adaya daya al quwwah .Daya atau al-quwah tersebut butuh pada
media yakni tempat. Tempatnya ada pada akal dan jiwa. Pandangan ini dianut oleh
al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih.
Menuru al-Farabi jiwa manusia memiliki beberapa kekuatan.
1. Kekuatan gizi. Kekuatan itu akan ada dan langgeng bila gizi tubuh terpenuhi
dengan cukup.
2. Kekuatan inderawi ,sepert alat perasa, bagi manusia. Misalnya manusia dapat
merasakan hawa panas ,sejuk dan dingin.
3. kekuatan imajinasi rasa sedih dan gembira.
4. Kekuatan mengingat hafalan.
5. Kekuatan daya fikir.
6. Kekuatan dapat meggunakan seluruh potensi akalnya guna bisa membedakan
yang baik dan yang buruk, dan dengan ini manusia dapat mewujudkan apa yang ia
rumuskan sesuai pikiran sesuai akalnya.

Al-Farabi berpendapat bahwa perilaku berfikir adalah perilaku yang dapat


mendatangkan kebahagiaan paling agung bagi manusia. Selain itu, dia berpendapat
bahwa keutamaan-keutamaan merupakan sisi lain. Disini dapat ditemukan bahwa
pemikiran pendidikan Islam al-Farabi terletak pada adanya niat baik yang akan
membawa kepada akhlak yang baik, dari niat baik itu memunculkan teori
kebahagian, kebahagian yang dimaksud adalah ilmu. Al- Farabi berpendapat bahwa
ilmu akan mendatangkan kebahagian.
Selanjutnya al-Farabi berpendapat bahwa bahwa cara mencapai kebahagiaan
setiap individu berbeda-beda, maka ia membutuhkan guru untuk mendidiknya.
Sebagian manusia ada yang tidak begitu membutuhkan bimbingan, tetapi sebagian
besar manusia lainnya sangat membutuhkan petunjuk guru. Dengan demikian ia
harus pergi untuk mendapatkan pengajaran, dan al-Farabi berpendapat bahwa
mengajar berarti menciptakan keunggulan secara umum (spekulatif) bagi negara
dan bangsa, sedangkan pencontohan atau penanaman budi pekerti (ta'dib) adalah
cara untuk menumbuhkan dan membangun moral yang baik dan pengetahuan
tentang seni. juga harus memgetahui tentang sesuatu yang diajarkan kepada
penduduk yang berbeda-beda.
Al-Farabi berpendapat bahwa akhlak pun bisa lahir dari akal, karena akal dapat
membedakan yang baik dan buruk dan ini memang yang menjadi pembeda dengan
ulama-ulama lainnya bahwa akhlak itu lahir dari ilmu-ilmu syariat. Dan memang
dalam filsafatnya al-Farabi sangat terpengaruh dari pandangan Plato bahwa
mengetahi itu pokok keutamaan. Al-Farabi berpendapat bahwa "jiwa itu secara

8
alamiah mempunyai keinginan-keinginan yang bermacam-macam. Kehendaknya
sesuai dengan kadar tanggapan dan bayang-bayang jiwanya. Dalam hal ini manusia
seperti hewan. Namun manusia dengan akalnya mampu Akhlak adalah asas
perilaku. Jadi orang yang tidak baik budinya, pekertinya juga tidak baik. 9

2.4. Karya-Karya Al-Farabi


Karya-karya al-Farabi tersebar di setiap cabang ilmu pengetahuan yang
dikenal dunia pada abad pertengahan. Para bibliografer tradisional menisbahkan
lebih dari seratus karya kepada al-Farabi. Namun karya-karya yang lebih banyak
berbentuk naskah tersebut sebagiannya hanya ditemukan dalam terjermahan tulisan
Ibrani atau Latin dan baru sedikit yang disunting dan diterbitkan. Sehingga sulit
untuk memberikan catatan komprehensif tentang berbagai segi dari karya dan
pemikiran al-Farabi.
Al-Farabi adalah salah seorang filsuf muslim yang produktif menghasilkan
banyak karya tulis di bidang ilmu filsafat berupa buku maupun ulasan essai pendek
yang dipengaruhi oleh falsafah Aristoteles dan beberapa ide Plato. Beberapa karya
Al-Farabi yang menggambarkan tentang kematangannya menguasai ilmu filsafat
adalah Aghrad ma Ba’da al Thabi’ah dan Al-Jam’u Baina Ra’yai al Hakimain yang
mempertemukan serta mengulas pemikiran filsafat Plato serta Aristoteles.
Beliau adalah Filsuf besar muslim yang banyak menyusun karya Filsafat,
bahkan memadukan beberapa kejanggalan-kejanggalan, terutama antara Plato dan
Aristoteles. Pemikiran ini di tulis dalam buku Al-Jam’u Bayna R’yay al-
ahakimayn; Aflaton wa Aristo. Ulasannya yang mendalam terhadap karya
Aristoteles menyebabkan ia di gelar sebagai Aristoteles ke dua (Aristo Al-tsaniy).
Beberapa karya fenomenal Al-Farabi yang lain adalah kitab Risalah al Itsbat
al Mufaraqat, kitab al Siyasat al Madinah al Fadilah, al Musiqa al Kabir, Risalah
Tahsil as Sa’adah, ‘Uyun al Masail, al Madinah al Fadilah, al Ihsha al Ulum yang
konon adalah karya terakhir beliau sebelum wafat serta masih banyak karya yang
lainnya.
Al-Farabi juga merupakan seorang cendekiawan yang mendalami filsafat
Aristoteles, riwayat ini dikuatkan dengan sebuah kisah pada saat Ibnu Sina tidak
mampu memahami isi dari Maqalah fi Aghrad al Hakim fii Kulli Maqalah al
Marsum bi Al Huruf karangan Aristoteles padahal Ibnu Sina telah membacanya
sebanyak 40 kali. Setelah ketidakfahaman Ibnu Sina terhadap karya Aristoteles
tersebut akhirnya beliau berlabuh pada sebuah karya Al-Farabi yang berjudul
Tahqiq Gharad Aristatalis fi Kitab ma Ba’da al Thabi’ah. Kemudian tersingkaplah
‘tabir gelap’ dari isi pemikiran Aristoteles dalam kitabnya Maqalah fi Aghrad al
Hakim fii Kulli Maqalah al Marsum bi Al Huruf.

9Gunaidi Ahmad, Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Al-Farabi, Jurnal of Islamic


Education :Basic and Applied Research, Vol.01, No.02,2020, hal.52-58.

9
Di antara karya-karya Al-Farabi itu adalah :
1. Al-Jami’u Baina Ra’yani Al-Hkiman Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails
(pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles),
2. Tahsilu as Sa’adah (mencari kebahagiaan),
3. As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan),
4. Fususu Al Taram (hakikat kebenaran),
5. Arro’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan),
6. As Syiasyah (ilmu politik),
7. Fi Ma’ani Al Aqli, (makna Berfikir)
8. Ihsha’u Al Ulum (kumpulan berbagai ilmu),
9. Isbatu Al Mufaraqat, (Ketetapan Berpisah)
10. Al Ta’liqat. (Ketergantungan).
Selain karya di atas, karya penting lainnya ialah:
1. Ara’u Ahl Madinah al-fadhilah, kajian tentang politik.
2. Maqalat fi Ma’ani al-Aql, berisi ulasan tentang Akal
3. Al-Ibanah’An Ghadhi Aristo fi Kitabi Ma Ba’da al-Thabi’ah. Berisikan tentang
ulasan mengenai Metafisika Aristoteles.
4. Al-Masa’il al- Falsafiyah wa Ajiwibah’Anha, berisikan tentang kajian Filsafat. 10
Buku al-Farabi yang bejudul “Ihsaul Ulum” merupakan teori keilmuan dan
cabang-cabangnya yang meliputi ilmu Bahasa, matematika, fisika, politik, hukum
dan ketuhanan yang sebenarnya telah pernah dibahas oleh para penulsi lain. Namun
yang membuat buku itu istimewa adalah karena al-farabi mengkaitkan semua
cabang ilmu tersebut dengan teori-teroi keislaman yang ia rangkum dalam dua
cabang ilmu baru, yakni Fiqh (hukum Islam) dan ilmu Kalam yang sangat populer
dibicarakan pada masa itu.

10
Al-Farabi: Biografi, Karya dan Pemikirannya https://an-nur.ac.id/al-farabi-biografi-
karya-dan-pemikirannya/. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2023, pukul 17.50

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al- Farabi mempunyai nama lain diantaranya adalah Abu Nashr
Muhammad Ibn Thorkhan Ibn Al- Uzalagh Al- Farabi, dikalangan orang-
orang latin abad pertengahan, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr.
Sebenarnya nama julukan al-Farabi diambil dari nama kota Farab, beliau
dilahirkan didesa Wasij di Distrik Farab (Utara Provinsi Transoxiana,
Turkestan) pada tahun 257H (870 M), kadang-kadang beliau mendapat
sebutan orang Turki, sebab ayahnya sebagai orang Iran menikah dengan
wanita Turki
Al- Farabi adalah seorang filosof muslim dalam arti yang
sebenarnya. Ia telah menciptakan sistem filsafat yang relatif lengkap, dan
telah memainkan peranan penting dalam perkembangan pemikiran filsafat
didunia islam. Ia menjadi anutan/guru dari filosof-filosof islam sesudahnya,
seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rasyd.
B. Saran
Demikianlah makalah dari kami, dan kami merasa bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dalam penyajian makalah kami ini. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aminn.

11
DAFTAR PUSTAKA

A.Mustofa, Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Hossein Ziai, Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi,terjemahan. Afif Muhammad.


Bandung: Zaman. 1988.

Yamani, Antara al-Farabi dan Khomaini, Filsafat Politik Islam.Bandung :


Mizan.2002.

A.Khudori Sole. Wacana Baru Filasafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.2004.

Gunaldi Ahmad, pemikiran pendidikan islam menurut al-farabi, jurnal of islamic


education: basic and applied research, Vol. 01, No.02, 2020.
Al-Farabi,PemikirandanKaryanyaHidayatullah.com
https://hidayatullah.com/artikel/mimbar/2022/11/15/240141/al-farabi-
pemikiran-dan-karyanya.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023,
pukul 17.09
Andi Alfian. Jurnal Filsaat Islam: Pemikiran Filsafat Al-Farabi.

12

Anda mungkin juga menyukai