Anda di halaman 1dari 31

MENGENAL ULAMA TOKOH MADZHAB EMPAT

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Madzhab
Dosen pembimbing: Dr. H Masraf, MA

Oleh:
Kelompok 7
Ahmad Fauzi (21.01.00.015)
Lulu Hasanah (20.01.00.030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH JAKARTA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ALMAHBUBIYAH
JAKARTA 2023 M / 1445 H

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Terima kasih juga terhadap pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian Mata Kuliah Perbandingan Madzhab, yang meliputi tugas nilai
kelompok. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan
dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dalam penyusunan kata, tanda baca, serta materi yang terdapat dalam
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami
sebagai penulis, dan bagi semua pembaca. Dan juga kami meminta kritik atau
saran agar bisa sama-sama belajar lebih baik lagi.

Jakarta, 2 Desember 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................2

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Hanafi................................................3

B. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Maliki............................................7

C. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Syafi’i.........................................13

D. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Hambali.................................................18

BAB III PENUTUP........................................................................................12

A. Simpulan.......................................................................................................12

B. Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan, Pertama, dalam Islam
terdapat empat mazhab fiqih yang terkenal. Urutannya: Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hanbali. Inilah mazhab yang terkenal dalam fiqih Islam.
Kedua walaupun sudah ada ada empat mazhab tidak berarti bahwa
semua syariat Islam itu telah dibiarakan oleh ke empat mazhab tersebut.
Ini berarti, belum tentu pendapat di luar empat mazhab itu secara
sistematis salah. Salah atau tidak mesti menggunakan pijakan dan
patokan yang sudah disepakati yaitu quran dan hadits. ketiga, barangkali
ada baiknya ikhwanfillah mengetahui, mengapa hanya empat mazhab
karena hanya empat mazhab yang lolos dari seleksi alam. Mengapa bisa
lolos, sebab imam dari ke empat mazhab ini mempunyai pengikut murid
yang rajin mencatat perkataan imamnya yang terus menerus diwariskan
hingga sampai kepada kita. Imam yang diwariskan ilmu dari imam yang
empat itu belum tentu kadarnya keimanannya di bawah imam yang
empat, banyak diantaranya yang juga sangat pandai. namun pendapat
mereka akhirnya dinisbatkan kepada pemberi pendapat yang yang
pertama, yaitu imam yang pertama.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang imam hanafi?
2. Bagaimana sejarah dan latar belakang imam maliki?
3. Bagaimana sejarah dan latar belakang imam syafi’i?
4. Bagaimana sejarah dan latar belakang imam hambali?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang imam hanafi
2. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang imam maliki
3. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang imam syafi’i
4. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang imam hambali
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Hanafi
1. Tahun Kelahiran dan Meninggalnya Imam Hanafi
Dalam beberapa literatur tentang sejarah imam Hanafi disebutkan
bahwa namanya adalah Al-Numan bin Tsabit bin Marzaban Al-Farisy
biasa dipanggil imam Hanifah, gelarnya Al Imam Al-Az‟ham (Imam
Besar), dan terkenal dengan sebutan Imam ahli Alra‟yi (Imam Ahli
Logika).1 Ayah imam Hanafi bernama Tsabit, seorang pedagang sutra
dikota kuffah. Kakek beliau bernama AlZutha penduduk asli Kabul, ia
pernah menjadi tawanan dalam satu peperangan lalu dibawah ke kuffah
sebagai budak.2 Abu hanifah dilahirkan pada tahun 80 Hijrah
bersamaan (659 Masehi). Sebagaian para ahli sejarah mengatakan
bahwa ia dilahirkan pada tahun 61 Hijrah ; pendapat ini sangat tidak
mendasar, karena yang sebenarnya ialah pada tahun 80 Hijrah (659 M)
menurut pendapat yang pertama.3 Kemudian Imam Hanafi meninggal
dunia pada tahun 150 Hijrah dan ada beberapa pendapat yang berbeda
tentang tarikh ini, di antara mereka ada yang mengatakan bahwa beliau
meninggal pada tahun 151 dan 153 Hijrah, pendapat yang lebih kuat
ialah beliau meninggal pada tahun 150 Hijrah. Imam An-Nawawi
berpendapat : beliau meninggal dunia ketika dalam tahanan.
Diceritakan bahwa sebelum Imam Hanafi menghembuskan nafas
terakhir, ia berpesan (wasiat) supaya mayatnya dikebumikan di tanah
perkeburan yang baik beliau maksudkan dengan tanah yang baik, yaitu

1
Syaikh Muhammad Sa‟id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah
(Jakarta:Pustaka AlKautsar, 2007), h. 337
2
Eni Wahyuni, Iqrar Sebagai Alat Bukti Dalam Memutuskan Perkara Zina
(Tela‟ah Pendapat Mazhab)
3
Ahmad Asy-syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab (Jakarta:
Amzah, 2011), h.14
3
4

yang tidak dirampas oleh seorang raja atau ketua negeri.4


2. Keturunan Imam Hanafi
Keturunan dari Imam Hanafi ialah Annu‟man dan keturunan
beliau selanjutnya adalah sebagaimana di bawah ini: Tsabit, Zuta,
Maah, Muli-Taimullah dan akhirnya Ta‟labah, ahli sejarah ada pula
yang berpendapat bahwa imam Hanafi berasal dari bangsa Arab suku
(Bani) Yahya bin Asad dan ada pula yang mengatakan ia berasal dari
keturunan Ibnu Rusyd Al-Ansari. Pendapat tersebut di atas tidak benar
dan yang benar ialah beliau adalah keturunan dari bangsa Persia.
Sebagai buktinya keturunan beliau adalah sebagai berikut: Annu‟man,
Tsabit, Nu‟man, AlMarzuban. Al-Marzuban ialah perkataan persi yang
berarti ketua kaum persi (merdeka). Sebagai bukti yang kedua pulah
ialah disebabkan perkataan Zuta ada di antara susunan keturunan
beliau. Perkataan Zuta ialah perkataan bangsa asing (Ajam). Ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ia termasuk golongan orang-orang
yang diceritakan oleh hadits Rasulullah, yang berarti: jika ilmu
pengetahuan tertentu kepada hartawan saja maka semua orang persi
pasti akan berilmu pengetahuan.5
3. Pendidikan dan Karya Imam Hanafi
Imam Hanafi tinggal di kota Kufah di irak. Kota ini terkenal
sebagai kota yang dapat menerima perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Ia seorang yang bijak dan gemar ilmu pengetahuan.
Ketika ia menambah ilmu pengetahuan, mula-mula ia belajar sastra
bahasa Arab. Karena ilmu bahasa, tidak banyak dapat digunakan akal
(pikiran) ia meninggalkan pelajaran ini dan beralih mempelajari fiqih.
Ia berminat pada pelajaran yang banyak menggunakan pikiran. Di
4
Ibid, h. 69
5
Ahmad Asy-syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab (Jakarta:
Amzah, 2011), h. 14-15
5

samping mempelajari pendidikan ilmu fiqih, beliau sempat juga


mempelajari pendidikan ilmu-ilmu yang lain, seperti tauhid dan
lainlain. Di antara beberapa buku kajiannya antara lain: Al-Fiqhul
Akbar, Al-Rad Ala Al-Qadariah dan Al‟Alim Wal-Muta‟allim. Beliau
berpaling untuk memperdalam dalam ilmu pengetahuan karena
menerima nasihat seorang gurunya bernama Al-Sya‟ab.6 Diantara
Guru-Guru Imam Hanafi Imam Hanafi terkenal sebagai seorang yang
alim dibidang Ilmu Fiqih dan Tauhid. Menurut sebagian ahli sejarah
bahwa beliau mempelajari Ilmu Fiqih dari Ibrahim, Umar, Ali bin Abi
Thalib, Abdullah bin Mas‟ud dan Abdullah bin Abbas. Di antara
gurugurunya ialah Hamad bin Abu Sulaiman al-Asy‟ari. Beliau banyak
sekali memberi pelajaran kepadanya. Imam Hanafi telah mendapat
kelebihan dalam Ilmu Fiqih dan juga Tauhid dari gurunya.Imam Hanafi
juga belajar kepada Hasan Bashri di Bashrah, Atha‟ bin Rabbah di
Makkah, Sulaiman dan Salim di Madinah. Dengan demikian Imam
Hanafi banyak guru pada masa itu.
4. Metode Yang Digunakan Imam Hanafi Dalam Menetapkan Hukum
Islam
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah satu-satunya sumber tempat berpegang
teguh bagi umat islam. Oleh karena apa pun yang terjadi, umat
islam harus mengembalikan kepada al-Qur‟an sebab dari al-
Qur‟an tersebut bisa mendapat hukum, baik secara hafal dan
makna. Semua mazhab yang ada pun sepakat bahwa al-Qur‟an
adalah dalil dan sumber utama yang dijadikan rujukan andai
kata suatu masalah terjadi. Mengenai hal ini, Ibn Hazam Azh-
Zhahiry pernah berkata, “Semua bab Fikih, tidak ada satu bab

6
Ibid, h, 17.
6

pun, kecuali ada dasarnya dalam al-Qur‟an dan sunnah


menjelaskan hal tersebut.”
b. Al-Hadits
Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah al-Qur‟an
sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah :“Ketahuilah,
sesungguhnya aku diberi al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa
dengannya.” -yakni Al-Hadits, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan
yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130) . Sudah menjadi
kesepakatan seluruh kaum muslimin pada generasi awal,
bahwa Al-Hadits atau As-Sunnah merupakan sumber kedua
dalam syari‟at Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik
dalam perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan,
maupun dalam urusan hukum, politik, pendidikan dan
lainnya.7
c. Aqwalush Shahabah (Perkataan Sahabat)
Para sahabat itu adalah termasuk orang yang membantu
menyampaikan risalah Allah, mereka tahu sebab-sebab
turunnya ayatayat al-Qur‟an (walaupun tidak semua sahabat
mengetahuinya), mereka lama bergaul dengan Rasulullah,
sehingga mereka tahu bagaimana kaitan Hadits nabi dengan
ayat-ayat al-Qur‟an yang diturunkan itu. Perkataan sahabat
memperoleh posisi yang kuat dalam pandangan Imam Hanafi,
karena menurutnya adalah orang-orang yang membawa ajaran
Rasul sesudah generasinya. Dengan demikian, pengetahuan
dan pernyataan keagamaan mereka lebih dekat pada kebenaran

7
http: blogspot.co.id Pengertian-Al-Hadits-As-Sunnah.html Di akses tanggal 27
november 2023 jam 22.04
7

tersebut. Oleh sebab itu pernyataan hukum mereka dikutip


untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Ketetapan
sahabat ada dua bentuk, yaitu ketentuan hukum yang
ditetapkan dalam bentuk ijmak dan ketentuan hukum dalam
bentuk fatwa.
d. Ijma
Dari segi kebahasaan, kata ijma‟ mengandung dua arti.
Pertama, bermakna “ketetapan hati terhadap sesuatu”.
Pengertian ijma‟ dalam kenteks makna ini ditemukan, antara
lain, ucapan Nabi Nuh kepada kaumnya. Artinya: maka
kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah
keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk
membinasakan ku). (S.Yunus: 71).
B. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Maliki
1. Kelahiran Imam Maliki
Imam Malik adalah imam kedua dari imam empat dalam islam
dari segi umur beliau lahir 13 tahun sesudah Abu Hanifah. 8 Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn
Abi Amir Ibn Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin
Haris al-Asbahi al-Humairi. Beliau merupakan imam dar Al-Hijrah.
Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah dari
suku Quraisy. Malik adalah saudara Utsman bin Ubaidillah At-
Taimi, saudara Thalhah bin Ubaidillah.9 Beliau lahir diMadinah
tahun 93 H, beliau berasal dari keturunan bangsa Himyar, jajahan

8
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1993), cet, II, h. 71
9
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2006), Cet. I, h.260
8

Negeri Yaman.10 Ayah Imam Malik adalah Anas Ibn Malik Ibn Abi
Amir Ibn Abi Al-Haris Ibn Sa’ad Ibn Auf Ibn Ady Ibn Malik Ibn
Jazid.4 Ibunya bernama Siti Aliyah binti Syuraik Ibn Abdul
Rahman Ibn Syuraik Al-Azdiyah. Ada riwayat yang mengatakan
bahwa Imam Malik berada dalam kandungan ibunya selama 2 tahun
ada pula yang mengatakan sampai 3 tahun. Imam Malik Ibn Anas
dilahirkan saat menjelang periode sahabat Nabi SAW di Madinah.
Tidak berbeda dengan Abu Hanifah, beliau juga termasuk ulama
zaman, ia lahir pada masa Bani Umayyah tepat pada pemerintahan
Al- walid Abdul Malik ( setelah Umar ibn Abdul Aziz) dan
meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman
pemerintahan Al-Rasyud (179 H). Imam Malik menikah dengan
seorang hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki (Muhammad,
Hammad dan Yahya) dan seorang anak perempuan (Fatimah yang
mendapat julukan Umm al-Mu’minin). Menurut Abu Umar,
Fatimah temasuk di antara anak-anaknya yang dengan tekun
mempelajari dan hafal dengan baik Kitab al-Muwatta’
2. Kehidupan Imam Maliki
Setelah ditinggal orang yang menjamin kehidupannya, Imam Malik
harus mampu membiayai barang daganganya seharga 400 dinar
yang merupakan warisan dari ayahnya, tetapi karena perhatian
beliau hanya tercurah kepada masalah-masalah keilmuan saja
sehingga beliau tidak memikirkan usaha dagangnya, akhirnya
belaiu mengalami kebangkrutan dan kehidupan bersama
keluarganya pun semakin menderita.11 Selama menuntut ilmu Imam

10
Huzaemah Thido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab, ( Jakarta; Logos,
1997), cet. I, h. 103
11
Abdur Rahman Asy-Syarqawi, Riwayat 9 Imam Fiqih, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2000), cet. I, h. 278
9

Malik dikenal sangat sabar, tidak jarang beliau menemui kesulitan


dan penderitaan. Ibnu Al-Qasyim pernah mengatakan “Pendritaan
Malik selama menuntut ilmu sedemikian rupa sampai-sampai ia
pernah terpaksa harus memotong kayu atap rumahnya, kemudian di
12
jual di pasar. Setelah Imam Malik tidak dapat lagi mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya kecuali dengan mengorbankan tekad
menuntut ilmu, mulailah Imam Malik menyatakan seruannya
kepada penguasa, agar para ahli dijamin dapat mencurahkan waktu
dan tenaga untuk menekuni ilmu yaitu dengan memberi gaji atau
penghasilan lain untuk menjamin kehidupan mereka. Namun tak
ada seorang pun pengusaha yang menghiraukan seruan Imam
Malik. Karena pada saat itu Daulah Umayyah sedang sibuk
memperkokoh dan menetapkan kekuasannya, mereka sedang
menarik simpati para ilmuan yang tua bukan yang muda. Hingga
akhirnya secara kebetulan Imam Malik bertemu dengan pemuda
dari mesir yang juga menuntut ilmu, pemuda itu bernama Al-Layts
Ibn Sa’ad dan keduanya saling mengagumi kecerdasan masing-
masing. Hingga timbulah semangat persaudaran atas dasar saling
menghormati.
3. Pendidikan Imam Maliki
Imam Malik terdidik dikota Madinah pada masa pemerintahan
Kholifah Sulaiman Ibn Abdul Malik dari Bani Umayyah, pada
masa itu masih terdapat beberapa golongan pendukung islam antara
lain sahabat Anshar dan Muhajirin. Pelajaran pertama yang
diterimanya adalah al-Qur’an yakni bagaiman cara membacanya,
memahami makna dan tafsirnya. Beliau juga hapal al-Qur’an diluar

12
Abdullah Musthofa al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah,
(Yokyakarta: LPPPSM, 2000), cet. I, h. 79
10

kepala. Salain itu beliau juga mempelajari hadts Nabi SAW,


Sehingga belaiau dapat julukan sebagai ahli Hadts. Sejak masa
kanak-kanak Imam Malik sudah terkenal sebagai ulam dan guru
dalam pengajaran islam. Kakeknya yang senama dengannya,
merupakan ulama hadts yang terkenal dan dipandang sebagai
perawi hadts yang hidup samapi Imam Malik berusis 10 tahun. Dan
pada saat itupun Imam Malik sudah mulai ersekolah, dan hingga
dewasa belaiu terus menuntut ilmu. Imam Malik mempelajari
bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu Hadts, Al-
Rad al-Ahlil Ahwa Fatwa, fatwa dari para sahabat-sahabta dan ilmu
fiqih ahli ra’yu (fikir).Selain itu sejak kecil belaiau juga telah hafal
al Qur’an. Hal itu beliau lakukan karena senantiasa beliau
mandapatkan dorongan dari ibundanya agar senantiasa giat
menuntut ilmu.
Guru guru imam maliki Saat menuntuk ilmu Imam Malik
mempunyai banyak guru. Dalam kitab “Tahdzibul Asma wa
Lughat” mengatakan bahwa Imam Malik pernah belajar kepada
900 syeikh, 300 diantaranya dari golongan tabi’in dan 600 lagi dari
golongan tabi’it tabi’in.15 Guru-guru Imam Malik adalah Orang-
orang yang dia pilih, dan pilihan imam didasarkan kepada
ketaatannya beragama, ilmu fikihnya, cara meriwayatkan hadts,
syarat-syarat meriwayatkan dan mereka adalah orang-orang yang
bisa dipercaya. Imam Malik meninggalkan perawi yang banyak
mempunyai hutang dan suka mendamaikan yang mana riwayat-
riwayat mereka tidak dikenal. Adz-Dzahabi berkata, “untuk
pertama kalinya malik mencari ilmu pada yahun 120 Hijriyah,
yaitu tahun dimana Hasan Al-Basri meninggal. Malik mengambil
hadts dari nafi’ yaituorang yang tidak bisa ditinggalkannya dalam
11

periwayata.
4. Metode Istimbat Imam Maliki
Imam Malik merupkan imam mazhab yang memiliki perbedaan
Istimbat hukum dengan imam mazhab lainnya. Imam Malik
sebenarnya belum menuliskan dasar-dasar fiqhiyah yang
menjadikan pijakan dalam berijtihad, tetapi pemuka- pemuka
maszhab ini, murid-murid Imam Malik dan generasi yang muncul
sesudah itu, mengumpulkan dasar-dasar fiqhiyah Imam Malik
kemudian menulisnya. Dasar-dasar fiqhiyah itu kendatipun tidak
ditulis sendiri oleh Imam Malik, akan tetapi mempunyai
kesinambungan pemikiran, paling tidak beberapa isyarat itu dapat
dijumpai dalam fatwa-fatwa Imam Malik dalam bukunya
“almuwatha’ ”. dan dalam almuawatha’ , secara jelas Imam Malik
menerangkan bahwa dia mengambil “tradisi orang-orang Madinah”
sebagai salah satu sumber hukum setelah al-Qur’an dan as-sunnah.
Bahkan ia mengambil hadis munqathi’ dan mursal selama tidak
bertentangan dengan tradisi orang-orang Madinah.
Secara garis besar, dasar-dasar Imam Malik dalam menetapkan
suatu hukum dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan bahasa Arab yang di riwayatkan secara
mutawatir dan tertulis dalam mushaf.
b. Sunnah (Hadts)
Ialah segala perakataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan) Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum.27 Dalam
mengambil hukum, Imam Malik mengikuti cara yang
dilakukan dalam mengambil hukum di dalam al-Qur’an.
12

Beliau lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam


sunnah dari pada dhahir sunnah ( sunnah Mutawatir atau
masyhur)
c. Amal Ahli Madinah
Mazhab maliki memberikan kedudukan yang penting bagi
perbuatan orang-orang Madinah, sehingga kadang-kadang
mengenyampingkan hadts ahad, karena amalan ahli Madinah
merupakan pemberitaan oleh jama’ah sedangkan hadts ahad
merupakan pemberitaan perorangan.
d. Fatwa sahabat
Fatwa sahabat merupakan fatwa yang berasal sahabat besar
yang didasarkan pada al-naql. Dan fatwa sahabat itu berwujud
hadts yang wajib diamalkan, karena menurut Imam Malik
sahabat tersebut tidak akan memberikan fatwa kecuali atas
dasar apa yang dipahami dari rasulullah SAW, dalam hal ini
Imam Malik mensyaratkan fatwa sahabat tersebut harus tidak
bertentangan dengan hadts marfu.
e. Qiyas,
Isthisan Qiyas merupakan menghubungkan suatu kejadian
yang tidak ada nash kepada kejadian lain yang ada nashnya,
dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nashnya karena
adanya kesamaan dua kejadian itu didalam “illat hukum’.
f. Maslaha Mursalah
Maslahah Mursalah yaitu memilihara tujuan-tujuan syara’
dengan jalan menolak segala sesuatu yang menolak mahluk
g. Istihsan
Selanjutnya metode Istihsan hukum yang digunakan Imam
Malik adalah Maslahah yang bersifat umum bukan sekedar
13

Maslahah yang hanya berlaku untuk orang tertentu.


h. Zadd al-zarai’ Imam Malik menggunakan zadd al-zarai’ sebagai
landasan dalam menetapkan hukum, karena menurutnya semua
jalan atau sebab yang menuju kepada yang haram atau larangan,
hukumnya haram. Dan semua jalan atau sebab yang menuju
kepada yang halal, halal pula hukumnya.
C. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Syafi’i
1. Riwayat Hidup Imam Syafi‟i
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad ibn Idris ibn
al- Abbas ibn Utsman ibn Syafi‟ ibn al-Sa‟ib ibn Ubaid ibn Abd
Yazid ibn Hasyim ibn Abd al-Muthalib ibn Abd Manaf.1 Lahir di
Ghazzah, Syam (masuk wilayah Palestina) pada tahun 150 H/767 M.
kemudian dibawa oleh ibunya ke Makkah, yang tidak lain merupakan
tanah para leluhurnya. Syafi‟i kecil tumbuh berkembang di kota itu
sebagai seorang yatim dalam pangkuan ibunya. Semasa hidupnya, ibu
Imam Syafi‟i adalah seorang ahli ibadah, sangat cerdas, dan dikenal
sebagai seorang yang berbudi luhur.13Imam Syafi'i dengan usaha
ibunya telah dapat menghafal al-Qur'an dalam umur yang masih
sangat muda (9 tahun) dan umur sepuluh tahun sudah hafal kitab al-
Muwattha' karya Imam Malik. Kemudian ia memusatkan perhatian
menghafal hadis. Imam Syafi‟i belajar hadis dengan jalan
mendengarkan dari para gurunnya, kemudian mencatatnya. Di
samping itu ia juga mendalami bahasa Arab untuk menghindari
pengaruh bahasa „Ajamiyah yang sedang melanda bahasa Arab pada
saat itu, untuk pergi ke daerah Huzail untuk belajar bahasa selama

13
10Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i 1, terj. Muhammad Afifi, Abdul Hafiz,
(Jakarta: Almahira, 2010), h. 6
14

sepuluh tahun.14 Imam Syafi‟i belajar pada ulama-ulama Mekkah,


baik pada ulamaulama fiqih, maupun ulama-ulama hadits, sehingga ia
terkenal dalam bidang fiqh dan memperoleh kedudukan yang tinggi
dalam bidang itu. Gurunya Muslim Ibn Khalid al-Zanji,
menganjurkan supaya Imam Syafi’i bertindak sebagai mufti. Imam
Syafi‟i pun telah memperoleh kedudukan yang tinggi itu namun ia
terus juga mencari ilmu.15 Sampai kabar kepadanya bahwa di
Madinah al-Munawwarah ada seorang ulama besar yaitu Imam
Malik, yang memang pada masa itu terkenal di mana-mana dan
mempunyai kedudukan tinggi dalam bidang ilmu dan hadits. Imam
Syafi‟i ingin pergi belajar kepadanya, akan tetapi sebelum pergi ke
Madinah ia lebih dahulu menghafal al-Muwatha‟, susunan Imam
Malik yang telah berkembang pada masa itu. Kemudian ia berangkat
ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik dengan membawa
sebuah surat dari gubernur Mekkah. Mulai ketika itu ia memusatkan
perhatian mendalami fiqh di samping mempelajari Muwatha‟. Imam
Syafi‟I mengadakan dialog dengan Imam Malik dalam
masalahmasalah yang difatwakan Imam Malik.16 Pada tahun 195 H,
beliau pergi ke Baghdad selama dua tahun, untuk mengambil ilmu
dan pendapat dari murid-murid Imam Abu Hanifah, bermunādharah
dan berdebat dengan mereka, kemudian kembali ke Makkah. Pada
tahun 198 H. beliau pergi lagi ke Baghdad hanya sebulan lamanya,
dan akhirnya pada tahun 199 H, beliau pergi ke Mesir dan memilih
kota terakhir untuk tempat tinggalnya untuk mengajarkan Sunnah dan
al-Kitab kepada khalayak ramai. Jika kumpulan fatwa beliau ketika di
14
Indal Abror, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 286.
15
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 28.
16
TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab,
(Semarang:Putaka Rizki Putra, 1997), h. 480 – 481
15

Baghdad disebut dengan qaul qadīm, maka kumpulan fatwa beliau


selama di Mesir dinamakan dengan qaul jadīd. Imam Syafi‟i wafat
diusia 50 tahun, selepas sholat maghrib pada malam Jum‟at akhir
bulan Rajab tahun 204 H. Jenazah beliau kemudian dikebumikan
pada hari Jum‟at tahun 204 H di Mesir, dikuburkan dimana bani
Zahroh berada.
2. Guru-Guru Imam Syafi‟i
Beliau mengawali mengambil ilmu dari ulama-ulama yang
berada dinegerinya, di antara mereka adalah:
a. Muslim bin Khalid Az-Zanji mufti Makkah
b. Muhammad bin Syafi‟ paman beliau sendiri
c. Kakeknya Imam Asy-Syafi`i
d. Sufyan bin Uyainah
e. Fudhail bin Iyadh, serta beberapa ulama yang lain.
Demikian juga beliau mengambil ilmu dari ulama-ulama Madinah di
antara mereka adalah:
1) Malik bin Anas
2) Ibrahim bin Abu Yahya Al Aslamy Al Madany
3) Abdul Aziz Ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Ja‟far dan
Ibrahim bin Sa‟ad serta para ulama yang berada pada tingkatannya.
Beliau juga mengambil ilmu dari ulama-ulama negeri Yaman
diantaranya;
1) Mutharrif bin Mazin
2) Hisyam bin yusuf AlQadhi, dan sejumlah ulama lainnya.
Dan di Baghdad beliau mengambil ilmu dari:
a) Muhammad bin Al Hasan, ulamanya bangsa Irak,
beliau bermulazamah bersama ulama tersebut, dan
mengambil darinya ilmu yang banyak.
16

b) Ismail bin Ulayah.


c) Abdulwahab Ats-Tsaqafy, serta yang lainnya.
3. Murid-Murid Imam Syafi‟i
Beliau mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi
tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling
menonjol adalah:
a. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih
dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin
b. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za‟farani
c. Ishaq bin Rahawaih
d. Harmalah bin Yahya
e. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
f. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya.
4. Karya-karya Imam Syafi‟i
Imam Syafi'i termasuk orang yang alim juga sebagai seorang
penya’ir, sehingga banyak syair-syair yang beliau tulis dan
yangterpenting beliau termasuk seorang yang banyak sekali
mengarang kitab,dan semua karangannya itu sampai sekarang masih
banyak kita jumpai.Imam Syafi'i dalam mengarang kitabnya berada
di dua tempat yaitu di Mesir dan di Baghdad, di Mesir disusun
semua kitab-kitabnya itu menjadi satu kitab yang disebut dengan
Qaul Jadid, sedangkan di Baghdad kitab-kitab yang disusun disebut
dengan Qaul Qadim.17 Adapun karya beliau yang paling besar dan
menjadi pedoman bagi kaum muslimin sekarang, diantaranya
adalah:
a. Al-Umm.
17
Abdurrahman, Perbandingan Madzhab-Madzhab, (Bandung: CV. Sinar Baru,
1986), h. 31
17

Dalam format kitab al-Umm yang dapat ditemui pada masa


sekarang terdapat kitab-kitab lain yang dibukukan dalam satu kitab
al-Umm diantaranya adalah: Al-Musnad, berisi sanad Imam Syafi’i
dalam hadis-hadis Nabi dan juga untuk mengetahui ulama-ulama
yang menjadi guru Imam Syafi’i, Khilāfu Mālik, berisi bantahan
bantahannya terhadap Imam Malik gurunya, Al-Radd Muhammad
Ibn Hasan, berisi pembelaanya terhadap mazhab ulama Madinah
dari serangan Imam Muhammad Ibn Hasan, murid Abu Hanifah, Al-
khilāfu Ali wa Ibn Mas‟ud, yaitu kitab yang memuat pendapat yang
berbeda antara pendapat Abu Hanifah dan ulama irak dengan Ali
Abi Thalib dan Abdullah Bin Mas‟ud, Sair al-Auza‟i, berisi
pembelaanya atas Imam al-Auza‟i dari serangan Abu Yusuf, Ikhtilāf
al-Hadīts, berisi keterangan dan penjelasan Imam Syafi‟i atas hadis-
hadis yang tampak bertentangan, namun kitab ini juga ada yang
tercetak sendiri, Jimā‟ al-„Ilmi, berisi pembelaan Imam Syafi‟I
tehadap sunnah Nabi SAW.
b. Kitab Ar-Risalah.
Kitab Ar-Risālah adalah karya monumental Imam Syafi‟i
yang dikenal sebagai kitab pertama dalam ushul fiqih, didalamnya
banyak membahas rumusan-rumusan yang berkaitan dengan ilmu
hadis. Kitab ini merupakan karya Imam Syafi‟i atas permintaan
Abdurrahman bin Mahdi yang berkaitan dengan penjelasan
maknamakna al-Qur‟an, dan menghimpun beberapa khabar, ijma’
dan penjelasan tentang nasikh dan mansukh dalam al-Qur‟an dan
sunnah. Dan juga atas dorongan dari Ali bin al-Madani agar Imam
Syafi’i memenuhi permintaan Abdurrahman bin al-Mahdi. Atas
permintaan dan dorongan itulah Imam Syafi‟i menulis kitab Ar-
18

Risālah ini.18
c. Kitab Sunan al-Ma‟tsuroh
d. Kitab Musnad
e. Kitab Al-Aqidah
f. Kitab Usul al-din wa masa’il al-sunnah
g. Kitab Ahkam al-Qur‟an
h. Kitab Al-sabaq wa al-ramyu
i. Kitab Washiyah
j. Kitab Al-hujjah
k. Kitab Al-fikr al-akbar
l. Kitab Imla‟ al-shoghir
m. Kitab Amalai al-kubro
n. Kitab Mukhtashor robi‟
o. Kitab Mukhtashor muzani
p. Kitab Muktashor buwaithi
q. Kitab Ijab al-jum‟ah
r. Kitab Ibthal al-istihsan
s. Kitab Bayat al-fardh
t. Kitab Sifat al-amr wa al-nahy
u. Kitab Manasik al-Kabir dan banyak lagi lainnya.

D. Sejarah Dan Latar Belakang Imam Hambali


1. Biografi Imam Hambali
Nama lengkap Imam Hambali adalah Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal bin Bilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hasan Asy-
Syaibani Al-Marwazi, dilahirkan pada bulan Rabiul Awal tahun 164
18
Ar-Risālah Imam Syafi’i. terjemahan. Misbah, ( Jakarta; Pustaka Azzam,
2008), h. 13.
19

H dan wafat tahun 241 H di Baghdad. Ibu beliau bernama Shafiyah


binti Maimunah binti Abdul Malik bin Sawadah bin Hindun
Asyaibni. Jadi, baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu beliau
berasal dari keturunan Bani Syaiban, salah satu kabilah yang
berdiam di Semenanjung Arabia. Dari ayahnya, ia mewarisi sifat
tekad yang kuat, kehormatan diri, kesabaran, dan kemampuan
memikul berbagai kesulitan. Ia adalah imam yang kukuh dan kuat.
Ayahnya wafat ketika Imam Hambali masih kecil, sehingga ibunya
yang merawat dan mengarahkan Imam Hambali untuk mempelajari
ilmu-ilmu agama. Ia pun menghafal Al-Quran dan mempelajari
bahasa Arab. Pada umur lima belas tahun, ia mulai mempelajari
hadis dan menghafalnya. Pada umur dua puluh tahun, ia mulai
mengadakan perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke kota
Kufah, Mekah, Madinah, Syam, dan Yaman, lalu kembali ke
Baghdad.
Dalam perjalanan ke Baghdad selama rentang waktu tahun
195 sampai 197 H, ia mengajar berdasarkan mazhab Syafi’i. Ia
termasuk murid Imam Syafi’i yang paling senior di Baghdad.
Hambali juga belajar dari banyak ulama di Irak, diantaranya Ibrahim
bin Sa’id, Sufyan bin Uyainah, Yahya bin Said, Yazid bin Harun,
Abu Dawud Ath-Thayalisi, Waki bin Al-Jarrah, dan Abdurrahman
bin Mahdi. Setelah itu, ia menjadi seorang mujtahid yang
mempunyai mazhab sendiri dan mengungguli teman-teman
seangkatnya dalam menghafal As-Sunnah dan mengumpulkan
bagian-bagiannya yang terpisah, sehingga ia menjadi imam para
muhaddist pada masanya.
Kepandaian Imam Hambali dalam ilmu hadis tak diragukan
lagi, menurut putra sulungnya Abdullah bin Ahmad bahwa Imam
20

Hambali telah hafal 700.000 hadis di luar kepala. Hadis sebanyak itu
kemudian diseleksinya secara ketat dan ditulis kembali dalam
kitabnya Al Musnad berjumlah 40.000 hadis berdasarkan susunan
nama-nama sahabat yang meriwayatkan. Dengan kemampuan dan
kepandaiannya, mengundang banyak tokoh ulama yang berguru
kepadan yang melahirkan banyak ulama dan pewaris hadis terkenal
semisal Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Abu Daud.

a. Awal mula menuntut ilmu


Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga
beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan
sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah
tulisannya.Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal
umur 15 tahun itu pula. Beliau telah mempelajari Hadits sejak kecil
dan untuk mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau menjadi
tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur’ah
mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah beliau
hafal di luar kepala. Belaiu menghafal sampai sejuta hadits. Imam
Syafi'i mengatakan tentang diri Imam Ahmad sebagai berikut : “
Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya
tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih
berilmu daripada Ahmad bin Hambal" Abdur Rozzaq Bin Hammam
yang juga salah seorang guru beliau pernah berkata,"Saya tidak
pernah melihat orang se-faqih dan se-wara' Ahmad Bin Hanbal".
b. Keadaan fisik Imam Hambali
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah
melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak
terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di
21

jenggotnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian tebal,


berwarna putih dan bersorban serta memakai kain. Yang lain
mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”.
c. Kecerdasan Imam Hambali
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah
bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh
tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah
menyuruhku, “Ambillah kitab mushanaf Waki’ mana saja yang
kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan
nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang
sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah
yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?”
Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda
tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya
tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama
perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu
Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta
hadits”.
d. Pujian ulama terhadap Imam Hambali
Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang
sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta
adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali
mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh
hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila
berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan
wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya
22

serta menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin


Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam
Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam
kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam
dalam Sunnah”. Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu
Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu
orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai
disiplin ilmu”

e. Kezuhudan Imam Hambali


Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang
beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja
dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli
seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan
tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu
Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.
f. Wara’ dan menjaga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang
lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau,
namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada
seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun
beliau tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga
ribu dinar, namun beliau juga tidak mau menerimanya.
g. Tawadu’
Dengan kebaikannya dan kesabaran dalam mencari ilmu
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang
seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama
lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan
23

sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”. Beliau (Imam


Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah
hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”. Al
Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu
majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau
perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya
terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa
terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi
ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”. Beliau pernah
bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan
mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas
jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi
katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas
jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!” Tatkala beliau
pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada
seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat ldtih
dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad
mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya
dapatkan dari Abdurrazzak”.
2. Guru-guru dan murid-murid Imam Hambali
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama,
jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di
berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad,
Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:
a. Ismail bin Ja’far
b. Abbad bin Abbad Al-Ataky
c. Umari bin Abdillah bin Khalid
d. Hasyim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
24

f. Imam Syafi’i
g. Waki’ bin Jarrah
h. Ismail bin Ulayyah
i. Sufyan bin ‘Uyainah
Dan murid-muridnya antara lain :
a. Shalih bin Ahmad bin Hambali
b. Abdullah bin Ahmad bin Hambali
c. Ahmad bin Muhammad bin Hani Abu Bakar
d. Abdul Malik bin Abd Al-Hamid
f. Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaj.
3. Karya Imam Hambali
Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk
sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan beliau
dan sebaik baik penelitian Hadits.Ia tidak memasukkan dalam
kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini
berisi lebih dari 25.000 hadits. Di antara karya Imam Ahmad
adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari
ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga
Kitab ash-Salat dan Kitab as-Sunnah. Adapun beberapa
karangannya adalah :
1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena
kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
2. Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini
hilang”.
3. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
4. Kitab at-Tarikh
5. Kitab Hadits Syu'bah
6. Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
25

7. Kitab Jawabah al-Qur`an


8. Kitab al-Manasik al-Kabir
9. Kitab al-Manasik as-Saghir
Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan
tulisan Imam Ahmad bin Hanbal
1. Kitab al-'Ilal
2. Kitab al-Manasik
3. Kitab az-Zuhd
4. Kitab al-Iman
5. Kitab al-Masa'il
26

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Langkah-langkah dalam engembngan
silabus meliputi; mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar,
mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran,mengembangkan kegiatan
pembelajaran, merumuskan indikator pencapaian kompetensi, penentuan
jenis penilaian, menentukan alokasi waktu, menentukan sumber belajar.
Indikator merupakan penada pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencangkup
sikap pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/ atau dapat diobservasi. Indikator Penilaian bermanfaat
bagi : (1) guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang
dilakukan melalui tes (tes tertulis seperti ulangan harian, ulangan
tengah semester, dan ulangan akhir semester, tes praktik,
dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes; (2) peserta didik dalam
mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk
mengukur kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian
sesungguhnya; (3) pimpinan sekolah dalam memantau dan
27

mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan penilaian di


kelas; dan (4) orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong
pencapaian kompetensi siswa lebih maksimal.

B. Saran
Sebagai seorang guru, alangkah baiknya lebih mengenal tentang
silabus dan indikator. Karena dengan silabus dan indikator, seorang guru
akan lebih terarah di dalam pembelajarannya. Guru akan mengerti apa
yang harus disampaikan dan apa yang harus menjadi capaian peserta
didik dalam suatu mata pelajaran. Maka dari itu, hendaknya guru
mempelajari lebih dalam tentang silabus dan pengembangan indikator.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.
28

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Muhammad Sa‟id Mursi,2007, Tokoh-Tokoh Besar Islam


Sepanjang Sejarah (Jakarta:Pustaka AlKautsar,).
Eni Wahyuni, Iqrar Sebagai Alat Bukti Dalam Memutuskan Perkara Zina
(Tela‟ah Pendapat Mazhab)
Ahmad Asy-syurbasi, 2011,Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab
(Jakarta: Amzah,).
Ahmad Asy-syurbasi, 2011,Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab
(Jakarta: Amzah,).
http: blogspot.co.id Pengertian-Al-Hadits-As-Sunnah.html Di akses tanggal
27 november 2023 jam 22.04
Ahmad Asy-Syurbasi, 1993, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara)
Syaikh Ahmad Farid, 2006, 60 Biografi Ulama Salaf, ( Jakarta: Pustaka al-
Kautsar)
Huzaemah Thido Yanggo, 1997, Pengantar Perbandingan Madzhab,
( Jakarta; Logos)
Abdur Rahman Asy-Syarqawi,2000, Riwayat 9 Imam Fiqih, (Bandung:
Pustaka Hidayah)
Abdullah Musthofa al-Maraghi,2000, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang
Sejarah, (Yokyakarta: LPPPSM)

Anda mungkin juga menyukai